Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat serta Hidayah-Nya kami diberikan kesehatan sehingga kami
dapat menyusun makalah yang membahas Tentang “ asuhan keperawatan pada
lansia dengan gangguan hipertensi”.
Dalam makalah ini kelompok banyak menemukan kesulitan dan hambatan.
Namun berkat bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari semua pihak
akhirnya kelompok bisa menyelesaikan makalah ini.
Adapun dalam makalah ini, kelompok banyak mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ketua stikes hangtuah tanjungpinang yaitu Dr. Heri Priatna,
SSt.Ft,SKM,S.Sos,MM,sp.F.OM
2. Dosen pembimbing yaitu Cynthia Hardivianty, S.Kep, Ns, MMR
3. Rekan-rekan seperjuangan kelompok V S1 keperawatan tingkat 3 Stikes
Hang Tuah Tanjungpinang yang telah memberikan dukungan, bantuan,
dan kerjasama dalam penulisan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kelompok mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Pinang, 10 Oktober 2018

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar isi ........................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
D. Metode Penulisan .............................................................................. 2
E. Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 3
Bab II Tinjauan Teoritis ................................................................................ 4
I. KONSEP DASAR MEDIK ............................................................... 4
A. Definisi Hipertensi ..................................................................... 4
B. Anatomi fisiologi Hipertensi ...................................................... 5
C. Klasifikasi Hipertensi ................................................................ 10
D. Etiologi Hipertensi .................................................................... 11
E. Manifestasi klinis Hipertensi ..................................................... 13
F. Patofisiologi Hipertensi ............................................................. 13
1. Pathwaty .............................................................................. 16
G. Komplikasi Hipertensi............................................................... 17
H. Pemeriksaan diagnotik Hipertensi ............................................. 18
I. Penatalaksanaan medik Hipertensi ............................................ 29
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ........................... 22
1. Pengkajian ................................................................................. 22
2. Diagnosa keperawatan............................................................... 24
3. Intervensi ................................................................................... 25
4. Implementasi ............................................................................. 32
5. Evaluasi ..................................................................................... 35
Bab III Penutup ............................................................................................ 37
A. Kesimpulan...................................................................................... 37

ii
B. Saran ................................................................................................ 37
Daftar Pustaka .............................................................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang positif dimana seseorang
dapat bertanggung jawab, menampilkan kesadaran diri, bebas dari rasa
khawatir, dapat mengatasi ketegangan biasa dalam kehidupannya sehari-hari,
dapat berfungsi baik dalam masyarakat, diterima dalam suatu kelompok dan
secara umum merasa puas dengan kehidupannya, mampu menyelesaikan
masalah dan krisis tanpa bantuan dari luar dan dapat menikmati hidup (Shives,
2012).
Kesehatan umum seseorang memiliki pengaruh besar untuk terjadinya
ansietas. Ansietas dapat menyertai beberapa gangguan fisik seperti gangguan
kardiovaskuler yang salah satunya adalah hipertensi (Stuart, 2013)
Hipertensi menurut WHO (2013) adalah ketika seseorang mempunyai
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90
mmHg. Penyebab hipertensi umumnya karena usia, jenis kelamin, dan pola
hidup. Insiden hipertensi makin meningkat karena meningkatnya usia, secara
umum insiden hipertensi lebih tinggi pada pria, namun pada usia pertengahan
dan lansia > 65 tahun insiden hipertensi lebih tinggi pada wanita. Penghasilan
rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan yang penuh dengan stress
berhubungan dengan meningkatnya insiden hipertensi (Tambayong, 2000).
Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia karena
prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang.
Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di dunia.
Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun.
Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
(Arora, 2008)

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan dapat diambil Rumusan
Masalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi”.

C. Tujuan Masalah
a. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu menjelaskan penyakit Hipertensi serta tindakan
perawat dalam penanganan penyakit tersebut.
b. Tujuan Khusus :
a). konsep dasar medik
1. Mengetahui definisi Hipertensi
2. Mengetahui anatomi fisiologi Hipertensi
3. Mengetahui klasifikasi Hipertensi
4. Mengetahui etiologi Hipertensi
5. Mengetahui manifestasi klinis Hipertensi
6. Mengatahui patogisiologi Hipertensi
7. Mengetahui komplikasi Hipertensi
8. Mengetahui pemeriksaan diagnotik Hipertensi
9. Mengetahui penatalaksanaan medik Hipertensi
b). konsep dasar asuhan keperawatan
1. Mengetahui pengkajian Hipertensi
2. Mengetahui diagnosa keperawatan Hipertensi
3. Mengetahui intervensi Hipertensi
4. Mengetahui Implementasi Hipertensi
5. Mengetahui evaluasi Hipertensi

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Asuhan
Keperawatan adalah metode kognitif yang bersifat menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dan metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah
dengan cara study kepustakaan, yaitu dengan membaca dan mempelajari

2
buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan pembahasan yang dibahas
pada hipertensi.

E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagi berikut :
1. Untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup yang sehat di lingkungan
masyarakat.
2. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan.
3. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi klien.

F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan : Dalam bab ini, diuraikan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan masalah,
metode penulisan, manfaat penulisan dan
sitematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis : Dalam bab ini, dipaparkan mengenai konep dan
teori yang mendukung penulisan. Teori yang
dibatai dalam kajian pustaka ini adalah definisi,
anatomi fisiologi, klasifikai, etiologi, manifestasi
klinik, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan medik. Dan
asuhan keperawatan terdiri dari Pengkajian,
diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi
Bab III Penutup : Dalam bab ini dijelaskan hasil penulisan yang
dapat disimpulkan serta pemberian saran untuk
perbaikan makalah yang akan datang

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan
Suddarth, 896 ; 2002).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda. (Elizabeth J. Corwin, 484;
2009).
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana
menurut WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan
diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau
tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Taufan
Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila paien memakai obat
antihipertensi. ( Arif Mansjoer, 2001).
Dari beberapa definisi mengenai hipertensi di atas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi adalah tekanan darah diatas 140/90 mmHg, tinggi
rendahnya juga tergantung pada usia.
Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun
keatas menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion,
Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, dalam buku Brunner
dan suddarth (896, 2002). Yaitu :

4
Kategori Sistolik, Mmhg Diastolik, Mmhg
Normal+ <130 <85
Normal tinggi 85-89 130-139
Hipertensi≠ - -
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangatberat) ≥210 ≥120

B. Anatomi dan Fisiologi Hipertensi


Anatomi Menurut Tarwoto (2009, hal. 183) Sistem kardiovaskuler
terdiri dari jantung, vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi
utama sisitem kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya
oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh
(jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.
1. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot
dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara
dua paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian
bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagiuan
tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea
medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak
kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum.
Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6
cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310
gram, pada perempuan sekitar 225 gram.

2. Lapisan otot jantung


Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut
epikardium, lapisan bagian tengah disebut miokardium, lapisan ini lebih
tebal, tersusun atas otot lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat.

5
Sedangkan lapisan bagian dalam disebut endokardium, lapisan ini
terdiri dari jaringan endothelia yang juga melapisi ruang jantung katup-
katup jantung.

3. Selaput jantung
Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya
trauma juga infeksi yaitu pericardium parietal dengan pericardium
visceral. Pericardium parietal merupakan membran lapisan jantung
paling luar tersusun dari jaringan fibrosa. Membran ini sangat efektif
dalam melindungi jantung dari infeksi.

4. Ruang jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan
kiri, kedua belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah disebut
septum,dengan demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium
kanan, ventrikel kanan, atrium kiri ventrikel kiri.

5. Katup jantung
Jantung memiliki dua tipe yaitu katup atrioventrikuler katup
semilunar. Katup jantung tersusun oleh endothelium yang dilapisi oleh
jaringan fibrosa, sehingga katup dapat menutup dan membuka karena
sifatnya yang fleksibel.

6. Suplay darah otot jantung


Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, nutrient yang sangat dibutuhkan untuk
metabolisme. Otot jantung diperdarahi oleh arteri koronaria yang
merupakan cabang dari aorta, arteri koroner bercabang menjadi dua
yaitu : arteri koronari kanan atau right coronary artery (RCA) arteri
koronari kiri atau left coronary artery (LCA). Arteri koronari kanan
memperdarahi bagian atrium kanan, ventrikel kanan, inferior ventrikel

6
kiri bagian posterior dinding septal, sinoatrial Node (SA Node)
Atrioventrikel Node (AV Node).

7. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi
relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode systole
(saat ventrikel berkontrasi) satu periode diastole (saat ventrikel
relaksasi). Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi
spontan dari sel pacemaker dari SA Node berakhir dengan keadaan
rekaksasi ventrikel.

8. Bunyi jantung
Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni bunyi jantung
tambahan. Bunyi jantung murni terdiri atas bunyi jantung 1 (S1),
terjadi akibat penutupan katup atrioventrikular pada saat systole
ventrikel bunyi jantung ll (S2), terjadi akibat penutupan katup semilunar
pada saat terjadi diastole ventrikel. Sedangkan bunyi tambahan
misalnya bunyi lll (S3) bunyi jantung lV (S4) terjadi akibat vibrasi pada
dinding jantung pada saat darah mengalir dengan cepat dalam
ventrikel.

9. Frekuensi jantung
Jantung berdeyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-
rata 75 kali permenit. Jika jantung berdeyut lebih dari 100 kali disebut
takhikardia jika kurang dari 60 kali disebut bradikrdia. Frekuensi
denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur, jenis kelamin,
endokrin, suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri.

Sedangkan Fisiologi Menurut Mutaqqin, (2014, hal 2) Sistem


kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim regulasi melakukan mekanisme
yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh

7
adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada
organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi
organ tersebut.
1. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam
sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8%
dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55%
merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah
yang sesuai dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi
yang digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke
jaringan yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac
output) pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian
denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume).
Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit,
peningkatan curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut
jantung atau volume sekuncup.

3. Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut
jantung ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi
nodus SA dan system purkinje.
Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh
saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat
reflek utama yang menjadi media system saraf otonom dalam

8
meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks
kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.

4. Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,
ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg
pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan
menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri,
kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat
besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya
kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah
tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena
yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi
kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan
aliran balik ke jantung.

5. Ruang jantung
Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena
sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru .
darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan
melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius.

6. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang
berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup
untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi
pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan
resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari
ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh
lebih ringan dari pada ventrikel kiri.

9
7. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-
paru melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir
kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam
atrium kiri (retrograde).

8. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah
ke jaringan-jaringan perifer.

9. Katup jantung
Katup antrioventrikuler karena terletak antara atrium dan ventrikel.
Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis.
Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.

10. Katup semilunar


Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary
dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada
arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel
kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

C. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut
juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan
darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan

10
diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau
berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat
istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 mmHg dan
diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila
terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi
sekunder. Sekitar 90–95% kasus tergolong “hipertensi primer”, yang
berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain
yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin
menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder). Bahkan
peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan
hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat
memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi risiko terkait
komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan
pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif
atau tidak cukup dan biasanya obat harus diminum seumur hidup sampai
dokter memutuskan tidak perlu lagi minum obat. Seseorang yang pernah
mengalami tekanan darah tinggi, pada kondisi normal dapat saja
mengalami tekanan darah kembali dan ini yang harus diwaspadai, banyak
kasus stroke terjadi pada saat seseorang lepas obat. Dan banyak orang
tidak menyangka bahwa seseorang yang biasanya mengalami tekanan
darah rendah suatu kali dapat juga mengalami tekanan darah tinggi. Oleh
karena itu pengontrolan tekanan darah secara rutin mutlak dilakukan.

D. Etiologi Hipertensi
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin, (2009 ;
485), antara lain :
1. Kecepatan denyut jantung
2. Volume sekuncup
3. Asupan tinggi garam

11
4. Vasokontriksi arterio dan arteri kecil
5. Stres berkepanjangan
6. Genetik
Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi
adalah sebagai berikut :
1. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
2. Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita,
namun pada uia pertengahan dan lebih tua, insidens pada waktu mulai
meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita
lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada
yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras
kulit hitam. Misalnya mmortalitas pasien pria hitam dengan diastole
115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6
kali bagi wanita putih.
4. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain
telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan
atau pekerjaan yang penus stes agaknya berhubungan dengan insidens
hipertensi yang lebih tinggi
5. Diabetes melitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas,
namun secara statistik nyata ada hubungan antara hipertensi dan
penyakit arteri koroner.

12
6. Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang
tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat
kembali normal.

E. Manifestasi Klinik Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik. Mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi,
hipertensi vertikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
vertikel saat dipaksa berkonstraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat . apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan
kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis
sementara paa satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
Pada penderita strok, dan pada penderita hipertensi disertai serangan
iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.

F. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

13
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak di ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang. Mengakibatkan tambahan aktiitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin. Yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat menperkuat
respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriks yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin ll, suatu vasokon
striktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perkembangan Gerontologis, perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
ateroskorosi, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
reaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

14
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung.

15
Pathway :

Umur Jenis Kelamin Pola Hidup Umur

Elastisitas
asterosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Spasme atriole
Resistensi pembuluh Suplai O2 Vasokontriksi Sistemik
Koroner
darah otak otak menurun pembuluh
darah ginjal Diplopia
Vasokontriksi Iskemik
Nyeri Gangguan Blood flow miokakard
pola tidur menurun Afterload Nyeri Resiko infeksi
Respon RAA meningkat injuri
Sinkop
Rangsangan Penurunan Fatique
Gangguan aldesteron curah jantung
perfusi jaringan
Resistensi Na
Intoleransi
Edema aktivitas

16
G. Komplikasi Hipertensi
Menurut Dalimartha, dkk. (2008) Penderita hipertensi berisiko
terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa penyakit yang
timbul sebagai akibat hipertensi di antara nya sebagai berikut :
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat
terjadi nya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebab kan
berkurang nya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini
menyebab kan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada
otot jantung. Bahkan, dapat menyebab kan timbul nya serangan jantung.
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan
menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada
akhir nya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-
tanda ada nya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus
(pendek), dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
3. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa
hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah
otak. Ada dua jenis kerusakan yang di timbulkan yaitu pecahnya
pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak
akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.
4. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat
hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.
Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama
sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh
darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan daya

17
permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun
nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai
dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang di sebabkan
terganggunya fungsi ginjal.

H. Pemeriksaan Diagnotik Hipertensi


Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit hipertensi menurut
Elizabeth J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :
1. Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan
sfigmomanometer akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik
dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit.
2. Dijumpai proteinuria pada wanita preklamsia.
Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2009), Pemeriksaan khusus pada
penderita hipertensi antara lain :
1. Tujuan semua pemeriksaan khusus adalah untuk menemukan penyebab,
derajat dan adanya kerusakan pada ”end organ”.
2. Kimia darah meliputi tes untuk fungsi ginjal dan elektrolit serum.
3. Rontgen toraks.
4. EKG
5. Urinalisasi
6. Tes lebih spesifik bila terdapat kecurigaan yang lebih besar, aortogram
untuk koarktasio aorta atau kelainan vaskuler ginjal.
7. Aktivitas renin plasma dan ekskresi aldosteron untuk aldosteronisme.
8. ”Rapid-sequnce intravenous pyelogram”, arteriogram arteri renalis,
aktivitas renin vena renalis dan biopsi ginjal untuk penyakit ginjal.
9. Pemeriksaan terhadap asam vanillymandelic dan katekolamin pada urin
untuk mencari adanya feokromosotioma.
10. 17-hidroksikortikosteroid dalam urin untuk sindrom Cushing.
11. Tes fungsi tiroid untuk penyakit.

18
I. Penatalaksanaan Medik Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

19
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :

20
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama. Ditambah obat ke –2
jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3
jenis lain
d. Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4. Re-
evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (
perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

21
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, tachypnea.
3. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit
jantung kongesti / katup dan penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah.
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
perbedaan denyut.
Denyut apical : Titik point of maksimum impuls, mungki
bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama : Takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : Tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi
jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis
valvular. Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis,
femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian
kapiler mungkin lambat atau tertunda.
\

22
4. Integritas ego
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah kronik, factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak
tangan empati, muka tegang, gerak fisik,
pernafasan menghela nafas, penurunan pola
bicara.
5. Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya:
infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
masa lalu).
6. Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi
garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan
kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema,
kongesti vena, distensi vena jugulalaris,
glikosuria.
7. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala
sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi
tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi.
Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
Respon motorik : Penurunan kekuatan, genggaman tangan.
Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan
arteri ringan – mendatar, edema, papiladema,
exudat, hemorgi.

23
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan
jantung). Nyeri tungkai yang hilang
timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
9. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut
dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal
paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
10. Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi
postural.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah
actual dan resiko tinggi. Menurut Marllyn Doengoes (2000), diagnosa
keperawatan pada hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload dan vasokontriksi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

24
C. Intervensi

DIAGNOSA
INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL YANG TANDA
TGL TINDAKAN RASIONAL
(DATA SUBYEKTIF DIHARAPKAN TANGAN
KEPERAWATAN
DAN OBYEKTIF)
Nyeri (sakit kepala ) kriteria hasil : Mandiri : 1. Meminimalkan
berhubungan dengan 1. Tidak ada 1. Observasi TTV stimulus /
peningkatan tekanan nyeri, 2. Pertahankan tirah baring meningkatkan
vascular serebral 2. klien tampak selama fase akut. relaksasi.
rileks, 3. Berikan tindakan 2. Tindakan yang
3. tidak ada nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan
mengerang menghilangkan sakit vaskular serebaral
dan perilaku kepala, mis: kompres dan yang
melindungi dingin pada dahi, pijat memperlambat /
bagian yang punggung dan leher, memblok respons
nyeri, teknik relaksasi (panduan simpatis efektif
4. frekuensi imajinasi, distraksi) dan dalam
pernapasan aktivitas waktu senggang. menghilangkan sakit

25
12-24 per 4. Hilangkan / minimalkan kepala dan
menit aktivitas vasokontriksi komplikasinya.
5. suhu klien yang dapat meningkatkan 3. Aktivitas yang
dalam batas sakit kepala, mis: meningkatkan
normal mengejan saat BAB, batuk vasokontriksi
(36ºC-37ºC) panjang, membungkuk. menyebabkan sakit
6. tidak adanya 5. Berikan cairan, makanan kepala pada adanya
komplikasi. lunak, perawatan mulut peningkatan tekanan
yang teratur bila terjadi vaskular serebral.
perdarahan hidung atau 4. Pusing dan
kompres telah dilakukan peningkatan kabur
untuk menghentikan sering berhubungan
perdarahan. dengan sakit kepala.
Kolaborasi Pasien juga dapat
1. Berikan sesuai indikasi : mengalami episode
obat analgesic hipotensi postural.
5. Meningkatkan
kenyamanan umum

26
DIAGNOSA
INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL YANG TANDA
TGL TINDAKAN RASIONAL
(DATA SUBYEKTIF DIHARAPKAN TANGAN
KEPERAWATAN
DAN OBYEKTIF)
Risiko tinggi terhadap kriteria hasil : Mandiri : 1. Perbandingan dari
penurunan curah 1. TD / beban 1. Observasi TTV tekanan memberikan
jantung berhubungan kerja 2. Amati warna kulit, gambaran yang lebih
dengan peningkatan jantung kelemahan, suhu dan lengkap tentang
afterload dan menurun masa pengisian kapiler. keterlibatan / bidang
vasokontriksi 2. Mempertahan 3. Catat edema umum / masalah vaskular.
kan TD tertentu. 2. Adanya pucat,
dalam 4. Berikan lingkungan dingin, kulit lembab
rentang tenang, nyaman, kurangi dan masa pengisian
individu yang aktivitas/ keributan kapiler lambat
dapat lingkungan. mungkin berkaitan
diterima 5. Pertahankan pembatasan dengan vasokontriksi
3. irama dan aktivitas, seperti istirahat atau mencerminkan
frekuensi di tempat tidur/ kursi; dekompensasi /
jantung stabil jadwal periode istirahat penurunan curah

27
dalam tanpa gangguan; bantu jantung.
rentang pasien melakukan 3. Dapat
normal klien aktivitas perawatan diri mengindikasikan
sesuaikan kebutuhan. gagal jantung,
6. Lakukan tindakan- kerusakan ginjal atau
tindakan yang nyaman, vaskular.
seperti pijatan punggung 4. Membantu untuk
dan leher, meninggikan menurunkan
kepala tempat tidur. rangsang simpatis,
7. Anjurkan teknik relaksasi, meningkatkan
panduan imajinasi, relaksasi.
aktivitas pengalihan. 5. Menurunkan stres
Kolaborasi dan ketegangan yang
1. Berikan obat-obat sesuai mempengaruhi
indikasi, seperti diuretik tekanan darah dan
tiazid mis: klorotiazid perjalanan penyakit
(diuril) hipertensi.
6. Mengurangi
ketidaknyamanan

28
dan dapat
menurunkan
rangsang simpatis.
7. Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stres
membuat efek
tenang, sehingga
akan menurunkan
TD.
8. Tiazid mungkin
digunakan sendiri
atau dicampur
dengan obat
lainuntuk
menurunkan TD
pada pasien dengan
fungsi ginjal yang
relatif normal.

29
DIAGNOSA
INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL YANG TANDA
TGL TINDAKAN RASIONAL
(DATA SUBYEKTIF DIHARAPKAN TANGA
KEPERAWATAN
DAN OBYEKTIF)
Intoleransi aktivitas kriteria hasil : Mandiri : 1. Menyebutkan
berhubungan dengan 1. Klien 1. Kaji respons pasien parameter
kelemahan fisik Mampu terhadap aktivitas, membantu dalam
dalam perhatikan frekuensi nadi mengkaji respons
beraktivitas lebih dari 20 kali per fisiologi terhadap
yang menit di atas frekuensi stres aktivitas dan;
diinginkan / istirahat; peningkatan. bila ada merupakan
diperlukan. 2. Instruksikan pasien indikator dari
2. Peningkatan tentang teknik kelebihan kerja yang
dalam penghematan energi, berkaitan dengan
toleransi mis: menggunakan kursi tingkat aktivitas.
aktivitas saat mandi, duduk saat 2. Teknik menghemat
yang dapat menyisir rambut atau energi mengurangi
diukur.. menyikat gigi, penggunaan energi,
melakukan aktivitas juga membantu

30
dengan perlahan. keseimbangan
3. Berikan dorongan untuk antara suplai dan
melakukan aktivitas / kebutuhan oksigen.
perawatan diri bertahap 3. Kemajuan aktivitas
jika dapat ditoleransi. bertahap mencegah
Berikan bantuan sesuai peningkatan kerja
kebutuhan. jantung tiba-tiba.
Memberikan
bantuan hanya
sebatas kebutuhan
akan mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

31
D. Implementasi
DIAGNOSA TINDAKAN NAMA
NO WAKTU
KEPERAWATAN KEPERAWATAN JELAS
1. Nyeri berhubungan 1. Mengobservasi TTV
dengan peningkatan 2. Mempertahankan
tekanan vascular tirah baring selama
Cerebral fase akut.
3. Memberikan tindakan
nonfarmakologi
untuk
menghilangkan sakit
kepala, mis: kompres
dingin pada dahi,
pijat punggung dan
leher, teknik
relaksasi (panduan
imajinasi, distraksi)
dan aktivitas waktu
senggang.
4. menghilangkan /
meminimalkan
aktivitas
vasokontriksi yang
dapat meningkatkan
sakit kepala, mis:
mengejan saat BAB,
batuk panjang,
membungkuk.
5. Membantu pasien
dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.

32
6. Memberikan cairan,
makanan lunak,
perawatan mulut
yang teratur bila
terjadi perdarahan
hidung atau kompres
telah dilakukan untuk
menghentikan
perdarahan.
Kolaborasi
1. Memberikan sesuai
indikasi : obat
analgesic
2. Risiko tinggi 1. Mengobservasi TTV
terhadap penurunan 2. Mengamati warna
curah jantung kulit, kelemahan,
berhubungan dengan suhu dan masa
peningkatan pengisian kapiler.
afterload dan 3. Mencatat edema
vasokontriksi umum / tertentu.
4. Memberikan
lingkungan tenang,
nyaman, kurangi
aktivitas/ keributan
lingkungan.
5. Mempertahankan
pembatasan aktivitas,
seperti istirahat di
tempat tidur/ kursi;
jadwal periode
istirahat tanpa

33
gangguan; bantu
pasien melakukan
aktivitas perawatan
diri sesuaikan
kebutuhan.
6. Melakukan tindakan-
tindakan yang
nyaman, seperti
pijatan punggung dan
leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
7. Menganjurkan teknik
relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas
pengalihan.
Kolaborasi
1. Memberikan obat-
obat sesuai indikasi,
seperti diuretik tiazid
mis: klorotiazid
(diuril)
3. Intoleransi aktivitas 1. Mengkaji respons
berhubungan dengan pasien terhadap
kelemahan fisik aktivitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih
dari 20 kali per menit
di atas frekuensi
istirahat; peningkatan.
2. Meginstruksikan
pasien tentang teknik
penghematan energi,

34
mis: menggunakan
kursi saat mandi,
duduk saat menyisir
rambut atau
menyikat gigi,
melakukan aktivitas
dengan perlahan.
3. Memberikan
dorongan untuk
melakukan aktivitas
/ perawatan diri
bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai
kebutuhan.

E. Evaluasi
NAMA
TGL DIAGNOSA EVALUASI
JELAS
DIAGNOSA S : Klien mengatakan setelah dilakukan kaji
I frekuensi nyeri berkurang
O : klien tampak tidak meringis dan skala
nyeri berkurang 0
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
DIAGNOSA S : klien mengatakan tekanan beban jantung
II berkurang
O : irama dan frekuensi jantung stabil dan
klien dalam rentang normal
A : masalah teratasi sebagian

35
P : intervensi dilanjutkan
DIAGNOSA S : setelah dilakukan perawatan klien
III mengatakan bisa beraktivitas meski hanya
aktivitas yang ringan
O : Klien tampak mampu dalam beraktivitas
yang diinginkan / diperlukan.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kepustakaan , penyakit hipertensi adalah tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg yang dapat disebabkan oleh hipertensi esensial
dan hipertensi primer. Tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh penderita
sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak nafas, gelisah dan pandangan kabur.
pencegahan dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup seperti
menghindari rokok, alcohol, dan pola makan yang disertai kandungan asin
yang tinggi. bahaya dari penyakit hipertensi dapat menyebabkan stroke,
penyakit ginjal, gagal jantung dan penyakit arteri coroner

B. Saran
Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar
pasien merasa diperhatikan :
1. Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan
perawat, berharap agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan
tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang
diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
2. Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi
dan tindakan tersebut
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga
pasien, tim medis dalam proses keperawatan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Muhammad. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi,

jantung dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka Pustaka.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta

: EGC

Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler Edisi III

diterjemahkan oleh Petrus Andryanto. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran, EGC

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Penerbit

Kanisius

Purnomo, Heru. 2009 . Penyakit Yang Paling Mematikan. Jakarta : Buana Pustaka

Smith Tom. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana

mengatasinya ?. Jakarta : Penerbit Arcan

iv

Anda mungkin juga menyukai