BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Penanggung Jawab
6. Genogram
Klien 1
Gambar 4.1
Genogram Klien 1 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
Klien 2
Gambar 4.2
Genogram Klien 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
Keterangan :
Pasien
Garis keturunan
Garis tinggal serumah
Keluarga dengan penyakit yang sama
4. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4
Pemeriksaan Fisik Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe
2 di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
d. Pencernaan
Eliminasi Alvi
Mulut I: mulut bersih, bibir I: mulut bersih, bibir
kering, tidak ada lesi, kering, tidak ada lesi,
P: tidak ada nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan
Tabel 4.5
Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.9
Intervensi Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2
di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
Tabel 4.10
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2
di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
4.2 Pembahasan
Pada bab ini diuraikan tentang perbedaan atau kesenjangan antara
tinjauan teori dengan praktek Gambaran Asuhan Keperawatan Klien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Dengan Menggunakan Hydroterapi Untuk Menurunkan
Kadar Gula Darah Sewaktu Di Ruang Dahlia pada Tn.R dan Tn. W RSUD
Kota Tanjungpinang yang meliputi : pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
4.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap penting suatu proses pemeberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karna
itu,pengkajian harus akurat, lengkap, sesuai kenyataan dan kebenaran
data sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai respon individu .
1. Identitas Pasien
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada kelompok yang berusia
lebih dari 30 tahun dan yang mengalami obesitas ( Brunner &
Suddarth, 2015). Berdasarkan Kasus nyata pada Tn.R dan Tn.W
ditemukan bahwa Tn. R berusia 36 tahun dan Tn. W berusia 39
tahun dan sudah mengalami diabetes melitus tipe II. Menurut
peneliti antara teori dan kasus nyata tidak terjadi kesenjangan.
2. Alasan MRS
Alasan MRS Tn.R mengatakan lemas dan sakit seluruh
badan,berkeringat, dan muntah 3 kali, sedangkan Tn. W mengeluh
badan terasa lemas dan tidak nafsu makan. Hal ini sejalan dengan
teori yang menyatakan bahwa muncul rasa lemah ketika
beraktifitas pada penderita diabetes hal ini dikarenakan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga
mengakibatkan sel kekurangan nutrisi utuk menghasilkan tenaga.
Terjadinya mual dan muntah pada Tn. R dikarenakan pada
diabetes Mellitus biasanya mengalami defisiensi insulin,
menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses
pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan
metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses
pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton
didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin)
dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang
menyebabkan asidosis dan timbulnya mual dan muntah. Pada
Tn.W tidak mengalami mual dan muntah dikarenakan pH serum
tidak mengalami penurunan maka tidak menyebabkan asidosis
sehingga tidak terjadi mual dan muntah.
3. Keluhan utama
Menurut teori Brunnar dan Suddarth ( 2015). Awitan diabates tipe
II dapat terjadi tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut bisa bersifat ringan dan dapat mencakup :
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh, dan pandangan kabur ( kadar glukosanya sangat tinggi).
Berdasarkan kasus nyata yang dialami Tn.R dan Tn.W di dapatkan
keluhan utama adanya keluhan seperti mudah lelah, poliuri
terutama di malam hari, polidipsi dan pandangan kabur serta kadar
glukosa darah meningkat yaitu pada Tn.R hasil GDS 302 mg/dl
dan Tn. W hasil GDS 249 mg/dl. Menurut peneliti tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang dialami Tn.R dan
Tn.W.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berdasarkan kasus yang ditemukan pada Tn. R mengatakan
ayahnya pernah menderita penyakit kencing manis. Menurut
peneliti tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. dimana
faktor resiko diabetes mellitus yang berhubungan adalah obesitas,
riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat
pada usia 65 tahun (Suddarth,2014). Berdasarkan kasus Tn.W
mengatakan tidak ada keluarga yang menderita kencing manis
sebelumnya. Hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Menurut Brunner & suddarth perlu ditanyakan pada pasien tentang
faktor pencetus yang meliputi pneumonia, infrak miokard akut dan
stroke, serta konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan
infusiensi insulin seperti preparat diuretik tziasid dan propranolol
atau prosedur traupetik. Berdasarkan kasus yang ditemukan pada
Tn. R megatakan mengonsumsi obat diabetes sedangkan Tn.W
mengatakan Klien menggunakan obat dari warung jika sakit dan
klien sering meminum obat maag saat mengalami sakit perut.
Menurut peneliti tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.
6. Pemeriksaan penunjang
kadar glukosa darah (gula darah sewaktu/random >200 mg/dl, gula
darah puasa > 140 mg, gula darah 2 jam PP > 200 mg/dl). Aseton
plasma hasil (+) mencolok,. Aseton lemak bebas, peningkatan
lipid dan kolestrol, osmolaritas serum ( >330 osm/l), urinalisis,
proteinuria, ketonuria, glukosuria ( Wijaya, 2013). Berdasarkan
kasus yang didapatkan pada tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan prakek, dimana kasus Tn.R dan Tn. W dilakukan pemeriksaan
gula darah sewaktu pada tanggal 22 juli 2020 di dapatkan hasil
302 mg/dl dan 249 mg/dl.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori Nanda (2012), diagnosa keperawatan
utama yang biasa terjadi meliputi : Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi makanan. Defisit volume cairan berhubungan dengan
diuretik osmotic. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan kondisi metabolic. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan proses metabolisme yang terganggu. Resiko infeksi
berhubungan dengan perlukaan jaringan.
Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti kepada
Tn.R dan Tn.W pada tanggal 22 Juli 2020 di ruangan Dahlia RSUD
Kota Tanjungpinang terdapat kesenjangan antara teori dan praktek,
dimana untuk diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubangan dengan hiperglikemia, tidak terdapat dalam diagnosa
nanda, tetapi ditemukan dalam kasus saat melakukan pengkajian.
Maka peneliti mengangkat diagnosa tersebut dengan data yang di
dapat pada pasien. Ketiga masalah yang tidak diangkat yaitu diagnosa
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi
metabolic, tidak diangkat dikarenakan batasan karakteristik pada
diagnosa ini tidak sesuai dengan kasus yang ada dilapangan. Untuk
diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan proses metabolisme
yang terganggu tidak diangkat dikarenakan Tn. R dan Tn.W tidak
mengalami aritmia atau iskemia. Untuk diagnosa resiko infeksi
berhubungan dengan perlukaan jaringan tidak diangkat dikarenakan
Tn.R dan Tn.W tidak mempunyai luka atau ganggren.
Menurut Potter & Perry (2001) dalam penilitian pada tahun
2005 diagnosa keperawatan yang muncul harus berdasarkan keluhan
klien, dan ditambahkannya dalam penelitian bila pasien dalam proses
penyembuhan cenderung masalah yang akan timbul tidak begitu
kompleks seperti yang diharapkan.
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa yang ditegakkan
pada kasus Tn.R ditemukan kesenjangan-kesenjangan antara teori dan
kasus nyata sebagai berikut : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan dengan intevensi libatkan keluarga dalam pencernaan
makanan sesuai indikasi tidak disampaikan oleh petugas kesehatan,
hal ini dilihat saat melakukan pengkajian pada pasien, peneliti
bertanya apakah keluarga mengetahui makanan yang dianjurkan untuk
penderita diabetes. Keluarga klien mengatakan belum pernah
disampaikan tentang hal tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti, perawat ruangan memang tidak pernah melakukan
dan mengaplikasikan intervensi tesebut. Menurut Long (2016)
menyatakan penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik
serta kualitas hidup yang lebih baik. Dengan begitu melibatkan
keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien dapat mencapai kesehatan
yang optimal.
Untuk intervensi deficit volume cairan berhubungan dengan
diuretik osmotic, semua intervensi dilaksanakan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik. Untuk intervensi ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia dengan
intervensi ajarkan teknik hydroterapi hot bath untuk menurunkan
kadar gula darah sewaktu kepada keluarga dan pasien. Keluarga
mengatakan perawat ruangan tidak pernah mengajarkan terapi mandiri
untuk menstabilkan kadar gula darah. Berdasarkan hasil wawancara,
perawat rungan tidak pernah mengajarkan terapi mandiri karenakan
terapi merupakan tugas rehabilitasi. Manajemen hiperglikemia yang
dilakukan perawat dalam asuhan keperawatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi hiperglikemia yaitu mendorong dan memotivasi
pasien untuk meningkatkan intake cairan secara oral dan memonitor
status cairan pasien. Terapi komplementer diperlukan untuk
melengkapi dan memperkuat pengobatan konvensional
mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan
komplementer mengutamakan penyebab penyakit atau memacu tubuh
untuk mengeluarkan antibody untuk melawan penyakit. Salah satu
terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
hydroterapi. Hydroterapi membantu proses detoxifikasi di dalam
tubuh, termasuk dalam pembuangan detoxifikasi gula belebih. Hal ini
diperkuat oleh penelitian James (2010) dengan melakukan
hydroterapi menyebabkan terjadinya pemecahan gula dalam darah.
Hydroterapi dapat dilakukan secara internal dan eksternal untuk
menjaga kesehatan
dan keseimbangan tubuh, dalam hal ini terapi yang dimaksud adalah
hydroterapi secara eksternal yaitu dengan hydroterapi hot bath yaitu
rendam kaki menggunakan air panas dengan temperatur 98-104 0C F
(37-400C) dengan waktu 10-30 menit.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Dalam melakukan tindakkan keperawatan kepada Tn.R
semua tindakkan dilakukan berdasarkan teori keperawatan yang
berfokus pada intervensi yang telah ditetapkan. Implementasi
dilakukan setelah intervensi dirancang dengan baik. Implementasi
Keperawatan dilakukan mulai tanggal 22-24 Juli 2020. Untuk
diagnosa pertama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, dimana perawat ruangan
tidak melibatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien. Hal
tersebut dikarenakan pasien sudah mendapatkan rekomendasi dari ahli
gizi untuk penentuan diit makanan diabetes.
Untuk implementasi diagnosa kedua defisit volume cairan
berhubungan dengan diuretic osmotic tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek karena tindakan ini dilakukan sejalan dengan teori.
Untuk implementasi diagnose ketiga ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan hiperglikemia terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek dimana perawat ruangan tidak pernah mengajarkan
terapi mandiri untuk menstabilkan kadar gula darah. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan pengetahuan perawat tentang teknik-teknik
terapi mandiri khusus pasien dengan diabetes mellitus.
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari asuhan
keperawatan dengan cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi, kegiatan
yang dilakukan yaitu mengevaluasi selama proses berlangsung.
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan dengan menggunakan
metode SOAP.
Evaluasi yang dilakukan pada Tn.R dan Tn.W sesuai dengan
hasil implementasi yang telah dibuat pada kriteria objective yang telah
ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
sebagain, Tn. R dan Tn.W dikarenakan berat badan Tn. R belum
sesuai IMT. Pada diagnosa deficit volume cairan teratasi sebagian di
karenakan Tn. R dan Tn.W masih membutuhkan pemantauan lanjut
dari terapi yang diberikan. Pada diagnosa ketidak stabilan kadar
glukosa darah masih membutuhkan pemantauan lanjut dari terapi yang
diberikan.
4.3 Keterbatasan Studi Kasus
1. Pesiapan
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan studi kasus membutuhkan
waktu dan persiapan yang baik sehingga peneliti harus mempersiapkan
diri dengan baik. Selain itu penulis juga mengalami kesulitan dalam
mencari sumber buku yang ingin digunakan.
2. Hasil
Dari hasil yang diperoleh, peneliti menyadari bahwa studi kasus ini
jauh dari kesempurnaan karena proses pengumpulan data yang sangat
singkat sehingga hasil yang diperoleh pun kurang begitu sempurna
dan masih membutuhkan pembenahan dalam penulisan hasil.