Anda di halaman 1dari 40

1

BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


4.1.1 Gambar Lokasi Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tanjungpinang yang telah
ditetapkan menjadi rumah sakit pusat rujukan Tipe B untuk wilayah
provinsi Kepulauan Riau. Lokasi penelitian asuhan keperawatan
klien yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 dengan menggunakan
hydroterapi untuk menurunkan kadar gula darah sewaktu di ruang
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang. Jumlah tempat tidur di Ruang
Dahlia sebanyak 23 tempat tidur terdiri dari kelas I, II dan III.
Jumlah perawat di Ruang Dahlia ada 8 orang.
4.1.2 Pengkajian Kasus
1. Identitas Klien
Tabel 4.1
Identitas Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe
2 di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

Identitas Klien Klien 1 Klien 2

Nama (inisial) Tn.R Tn. W


Tempat Tanggal Sidimpuan, Kijang, 07 Maret 1981
lahir 24 September 1983
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Agama Kristen Islam
Pekerjaan Swasta Swasta
Pendidikan SMA SMA
Status Menikah Menikah
pernikahan Pantai Impian gang Kijang
Alamat jahan
Tgl MRS 21 Juli 2020 22 Juli 2020
Tgl Pengkajian 22 Juli 2020 22 Juli 2020
Jam pengkajian 21.00 WIB 14.00 WIB
Diagnosa medis DM + CKD DM

Penanggung Jawab

Nama Ny. H Ny. Y


Umur 30 tahun 35 tahun
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Agama Kristen Islam
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah tangga
Pendidikan SMA SMA
Alamat Pantai Impian Kijang

2. Status Kesehatan Saat Ini


Tabel 4.2
Status Kesehatan Saat ini Klien 1 dan 2 yang Mengalami
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Kota
Tanjungpinang Tahun 2020
Riwayat
Klien 1 Klien 2
penyakit
Alasan Klien mengatakan lemas Klien mengeluh badan terasa
MRS * dan sakit seluruh lemas dan tidak nafsu makan
badan,berkeringat, dan
muntah 3 kali.
Keluhan Klien mengatakan lemas Klien mengatakan badan lemas
utama dan sakit seluruh badan, dan tidak nafsu makan
berkeringat dan muntah
Riwayat Klien mengatakan Keluarga mengatakan
penyakit sebelumnya pernah di rawat sebelumnya pernah di rawat
sekarang di RS yang sama pada selama 3 hari di puskesmas
tanggal 11 -16 juli 2020 dengan diagnosa yang sama.
dengan diagnosa yang Namun pada tanggal 22 juli
sama. Kemudian pada 2020 kembali masuk ke RS
tanggal 21 juli 2020 masuk dikarenakan lemas dan tidak
ke RS kembali dikarnakan nafsu makan.
badan lemas dan ada mual
muntah.

3. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Tabel 4.3
Riwayat Kesehatan Terdahulu Klien 1 dan 2 yang Mengalami
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Kota
Tanjungpinang Tahun 2020

Riwayat Klien 1 Klien 2


Penyakit
1. Riwayat penyakit sebelumnya
a) Kecelakaan Klien mengatakan Klien mengatakan tidak
tidak pernah pernah mengalami
mengalami kecelakaan kecelakaan sebelumnya
sebelumnya
b) Operasi Klien mengatakan Klien mengatakan tidak
tidak pernah dilakukan pernah dilakukan operasi
operasi sebelumnya sebelumnya
c) Penyakit Klien mengatakan Klien mengatakan sudah
sudah menderita menderita kencing manis
kencing manis semenjak tiga tahun
semenjak dua tahun yang lalu
yang lalu
d) Terakhir Klien mengatakan Klien mengatakan
masuk RS pernah dirawat di RS pernah rawat inap di
yang sama pada saat ini puskesmas selama 3 hari
pada tanggal 11-16 juli kemudian di diagnosa
2020 denga diagnosa terkena penyakit DM
e) Penggunaan KB
yang sama. - -
2. Riwayat penyakit Klien mengatakan Klien mengatakan tidak
keluarga ayahnya pernah ada keluarga yang
menderita kencing menderita kencing manis
manis. sebelumnya
3. Alergi Klien mengatakan Klien mengatakan tidak
tidak pernah pernah mengalami alergi
mengalami alergi terhadap obat, makanan
terhadap obat, makanan maupun plester
maupun plester
4. Kebiasaan Klien memiliki Klien memiliki
kebiasaan suka kebiasaan suka makanan
makanan yang manis- yang manis-manis.
manis sebelum
mengetahui bahwa
dirinya memiliki gejala
kencing manis
5. Obat-obatan yang Klien mengatakan Klien hanya
digunakan meminum obat menggunakan obat dari
diabetes warung jika sakit dan
klien sering meminum
obat maag saat
mengalami sakit perut

6. Genogram
Klien 1

Gambar 4.1
Genogram Klien 1 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
Klien 2

Gambar 4.2
Genogram Klien 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020
Keterangan :

Laki-laki hidup / laki-laki meninggal

Perempuan hidup / perempuan


meninggal

Pasien
Garis keturunan
Garis tinggal serumah
Keluarga dengan penyakit yang sama

4. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4
Pemeriksaan Fisik Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe
2 di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

Observasi Klien 1 Klien 2


4.1.1. Keadaan umum
a. Kesadaran
b. Tanda vital
Suhu 36oC 36,7 oC
Nadi 98 x/m 87 x/m
TD 117/74 mmHg 130/90 mmHg
RR 20 x/m 22 x/m
c. TB 170 Cm 167 cm
BB 54 kg 56 kg
4.1.2. Body System
a. Pernafasan
Hidung I: Septum simetris, tidak I: Septum simetris, tidak
ada polip, bersih, tidak ada ada polip, bersih, tidak ada
pendarahan. pendarahan.
P: Tidak ada nyeri tekan, P: Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada massa. tidak ada massa.
Trakea I: Tidak ada massa atau I: Tidak ada massa atau
benjolan benjolan
P: Tidak ada nyeri tekan P: Tidak ada nyeri tekan
Suara nafas Tidak ada suara napas Tidak ada suara napas
tambahan tambahan seperti tambahan seperti
wheezing, ronchi wheezing, ronchi
Bentuk dada Normal chest, simetris, Normal chest, simetris,
traktil fremitus sama traktil fremitus sama antara
antara kanan dan kiri kanan dan kiri
Lainnya Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada retraksi dada, tidak ada retraksi dada,
tidak sianosis tidak sianosis
Kardiovaskuler I: ictus cordia tidak I: ictus cordis tidak
tampak, tidak ada tampak, tidak ada
pembesaran. pembesaran.
P: ictus cordis tidak kuat P: ictus cordis tidak kuat
angkat, tidak ada nyeri angkat, tidak ada nyeri
tekan. tekan.
P: Kanan atas: ICS II P: Kanan atas: ICS II
Linea Para Sternalis Dextr, Linea Para Sternalis Dextr,
Kanan bawah: ICS IV Kanan bawah: ICS IV
Linea Para Sternalis
Linea Para Sternalis
Dextra, Kiri atas: ICS II
Dextra, Kiri atas: ICS II
Linea Para Sternalis
Sinistra, Kiri bawah: ICS Linea Para Sternalis
IV Linea Medio Sinistra, Kiri bawah: ICS
Clavicularis Sinistra. IV Linea Medio
A: BJ 1 dan BJ 2 Clavicularis Sinistra.
terdengan, tidak ada suara A: BJ 1 dan BJ 2
tambahan. terdengan, tidak ada suara
tambahan.
b. Persyarafan
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS 4-5-6 4-5-6
Mata I: penglihatan klien kabur, I: konjungtiva pucat,
konjungtiva pucat, kelopak kelopak mata sayu,
mata sayu penglihatan kabur
P : Tidak ada nyeri tekan P : Tidak ada nyeri tekan
Leher I: tidak terdapat I: tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar tiroid,
tidak terdapat peningkatan tidak terdapat peningkatan
tekanan vena jogularis. tekanan vena jogularis.
P: posisi trakea simetris, P: posisi trakea simetris,
tidak ada massa atau tidak ada massa atau
benjolan, tidak ada nyeri benjolan, tidak ada nyeri
tekan tekan
Pendengaran I: keadaan telinga bersih, I: keadaan telinga bersih,
tidak ada serumen, tidak tidak ada serumen, tidak
ada benjolan ada benjolan
P: tidak ada nyeri tekan P: tidaka ada nyeri tekan
Penciuman Tidak ada gangguan pada Tidak ada gangguan pada
indera penciuman klien indera penciuman klien
Pengecap Bibir klien kering, mukosa Bibir klien kering, mukosa
bibir pucat, klien tidak bibir pucat, klien tidak
nafsu makan nafsu maka
Pola istirahat Klien tidur malam selama Klien tidur selama 10 jam
8 jam dan tidur siang dan tidur siang 2 jam
selama 2 jam
c. Perkemihan Pola
Eliminasi Urin
Produksi urin 2000 ml/ 24 jam ±800 ml / 24 jam
Frekuensi Terpasang kateter 3 x/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas

d. Pencernaan
Eliminasi Alvi
Mulut I: mulut bersih, bibir I: mulut bersih, bibir
kering, tidak ada lesi, kering, tidak ada lesi,
P: tidak ada nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan

Abdomen I: Perut datar, tidak ada I: Perut datar, tidak ada


massa atau benjolan, tidak massa atau benjolan, tidak
ada lesi ada lesi
A: suara bising usus 12 A: suara bisis 13 x/menit.
x/menit. P: Suara timpani.
P: Suara timpani. P: tidak ada nyeri tekan
P: tidak ada nyeri tekan
Rectum Tidak terkaji tidak terkaji
BAB klien BAB 1x selama 2 klien Belum BAB selama
hari d RS
Konsistensi Lembek Tidak Terkaji
Diet klien mendapatkan diet klien mendapatkan diet
makanan lunak dan rendah makanan lunak dan rendah
gula gula
Pola nutrisi Klien hanya menghabiskan Klien hanya menghabiskan
3 sendok makanan dari 1 setengah porsi makan yang
porsi yang diberikan diberikan selama 3 kali
sehari
Pola eliminasi Klien BAB satu kali Klien belum BAB selama
BAB selama 2hari di RS sehari di RS
e. Tulang Otot
Integumen
Kemampuan Terbatas, tidak ada parese Terbatas, tidak ada parese
pergerakan sendi dan paralise dan paralise
Ekstremitas atas I: Tidak ada kelainan, Tidak ada kelainan, tidak
tidak ada fraktur, tidak ada ada fraktur, tidak ada
deformitas tulang, tidak deformitas tulang, tidak
ada perlukaan. ada perlukaan
P: kekuatan otot P: kekuatan otot
4444/4444 4444/4444
Ekstremitas I: tidak terdapat luka I: tidak terdapat luka
bawah P: Kekuatan otot P: Kekuatan otot
4444/4444. 4444/4444.
Pola aktivitas Klien dapat menggerakkan Klien dapat menggerakkan
kaki, miring kanan dan kiri kaki, miring kanan dan kiri
dan melakukan aktivitas dan melakukan aktivitas
dengan dibantu oleh dengan dibantu oleh
keluarga keluarga.
Pola personal Klien hanya diseka oleh Klien hanya diseka oleh
hygiene keluarga setiap pagi keluarga setiap pagi
f. Endokrin Terdapat kelemahan Terdapat kelemahan
diseluruh badan, GDA 302 diseluruh badan, GDA 249
mg/dL mg/dL
g. Reproduksi Tidak terkaji Tidak terkaji

5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.5
Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

No Pemeriksaan Klien 1 Klien 2


1. Tanggal pemeriksaan 22 Juli 2020 23 Juli 2020
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,0 gr% 13,0 gr%
Leukosit 21.300 mm3 19.200 mm3
Etytrosit 4,0 jt/mm3 3,0 jt/mm3
Trombosit 235.000 mm3 245.000 mm3
PCV 30 V% 32 V%
MCV 75 fi 82 fi
MCH 30 pg 30 pg
MCHC 39 g/dl 37 g/dl
DIF COUNT
Basofil 0% 0%
Eosinofil 0% 0%
N. Segmen 85 % 80 %
Limfosit 7% 10 %
Monosit 8% 7%
Ig
Gula Darah Acak 302 mg/dl 249 mg/dl
SGOT 36 U/L 37 U/L
SGPT 39 U/L 40 U/L
UREUM
BUN/Urea 119 mg/dl 130 mg/dl
Creatinie Serum 9,8 mg/dl 9,0 mg/dl
Sodium / Natrium 120 mg/dl 128 mg/dl
Potassium/Kalium 2,7 ug/dl 2,5 ug/dl
Clorida 89 mg/dl 85 mg/dl
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
PH 5,5 6,1
BJ 1.020 1.020
Protein 2+ 2+
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen
Erytrosit 0-1 0-1
Leucosit 1-2 1-2
Epitel 2-4 2-4
6. Terapi
Tabel 4.6
Terapi Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

Terapi Klien 1 Klien 2


Terapi hari ke 1 22 Juli 2020 23 Juli 2020
Inf Dext 20 tpm Inf Dext 20 tpm
Tab. Proenal Tab. Proenal
Ceftriaxone 4mg Ceftriaxone 4gram
Inj. Ondancentron 19gr Inj. Ondansetron 19 gr

Diet Makanan lunak DM Makanan lunak DM

Terapi hari ke 2 23 Juli 2020 24 Juli 2020


Inf Dext 20 tpm Inf Dext 20 tpm
Proenol 5 tablet Ceftriaxone 4 gram
Laxadone 8 gr 3x1 c Ondansetron 19 mg
Lavemir 5 unit

Diet Makanan lunak DM Makanan lunak DM

Terapi hari ke 3 24 Juli 2020 Tidak terkaji


Inf Dext 20 tpm
Proenol tab
Ceftriaxone 4 gr

Diet Makanan lunak DM Tidak terkaji

4.1.3 Analisa Data


Tabel 4.7
Analisa Data Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2
di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

No Data Etiologi Masalah


Klien 1
1. DS: Klien mengatakan cepat ketidakmampuan Ketidak seimbangan
kenyang setelah makan dan mengabsorbsi nutrisi kurang dari
tidak selera makan. makanan kebutuhan tubuh
DO:
1. Klien tampak
menghabiskan 3 sendok
makanan dari 1 porsi
yang diberikan
2. Membran mukosa dan
konjungtiva tampak
pucat, bibir kering
3. TTV
S : 36oC
N : 98 x/m
TD : 117/74 mmHg
RR : 20 x/m
BB sebelum sakit : 65 Kg
BB setelah sakit : 54 Kg
IMT : 18,6 (Kurus)
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin 12,0 gr%
Glukosa darah sewaktu
302 mg/dL
2. DS: Klien mengatakan Diuretik osmotik Defisit volume
badannya lemah dan haus cairan
DO:
1. Tampak membran
mukosa dan bibir kering
2. S : 36oC
N : 98 x/m
TD : 117/74 mmHg
RR : 20 x/m
3. PCV 30V%
4. BB sebelum sakit : 65 Kg
BB setelah sakit : 54 Kg
3. DS: Klien mengatakan Resistensi insulin Ketidakstabilan
badannya terasa lemah. kadar glukosa darah
DO:
TD 110/70, S 36,70C, N
96x/i, RR 20x/i
Jumlah urin 2000cc/24 jam
Hasil pengecekan gula darah
sewaktu :
Jam 09.15 WIB (150 mg/dL)
Jam 14.47 WIB (210 mg/dL)
Jam 20.15 WIB (302 mg/dL)
Klien 2
1. DS: Klien mengatakan cepat ketidakmampuan Ketidak seimbangan
kenyang setelah makan dan mengabsorbsi nutrisi kurang dari
tidak selera makan. makanan kebutuhan tubuh
DO:
1. Klien tampak
menghabiskan setengah
porsi makan yang
diberikan.
2. Membran mukosa dan
konjungtiva tampak
pucat, bibir kering
3. TTV
S : 36,7oC
N : 87 x/m
TD : 130/90 mmHg
RR : 22 x/m
BB sebelum sakit : 62 Kg
BB setelah sakit : 52 Kg
IMT : 18,6 (Kurus)
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin 13,0 gr%
Glukosa darah sewaktu
249 mg/dL

2. DS: Klien mengatakan Diuretik osmotik Defisit volume


badannya lemah dan haus cairan
DO:
1. Tampak membran
mukosa dan bibir kering
2. S : 36,7oC
N : 87 x/m
TD : 130/90 mmHg
RR : 22 x/m
BB sebelum sakit : 62 Kg
BB setelah sakit : 52 Kg
IMT : 18,6 (Kurus)

3. DS: Klien mengatakan sudah Hiperglikemia Ketidakstabilan


menderita kencing manis kadar glukosa darah
semenjak tiga tahun yang
lalu.
DO:
TD 130/90, S 36,60C, N
86x/i, RR 20x/i
Jumlah urin 900cc/24 jam
Hasil pengecekan gula darah
sewaktu :
Jam 09.00 WIB (147 mg/dL)
Jam 14.00 WIB (220 mg/dL)
Jam 20.00 WIB (249 mg/dL)

4.1.4 Daftar Masalah Keperawatan


Tabel 4.8
Daftar Masalah Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Kota
Tanjungpinang Tahun 2020

No Tanggal Masalah keperawatan


Klien 1
1. 22 Juli 2020 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
yang ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan cepat kenyang setelah makan
dan tidak selera makan.
DO:
1. Klien tampak menghabiskan 3 sendok makanan
dari 1 porsi yang diberikan
2. Membran mukosa dan konjungtiva tampak pucat,
bibir kering
3. TTV
S : 36oC
N : 98 x/m
TD : 117/74 mmHg
RR : 20 x/m
BB sebelum sakit : 65 Kg
BB setelah sakit : 54 Kg
IMT : 18,6 (Kurus)
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin 12,0 gr%
Glukosa darah sewaktu 302 mg/dL
2. 22 Juli 2020 Defisit volume cairan b/d diuretik osmotic yang
ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan badannya lemah dan haus
DO:
1. Tampak membran mukosa dan bibir kering
2. S : 36,8oC
N : 95 x/m
TD : 100/70 mmHg
RR : 23 x/m
3. PCV 30V%
BB sebelum sakit : 65 Kg
BB setelah sakit : 54 Kg
3. 22 Juli 2020 Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d
hiperglikemia yang ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan badannya terasa lemah
DO:
TD 110/70, S 36,70C, N 96x/i, RR 20x/i
Jumlah urin 2000cc/24 jam
Hasil pengecekan gula darah sewaktu :
Jam 09.15 WIB (150 mg/dL)
Jam 14.47 WIB (210 mg/dL)
Jam 20.15 WIB (302 mg/dL)
Klien 2
1. 22 Juli 2020 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
yang ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan cepat kenyang setelah makan
dan tidak selera makan.
DO:
1. Klien tampak menghabiskan setengah porsi
makan yang diberikan.
2. Membran mukosa dan konjungtiva tampak pucat,
bibir kering
3. TTV
S : 36,7oC
N : 87 x/m
TD : 130/90 mmHg
RR : 22 x/m
BB sebelum sakit : 62 Kg
BB setelah sakit : 52 Kg
IMT : 18,6 (Kurus)
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin 13,0 gr%
Glukosa darah sewaktu 249 mg/dL
2. 22 Juli 2020 Defisit volume cairan b/d diuretik osmotic yang
ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan badannya lemah dan haus,
mual, muntah
DO:
1. Tampak membran mukosa dan bibir kering
2. S : 36,7oC
N : 87 x/m
TD : 130/90 mmHg
RR : 22 x/m
BB sebelum sakit : 62 Kg
BB setelah sakit : 52 Kg
IMT : 18,6 (Kurus)
3. 22 Juli 2020 Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d
hiperglikemia yang ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan badannya terasa lemah
DO:
TD 130/90, S 36,60C, N 86x/i, RR 20x/i
Jumlah urin 900cc/24 jam
Hasil pengecekan gula darah sewaktu :
Jam 09.00 WIB (147 mg/dL)
Jam 14.00 WIB (220 mg/dL)
Jam 20.00 WIB (240 mg/dL)

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuretik osmotic
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
62

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.9
Intervensi Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2
di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
Klien I
1. Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan setaip hari. 1. Mengkaji pemasukan makanan yang
seimbangan nutrisi keperawatan 3 x 24 jam di 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan adekuat.
kurang dari harapkan klien akan kekeringan jaringan konjungtiva 2. Pucat pada konjungtiva
kebutuhan tubuh meningkatkan nutrisi dalam 3. Tentukan program diet dan pola memandakan kurangnya nutrisi
b/d batas normal selama dalam makanan klien dan bandingkan dengan pasien.
ketidakmampuan perawatan. makanan yang dihabiskan pasien. 3. Mengidentifikasi kekurangan dan
mengabsorbsi Kriteria Hasil : 4. Auskultasi bising usus, catat adanya penyimpangan dari kebutuhan.
makanan. 1. Adanya peningkatan nyeri abdomen, mual, muntah. 4. Hiperglikemia dapat merunkan
berat badan sesuai 5. Libatkan keluarga pada pencernaan motilitas atau fungsi lambung
dengan tujuan makanan sesuai indikasi. (distensi atau ileus paralitik).
2. Berat badan ideal sesuai 6. Kolaborasi dengan ahli gizi. 5. Memberikan informasi kepada
dengan tinggi badan keluarga untuk memahami nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda klien.
malnutrisi 6. Sangat bermanfaat dalam
4. Menunjukkan perhitungan dan penyusunan diet
peningkatan fungsi untuk memenuhi kebutuhan pasien.
pengecapan dari
menelan
5. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
6. Menghabiskan porsi
makanan yang diberikan
7. Mual dan muntah tidak
ada atau berkurang.
2. Defisit volume Setelah melakukan 1. Kaji riwayat pasien berhubungan 1. Membantu dalam memperkirakan
cairan b/d diuretik tindakan keperawatan 3 x dengan lamanya/intensitas dari gejala kekurangan volume tubuh total.
osmotic 24 jam di harapkan klien seperti muntah, pengeluaran yang 2. Hipovolemi dapat ditandai dengan
akan menunjukkan cairan berlebihan. hipotensi dan takitardi.
dalam batas normal 2. Pantau tanda-tanda vital. 3. Memberikan perkiraan akan
Kriteria Hasil : 3. Pantau masukan input dan output, pergantian cairan dan fungsi ginjal
1. Mempertahankan urine catat BJ urine. dan keefektifan terapi.
output sesuai denga 4. Ukur BB setiap hari. 4. Memberikan hasil pengkajian
usiadan BB, BJ urine 5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi terbaik dan status cairan yang
normal, HT normal. sedang berlangsung.
2. Tekanan darah, nadi, 5. Tipe dan jumlah cairan tergantung
suhu tubuh dalam batas pada derajat kekurangan cairan dan
normal. respon pasien secara individual.
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit
baik, membrane mukosa
lembab, tidak adanya
rasa haus yang
berlebihan
3. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kadar glukosa darah 1. Untuk mengetahui nilai normal
kadar glukosa keperawatan 3 x 24 jam 2. Monitor tanda-tanda dan gejala kadar gula darah
darah b/d klien mampu memenuhi. hiperglikemia : poliuria, polidipsia, 2. Untuk memberikan tindakanmedis
hiperglikemia Kriteria Hasil : polifagia, lemah, kelesuan, malaise, yang tepat.
1. Mampu mengontrol mengaburkan visi, atau sakit kepala. 3. Agar vital sign dapat terontrol
kadar glukosa darah 3. Monitor tekanan darah dan denyut dengan baik.
2. Mampu memahami nadi ortostatik. 4. Untuk mengurangi kebutuhan
manajemen diabetes 4. Anjurkan untuk membatasi aktivitas energy yang berlebih.
3. Mampu menerimaan ketika kadar gukosa darah lebih dari 5. Hydroterapi hot bath adalah terapi
kondisi kesehatan 250 mg/dl. rendam kaki menggunakan air panas
5. Ajarkan teknik hydroterapi hot bath dengan temperatur 37-400C selama
untuk menurunkan kadar gula darah 10-30 menit untuk menurunkan
sewaktu kepada keluarga dan pasien. kadar gula darah sewaktu.
6. Edukasi pada pasien dan keluarga 6. Manajemen diabetes merupakan
mengenai manajemen diabetes selama tindakan mandiri keluarga dalam
peride sakit, termasuk penggunaan merawat klien dengan diabetes.
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
Klien 2
1. Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan setaip hari. 1. Mengkaji pemasukan makanan yang
seimbangan nutrisi keperawatan 3 x 24 jam di 2. Tentukan program diet dan pola adekuat.
kurang dari harapkan klien akan makanan klien dan bandingkan 2. Mengidentifikasi kekurangan dan
kebutuhan tubuh meningkatkan nutrisi dalam dengan makanan yang dihabiskan penyimpangan dari kebutuhan.
b/d batas normal selama dalam pasien. 3. Hiperglikemia dapat merunkan
ketidakmampuan perawatan. 3. Auskultasi bising usus, catat adanya motilitas atau fungsi lambung
mengabsorbsi Kriteria Hasil : nyeri abdomen, mual, muntah. (distensi atau ileus paralitik).
makanan. 1. Adanya peningkatan 4. Libatkan keluarga pada pencernaan 4. Memberikan informasi kepada
berat badan sesuai makanan sesuai indikasi. keluarga untuk memahami nutrisi
dengan tujuan 5. Kolaborasi dengan ahli gizi. klien.
2. Berat badan ideal sesuai 5. Sangat bermanfaat dalam
dengan tinggi badan perhitungan dan penyusunan diet
3. Tidak ada tanda-tanda untuk memenuhi kebutuhan pasien.
malnutrisi
4. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
5. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
6. Menghabiskan porsi
makanan yang diberikan
7. Mual dan muntah tidak
ada atau berkurang.
2. Defisit volume Setelah melakukan 1. Kaji riwayat pasien berhubungan 1. Membantu dalam memperkirakan
cairan b/d diuretik tindakan keperawatan 3 x dengan lamanya/intensitas dari gejala kekurangan volume tubuh total.
osmotic 24 jam di harapkan klien seperti muntah, pengeluaran yang 2. Hipovolemi dapat ditandai dengan
akan menunjukkan cairan berlebihan. hipotensi dan takitardi.
dalam batas normal 2. Pantau tanda-tanda vital. 3. Memberikan perkiraan akan
Kriteria Hasil : 3. Pantau masukan input dan output, pergantian cairan dan fungsi ginjal
1. Mempertahankan urine catat BJ urine. dan keefektifan terapi.
output sesuai dengan 4. Ukur BB setiap hari. 4. Memberikan hasil pengkajian
usia dan BB, BJ urine 5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi terbaik dan status cairan yang
normal, HT normal. sedang berlangsung.
2. Tekanan darah, nadi, 5. Tipe dan jumlah cairan tergantung
suhu tubuh dalam batas pada derajat kekurangan cairan dan
normal. respon pasien secara individual.
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit
baik, membrane mukosa
lembab, tidak adanya
rasa haus yang
berlebihan
3. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kadar glukosa darah 1. Untuk mengetahui nilai normal
kadar glukosa keperawatan 3 x 24 jam 2. Monitor tanda-tanda dan gejala kadar gula darah
darah b/d klien mampu memenuhi. hiperglikemia : poliuria, polidipsia, 2. Untuk memberikan tindakanmedis
hiperglikemia Kriteria Hasil : polifagia, lemah, kelesuan, malaise, yang tepat.
1. Mampu mengontrol mengaburkan visi, atau sakit kepala. 3. Agar vital sign dapat terontrol
kadar glukosa darah 3. Monitor tekanan darah dan denyut dengan baik.
2. Mampu memahami nadi ortostatik. 4. Untuk mengurangi kebutuhan
manajemen diabetes 4. Anjurkan untuk membatasi aktivitas energy yang berlebih.
3. Mampu menerimaan ketika kadar gukosa darah lebih dari 5. Hydroterapi hot bath adalah terapi
kondisi kesehatan 250 mg/dl. rendam kaki menggunakan air panas
5. Ajarkan teknik hydroterapi hot bath dengan temperatur 37-400C selama
untuk menurunkan kadar gula darah 10-30 menit untuk menurunkan
sewaktu kepada keluarga dan pasien. kadar gula darah sewaktu.
6. Edukasi pada pasien dan keluarga 6. Manajemen diabetes merupakan
mengenai manajemen diabetes selama tindakan mandiri keluarga dalam
peride sakit, termasuk penggunaan merawat klien dengan diabetes.
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
4.1.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.10
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2
di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2020

NO HARI JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) NAMA


DX /TANGGAL LENGKAP
Klien 1
DX Rabu, 21.00 1. Menimbang berat badan klien setiap S : Jefli
1 22 Juli 2020 hari. a. Klien mengatakan cepat kenyang setelah Sapurangga
R/ Berat badan 54 Kg makan dan tidak selera makan.
21.10 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan b. Klien mengatakan tidak ada nyeri
kekeringan jaringan konjungtiva abdomen, mual dan muntah masih ada.
R/ Konjungtiva tampak pucat O:
21.30 3. Menentukan program diet dan pola a. Klien tampak menghabiskan 3 sendok dari
makanan klien dan bandingkan dengan makanan yang diberikan.
makanan yang dihabiskan pasien. b. Konjungtiva tampak pucat
R/ Klien tampak diberikan makanan c. Klien tampak diberikan makanan lunak
lunak dengan diit diabetes. Klien tampak dengan diit diabetes.
menghabiskan 3 sendok dari makanan d. Berat badan 54 Kg.
yang diberikan. Klien mengatakan cepat e. Bising usus 12x/i.
kenyang setelah makan dan tidak selera A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi belum
makan. teratasi
21.35 4. Mengauskultasi bising usus, catat adanya P : Intervensi dilanjutkan
nyeri abdomen, mual, muntah.
R/ Klien mengatakan tidak ada nyeri
abdomen, mual dan muntah masih ada.
Bising usus 12x/i.
21.38 5. Libatkan keluarga pada pencernaan
makanan sesuai indikasi.
R/ Keluarga klien tampak ikut terlibat
dalam memenuhi nutrisi klien.
21.40 6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Klien direkomendasian untuk diberi
makan lunak dengan diit diabetes.
DX Rabu, 06.00 1. Mengkaji riwayat pasien berhubungan S : Jefli
2 22 Juli 2020 dengan lamanya/intensitas dari gejala a. Klien mengatakan badannya lemah dan Sapurangga
seperti muntah, pengeluaran yang haus, mual dan muntah.
berlebihan. O:
R/ Klien mengatakan badannya lemah a. S : 36,80C, N : 95x/i, TD : 100/70 mmHg,
dan haus, mual dan muntah. Membran RR : 23x/i
mukosa dan bibir tampak kering. b. Membran mukosa dan bibir tampak kering.
06.05 2. Memantau tanda-tanda vital. c. Tampak pengeluaran urine 2000 cc/ 24 jam
R/ S : 36,80C, N : 95x/i, TD : 100/70 d. Berat badan 54 Kg
mmHg, RR : 23x/i e. Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
06.15 3. Memantau masukan input dan output, A : Masalah deficit volume cairan belum teratasi
catat BJ urine. P : Intervensi dilanjutkan
R/ Tampak pengeluaran urine 2000 cc/
24 jam
06.20 4. Mengukur BB setiap
hari. R/ Berat badan 54
06.25 Kg
5. Memberikan terapi cairan sesuai
indikasi R/ Klien tampak terpasang
NaCl 20 tpm
DX Rabu, 06.30 1. Memonitor tekanan darah dan denyut S : Jefli
3 22 Juli 2020 nadi ortostatik a. Klien mengatakan badannya terasa lemah Sapurangga
R/ TD 110/70, S 36,70C, N 96x/i, RR 20x/i b. Klien dan keluarga mengatakan memahami
06.40 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala manajemen diabetes yang dijelaskan
hiperglikemia : poliuria, polidipsia, perawat
polifagia, lemah, kelesuan, malaise, O:
mengaburkan visi, atau sakit kepala. a. TD 110/70, S 36,70C, N 96x/i, RR 20x/i
R/ Klien mengatakan badannya terasa b. jumlah urin 2000cc/24 jam
lemah, jumlah urin 2000cc/24 jam c. GDS sebelum terapi 302 mg/dl
06.45 3. Memonitor kadar glukosa darah d. GDS setelah terapi 249 mg/dl.
R/ GDS sebelum terapi 302 mg/dl A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
06.50 4. Menganjurkan untuk membatasi aktivitas belum teratasi
ketika kadar gukosa darah lebih dari 250 P : Intervensi dilanjutkan
mg/dl.
R/ Klien tampak memahami anjuran
yang diberikan.
06.55 5. Mengajarkan teknik hydroterapi hot
bath untuk menurunkan kadar gula darah
sewaktu kepada keluarga dan pasien.
R/ Klien tampak kooperatif dan
mengikuti terapi yang diberikan perawat.
GDS setelah terapi 249 mg/dl.
07.00 6. Mengedukasi pada klien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama
peride sakit, termasuk penggunaan
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
R/ Klien dan keluarga mengatakan
memahami manajemen diabetes yang
dijelaskan perawat.
Klien 2
DX Rabu, 21.00 1. Menimbang berat badan klien setiap S : Jefli
1 22 Juli 2020 hari. a. Klien mengatakan cepat kenyang setelah Sapurangga
R/ Berat badan 52 Kg makan dan tidak selera makan.
21.10 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan b. Klien mengatakan tidak ada nyeri
kekeringan jaringan konjungtiva abdomen, mual dan muntah masih ada.
R/ Konjungtiva tampak pucat O:
21.30 3. Menentukan program diet dan pola a. Klien tampak menghabiskan setengah porsi
makanan klien dan bandingkan dengan makanan yang diberikan.
makanan yang dihabiskan pasien. b. Konjungtiva tampak pucat
R/ Klien tampak diberikan makanan c. Klien tampak diberikan makanan lunak
lunak dengan diit diabetes. Klien tampak dengan diit diabetes.
menghabiskan setengah porsi makanan d. Berat badan 52 Kg.
yang diberikan. Klien mengatakan cepat e. Bising usus 13x/i.
kenyang setelah makan dan tidak selera A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi belum
makan. teratasi
21.35 4. Mengauskultasi bising usus, catat adanya P : Intervensi dilanjutkan
nyeri abdomen, mual, muntah.
R/ Klien mengatakan tidak ada nyeri
abdomen, mual dan muntah masih ada.
Bising usus 13x/i.
21.38 5. Libatkan keluarga pada pencernaan
makanan sesuai indikasi.
R/ Keluarga klien tampak ikut terlibat
dalam memenuhi nutrisi klien.
21.40 6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Klien direkomendasian untuk diberi
makan lunak dengan diit diabetes.
DX Rabu, 06.00 1. Mengkaji riwayat pasien berhubungan S : Jefli
2 22 Juli 2020 dengan lamanya/intensitas dari gejala a. Klien mengatakan badannya lemah dan Sapurangga
seperti muntah, pengeluaran yang haus, mual dan muntah.
berlebihan. O:
R/ Klien mengatakan badannya lemah a. S : 36,80C, N : 95x/i, TD : 100/70 mmHg,
dan haus, mual dan muntah. RR : 23x/i
Membran mukosa dan bibir tampak b. Membran mukosa dan bibir tampak kering.
kering. c. Tampak pengeluaran urine 900 cc/ 24 jam
06.05 2. Memantau tanda-tanda vital. d. Berat badan 52 Kg
R/ S : 36,80C, N : 95x/i, TD : 100/70 e. Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
mmHg, RR : 23x/i A : Masalah deficit volume cairan belum teratasi
06.15 3. Memantau masukan input dan output, P : Intervensi dilanjutkan
catat BJ urine.
R/ Tampak pengeluaran urine 2000 cc/
24 jam
06.20 4. Mengukur BB setiap
hari. R/ Berat badan 52
06.25 Kg
5. Memberikan terapi cairan sesuai indikasi
R/ Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
DX Rabu, 06.30 1. Memonitor tekanan darah dan denyut S : Jefli
3 22 Juli 2020 nadi ortostatik a. Klien mengatakan badannya terasa lemah Sapurangga
R/ TD 130/90, S 36,60C, N 86x/i, RR 20x/i b. Klien dan keluarga mengatakan memahami
06.40 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala manajemen diabetes yang dijelaskan
hiperglikemia : poliuria, polidipsia, perawat
polifagia, lemah, kelesuan, malaise, O:
mengaburkan visi, atau sakit kepala. a. TD 130/90, S 36,60C, N 86x/i, RR 20x/i
R/ Klien mengatakan badannya terasa b. jumlah urin 900cc/24 jam
lemah, jumlah urin 900cc/24 jam c. GDS sebelum terapi 240 mg/dl
06.45 3. Memonitor kadar glukosa darah d. GDS setelah terapi 220 mg/dl.
R/ GDS sebelum terapi 240 mg/dl A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
06.50 4. Menganjurkan untuk membatasi aktivitas belum teratasi
ketika kadar gukosa darah lebih dari 250 P : Intervensi dilanjutkan
mg/dl.
R/ Klien tampak memahami anjuran
yang diberikan.
06.55 5. Mengajarkan teknik hydroterapi hot
bath untuk menurunkan kadar gula darah
sewaktu kepada keluarga dan pasien.
R/ Klien tampak kooperatif dan
mengikuti terapi yang diberikan perawat.
GDS setelah terapi 220 mg/dl.
07.00 6. Mengedukasi pada klien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama
peride sakit, termasuk penggunaan
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
R/ Klien dan keluarga mengatakan
memahami manajemen diabetes yang
dijelaskan perawat.
Klien 1
DX Kamis, 21.00 1. Menimbang berat badan klien setiap S : Jefli
1 23 Juli 2020 hari. a. Klien mengatakan sudah mulai selera Sapurangga
R/ Berat badan 55 Kg makan.
21.10 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan b. Klien mengatakan tidak ada nyeri

kekeringan jaringan konjungtiva abdomen, mual dan muntah tidak ada.


R/ Konjungtiva tampak an O:
21.30 anemis a. Klien tampak menghabiskan setengah porsi
3. Menentukan program diet dan pola dari makanan yang diberikan.
makanan klien dan bandingkan dengan b. Konjungtiva tampak an anaemis
makanan yang dihabiskan pasien. c. Klien tampak diberikan makanan lunak
R/ Klien tampak diberikan makanan
lunak dengan diit diabetes. Klien tampak dengan diit diabetes.
menghabiskan setengah porsi dari d. Berat badan 55 Kg.
makanan yang diberikan. Klien e. Bising usus 10x/i.
mengatakan sudah mulai selera makan. A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi belum
21.35 4. Mengauskultasi bising usus, catat adanya teratasi sebagian
nyeri abdomen, mual, muntah. P : Intervensi dilanjutkan
R/ Klien mengatakan tidak ada nyeri
abdomen, mual dan muntah tidak ada.
Bising usus 10x/i.
21.38 5. Libatkan keluarga pada pencernaan
makanan sesuai indikasi.
R/ Keluarga klien tampak ikut terlibat
dalam memenuhi nutrisi klien.
21.40 6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Klien direkomendasian untuk diberi
makan lunak dengan diit diabetes.
DX Kamis, 06.00 1. Mengkaji riwayat pasien berhubungan S : Jefli
2 23 Juli 2020 dengan lamanya/intensitas dari gejala a. Klien mengatakan badannya lemah dan Sapurangga
seperti muntah, pengeluaran yang haus, mual dan muntah tidak ada.
berlebihan. O:
R/ Klien mengatakan badannya lemah a. S : 36,50C, N : 92x/i, TD : 110/70 mmHg,
dan haus, mual dan muntah tidak ada. RR : 20x/i
Membran mukosa dan bibir tampak b. Membran mukosa dan bibir tampak
lembab. lembab.
06.05 2. Memantau tanda-tanda vital. c. Tampak pengeluaran urine 1500 cc/ 24 jam
R/ S : 36,50C, N : 92x/i, TD : 110/70 d. Berat badan 55 Kg
mmHg, RR : 20x/i e. Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
06.15 3. Memantau masukan input dan output, A : Masalah deficit volume cairan belum teratasi
catat BJ urine. sebagaian
R/ Tampak pengeluaran urine 1500 cc/ P : Intervensi dilanjutkan
24 jam
06.20 4. Mengukur BB setiap
hari. R/ Berat badan 55
06.25 Kg
5. Memberikan terapi cairan sesuai
indikasi R/ Klien tampak terpasang
NaCl 20 tpm
DX Kamis, 06.30 1. Memonitor tekanan darah dan denyut S : Jefli
3 23 Juli 2020 nadi ortostatik a. Klien mengatakan badannya terasa lemah Sapurangga
R/ TD 100/70, S 36,80C, N 94x/i, RR 20x/i b. Klien dan keluarga mengatakan memahami
06.40 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala manajemen diabetes yang dijelaskan
hiperglikemia : poliuria, polidipsia, perawat
polifagia, lemah, kelesuan, malaise, O:
mengaburkan visi, atau sakit kepala. a. TD 100/70, S 36,80C, N 94x/i, RR 20x/i
R/ Klien mengatakan badannya terasa b. Jumlah urin 1500cc/24 jam
lemah, jumlah urin 1500cc/24 jam c. GDS sebelum terapi 240 mg/dl
06.45 3. Memonitor kadar glukosa darah d. GDS setelah terapi 210 mg/dl.
R/ GDS sebelum terapi 240 mg/dl A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
06.50 4. Menganjurkan untuk membatasi aktivitas belum teratasi
ketika kadar gukosa darah lebih dari 250 P : Intervensi dilanjutkan
mg/dl.
R/ Klien tampak memahami anjuran
yang diberikan.
06.55 5. Mengajarkan teknik hydroterapi hot
bath untuk menurunkan kadar gula darah
sewaktu kepada keluarga dan pasien.
R/ Klien tampak kooperatif dan
mengikuti terapi yang diberikan perawat.
GDS setelah terapi 210 mg/dl.
07.00 6. Mengedukasi pada klien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama
peride sakit, termasuk penggunaan
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
R/ Klien dan keluarga mengatakan
memahami manajemen diabetes yang
dijelaskan perawat.
Klien 2
DX Kamis, 21.00 1. Menimbang berat badan klien setiap S : Jefli
1 23 Juli 2020 hari. a. Klien mengatakan sudah mulai selera Sapurangga
R/ Berat badan 53 Kg makan.
21.10 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan b. Klien mengatakan tidak ada nyeri
kekeringan jaringan konjungtiva abdomen, mual dan muntah masih tidak
R/ Konjungtiva tampak an anemis ada.
21.30 3. Menentukan program diet dan pola O:
makanan klien dan bandingkan dengan a. Klien tampak menghabiskan setengah porsi
makanan yang dihabiskan pasien. makanan yang diberikan.
R/ Klien tampak diberikan makanan b. Konjungtiva tampak an anemis
lunak dengan diit diabetes. Klien tampak c. Klien tampak diberikan makanan lunak
menghabiskan setengah porsi makanan dengan diit diabetes.
yang diberikan. Klien mengatakan sudah d. Berat badan 53 Kg.
mulai selera makan. e. Bising usus 9x/i.
21.35 4. Mengauskultasi bising usus, catat adanya A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi teratasi
nyeri abdomen, mual, muntah. sebagian
R/ Klien mengatakan tidak ada nyeri P : Intervensi dilanjutkan
abdomen, mual dan muntah tidak ada.
Bising usus 9x/i.
21.38 5. Libatkan keluarga pada pencernaan
makanan sesuai indikasi.
R/ Keluarga klien tampak ikut terlibat
dalam memenuhi nutrisi klien.
21.40 6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Klien direkomendasian untuk diberi
makan lunak dengan diit diabetes.
DX Kamis, 06.00 1. Mengkaji riwayat pasien berhubungan S : Jefli
2 23 Juli 2020 dengan lamanya/intensitas dari gejala a. Klien mengatakan badannya lemah dan Sapurangga
seperti muntah, pengeluaran yang haus, mual dan muntah tidak ada.
berlebihan. O:
R/ Klien mengatakan badannya lemah a. S : 360C, N : 90x/i, TD : 100/70 mmHg,
dan haus, mual dan muntah tidak ada. RR : 22x/i
06.05 Membran mukosa dan bibir tampak b. Membran mukosa dan bibir tampak
lembab. lembab.
2. Memantau tanda-tanda vital. c. Tampak pengeluaran urine 800 cc/ 24 jam
06.15 R/ S : 360C, N : 90x/i, TD : 100/70 d. Berat badan 53 Kg
mmHg, RR : 22x/i e. Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
3. Memantau masukan input dan output, A : Masalah deficit volume cairan teratasi
catat BJ urine. sebagaian
06.20 R/ Tampak pengeluaran urine 800 cc/ 24 P : Intervensi dilanjutkan
jam
06.25 4. Mengukur BB setiap
hari. R/ Berat badan 53
Kg
5. Memberikan terapi cairan sesuai
indikasi R/ Klien tampak terpasang
NaCl 20 tpm
DX Kamis, 06.30 1. Memonitor tekanan darah dan denyut S : Jefli
3 23 Juli 2020 nadi ortostatik a. Klien mengatakan badannya terasa lemah Sapurangga
R/ TD 110/60, S 36,40C, N 85x/i, RR 20x/i b. Klien dan keluarga mengatakan memahami
06.40 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala manajemen diabetes yang dijelaskan
hiperglikemia : poliuria, polidipsia, perawat
polifagia, lemah, kelesuan, malaise, O:
mengaburkan visi, atau sakit kepala. a. TD 110/60, S 36,40C, N 85x/i, RR 20x/i
R/ Klien mengatakan badannya terasa b. Jumlah urin 800cc/24 jam
lemah, jumlah urin 800cc/24 jam c. GDS sebelum terapi 210 mg/dl
06.45 3. Memonitor kadar glukosa darah d. GDS setelah terapi 180 mg/dl.
R/ GDS sebelum terapi 210 mg/dl A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
06.50 4. Menganjurkan untuk membatasi aktivitas teratasi sebagian
ketika kadar gukosa darah lebih dari 250 P : Intervensi dilanjutkan
mg/dl.
R/ Klien tampak memahami anjuran
yang diberikan.
06.55 5. Mengajarkan teknik hydroterapi hot
bath untuk menurunkan kadar gula darah
sewaktu kepada keluarga dan pasien.
R/ Klien tampak kooperatif dan
mengikuti terapi yang diberikan perawat.
GDS setelah terapi 180 mg/dl.
07.00 6. Mengedukasi pada klien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama
peride sakit, termasuk penggunaan
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
R/ Klien dan keluarga mengatakan
memahami manajemen diabetes yang
dijelaskan perawat.
Klien 1
DX Jumat, 21.00 1. Menimbang berat badan klien setiap S : Jefli
1 24 Juli 2020 hari. a. Klien mengatakan sudah mulai selera Sapurangga
R/ Berat badan 56 Kg makan.
21.10 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan b. Klien mengatakan tidak ada nyeri
kekeringan jaringan konjungtiva abdomen, mual dan muntah tidak ada.
R/ Konjungtiva tampak an anemis O:
21.30 3. Menentukan program diet dan pola a. Klien tampak menghabiskan 1 porsi dari
makanan klien dan bandingkan dengan makanan yang diberikan.
makanan yang dihabiskan pasien. b. Konjungtiva tampak an anaemis
R/ Klien tampak diberikan makanan c. Klien tampak diberikan makanan lunak
lunak dengan diit diabetes. Klien tampak dengan diit diabetes.
menghabiskan 1 porsi dari makanan d. Berat badan 56 Kg.
yang diberikan. Klien mengatakan sudah e. Bising usus 10x/i.
mulai selera makan. A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi terata
21.35 4. Mengauskultasi bising usus, catat adanya sebagian
nyeri abdomen, mual, muntah. P : Intervensi dilanjutkan
R/ Klien mengatakan tidak ada nyeri
abdomen, mual dan muntah tidak ada.
Bising usus 10x/i.
21.38 5. Libatkan keluarga pada pencernaan
makanan sesuai indikasi.
R/ Keluarga klien tampak ikut terlibat
dalam memenuhi nutrisi klien.
21.40 6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Klien direkomendasian untuk diberi
makan lunak dengan diit diabetes.
DX Jumat, 06.00 1. Mengkaji riwayat pasien berhubungan S : Jefli
2 24 Juli 2020 dengan lamanya/intensitas dari gejala a. Klien mengatakan badan terasa dan haus Sapurangga
seperti muntah, pengeluaran yang berkurang, mual dan muntah tidak ada.
berlebihan. O:
R/ Klien mengatakan badan terasa segar a. S : 36,70C, N : 90x/i, TD : 110/70 mmHg,
dan haus berkurang, mual dan muntah RR : 22x/i
tidak ada. Membran mukosa dan bibir b. Membran mukosa dan bibir tampak
tampak lembab. lembab.
06.05 2. Memantau tanda-tanda vital. c. Tampak pengeluaran urine 1000 cc/ 24 jam
R/ S : 36,70C, N : 90x/i, TD : 110/70 d. Berat badan 56 Kg
mmHg, RR : 22x/i e. Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
06.15 3. Memantau masukan input dan output, A : Masalah deficit volume cairan teratasi
catat BJ urine. sebagian
R/ Tampak pengeluaran urine 1000 cc/ P : Intervensi dilanjutkan
24 jam
06.20 4. Mengukur BB setiap
hari. R/ Berat badan 56
06.25 Kg
5. Memberikan terapi cairan sesuai
indikasi R/ Klien tampak terpasang
NaCl 20 tpm
DX Jumat, 06.30 1. Memonitor tekanan darah dan denyut S : Jefli
3 24 Juli 2020 nadi ortostatik a. Klien mengatakan badan terasa segar Sapurangga
R/ TD 100/70, S 36,50C, N 96x/i, RR 20x/i b. Klien dan keluarga mengatakan memahami
06.40 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala manajemen diabetes yang dijelaskan
hiperglikemia : poliuria, polidipsia, perawat
polifagia, lemah, kelesuan, malaise, O:
mengaburkan visi, atau sakit kepala. a. TD TD 100/70, S 36,50C, N 96x/i, RR 20x/i
R/ Klien mengatakan badan terasa segar, b. jumlah urin 1000cc/24 jam
jumlah urin 1000cc/24 jam c. GDS sebelum terapi 210 mg/dl
06.45 3. Memonitor kadar glukosa darah d. GDS setelah terapi 160 mg/dl.
R/ GDS sebelum terapi 210 mg/dl A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
06.50 4. Menganjurkan untuk membatasi aktivitas teratasi sebagian
ketika kadar gukosa darah lebih dari 250 P : Intervensi dilanjutkan
mg/dl.
R/ Klien tampak memahami anjuran
yang diberikan.
06.55 5. Mengajarkan teknik hydroterapi hot
bath untuk menurunkan kadar gula darah
sewaktu kepada keluarga dan pasien.
R/ Klien tampak kooperatif dan
mengikuti terapi yang diberikan perawat.
GDS setelah terapi 160 mg/dl.
07.00 6. Mengedukasi pada klien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama
peride sakit, termasuk penggunaan
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
R/ Klien dan keluarga mengatakan
memahami manajemen diabetes yang
dijelaskan perawat.
Klien 2
DX Jumat, 21.00 1. Menimbang berat badan klien setiap S : Jefli
1 24 Juli 2020 hari. a. Klien mengatakan sudah mulai selera Sapurangga
R/ Berat badan 54 Kg makan.
21.10 2. Monitor adanya pucat, kemerahan dan b. Klien mengatakan tidak ada nyeri
kekeringan jaringan konjungtiva abdomen, mual dan muntah masih tidak
R/ Konjungtiva tampak an anemis ada.
21.30 3. Menentukan program diet dan pola O:
makanan klien dan bandingkan dengan a. Klien tampak menghabiskan 1 porsi
makanan yang dihabiskan pasien. makanan yang diberikan.
R/ Klien tampak diberikan makanan b. Konjungtiva tampak an anemis
lunak dengan diit diabetes. Klien tampak c. Klien tampak diberikan makanan lunak
menghabiskan 1 porsi makanan yang dengan diit diabetes.
diberikan. Klien mengatakan sudah d. Berat badan 54 Kg.
mulai selera makan. e. Bising usus 8 x/i.
21.35 4. Mengauskultasi bising usus, catat adanya A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi teratasi
nyeri abdomen, mual, muntah. sebagian
R/ Klien mengatakan tidak ada nyeri P : Intervensi dilanjutkan
abdomen, mual dan muntah tidak ada.
Bising usus 8 x/i.
21.38 5. Libatkan keluarga pada pencernaan
makanan sesuai indikasi.
R/ Keluarga klien tampak ikut terlibat
dalam memenuhi nutrisi klien.
21.40 6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Klien direkomendasian untuk diberi
makan lunak dengan diit diabetes.
DX Kamis, 06.00 1. Mengkaji riwayat pasien berhubungan S : Jefli
2 23 Juli 2020 dengan lamanya/intensitas dari gejala a. Klien mengatakan badan terasa segar dan Sapurangga
seperti muntah, pengeluaran yang haus berkurang, mual dan muntah tidak
berlebihan. ada.
R/ Klien mengatakan badan terasa segar O:
dan haus berkurang, mual dan muntah a. S : 360C, N : 90x/i, TD : 100/70 mmHg,
tidak ada. RR : 22x/i
Membran mukosa dan bibir tampak b. Membran mukosa dan bibir tampak
lembab. lembab.
06.05 2. Memantau tanda-tanda vital. c. Tampak pengeluaran urine 1000 cc/ 24 jam
R/ S : 360C, N : 90x/i, TD : 100/70 d. Berat badan 54 Kg
mmHg, RR : 22x/i e. Klien tampak terpasang NaCl 20 tpm
06.15 3. Memantau masukan input dan output, A : Masalah deficit volume cairan teratasi
catat BJ urine. sebagian
R/ Tampak pengeluaran urine 1000 cc/ P : Intervensi dilanjutkan
24 jam
06.20 4. Mengukur BB setiap
hari. R/ Berat badan 54
06.25 Kg
5. Memberikan terapi cairan sesuai
indikasi R/ Klien tampak terpasang
NaCl 20 tpm
DX Jumat, 06.30 1. Memonitor tekanan darah dan denyut S : Jefli
3 24 Juli 2020 nadi ortostatik a. Klien mengatakan badannya terasa segar Sapurangga
R/ TD 110/70, S 36,70C, N 82x/i, RR 22x/i b. Klien dan keluarga mengatakan memahami
06.40 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala manajemen diabetes yang dijelaskan
hiperglikemia : poliuria, polidipsia, perawat
polifagia, lemah, kelesuan, malaise, O:
mengaburkan visi, atau sakit kepala. a. TD 110/70, S 36,70C, N 82x/i, RR 22x/i
R/ Klien mengatakan badannya terasa b. jumlah urin 1000cc/24 jam
segar, jumlah urin 1000cc/24 jam c. GDS sebelum terapi 220 mg/dl
06.45 3. Memonitor kadar glukosa darah d. GDS setelah terapi 170 mg/dl.
R/ GDS sebelum terapi 210 mg/dl A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
06.50 4. Menganjurkan untuk membatasi aktivitas teratasi sebagian
ketika kadar gukosa darah lebih dari 250 P : Intervensi dilanjutkan
mg/dl.
R/ Klien tampak memahami anjuran
yang diberikan.
06.55 5. Mengajarkan teknik hydroterapi hot
bath untuk menurunkan kadar gula darah
sewaktu kepada keluarga dan pasien.
R/ Klien tampak kooperatif dan
mengikuti terapi yang diberikan perawat.
GDS setelah terapi 180 mg/dl.
07.00 6. Mengedukasi pada klien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama
peride sakit, termasuk penggunaan
insulin atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
kapan mencari bantuan petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan.
R/ Klien dan keluarga mengatakan
memahami manajemen diabetes yang
dijelaskan perawat.
83

4.2 Pembahasan
Pada bab ini diuraikan tentang perbedaan atau kesenjangan antara
tinjauan teori dengan praktek Gambaran Asuhan Keperawatan Klien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Dengan Menggunakan Hydroterapi Untuk Menurunkan
Kadar Gula Darah Sewaktu Di Ruang Dahlia pada Tn.R dan Tn. W RSUD
Kota Tanjungpinang yang meliputi : pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
4.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap penting suatu proses pemeberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karna
itu,pengkajian harus akurat, lengkap, sesuai kenyataan dan kebenaran
data sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai respon individu .
1. Identitas Pasien
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada kelompok yang berusia
lebih dari 30 tahun dan yang mengalami obesitas ( Brunner &
Suddarth, 2015). Berdasarkan Kasus nyata pada Tn.R dan Tn.W
ditemukan bahwa Tn. R berusia 36 tahun dan Tn. W berusia 39
tahun dan sudah mengalami diabetes melitus tipe II. Menurut
peneliti antara teori dan kasus nyata tidak terjadi kesenjangan.
2. Alasan MRS
Alasan MRS Tn.R mengatakan lemas dan sakit seluruh
badan,berkeringat, dan muntah 3 kali, sedangkan Tn. W mengeluh
badan terasa lemas dan tidak nafsu makan. Hal ini sejalan dengan
teori yang menyatakan bahwa muncul rasa lemah ketika
beraktifitas pada penderita diabetes hal ini dikarenakan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga
mengakibatkan sel kekurangan nutrisi utuk menghasilkan tenaga.
Terjadinya mual dan muntah pada Tn. R dikarenakan pada
diabetes Mellitus biasanya mengalami defisiensi insulin,
menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses
pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan
metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses
pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton
didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin)
dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang
menyebabkan asidosis dan timbulnya mual dan muntah. Pada
Tn.W tidak mengalami mual dan muntah dikarenakan pH serum
tidak mengalami penurunan maka tidak menyebabkan asidosis
sehingga tidak terjadi mual dan muntah.
3. Keluhan utama
Menurut teori Brunnar dan Suddarth ( 2015). Awitan diabates tipe
II dapat terjadi tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut bisa bersifat ringan dan dapat mencakup :
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh, dan pandangan kabur ( kadar glukosanya sangat tinggi).
Berdasarkan kasus nyata yang dialami Tn.R dan Tn.W di dapatkan
keluhan utama adanya keluhan seperti mudah lelah, poliuri
terutama di malam hari, polidipsi dan pandangan kabur serta kadar
glukosa darah meningkat yaitu pada Tn.R hasil GDS 302 mg/dl
dan Tn. W hasil GDS 249 mg/dl. Menurut peneliti tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang dialami Tn.R dan
Tn.W.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berdasarkan kasus yang ditemukan pada Tn. R mengatakan
ayahnya pernah menderita penyakit kencing manis. Menurut
peneliti tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. dimana
faktor resiko diabetes mellitus yang berhubungan adalah obesitas,
riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat
pada usia 65 tahun (Suddarth,2014). Berdasarkan kasus Tn.W
mengatakan tidak ada keluarga yang menderita kencing manis
sebelumnya. Hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Menurut Brunner & suddarth perlu ditanyakan pada pasien tentang
faktor pencetus yang meliputi pneumonia, infrak miokard akut dan
stroke, serta konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan
infusiensi insulin seperti preparat diuretik tziasid dan propranolol
atau prosedur traupetik. Berdasarkan kasus yang ditemukan pada
Tn. R megatakan mengonsumsi obat diabetes sedangkan Tn.W
mengatakan Klien menggunakan obat dari warung jika sakit dan
klien sering meminum obat maag saat mengalami sakit perut.
Menurut peneliti tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.
6. Pemeriksaan penunjang
kadar glukosa darah (gula darah sewaktu/random >200 mg/dl, gula
darah puasa > 140 mg, gula darah 2 jam PP > 200 mg/dl). Aseton
plasma hasil (+) mencolok,. Aseton lemak bebas, peningkatan
lipid dan kolestrol, osmolaritas serum ( >330 osm/l), urinalisis,
proteinuria, ketonuria, glukosuria ( Wijaya, 2013). Berdasarkan
kasus yang didapatkan pada tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan prakek, dimana kasus Tn.R dan Tn. W dilakukan pemeriksaan
gula darah sewaktu pada tanggal 22 juli 2020 di dapatkan hasil
302 mg/dl dan 249 mg/dl.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori Nanda (2012), diagnosa keperawatan
utama yang biasa terjadi meliputi : Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi makanan. Defisit volume cairan berhubungan dengan
diuretik osmotic. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan kondisi metabolic. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan proses metabolisme yang terganggu. Resiko infeksi
berhubungan dengan perlukaan jaringan.
Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti kepada
Tn.R dan Tn.W pada tanggal 22 Juli 2020 di ruangan Dahlia RSUD
Kota Tanjungpinang terdapat kesenjangan antara teori dan praktek,
dimana untuk diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubangan dengan hiperglikemia, tidak terdapat dalam diagnosa
nanda, tetapi ditemukan dalam kasus saat melakukan pengkajian.
Maka peneliti mengangkat diagnosa tersebut dengan data yang di
dapat pada pasien. Ketiga masalah yang tidak diangkat yaitu diagnosa
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi
metabolic, tidak diangkat dikarenakan batasan karakteristik pada
diagnosa ini tidak sesuai dengan kasus yang ada dilapangan. Untuk
diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan proses metabolisme
yang terganggu tidak diangkat dikarenakan Tn. R dan Tn.W tidak
mengalami aritmia atau iskemia. Untuk diagnosa resiko infeksi
berhubungan dengan perlukaan jaringan tidak diangkat dikarenakan
Tn.R dan Tn.W tidak mempunyai luka atau ganggren.
Menurut Potter & Perry (2001) dalam penilitian pada tahun
2005 diagnosa keperawatan yang muncul harus berdasarkan keluhan
klien, dan ditambahkannya dalam penelitian bila pasien dalam proses
penyembuhan cenderung masalah yang akan timbul tidak begitu
kompleks seperti yang diharapkan.
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa yang ditegakkan
pada kasus Tn.R ditemukan kesenjangan-kesenjangan antara teori dan
kasus nyata sebagai berikut : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan dengan intevensi libatkan keluarga dalam pencernaan
makanan sesuai indikasi tidak disampaikan oleh petugas kesehatan,
hal ini dilihat saat melakukan pengkajian pada pasien, peneliti
bertanya apakah keluarga mengetahui makanan yang dianjurkan untuk
penderita diabetes. Keluarga klien mengatakan belum pernah
disampaikan tentang hal tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti, perawat ruangan memang tidak pernah melakukan
dan mengaplikasikan intervensi tesebut. Menurut Long (2016)
menyatakan penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik
serta kualitas hidup yang lebih baik. Dengan begitu melibatkan
keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien dapat mencapai kesehatan
yang optimal.
Untuk intervensi deficit volume cairan berhubungan dengan
diuretik osmotic, semua intervensi dilaksanakan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik. Untuk intervensi ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia dengan
intervensi ajarkan teknik hydroterapi hot bath untuk menurunkan
kadar gula darah sewaktu kepada keluarga dan pasien. Keluarga
mengatakan perawat ruangan tidak pernah mengajarkan terapi mandiri
untuk menstabilkan kadar gula darah. Berdasarkan hasil wawancara,
perawat rungan tidak pernah mengajarkan terapi mandiri karenakan
terapi merupakan tugas rehabilitasi. Manajemen hiperglikemia yang
dilakukan perawat dalam asuhan keperawatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi hiperglikemia yaitu mendorong dan memotivasi
pasien untuk meningkatkan intake cairan secara oral dan memonitor
status cairan pasien. Terapi komplementer diperlukan untuk
melengkapi dan memperkuat pengobatan konvensional
mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan
komplementer mengutamakan penyebab penyakit atau memacu tubuh
untuk mengeluarkan antibody untuk melawan penyakit. Salah satu
terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
hydroterapi. Hydroterapi membantu proses detoxifikasi di dalam
tubuh, termasuk dalam pembuangan detoxifikasi gula belebih. Hal ini
diperkuat oleh penelitian James (2010) dengan melakukan
hydroterapi menyebabkan terjadinya pemecahan gula dalam darah.
Hydroterapi dapat dilakukan secara internal dan eksternal untuk
menjaga kesehatan
dan keseimbangan tubuh, dalam hal ini terapi yang dimaksud adalah
hydroterapi secara eksternal yaitu dengan hydroterapi hot bath yaitu
rendam kaki menggunakan air panas dengan temperatur 98-104 0C F
(37-400C) dengan waktu 10-30 menit.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Dalam melakukan tindakkan keperawatan kepada Tn.R
semua tindakkan dilakukan berdasarkan teori keperawatan yang
berfokus pada intervensi yang telah ditetapkan. Implementasi
dilakukan setelah intervensi dirancang dengan baik. Implementasi
Keperawatan dilakukan mulai tanggal 22-24 Juli 2020. Untuk
diagnosa pertama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, dimana perawat ruangan
tidak melibatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien. Hal
tersebut dikarenakan pasien sudah mendapatkan rekomendasi dari ahli
gizi untuk penentuan diit makanan diabetes.
Untuk implementasi diagnosa kedua defisit volume cairan
berhubungan dengan diuretic osmotic tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek karena tindakan ini dilakukan sejalan dengan teori.
Untuk implementasi diagnose ketiga ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan hiperglikemia terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek dimana perawat ruangan tidak pernah mengajarkan
terapi mandiri untuk menstabilkan kadar gula darah. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan pengetahuan perawat tentang teknik-teknik
terapi mandiri khusus pasien dengan diabetes mellitus.
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari asuhan
keperawatan dengan cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi, kegiatan
yang dilakukan yaitu mengevaluasi selama proses berlangsung.
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan dengan menggunakan
metode SOAP.
Evaluasi yang dilakukan pada Tn.R dan Tn.W sesuai dengan
hasil implementasi yang telah dibuat pada kriteria objective yang telah
ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
sebagain, Tn. R dan Tn.W dikarenakan berat badan Tn. R belum
sesuai IMT. Pada diagnosa deficit volume cairan teratasi sebagian di
karenakan Tn. R dan Tn.W masih membutuhkan pemantauan lanjut
dari terapi yang diberikan. Pada diagnosa ketidak stabilan kadar
glukosa darah masih membutuhkan pemantauan lanjut dari terapi yang
diberikan.
4.3 Keterbatasan Studi Kasus
1. Pesiapan
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan studi kasus membutuhkan
waktu dan persiapan yang baik sehingga peneliti harus mempersiapkan
diri dengan baik. Selain itu penulis juga mengalami kesulitan dalam
mencari sumber buku yang ingin digunakan.
2. Hasil
Dari hasil yang diperoleh, peneliti menyadari bahwa studi kasus ini
jauh dari kesempurnaan karena proses pengumpulan data yang sangat
singkat sehingga hasil yang diperoleh pun kurang begitu sempurna
dan masih membutuhkan pembenahan dalam penulisan hasil.

Anda mungkin juga menyukai