PENDAHULUAN
1 . 1. Latar Belakang
Angka kematian maternal masih menjadi tolak ukur untuk menilai baik
buruknya keadaan pelayanan kebidanan dansalah satu indikator tingkat
kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia
Tenggara. Menurut SKRT tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup.
Diharapkan PJP II (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup.1
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-
60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%
disebabkan penyakitlain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat
yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain
plasenta previa, solusio plasenta,dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.1
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih menarik
dipelajari terutamadi negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor
predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya
andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan.1
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena
persalinan terpaksa. sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian
lainnya oleh proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian
perinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan
benar. Di samping masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan
fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.1
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2 . 1. Plasenta
Plasenta berbentuk bulat dan hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan
tebal lebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan
dengan plasenta yang biasanya terletak di tengah; keadaan ini disebut insersio
sentralis. Bila hubungan ini agak ke pinggir, disebut insersio lateralis, dan bila
dipinggir plasenta, disebut insersio marginalis. Kadang-kadang tali pusat berada di
luar plasenta, dan hubungan dengan plasenta melalui selaput janin, jika demikian,
disebut insersio velamentosa.2
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16
minggu dengan ruang amnion yang telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun
ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah korion, namun amnion
hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada korion.2
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas kearah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas
korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.Bila
diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar bagian janin,
yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu
yang berasal dari desidua basalis.2
Di tempat-tempat tertentu pada tempat implantasi plasenta terdapat vena-
vena yang lebar (sinus) untuk menampung aliran balik. Pada pinggir plasenta di
beberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung
darah yang berasal dari ruang interviller di atas ruang ini disebut sinus
marginalis.2
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan meningkat dari
300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviler tanpa villi koriales diperkirakan
lebih kurang 11 m2. Dengan demikian, pertukaran zat-zat makanan terjamin
benar.2
2
Gambar 1. Anatomi plasenta normal
3
2 . 4. Faktor Risiko Plasenta Previa
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :3, 4
a. Umur, wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum
matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada ibu yang
berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
b. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas). Plasenta previa lebih
sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
c. Hipoplasia endometrium
d. Korpus luteum bereaksi lambat
e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
f. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta.
Penelitian yang dilakukan oleh Urganci dkk menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan risiko untuk terjadinya plasenta previa dengan adanya riwayat
seksio cesarea sebelumnya.
g. Kehamilan kembar
h. Riwayat plasenta previa sebelumnya
Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo, berdasarkan pembukaan 4-5 cm
dibagi menjadi dua, yaitu :3, 4
4
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
depan
c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
Menurut Browne
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu :3, 4
1. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa.
Plasenta mencapai pinggir pembukaan
3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
5
Gambar 2. Plasenta Previa Totalis3
2. Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
6
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri
internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.Pada tipe ini, implantasi
plasenta rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.3, 7
7
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa
ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus,
atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang
terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih
dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan
mulai.9
8
2 . 8. Diagnosis Plasenta Previa
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.2
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa
nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak
dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.2
Pemeriksaan Luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu-atas panggul. Apabila
presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung di atas pintu-atas panggul
atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.Tidak
jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.2
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosion
porsionis uteri, karsinoma posrsionis uteri, polypus servisis uteri, varises vulva,
dan trauma.Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai.2
9
Penentuan Letak Plasenta Secara Langsung
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta
previa ialah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis.Akan
tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak.Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya
dilakukan apabila penanganan pasif ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif.
Pemeriksaannya harus dilakukan dalam keadaan siap operasi.2
10
2 . 10. Penatalaksanaan Plasenta Previa
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan,
yaitu :12, 4
1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup
di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau
sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa
harus segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Syarat terapi ekspektatif yaitu :13
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.
2. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat
tertutup kembali (tamponade pada plasenta)12. Penekanan tersebut dapat
dilakukan melalui beberapa cara yaitu :10
Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis,
plasenta previa marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada
pembukaan. Pada primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau
lebih. Juga dapat dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis
dengan janin yang sudah meninggal.10,7
11
Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem
kulit kepala janin dengan cunam Willet Gausz.Kemudian cunam diikat
dengan menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban
kira-kira 50-100 gr atau sebuah batu bata seperti katrol.Tindakan ini
biasanya hanya dilakukan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan perdarahan
pada kulit kepala janin.10
Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi
udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai
lagi.10
Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya sehingga dapat ditarik keluar.Cara ini dilakukan dengan
mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban
seberat 50-100 gram.10
12
Gambar 5.Bipolar versi Braxton Hicks dilakukan untuk menghentikan perdarahan,
sebelum seksio sesarea dianggap lebih aman. Masih dapat dilakukan pada janin
tidak viable dengan syarat ibu harus inpartu sehingga serviks sudah membuka. Dua
jari dipergunakan untuk menuntun kaki dengan bantuan tangan pada dinding
abdomen. Kaki yang telah keluar diberi pemberat untuk menekan plasenta.
Persalinan akan berlangsung jika pembukaan lengkap.12
13
Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan
tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
Gawat janin maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu.Tetapi
apabila dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda
sampai keadaan ibunya dapat diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan
untuk segera memperbaiki keadaan ibu, sebaiknya dilakukan seksio
sesarea jika itu merupakan satu-satunya tindakan yang terbaik untuk
mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta previa totalis.2
14
prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif
diberlakukan.3
15
BAB 3
STATUS PASIEN
NAMA : Ny. M
UMUR : 36 Tahun
PARITAS : G5P3A1
NO.RM : 74.47.74
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga
ALAMAT : Jln KH A Dahlan No.28 Kel. Serbelawan Kec. Dolok Batu
Nanggar
TANGGAL MASUK : 25 Mei 2018
ANAMNESIS UMUM
Ny. M, 36 tahun, G5P3A1, islam, SMA, wiraswasta i/d Tn. A, 38 tahun, islam,
SMA, IRT datang ke IGD RSUP HAM dengan keluhan utama keluar darah dari
kemaluan.
Telaah:
Hal ini dialami oleh pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. . Darah yang
keluar berwarna merah segar dengan volume ± 4 kali ganti doek perhari. Keluhan
tidak disertai rasa nyeri. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang sama saat
usia kehamilan 20 minggu, namun perdarahannya bersifat hilang timbul. Riwayat
trauma tidak dijumpai. Mules-mules mau melahirkan tidak dijumpai. Pasien
mengaku tidak ada keluar air-air dari jalan lahir. Pasien masih merasakan gerakan
janin. Mual dan muntah tidak ada. BAK dan BAB normal. Pasien merupakan
pasien rujukan dari RS Tentara Siantar dengan diagnose perdarahan pervaginam et
causa plasenta previa totalis + MG + KDR(27-28) minggu + prev. SC 2x +
Anemia.
16
Bidan 4 kali
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8ºC
Anemis : (+/+)
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Dispnoe : (-)
Edema : (-)
STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi : Abdomen membesar, simetris
Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di atas pusat
Teregang : Ballotement (+)
Terbawah : Ballotement (+)
Gerak Janin : (+)
HIS : (-)
DJJ : 144 x/i
STATUS GINEKOLOGIS
Genitalia Eksterna
Inspeksi : perdarahan pervaginam (+)
Genitalia Interna
VT : tidak dilakukan pemeriksaan
17
HC : 26,32 cm
AC : 24,12 cm
FL : 5,68 cm
EFW : 1319 gram
MVP : 6,2 cm
Plasenta menutupi seluruh OUI
Kesimpulan: Plasenta previa totalis susp. acreta + Kandungan Dalam Rahim
(28-29) minggu + Anak Hidup
18
INR 0,88
APTT 27,9 Detik 32,9
Trombin 15,0 Detik 19,0
DIAGNOSA SEMENTARA
Plasenta previa totalis susp. acreta + prev. SC 1x + MG + KDR(28-29) minggu +
Anak Hidup
DIAGNOSA BANDING
1. Solusio plasenta + prev. SC 1x + Multi Gravida + Kehamilan Dalam
Rahim (28-29) minggu + Anak Hidup
2. Vasa previa + prev. SC 1x + Multi Gravida + Kehamilan Dalam Rahim
(28-29) minggu + Anak Hidup
TERAPI
i. IVFD RL 20 gtt/i
ii. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
iii. Transfusi darah sesuai kebutuhan:
(10-4,2) x 3 x 60 = 1044/175cc= 6 bag PRC
iv. Inj. Dexamethasone 6 mg/12 jam
RENCANA
Rawat perbaikan keadaan umum
19
BAB 4
FOLLOW UP
Temp : 36,8oC
R/
Status Obstetrikus
- Awasi vital sign,
Abdomen : DJJ, perdarahan
membesar simetris, per vaginam
- Transfusi 6 bag
TFU : 2 jari atas PRC 2 bag/
pusat hari
- OS menggigil post
Teregang : Sulit
transfusi 1 bag
dinilai
PRC diberikan :
- Inj
Terbawah : Sulit
Dexamethaso
dinilai
ne 6 gr
Gerak : (+) - Paracetamol
tab 1x500 mg
HIS : (-)
20
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
26 Mei 2018
Test Result Unit References
Hemoglobin 4,2 g/Dl 12-16
6
Erythrocyte 1,58 10 /mm3 4,10-5,10
Leucocyte 9,490 /ul 4,0-11,0
Hematocrite 13 % 36,0-42,0
3
Trombosit 320 10 /uL 150-400
Eosinophil 0,9 % 0,0-5,0
Basophil 0,20 % 0,0-1,0
Neutrophil 70,50 % 50-70
Lymphocyte 20,70 % 20,0-40,0
Monocyte 7,7 % 2,0-8,0
MCV 85 Fl 80,0-97,0
MCH 26,6 Pg 27,0-31,0
MCHC 31,3 g/dL 31,5-35,0
BUN 7 mg/dL 7-19
Ureum 15 mg/dL 15-40
Creatinin 0,68 mg/dL 0,6-1,1
Natrium 134 mEq/L 135-155
Kalium 3,4 mEq/L 3.6-5.5
Clorida 100 mEq/L 96-106
Glukosa ad random 116 mg/dL <200
HBsAg Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif
Protrombin 12,3 Detik 13,9
INR 0,88
APTT 27,9 Detik 32,9
Trombin 15,0 Detik 19,0
27/05/2018 Bercak Status presens Plasenta Previa IVFD RL 20 gtt/
darah (+) Totalis Susp Acreta menit
Sens : CM Inj Ceftriaxone 1gr/
+ Prev SC 1X +
TD : 120/70 mmHg Multi Gravida + 12 jam
Inj Asam
21
HR : 86 x/ menit KDR (28-29) Traneksamat
Minggu + Anak 500mg/ 8 jam
RR : 20 x/menit
Hidup
Temp : 36,7oC
R/
Status Obstetrikus
- Awasi vital sign,
Abdomen : DJJ, perdarahan
membesar simetris, per vaginam
- Transfusi 6 bag
TFU : 2 jari atas PRC 2 bag/
pusat hari ( sudah masuk
dinilai
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
Temp : 36,5oC
R/
22
Status Obstetrikus - Awasi vital sign,
DJJ, perdarahan
Abdomen :
per vaginam
membesar simetris, - Transfusi 6 bag
PRC 2 bag/
TFU : 2 jari atas
hari ( Bag Ke V
pusat
dan VI)
Teregang : Sulit - Cek Laboratorium
dinilai post transfusi
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
28 Mei 2018
Test Result Unit References
Hemoglobin 7,9 g/Dl 12-16
6
Erythrocyte 2,98 10 /mm3 4,10-5,10
Leucocyte 13,500 103/uL 4,0-11,0
Hematocrite 25 % 36,0-42,0
Trombosit 264 103/uL 150-400
Eosinophil 1,0 % 0,0-5,0
Basophil 0,3 % 0,0-1,0
Neutrophil 74,70 % 50-70
Lymphocyte 13,6 % 20,0-40,0
Monocyte 10,40 % 2,0-8,0
MCV 83 Fl 80,0-97,0
MCH 26,5 Pg 27,0-31,0
MCHC 32,1 g/dL 31,5-35,0
23
29/05/2018 Bercak Status presens Plasenta Previa IVFD RL 20 gtt/
darah (+) Totalis Susp Acreta menit
Sens : CM Inj Ceftriaxone 1gr/
+ Prev SC 1X +
TD : 120/80 mmHg Multi Gravida + 12 jam
Inj Asam
KDR (28-29)
HR : 84 x/ menit Traneksamat
Minggu + Anak
500mg/ 8 jam
RR : 20 x/menit Hidup
Temp : 36,8oC
R/
Status Obstetrikus
- Awasi vital sign,
Abdomen : DJJ, kontraksi
membesar simetris, uterus, perdarahan
per vaginam
TFU : 2 jari atas - Transfusi 1 bag
pusat PRC
Teregang : Sulit
dinilai
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
24
TD : 120/70 mmHg KDR (28-29) Inj Asam
Minggu + Anak Traneksamat
HR : 82 x/ menit
Hidup 500mg/ 8 jam
RR : 20 x/menit
Temp : 36,5oC R/
Teregang : Sulit
dinilai
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
25
Trombosit 268 103/µL 150-400
Eosinophil 2,20 % 0,0-5,0
Basophil 0,50 % 0,0-1,0
Neutrophil 74,20 % 50-70
Lymphocyte 15,10 % 20,0-40,0
Monocyte 8,0 % 2,0-8,0
MCV 82 Fl 80,0-97,0
MCH 26,4 Pg 27,0-31,0
MCHC 32,4 g/dL 31,5-35,0
Glukosa Puasa 91 mg/dL <100
TIROID
T3 Total 1,04 mg/dL 0,6-1,1
T4 Total 9,92 µg/dL 135-155
TSH 1,27
31/05/2018 Bercak Status presens Plasenta Previa IVFD NaCl 0,9 %
darah dari Totalis Susp Acreta 20 gtt/ menit
Sens : CM Nifedipin tab 4 x
lenovod + Prev SC 1X +
(+) TD : 120/60 mmHg Multi Gravida + 10 mg
KDR (28-29)
HR : 80 x/ menit
Minggu + Anak R/
RR : 20 x/menit Hidup
- Awasi vital sign,
Temp : 36,8oC
DJJ, kontraksi
Teregang : Sulit
dinilai
Terbawah : Sulit
26
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
27
Perdarahan
pervaginam : (+) ±
100 cc merah segar
28
membesar simetris,
Teregang : Sulit
dinilai
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
Perdarahan
pervaginam : (+) ±
100 cc merah segar
Abdomen :
membesar simetris,
29
pusat
Teregang : Sulit
dinilai
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
Perdarahan
pervaginam : (-)
Abdomen :
membesar simetris,
Teregang : Sulit
dinilai
30
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
HIS : (-)
Perdarahan
pervaginam : (-)
Status Obstetrikus
Abdomen :
membesar simetris,
Teregang : Sulit
dinilai
Terbawah : Sulit
dinilai
Gerak : (+)
31
HIS : (-)
Perdarahan
pervaginam : (-)
BAB 5
DISKUSI KASUS
32
TEORI KASUS
Definisi
Plasenta previa adalah Ny. M, 36 tahun, G5P3A1, islam, SMA,
keadaan dimana plasenta IRT i/d Tn. A, 38 tahun, islam, SMA,
berimplantasi pada tempat wiraswasta datang ke IGD RSUP HAM
abnormal, yaitu pada dengan keluhan utama keluar darah dari
segmen bawah rahim kemaluan pada usia kehamilan 28 minggu.
sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri
internal).
33
7. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepinya terletak
pada pinggir ostium uteri
internum.
34
perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan
sebelumnya.
35
janin dalam rahim3.
perdarahan tidak dapat dinilai - Tanpa adanya rasa nyeri dan bersifat
dari anamnesis, melainkan dari tiba – tiba
pemeriksaan hematokrit
- Pada pasien saat pertama kali masuk
Pemeriksaan Penunjang anemia dengan Haemoglobin 4,2 g/dL
Ultrasonografi, transabdominal dan hematokrit 13%
ultrasonografi dalam keadaan
kandung kemih yang
dikosongkan akan memberikan
kepastian diagnosa plasenta
previa.
USG telah
memudahkan diagnosis
Pemeriksaan penunjang
dan manajemen dari plasenta
previa. Hampir semua Pada pasien dilakukan USG
kasus plasenta previa dapat transabdominal
didiagnosis dengan
ultrasonografi, dan diagnosis
positif palsu dan negative palsu
36
dapat dihindari
37
3. Ekspektatif, Inj Ceftriaxone 1gr/ 12 jam
Dilakukan apabila janin masih Inj Asam Traneksamat 500mg/ 8 jam
Nifedipine tab 4x10 mg diberi pada tanggal
kecil sehingga kemungkinan
01 Juni 2018 sampai 05 Juni 2018
hidup di dunia masih kecil
baginya. Sikap ekspektasi
tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu
baik dan perdarahannya sudah
berhenti atau sedikit sekali..
e. Kehamilan preterm
dengan perdarahan
sedikit yang kemudian
berhenti.
f. Belum ada tanda-tanda
in partu.
g. Keadaan umum ibu
cukup baik (kadar
hemoglobin dalam
batas normal).
h. Janin masih hidup.
4. Terminasi,
38
misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan
banyak, dan anak telah
meninggal.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan
39
Ny. M, 36 tahun, G5P3A1, islam, SMA, IRT i/d Tn. A, 38 tahun, islam,
SMA, wiraswasta datang dengan keluhan utama keluar darah dari kemaluan pada usia
kehamilan 28 minggu, darah berwarna merah segar, tanpa adanya rasa nyeri dan bersifat
tiba – tiba. Pasien didiagnosis dengan Plasenta Previa Totalis Susp Acreta + Prev SC
1x + Multi Gravida + KDR (28-29) Minggu + Anak Hidup. Pasien ditatalaksana
dengan manajemen ekspektatif dan diberi medikamentosa Inj Ceftriaxone 1gr/ 12
jam, Inj Asam Traneksamat 500mg/ 8 jam dan Nifedipine tab 4x10 mg diberi pada
tanggal 01 Juni 2018 sampai 05 Juni 2018.
6. 2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Ibu hamil dengan riwayat abortus, umur ≥ 35 tahun dan multipara perlu
memeriksakan kehamilannya lebih intensif karena risiko plasenta previa;
dan untuk pengenalan lebih dini sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG
pada umur kehamilan di atas 28 minggu pada ibu hamil dengan faktor
faktor risiko tersebut
2. Ibu hamil sebaiknya mengontrol kehamilannya secara teratur agar setiap
kelainan pada kehamilannya dapat dideteksi dan ditangani secara cepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Wardana GA, Karkata MA. 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa. Cdk Vol 34
(5): 229-232
40
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi
3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Hal. 365-376
3. Imna. 2010. Gambaran Riwayat Obstetri (Persalinan) Ibu yang Mengalami
Plasenta Previa di RSUD dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2006-Juni 2010.
Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30489
4. Hanafiah TM, 2004. Plasenta Previa. Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3513
5. Afriani A.2011. Prevalensi Persalinan Seksio Sesaria Atas Indikasi Plasenta
Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31399
6. Urganci 6, dkk. 2011. Risk of Placenta Previa in Second Birth After First
Birth Cesarean Section: A Population-Based Study and Meta-Analysis. BMC
Pregnancy and Childbirth 2011, 11:95
7. Sastawinata S, Martaadisoebrata D, Wierakusumah FF. 2005. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Hal. 85-90
8. Cunningham, F.G.et all, 2005. Obstetri Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC.pp:
685-688, 592-604
9. Oxorn, H., 2003. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.pp: 425-428
10. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I &II. Edisi 2. Jakarta: EGC.pp:
117-121,269-279
11. Oyelese, Y. 2009. Placenta Previa: The Evolving Role of Ultrasound.
Ultrasound Obstet Gynecol 2009; 34: 123–126
12. Mose, JC. 2004. Perdarahan Antepartum dalam: Sastrawinata S. Ilmu
Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.pp: 83-91
13. Scearce, J and Uzelac, PS., 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology, 10th ed. New York: McGraw-Hill.pp: 337-338
41