Oleh :
Nama : Fakhmi Imanuddin Prakasa
NIM : 12116075
Shift : Senin 13.00-15.00
Asisten :
1. Chris E. W. Pantow 12114064
2. Syiaudi Maghfira 12115042
3. Ahmad Abyan Ilmanto 12115056
4. Andika Satria 12115064
1.2 Tujuan
Menghitung nilai porositas material serta nilai spesifik yield dan spesifik retention (phi,
SY, dan SR) dengan ukuran butir dan sorting yang berbeda dengan peralatan yang tersedia
di Laboratorium Hidrogeologi dan Hidrogeokimia, Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan.
Menurut proses geologinya, porositas dibagi menjadi dua macam, yaitu porositas
primer dan porositas sekunder. Porositas primer adalah porositas yang terbentuk bersamaan
dengan proses pengendapan batuan. Porositas sekunder adalah porositas yang terbentuk
setelah proses pengendapan batuan bias disebabkan berbagai faktor, seperti pelarutan atau
tekanan. Porositas sekunder ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu porositas larutan, porositas
rekahan, dan porositas dolomitasi. Porositas larutan, yaitu ruang pori yang terbentuk karena
adanya proses pelarutan batuan. Porositas rekahan, yaitu ruang pori yang terbentuk karena
adanya kerusakan struktur batuan sebagai akibat adanya berbagai beban dan gaya. Porositas
dolomitasi, hal ini terjadi pada batuan gamping atau limestone (CaCO3) yang
ditransformasikan menjadi dolomite.
Jika ditinjau dari sifat batuan resevoirnya, maka porositas dibagi menjadi dua, yaitu
porositas efektif dan porisitas absolut. Suatu batuan dikatakan memiliki porositas efektif
apabila bagian rongga-rongga dalam batuan saling berhubungan. Porositas efektif adalah
porositas batuan yang dapat melewatkan fluida (Peyton, 1986). Persamaan porositas efektif
(∅eff ) adalah sebagai berikut
Melihat dari diameter butiran material, dapat disimpulkan bahwa material dengan diameter
kecil memiliki porositas besar (Kodoatic, 1996). Material dengan ukuran yang seragam
akan memiliki porositas yang besar dibandingkan dengan material yang ukurannya
beragam. Di bawah ini merupakan data nilai porositas untuk tiap ukuran butir material
penyusun batuan:
Endapan Tidak Terkonsolidasi Porositas (%)
Kerikil 25 – 40
Pasir 25 – 40
Lanau 35 – 50
Lempung 40 – 70
Spesifik Retention (Sr) adalah rasio antara air yang tertahan di batuan jenuh pada
saat pengeluaran air dari dalam batuan terhadap volume total batuan. Secara matematis,
spesifik retention dapat dituliskan sebagai berikut
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑅 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Spesifik yield (Sy) merupakan kapasitas jenuh batuan untuk membuang air dengan
gaya gravitasi (Karanth, 1987). Dengan kata lain, spesifik yield adalah rasio antara air yang
dapat diambil atau volume air yang lolos dari batuan terhadap volume total batuan. Menurut
Jhonson (1967) dalam Fetter (1994), nilai spesifik yield tergantung dari jenis tanah. Nilai
spesifik yield untuk masing-masing jenis tanah dapat dilihat dari table di bawah ini.
Material Spesific Yield
m M Rat
aximum inimum a-rata
Clay 5 0 2
Sandy clay 12 3 7
Silt 19 3 18
Fine sand 28 10 21
Medium sand 32 15 26
Coarse sand 35 20 27
Gravely sand 35 20 25
Fine gravel 35 21 25
Medium 26 13 23
gravel
Coarse gravel 26 12 22
Table 3.3 Data volume pori, vol total (vol. mika), vol air tertahan, dan vol air lolos
Material Volume pori Volume mika Volume air yang Volume air yang
(ml) (ml) lolos (ml) tertahan (ml)
Kelereng besar 465 1016,93 450 15
Kelereng kecil 410 1016,93 400 10
Kerikil 480 1016,93 410 60
Pasir sedang s.d. 550 1016,93 30 520
halus
2. Spesifik Yield
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠
𝑆𝑌 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
3. Spesifik Retention
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑅 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Berdasarkan data dari tabel 3.3 dan dihitung menggunakan persamaan di atas, dihasilkan
nilai porositas, SY dan SR (dalam %) sebagai berikut
Tabel 3.4 data hasil perhitungan nilai Porositas, Spesifik Yield, dan Spesifik Retention
Kelereng
45,7258 44,2508 1,4750
besar
Kelereng
40,3174 39,3341 0,9833
kecil
Kerikil 47,2009 40,3174 5,9001
Pasir
Sedang 54,0844 2,9501 51,1343
s.d. Halus
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan praktikum, didapatkan berbagai nilai porositas, spesifik yield, dan
spesifik retention untuk tiap perlakuan. Nilai porositas terbesar ditunjukan oleh material
pasir sedang s.d. halus. Hal tersebut sesuai dengan teorinya, bahwa material dengan ukuran
butir yang relatif homogen ukurannya akan memiliki sifat porositas yang lebih baik
dibandingkan dengan material yang ukuran butirnya relatif heterogen. Material dengan
ukuran yang butirnya terpilah dengan baik atau dengan kata lain ukurannya relatif homogen
akan menciptakan ruang antar butir yang lebih banyak dan ukurannya relatif sama
dibandingkan material-material yang ukurannya relatif heterogen yang akan menciptakan
ruang antar butir yang ukurannya berebeda. Jika berbeda-beda ukuran materialnya, maka
material yang lebih kecil akan masuk ke sela-sela antara material yang ukurannya lebih
besar sehingga bisa menutup ruang antar butiran yang ukurannya lebih besar. Dengan kata
lain, batuan dengan pemilahan yang baik akan memiliki porositas yang lebih besar
dibandingkan dengan batuan yang tidak terpilah dengan baik. Dari hasil material lain, yaitu
antara kelereng-besar dan kelereng-kecil, didapatkan bahwa nilai porositas kelereng-besar
lebih tinggi daripada kelereng-kecil (diasumsikan gaya tarik menarik antara molekul yang
berbeda untuk kelereng-besar dan kelereng-kecil adalah sama), hal ini dapat menjelaskan
bahwa semakin besar suatu butir untuk jenis pemilahan yang baik, maka ukuran porinya
akan semakin besar. Itu dikarenakan kontak antar butiran berukuran besar akan menyisakan
ruang antar butir yang lebih besar dibandingkan dengan kontak antar butiran yang lebih
kecil untuk ukuran pemilahan yang relatif homogen. Nilai porositas pasir sedang s.d. halus
lebih tinggi daripada nilai porositas kelereng besar dikarenakan pori-pori pada material pasir
lebih banyak sehingga volume pori untuk pasir lebih besar daripada volume pori dari
kelereng-besar meskipun keduanya memiliki pemilahan yang terbilang baik karena jumlah
pori-pori kelereng-besar lebih sedikit.
Pada hasil penilaian nilai spesifik yield, pasir sedang s.d. halus memiliki nilai
spesifik yield yang paling rendah. Hal ini disebabkan oleh struktur mikropore yang dimiliki
oleh pasir sedang s.d. halus yang menyimpan air yang banyak dan sangat susah untuk
dikeluarkan kecuali dengan pemanggangan. Selain itu butir kecil yang dimiliki pasir kasar
s.d. halus menyebabkan luas permukaan yang kontak dengan air atau absorpsi air oleh
butiran pasir sedang s.d. halus pun ikut tinggi nilainya. Sedangkan, specific yield tertinggi
adalah kelereng besar, hal ini disebabkan oleh kelereng besar memiliki ruang kosong atau
pori yang akan melewatkan air dengan mudah. Pada kelereng besar, pori-pori saling
terhubung dengan baik. Kelereng kecil memiliki butir yang lebih kecil dan cenderung lebih
mengunci air serta keterhubungan antar pori-porinya tidak sebaik kelereng yang ukurannya
lebih besar sehingga specific yield pun akan berkurang.
Untuk nilai specific retention, akan sangat dicerminkan oleh specific yield,
dikarenakan nilai dari specific retention ini adalah nilai daripada porositas dikurangi dengan
specific yield. Nilai spesifik retention tertinggi adalah material pasir sedang s.d. halus
dikarenakan adanya struktur mikropori tadi yang menyebabkan banyak yang terjebak di
dalamnya dan sulit untuk keluar serta keterhubungan antar pori-pori pada pasir sedang s.d.
halus sangat buruk yang menyebabkan sulit untuk keluarnya air.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan parameter yang dicari, didapatkan
bahwa kelereng besar memiliki porositas, specific yield, dan specific retention berturut turut
45,7258 %, 44,2508 %, dan 1,4750 %. Untuk kelereng kecil memiliki porositas, specific
yield, dan specific retention berturut turut 40,3174 %, 39,3341 %, dan 0,9833 %
Untuk kerikil memiliki porositas, specific yield, dan specific retention berturut turut
47,2009 %, 40,3174 %, dan 5,9001 %. Dan, untuk pasir sedang s.d. halus memiliki
porositas, specific yield, dan specific retention berturut turut 54,0844 %, 2,9501 %, dan
51,1343 %.
5.2 Saran
Saran agar praktikum dapat berjalan lebih baik dan sesuai dengan keadaan di
lapangan adalah :
5.2.1. Sebaiknya lebih berhati-hati dalam menuangkan air ke dalam kotak mika.
5.2.2. Saat menuangkan air dari kotak mika lebih baik kotak mika disimpan di atas piring
atau wadah sehingga di saat menuangkan air dari kotak mika ke gelas ukur terjadi tumpahan
dapat tertampung di wadah tersebut dan akhirnya dapat dimasukkan ke dalam gelas ukur.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dokumentasi