Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan kimia berbahaya dengan mudah dapat kita temui di pabrik kimia
bahkan laboratorium. Kecelakaan yang terjadi karena bahan kimia berbahaya
pun sering terjadi. Diperlukan tindakan pengendalian yang tepat agar bahan
kimia berbahaya tersebut tidak membahayakan kita sebagai pekerja, peralatan
dan terutama lingkungan sekitar yaitu perlunya pengetahuan tentang sifat dan
karakter bahan kimia mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk
menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan.
Hal ini dikarenakan bahan kimia memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan
juga dapat memiliki sifat mudah terbakar maka diperlukan penanganan bahan
kimia dalam laboratorium.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang sifat berbahaya dari
bahan-bahan kimia yang dipergunakan serta cara penyimpanan maupun
penanganannya. Dengan bekal pengetahuan dan selalu bertindak hati-hati
dalam penggunaan bahan kimia berbahaya, kecelakaan yang mungkin terjadi,
dapat dihindarkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia?
2. Apa saja jenis-jenis bahan kimia?
3. Apa saja contoh bahan kimia di laboratorium dan bahaya bagi kesehatan?
4. Bagaimana cara penyimpanan bahan kimia?
5. Bagaimana cara penanganan bahan kimia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang terkena bahan kimia?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian bahan kimia.
2. Mengetahui jenis-jenis bahan kimia.
3. Mengetahui contoh bahan kimia di laboratorium dan bahaya bagi
kesehatan.
4. Mengetahui cara penyimpanan bahan kimia.
5. Memahami cara penanganan bahan kimia.
6. Memahami asuhan keperawatan pada pasien yang terkena bahan kimia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Kimia


Bahan berbahaya adalah setiap bahan atau benda yang oleh karena sifat
dan ciri khas serta keadaanya, merupakan bahaya terhadap keselamatan dan
ketertiban umum serta terhadap jiwa atau kesehatan manusia dan makhluk
hidup lainnya (Departemen Perhubungan,1993).
Menurut Permenaker RI No. 187/MEN/1999, bahan kimia berbahaya
adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan
sifat kimia dan sifat fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga
kerja, instalasi dan lingkungan.
Bahan kimia merupakan zat atau senyawa yang berasal dari alam
maupun hasil olahan tangan manusia (produksi) yang komponen
penyusunannya dapat berupa zat atau senyawa tunggal, maupun hasil
perpaduan dari beberapa zat atau senyawa.

2.2 Jenis-jenis Bahan Kimia


Bahan-bahan kimia berbahaya menurut sifatnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Explosif (mudah meledak).
Bahan kimia peledak adalah suatu zat padat atau cair atau campuran
keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam
jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis
(gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan
atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan
ammonium nitrat (NH4NO3).
Beberapa bahan mungkin menjadi eksplosif sebagai akibat perubahan
sendiri dalam struktur kimianya, misalnya melalui oksidasi diri, tanpa

3
pengaruh luar tertentu. Contoh bahan eksplosif adalah garam logam yang
peka.
Contoh lain yaitu: natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran
belerang, karbon dan kalium klorat.
2. Flamable (mudah terbakar).
Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah
bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi
kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
Bahan-bahan ini biasanya dikelompokkan lagi menjadi bahan yang
dapat terbakar, bahan yang sangat mudah terbakar, bahan yang terbakar
secara spontan diudara dan sebagainya. Tingkat bahayanya ditentukan
oleh titikbakarnya. Makin rendah titik bakar makin berbahaya. Titik bakar
suatu cairan adalah suhu yang padanya cairan menyebabkan terbentuknya
uap dengan cukup dalam campuran udara di dekat permukaan atau
didalam bejana yang dipergunakan. Cairan-cairan dengan titik bakar
rendah harus dipergunakan dengan penuh kewaspadaan atau tidak
dipergunakan sama sekali. Contohnya : metanol, eter, aseton, heksana,
benzena, uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator).
Bahan-bahan ini kaya akan oksigen, yang mendukung terjadinya
kebakaran, sehingga meningkatkan terjadinya kebakaran. Beberapa bahan
yang mengoksidasi, seperti klorat dan permanganat dapat menyebabkan
nyala api pada bubuk kayu atau jerami, jika terjadi gesekan. Asam-asam
kuat tertentu, seperti asam sulfat dan nitrat dapat menyebabkan
pembakaran jika bersentuhan dengan bahan-bahan organik. Contoh lain
yaitu: kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya.
Sekalipun tidak ada O2 dari luar dapat menyebabkan kebakaran.
4. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances).
Bahan kimia reaktif terhadap air adalah bahan kimia yang amat mudah
bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar. Contohnya logam Na, K dan asam sulfat pekat.

4
5. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan kimia reaktif terhadap asam adalah bahan kimia yang amat
mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Contohnya logam paduan
Na dan K, senyawa hidrida dan sebagainya.
6. Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan
tekanan tinggi yaitu Helium.
7. Bahan-bahan beracun (Toxic)
Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila
terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak
lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan
kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh
tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh
tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat
tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat
beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel
epitel dan keringat. Contohnya : C02, CI2, benzena, Kloroform, Sianida
dan sebagainya.
8. Bahan korosif
Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia
dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau
bahan lain.
Bahan-bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali dan dapat bereaksi
dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan
dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan
menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
Contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya.

5
Pengenalan Bahan Kimia menurut bentuknya dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Padatan
a. Padatan biasa tidak higroskopis dan tidak menyublim, Contoh :
amilum, natrium karbonat.
b. Padatan higroskopis, Contoh: NaOH, KSCN.
c. Padatan mudah menguap/menyublim, Contoh: Yodium, Amonium
karbonat, Kamper (naftalen).
d. Padatan peka cahaya, contoh : Perak nitrat, Kalium permanganat.
e. Padatan peka air, contoh: logam Na, K.
f. Padatan peka oksigen/udara, contoh: Fosfor.

2. Cairan
a. Cairan biasa, contoh: akuades.
b. Cairan mudah menguap, contoh: amonia, eter, HCl, aseton, kloroform.
c. Cairan mudah mengikat uap air, Contoh: asam sulfat pekat.
d. Cairan mudah terbakar, contoh: eter, metanol, aseton, bensin, minyak
tanah.

6
7
8
9
2.3 Contoh Bahan Kimia di Laboratorium dan Bahaya bagi Kesehatan
1. Amoniak (NH₃)
Amoniak merupakan larutan yang mudah menguap. Semakin pekat
larutannya, semakin berbahaya. Amoniak biasa digunakan sebagai
larutan basa. Bahaya yang ditimbulkan amoniak antara lain sebagai
berikut.
1) Jika terkena kulit dan mata dapat menyebabkan iritasi.
2) Uapnya dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
3) Jika tertelan dapat menyebabkan kerusakan di dalam perut.
2. Asam Sulfat (H₂SO₄)
Asam sulfat merupakan zat cair yang tidak berwarna, beracun, dan sangat
korosif. Asam sulfat biasanya digunakan sebagai asam kuat. Bahaya yang
ditimbulkan asam sulfat antara lain sebagai berikut.
1) Iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru.
2) Merusak kulit dan menimbulkan luka.
3) Menimbulkan kebutaan bila terkena mata.
4) Bersifat oksidator, dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan
zat organik seperti gula, selulosa, dan lain-lain. Sangat reaktif dengan
bubuk zat organik.
5) Mengalami penguraian bila terkena panas, mengeluarkan gas SO₂.
3. Formaldehida 40% atau HCOH
Formaldehida lebih kita kenal dengan formalin. Larutannya dalam air
dengan konsentrasi 40% merupakan zat yang tidak berwarna, mudah
menguap, dan beracun. Formalin berfungsi sebagai pencegah hama atau
bahan pengawet, misalnya untuk mengawetkan hewan-hewan kecil
dalam botol. Bahaya yang ditimbulkan formalin antara lain sebagai
berikut.
1) Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernapasan, rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan, serta batuk-batuk.
2) Bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah,
jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan muntah.

10
3) Kulit menjadi memerah, keras, mati rasa, dan ada rasa terbakar.
4) Iritasi mata: mata memerah, sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan
mengeluarkan air mata.
5) Mulut, tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma.
4. Kloroform (CHCl₃)
Kloroform merupakan zat cair yang tidak berwarna dan bersifat racun.
Kloroform biasa digunakan sebagai obat bius dan pelarut. Bahaya yang
ditimbulkan kloroform antara lain sebagai berikut.
1) Uapnya dapat mengganggu pernapasan.
2) Dalam udara, mengalami oksidasi fotokimia menghasilkan fosgen.
3) Campuran dengan aseron mudah meledak.
4) Dengan natrium, menimbulkan reaksi hebat.
5. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan zat cair, bersifat racun, dan korosif. Bahaya
yang ditimbulkan asam klorida antara lain sebagai berikut.
1) Uapnya dapat merusak kulit, mata, dan alat pernapasan.
2) Menyebabkan luka bakar dan dermatitis (kulit melepuh).
3) Bila dicampurkan dengan KMnO₄ dapat menimbulkan ledakan dalam
reaksi untuk membuat klor.
6. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida merupakan zat padat berwarna putih, mudah
menyerap air dan udara sehingga mudah mencair, bersifat racun, dan
korosif. Bahaya yang ditimbulkan natrium hidroksida antara lain sebagai
berikut.
1) Menyebabkan luka bakar pada kulit dan mata.
2) Merusak jaringan tubuh.
3) Bersifat higroskopis dan mudah menyerap gas karbondioksida.

11
7. Asam Nitrat (HNO₃)
Asam nitrat merupakan jenis cairan korosif yang tidak berwarna dan
merupakan asam beracun. Asam nitrat biasa digunakan di laboratorium
sebagai reagen. Larutan ini juga dipakai untuk memproduksi bahan-
bahan yang meledak seperti nitrogliserin, TNT, RDX, dan ammonium
nitrat. Bahaya yang ditimbulkan asam nitrat antara lain sebagai berikut.
1) Menyebabkan luka bakar.
2) Asam nitrat pekat menimbulkan gas nitro bila dipanaskan. Gas ini
menyakitkan dan merusak mata dan paru-paru.
3) Reaksi yang sangat berbahaya antara asam yang pekat dan alkohol
(terjadi beberapa saat setelah zat-zat dicampur).
8. Air Raksa (Hg)
Air raksa atau hydragyrum sering disebut dengan merkuri. Air raksa
merupakan logam yang ada secara alami dan satu-satunya logam yang
berwujud cair pada suhu kamar (25 ⁰C). Raksa sering digunakan sebagai
bahan amalgam gigi, termometer, barometer, dan peralatan ilmiah lain.
Bahaya yang ditimbulkan air raksa antara lain sebagai berikut.
1) Dapat diserap melalui kulit dan paru-paru.
2) Beracun karena dapat merusak saraf, ginjal, dan otak.
3) Mudah menguap. Uapnya bahaya.
9. Kalium Bikromat (K₂Cr₂O₇)
Kalium bikromat merupakan zat kristal berwarna jingga kemerahan.
Kalium bikromat biasa digunakan sebagai bahan celup untuk lukisan,
hiasan pada porselin, percetakan, photografi, warna print, bahan untuk
petasan, bahan untuk korek api, dan lain-lain. Bahaya yang ditimbulkan
kalium bikromat antara lain sebagai berikut.
1) Larutan beracun dan menyebabkan kulit gatal.
2) Debunya dapat menimbulkan kanker.

12
10. Etanol (C₂H₅OH)
Etanol merupakan alkohol yang berupa zat cair tidak berwarna, mudah
menguap dan terbakar. Etanol biasa digunakan sebagai pelarut dan
disinfektan. Bahaya yang ditimbulkan etanol antara lain sebagai berikut.
1) Mudah terbakar.
2) Teroksidasi menjadi formaldehida.
3) Reaksi dengan yodium dan fosfor atau peroksida berbahaya.
11. Kristal Iodin
Kristal iodin merupakan zat padat berwarna abu-abu, kehitaman, mudah
menyublim dengan uap berwarna ungu, dan korosif. Iodin biasa
digunakan sebagai reagen dalam uji amilum. Bahaya yang ditimbulkan
iodin antara lain sebagai berikut.
1) Kristalnya dapat melukai kulit.
2) Uapnya dapat melukai mata dan selaput lendir.

2.4 Cara Penyimpanan Bahan Kimia


Cara-cara penyimpanan bahan kimia ini disesuaikan dengan sifat-sifat
bahayanya, seperti dibawah ini:
1. Bahan-bahan kimia yang mudah meledak (eksplosif) dapat disimpan di
tempat (bangunan) yang terisolir dari bangunan-bangunan lainnya
dilengkapi dengan pintu tahan api.
2. Bahan-bahan kimia yang mudah menguap dan terbakar di simpan di
tempat yang jauh dari sumber api.
3. Bahan-bahan yang mudah menguap dan bertekanan tinggi harus
dilindungi dari cahaya matahari. Ventilasi udara dalam ruangan harus
baik.
4. Bahan-bahan oksidator jangan ditempatkan bersama dengan bahan yang
mudah terbakar (bahan organik dan pereduksi). Ventilasi udara dalam
ruangan harus baik.
5. Bahan-bahan korosif disimpan di tempat yang kering, suhunya rendah
namun tidak dibawah titik bekunya.

13
6. Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air, disimpan pada tempat
yang jauh dari sumber air.
7. Bahan kimia yang bila disimpan ditempat yang asam dapat menimbulkan
reaksi yang merugikan (panas yang tinggi, zat baru yang bersifat racun).
8. Bahan-bahan kimia yang mudah terurai membentuk racun apabila
berhubungan dengan panas, air atau asam tidak diperkenankan disimpan
berdekatan dengan bahan-bahan kimia yang mudah menyala/menguap.
Suhu ruangan harus rendah dan kering.
Selain cara-cara di atas ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh
petugas di dalam laboratorium. Ruangan bekerja berventilasi baik, jika
memindahkan bahan kimia pekat atau mengencerkan sebaiknya dikerjakan
dalam lemari asam. Bila terjadi tumpahan asam pekat hendaklah dinetralkan
dulu dengan basa (soda, kapur) baru diencerkan dengan air, bila tumpahan
dalam jumlah besar disiapkan pemadam kebakaran. Botol-botol harus
berlabel, tidak bocor dan selalu tertutup. Kalau diperlukan petugas harus
menggunakan alat-alat perlindungan personil seperti masker, sarung tangan
dan kaca mata pengaman. Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
harus selalu tersedia.
Cara-cara penyimpanan bahan kimia yang disesuaikan dengan
bentuknya, seperti dibawah ini:
1. Padatan
a. Padatan higroskopis ditempatkan dalam kaleng/botol tertutup dengan
sumbat diselimuti lagi dengan plastik.
b. Padatan mudah menguap tempatkan dalam botol kaca atau plastik,
sisakan ruang ¼ nya.

14
c. Padatan peka cahaya ditempatkan dalam botol gelap atau tak tembus
cahaya, tutup rapat-rapat.

d. Padatan peka air harus disimpan dengan merendam dalam minyak


tanah
e. Padatan yang peka udara/oksigen disimpan dalam air
f. Jangan menyimpan campuran padatan seperti oksidator, katalisator dan
bahan mudah terbakar. Contoh: KClO3, MnO2, Gula pasir.

2. Cairan
a. Simpan dalam botol tertutup rapat
b. Untuk cairan yang mudah menguap sisakan ruang ¼ nya
c. Untuk cairan yang mudah terbakar, jauhkan dari api
d. Untuk cairan oksidator, simpan dalam ruang asam
e. Gunakan APD yang sesuai bila akan mengambil cairan berbahaya
f. Cairan yang berbahaya jangan disimpan di atas.

3. Gas
a. Simpan dalam tabung gas yang aman
b. Gunakan kran dengan spuyer yang terawat
c. Simpan ditempat yang dingin (bila ada)
d. Jauhkan dari api atau panas
e. Jaga agar tabung stabil (tidak mudah jatuh).

15
2.5 Cara Penanganan Bahan Kimia
1. Mengenali bahan
Pelajari informasi sifat bahan, bahaya dan cara penanganannya (buku
indeks atau MSDS (LDKB). Jangan mencicipi atau mencium uapnya
untuk mengenali bahan.
2. Substitusi
Bila mungkin jangan menggunakan bahan kimia berbahaya. Usahakan
mencari gantinya (substitusi) yang lebih aman.
3. Menggunakan sesedikit mungkin bahan
Bila harus menggunakan bahan kimia berbahaya, gunakan sesedikit
mungkin, termasuk pemesanannya.

16
4. Mencegah emisi
Usahakan mencegah emisi atau kebocoran bahan beracun dan korosif.
Bila emisi tak dapat dihindari, isolasi daerah emisi, dan hisap dengan
local exhauster atau lakukan pekerjaan dalam lemari asam.
5. Mengurangi keterpaan
Bila emisi tak terhindarkan, buka jendela dan pasang ventilasi agar
pencemaran di bawah nilai ambang batas (NAB). Bila tidak mungkin,
kurangi waktu kerja atau waktu keterpaan.
6. Menggunakan APD
Gunakan APD (Gloves, kacamata, masker, respirator) untuk melindungi
diri dari keterpaan.
7. Hati-hati dengan bahaya kebakaran
Hindari bahan mudah terbakar dari nyala api, bara, loncatan listrik dan
logam panas.
8. Waspadai bahan atau campuran eksplosif
Jauhkan bahan eksplosif dari panas, gesekan mekanik, goncangan, dan
udara panas sinar matahari.
9. Bahaya tersembunyi dari gudang
Jaga gudang agar tetap dingin, berventilasi, kering, jauh dari api, serta
hindari interaksi antara bahan inkopatibel. Jaga gudang agar tetap bersih,
rapi dan periksa setiap saat akan adanya kebocoran atau tumpahan.
10. Mengendalikan limbahan bahan kimia
Usahakan setiap proses dengan limbah seminimal mungkin. Daur ulang
disarankan. Ikuti aturan pemusnahan atau pembuangan bahan dengan
benar. (Disarikan dari MSDS, Soemanto Imamkhasani, Puslit Kimia-
LIPI)

17
2.6 Asuhan Keperawatan pada Pasein yang terkena Bahan Kimia
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa,
keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
Keracunan bahan kimia dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai
dengan sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan kimia
dalam saluran pencernaan. Untuk bahan kimia berupa gas, saluran
pernafasan merupakan jalan masuk utama ke dalam tubuh seseorang.
Bahan beracun dapat pula diserap melalui kulit atau langsung merusak
jaringan kulit apabila terjadi persinggungan dengannya. Selaput lendir
(mukosa) mata juga dapat menjadi salah satu tempat masuknya bahan
kimia yang kemudian meracuni jaringan setempat.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA diagnosa yang sering muncul pada kondisi
keracunan bahan kimia berbahaya adalah :
1) Keracunan melalui Mulut/Pencernaan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah
 Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perubahan membran kapiler-alveolar
2) Keracunan melalui Pernapasan
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distres
pernapasan
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan broncospasme
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik
3) Keracunan melalui Kulit

18
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
 Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan/kulit
 Hipertermi berhubungan dengan depresi mekanisme suhu
tubuh
4) Keracunan melalui kontak mata
 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
stimulus lingkungan yang berlebihan.
 Resiko cidera berhubungan dengan rancangan, struktur dan
penataan bangunan atau peralatan.

3. Penanganan Pertama
1) Keracunan melalui Mulut/Pencernaan
Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan
memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban
pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya
muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau
dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam
dalam satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih.
Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin,
asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar.
Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya,
berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum.
Bubuk antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang
gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu
bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol
kecuali untuk racun tertentu.
2) Keracunan melalui Pernapasan
Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan,
gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada,
tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun.
Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan

19
berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami
kesulitan bernafas. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai
petugas kesehatan datang.
3) Keracunan melalui Kulit
Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan
tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan
usahakan agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang
terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit.
Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut
sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang terkena racun. Jangan
mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat pada
kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan
yang hadir di situ.
4) Keracunan melalui Mata
Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata,
segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air
bersih dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air
hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu
matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini
memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh
permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai
paling sedikit 15 menit.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Bahan kimia merupakan zat atau senyawa yang berasal dari alam maupun
hasil olahan tangan manusia (produksi) yang komponen penyusunanny dapat
berupa zat atau senyawa tunggal, maupun hasil perpaduan dari beberapa zat
atau senyawa.
Bahan-bahan kimia berbahaya menurut sifatnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Explosif (mudah meledak) contohnya : Trinitrotoluene (TNT), natrium
nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium
klorat.
2. Flamable (mudah terbakar) contohnya : metanol, eter, aseton, heksana,
benzena, uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) contohnya : natrium nitrit/nitrat,
kalium klorat, kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan
sebagainya. Sekalipun tidak ada O2 dari luar dapat menyebabkan
kebakaran.
4. Bahan kimia yang reaktif terhadap air, contohnya logam Na, K dan asam
sulfat pekat.
5. Bahan kimia yang reaktif terhadap asam, contohnya logam paduan Na
dan K, senyawa hidrida dan sebagainya.
6. Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan
tekanan tinggi .
7. Bahan-bahan beracun contohnya : C02, CI2, benzena, Kloroform,
Sianida dan sebagainya
8. Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan
sebagainya.

21
Contoh Bahan Kimia di Laboratorium:
1. Amoniak (NH₃)
2. Asam Sulfat (H₂SO₄)
3. Formaldehida 40% atau HCOH
4. Kloroform (CHCl₃)
5. Asam Klorida (HCl)
6. Natrium Hidroksida (NaOH)
7. Asam Nitrat (HNO₃)
8. Air Raksa (Hg)
9. Kalium Bikromat (K₂Cr₂O₇)
10. Etanol (C₂H₅OH)
11. Kristal Iodin
Cara-cara penyimpanan bahan kimia ini disesuaikan dengan sifat-sifat
bahayanya. Selain itu ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh
petugas di dalam laboratorium. Ruangan bekerja berventilasi baik, jika
memindahkan bahan kimia pekat atau mengencerkan sebaiknya dikerjakan
dalam lemari asam. Bila terjadi tumpahan asam pekat hendaklah dinetralkan
dulu dengan basa (soda, kapur) baru diencerkan dengan air, bila tumpahan
dalam jumlah besar disiapkan pemadam kebakaran. Botol-botol harus
berlabel, tidak bocor dan selalu tertutup. Kalau diperlukan petugas harus
menggunakan alat-alat perlindungan personil seperti masker, sarung tangan
dan kaca mata pengaman. Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
harus selalu tersedia.

3.2 Saran
Mahasiswa harus mencari literatur atau referensi lain yang berkaitan
dengan K3 Terhadap Bahan Kimia, sehingga mahasiswa memiliki
pengetahuan khususnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan kerja yang
tepat bagi penderita yang terkena Bahan Kimia.

22

Anda mungkin juga menyukai