Anda di halaman 1dari 2

Jumat, 28 Juni 2013 21:30 WIB

ANAK INDONESIA TERUSLAH BERPRESTASI

Salah satu upaya menaikkan strata kehidupan adalah dengan pendidikan. Melanjutkan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, bagi seorang anak yang dilahirkan dari keluarga sangat sederhana
bahkan kategori tidak mampu, terkadang menjadi sekedar impian. Tetapi ditengah kehidupan
yang serba prihatin, mereka bekerja keras dan belajar tekun untuk meraih cita-cita.

Demikianlah kisah para narasumber Kick Andy kali ini. Imam Murti Wahyudi, salah satu pelajar
SMKN 2 Cilacap ini telah meraih prestasi luar biasa pada Ujian Nasional yang diselenggarakan
tahun ini. Anak ke-dua dari tiga bersaudara ini menjadi salah satu siswa peraih nilai UN tertinggi
tingkat SMK seJawa Tengah & DIY, dengan nilai 38,90. Selama ini prestasinya disekolah
memang sangat menonjol. Imam dibesarkan dari keluarga yang sangat sederhana. Bapaknya
berprofesi sebagai buruh serabutan dan ibunya membantu nafkah keluarga dengan menjual kopi
tumbuk. Keterbatasan ekonomi inilah yang membuatnya terpacu untuk merubah nasib keluarga
menjadi lebih baik, lewat semangatnya giat belajar. Melanjutkan ke perguruan tinggi
membutuhkan dana yang tak sedikit. Meski mimpinya untuk dapat melanjutkan kuliah sangat
melekat besar dalam dirinya, namun nasib berkata lain. Hal itulah yang membuat kini Imam
hanya bisa berdoa dan bertawakal agar kelak mimpi-mimpinya bisa terwujud.

Kemiskinan memang tidak identik dengan kebodohan. Meski datang dari keluarga sangat
sederhana, Metta Andriani dikenal sebagai siswi yang pandai dan tekun. Tak kalah dengan
mereka yang dibekali fasilitas berlebih. Lulus Ujian Nasional dengan nilai 56,45 - membuatnya
menjadi peraih nilai UN tertinggi se-Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tinggal di Dusun
Trimulyo, Ngujang Tulungagung, sehari-hari Metta membantu sang ibu, Emi Supangatin, yang
bekerja sebagai penjahit perusahaan konveksi. Untuk satu celana yang berhasil dijahitnya, sang
ibu mendapatkan upah sebesar seribu rupiah. Sementara ayah Metta, sehari-hari bekerja sebagai
buruh bangunan dengan penghasilan tidak tetap. Meski dibekali kemampuan yang unggul di
bidang akademis, tetapi Metta pasrah jika suatu waktu ia tidak mampu melanjutkan kuliah
karena terbentur biaya. Sambil menunggu penerimaan mahasiswa baru, kini Metta bekerja
sebagai penjaga toko pakan burung yang tak jauh dari rumahnya. Ia mulai bekerja dari tengah
hari hingga larut malam. Keinginan Metta saat ini, ia ingin dapat segera kuliah sesuai minatnya
di bidang matematika.

Meraih cita-cita setinggi langit. Itulah harapan yang senantiasa diimpikan oleh seorang pelajar
asal Jombang, Jawa Timur ini, Alvinura Fajrin. Mei lalu, ia akhirnya meraih nilai UN tertinggi
se- Jawa Timur. Pelajar cerdas nan tekun ini, berhasil lulus SMA dengan nilai memuaskan 58,15.
Baginya UN bukanlah momok yang perlu ditakuti, tapi dihadapi dengan persiapan yang matang.
Demi meraih prestasi di sekolah, alvinura banyak menggunakan waktunya untuk belajar. Bahkan
sejak kecil, meraih ranking di kelas adalah langganan baginya. Berbekal doa dan usaha yang
tekun, Alvinura pantang menyerah meraih cita-citanya. Sehari-hari, Alvinura pun rajin beribadah
dan berpuasa. Bahkan ia kerap bertukar pikiran dan membagi ilmunya dengan teman-temannya.
Alvinura pun bertekad melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Saat ini, sambil
menunggu masuk kuliah, alvinura mengikuti pendidikan guru pengajar Al qur'an.

Semangat pantang menyerah juga kuatnya keinginan untuk mengenal abjad di sekolah formal,
membawa Besudut nekat keluar dari aturan kelompoknya. Untuk itu ia harus meninggalkan
komunitasnya, karena yang dia lakukan itu dianggap telah melanggar adat. Setelah mengikuti
pendidikan alterntif bersama KKI Warung Informasi (WARSI), Besudut sempat keluar rimba dan
hidup bersama masyarakat. Bergaul dengan masyarakat desa di dalam sekolah merupakan hal
yang baru bagi Besudut. Tahun 2003, setelah mengikuti pendidikan alternatif, Besudut mampu
lulus ujian Paket A atau ujian setara tingkat Sekolah Dasar. Tak mau berhenti begitu saja, ia pun
melanjutkan ke SMP Terbuka. Besudut atau Irman Jalil adalah Orang Rimba pertama yang
menempuh pendidikan formal. Tak hanya tingkat SD dan SMP, ia juga sudah merasakan
pendidikan di tingkat SMA. Untuk pergi ke sekolah, ia harus menempuh perjalanan 15 km
dengan berjalan kaki dari tempatnya bermukim. Bahkan, ia pun dinyatakan lulus Ujian Nasional
dengan nilai UN 32,2 dengan nilai tertinggi mata pelajaran Matematika 6,25. Cita-citanya
sungguh mulia. Besudut ingin menjadi seorang pengajar yang berasal bagi kelompoknya sendiri
dan mengajar kaumnya, hingga kini terus ia perjuangkan.

Anda mungkin juga menyukai