Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TEKNOLOGI BAHAN

DISUSUN OLEH :

FAISAL

F 221 16 016

PRODI ARSITEKTUR ( S1)

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU - 2017
A. PROSES PEMBAKARAN BATU BATA
Modern

Proses pembakaran batu bata dengan memanfaatkan udara untuk meratakan penyebaran api
didalam tungku dengan menggunakan alat yang bernama Blower. Alat ini biasanya juga digunakan
oleh para tukang pandai besi. Jadi, api dan hawa panas yang tadinya tidak merata disemburi oleh
udara yang berasal dari blower supaya masuk kedalam tungku pembakaran. Secara logika hal
tersebut pasti membuat hasil pembakaran batu bata semakin bagus.

Gambar 1. Blower dari dekat Gambar 2. Pemasangan Blower

Gambar 3. Blower pengapian dari kiri Gambar 4. Blower pengapian dari kanan

Gambar 5. Generator set (Genset)


Tradisional

Tahap pembakaran batu bata ini adalah langkah penentuan dimana bisa dikatakan berhasil
atau kurang berhasil dikarenakan pada tahap ini akan dilakukan pembakaran didapur. Langkah
selanjutnya setelah batu bata mentah yang sudah kering disusun di dapur pembakaran yang sudah
disiapkan.Setelah itu harus menyiapkan bahan bakarnya seperti kayu atau bisa juga dengan sisa
olahan buah kelapa sawit tangkos, harus dikeringkan dulu agar mempermudah pembakaran.Lalu
tinggal melakukan tahap pembakaran dengan cara memasukan kayu tersebut kedalam lubang
dibawah susunan batu bata tadi.

Kemudian membuat dinding disekeliling susunan batu tersebut tujuan nya adalah
mempercepat suhu yang ada didalam susunan batu bata cepat naik keatas tidak lupa memberi
sekam (bekas kupasan kulit padi) bisa didapatkan dikilang padi. api nya jangan sampai mati atau
redup, semakin hari harus tambah marak atau dtambah volume nya.Tahap penutupan lubang api
bertujuan agar hawa api tidak keluar dan tanda berakhir nya peroses pembakaran hal ini bisa
dilakukan apabila asap yang ada pada bagian atas susunan batu bata tadi sudah membening atau
kalau kita lihat hanya ada seperti udara yang membara-bara.

Tahap finishing nya lagi yaitu tahap peyiraman bagian atas susunan batu bata dengan sekam
(bekas sisa kulit padi).Setelah itu, tahap pembukaan dinding yang sudah dipasang tadi, ini dilakukan
sekitar 24 jam setelah tahap penyiraman bagian atas susuna batu bata dengan sekam, lama nya
tahap pembakaran tergantung banyaknya batu bata yang dibakar (misal nya kalau 60.000 buah batu
bata, memerlukan waktu 6 hari 6 malam nonstop)

Gambar 6. Proses Pembakaran Batu Bata secara Tradisional


B. BAHAN BANGUNAN TAHAN API
Bahan bangunan tahan api merupakan salah satu ciri bangunan yang baik. Selain nyaman,
bangunan juga harus aman dari beberapa ancaman, termasuk ancaman kebakaran. Kebakaran
memang bisa menimpa bangunan apapun. Sebenarnya ada banyak bahan bangunan yang tahan
terhadap api. Beberapa diantaranya bahkan kerap digunakan untuk membangun rumah dewasa ini.
Namun untuk lebih jelasnya, berikut beberapa material bangunan tahan api yang perlu diketahui:

Kaca Tahan Api

Bahan ini merupakan salah satu jenis kaca khusus yang memiliki tingkat ketahanan yang
cukup tinggi, khususnya terhadap api. Kaca jenis ini terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan luar dan
lapisan dalam. Saat terjadi kebakaran, kaca jenis ini tidak akan langsung pecah secara keseluruhan.
Jika terjadi kebakaran, kaca bagian luarlah yang akan pecah terlebih dahulu. Setelah itu, barulah
kaca bagian dalam yang pecah. Ketangguhan kaca jenis ini juga berkat penggunaan tempered glass
yang 4 kali lebih kuat dari kaca biasa.

Gambar 7. Kaca Tahan Api

Beton

Beton adalah salah satu bahan bangunan yang paling umum dan sering digunakan dalam
membangun rumah ataupun bangunan lain. Bahan bangunan ini juga memiliki ketahanan yang
sangat baik terhadap api. Butuh waktu lama bagi panas api untuk merusak struktur beton yang
kokoh. Menariknya lagi, daya tahan beton terhadap api juga masih lebih baik dari baja. Itulah kenapa
bahan bangunan ini kerap digunakan untuk melindungi baja dari kebakaran, khususnya dalam
struktur bangunan. Namun satu hal yang perlu diketahui, tidak semua beton memiliki daya tahan
yang sama. Semua itu juga tergantung pada semen dan material-material lain yang menyusunnya.
Bahkan pada faktanya, kekuatan material penyusun beton inilah yang paling mempengaruhi
ketahanan beton terhadap api.

Gambar 8. Beton
Gips

Gips ternyata juga memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap api. Meski material yang
satu ini terkesan agak rapuh, nyatanya kemampuannya dalam menahan panas api dinilai cukup baik.
Tidak mudah terbakar dan memiliki tekstur yang rapi, itulah kenapa bahan bangunan tahan api yang
satu ini kerap digunakan sebagai bagian dari finishing interior. Jenis gips yang paling tahan api adalah
gips tipe X. Gips jenis ini dibuat secara khusus dengan tingkat ketahanan yang cukup tinggi. Saat
terkena api, gips jenis ini tidak akan langsung terbakar. Lapisan kertas khusus pada sisi luarnya
membantu menjaga gips agar tidak cepat terbakar dan menahan api menyebar cepat ke permukaan
gips. Bahkan dalam beberapa jenis gips, ada semacam kandungan cairan kimia yang menghambat
proses pembakaran pada gips.

Gambar 9. Gambar Gypsum sebagai Plafond

Batu Bata

Batu bata ialah material bangunan yang paling kerap digunakan untuk membangun rumah,
khususnya di Indonesia. Pemilihan batu bata sebagai bahan bangunan ternyata memiliki banyak
alasan. Selain karena lebih kokoh dan mampu menyerap suhu panas dengan baik, bahan bangunan
ini juga termasuk dalam bahan bangunan yang memiliki ketahanan api sangat baik. Saat terbakar,
bahan bangunan ini bahkan bisa bertahan antara 1 hingga 4 jam. Tentu saja, daya tahan tersebut
juga bergantung pada konstruksi dan ketebalan dinding bangunan.

Gambar 10. Batu Bata


C. KACA
Pengertian

Kaca adalah material padat yang merupakan zat cair yang sangat dingin, karena molekul-
molekulya tersusun seperti air namun kohesinya membuat bentuknya menjadi stabil dan ini terjadi
karena proses pendinginan yang sangat cepat. Hal inilah yang membuatnya menjadi transparan atau
tembus pandang. Dengan pengertian lain, Kaca adalah amorf (non kristalin) material padat yang
bening dan transparan (tembus pandang), biasanya rapuh atau mudah pecah.

Sifat Kaca

Kaca yang digunakan dalam bangunan bersifat tembus pandang sehingga ia dapat meneruskan
cahaya, itu juga berarti dapat meneruskan sinar matahari. Namun dalam aplikasinya tidak selalu
dibuat tembus pandang akan tetapi dapat juga dibuat menjadi semi tembus pandang atau sama
sekali tidak tembus pandang. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan sengaja saat
pencetakannya maupun memodifikasinya. Dengan menempelkan stiker atau film adalah salah satu
cara untuk membuat kaca menjadi tidak transparan. Sifatnya yang dapat memantulkan cahaya dan
dibuat seperti apapun ia tetap dapat meneruskan cahaya, walaupun akan berbeda ketajamannya
antara jenis kaca yang satu dengan yang lainnya. Sifat yang menjadi kelemahannya adalah mudah
pecah walaupun memang tahan terhadap zat kimia. Namun dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, kini sifat mudah pecah tersebut dapat diminimalisir. Misalnya saja jenis kaca
tempered, sebelum pecah akan mengalami perubahan bentuk terlebih dahulu seperti melengkung
atau bengkok. Sehingga jenis ini akan membuatnya lebih aman untuk digunakan pada bangunan.
Namun jangan lupa, licin juga merupakan sifatnya.

Gambar 11. Kaca

Proses Pembuatan

Urutan proses pembuatan kaca pada umumnya sebagai berikut :


1. Transportasi bahan baku ke pabrik
2. Pengaturan ukuran bahan baku
3. Penimbunan bahan baku
4. Pengangkutan, penimbangan, dan pencampuran bahn baku, dan pemuatannya ke tanur kaca
5. Reaksi pembentukan kaca di dalam tanur
6. Penghematan kalor melalui regenarasi dan rekuperasi
7. Pembuatan bentuk produk kaca
8. Penyelesaian produk kaca

Reaksi yang terjadi dalam pembuatan kaca adalah:


Na2CO3 + aSiO2 " Na2O.aSiO2 + CO2
CaCO3 + bSiO2 " CaO.bSiO2 + CO2
Na2SO4 + cSiO2 + C " Na2O.cSiO2 + SO2 + SO2 + CO

Bahan Pembuat Kaca

Kaca dibuat dari silikon dioksida (SiO2) atau silika, Na2O atau soda, CaO atau gamping dan
beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat celcius. Pasir kuarsa untuk membuat
kaca haruslah yang hampir murni, kandungan besinya tidak boleh melebihi 0.45% karena dapat
merusak warna kaca. Untuk soda terutama didapat dari soda abu padat (Na2CO3). Sedangkan untuk
gamping dari batu gamping serta gamping bakar dari dolomite. Sedangkan penambahan bahan-
bahan tertentu bertujuan untuk memperkuat serta menambah sifat-sifatnya sehingga
menjadikannya berbagai jenis kaca.

Aplikasi Kaca pada Bangunan

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa sifat kaca salah satunya adalah tembus pandang, maka
penerapan pada bangunan biasanya untuk pencahayaan atau penerangan di dalam ruangan.
Dipasang pada pintu, jendela, maupun dengan bentuk yang lainnya, ini bertujuan untuk meneruskan
cahaya matahari ke dalam bangunan. Sehingga walaupun tanpa lampu ruangan akan terang saat
siang hari. Selain itu dengan masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan akan menghilangkan
kelembaban. Seperti anak tangga misalnya, sebaiknya mendapat pencahayaan yang cukup agar tidak
lembab. Jika anak tangga sering dalam keadaan lemab maka akan membuatnya licin dan ini sangat
berbahaya, apalagi jika menggunakan kaca sebagai anak tangganya.

Penggunaan pada gedung bertingkat biasanya untuk menyelimutinya baik seluruhnya maupun
hanya sebagian atau hanya pada bagian tertentu saja. Gedung yang berselimut kaca akan
menghadirkan kesan mewah dan megah, tentu ini akan menonjolkan kesan tersendiri pada
bangunan tersebut. Akan tetapi pada zaman sekarang, penggunaan pada bangunan telah mengalami
perkembangan, walaupun kaca masih memerlukan bahan bangunan lain untuk menemaninya. Kaca
belum bisa berdiri sendiri atau dengan kata lain belum dapat dijadikan sebagai struktur bangunan,
hal ini karena sifatnyayang mudah pecah.

Gambar 12. Salah satu contoh Penerapan Kaca pada Bangunan


D. DINDING
Pengertian

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area.
Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang
dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam
terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary),
serta dinding penahan (retaining). Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong
atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding
pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini
kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan
tanah, batuan, atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.

Jenis dinding

1. Dinding Partisi : Dinding ringan yang memisahkan antar ruang dalam. Terbuat dari gypsum, fiber,
tripleks atau Duplex

2. Dinding Pembatas : Untung menandakan batas lahan. Atau bisa disebut dinding Privasi

3. Dinding Penahan : Digunakan pada tanah yang berkontur dan dibutuhkan struktur tambahan
untuk menahan tekanan tanah.

4. Dinding Struktural : Untuk menopang atap dan sama sekalitidak menggunakan cor beton untuk
kolom. Konstruksinya 100% mengandalkan pasangan batubata dan semen

5. Dinding Non-Struktural : Dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai pembatas apabila
dinding di robohkan, maka bangunan tetap berdiri. beberapa material dinding non-struktural
diantaranya seperti batu bata, batako, bata ringan, kayu dan kaca.

Material Dinding :

a. Dinding batu buatan : bata dan batako


b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu
d. Dinding kaca
e. Dinding bambu

Gambar 13. Pengaplikasian Batu Bata sebagai Dinding Bangunan


E. PLAFOND
Pengertian

Plafon atau yang sering disebut langit-langit, merupakan komponan bangunan yang
berfungsi sebagai lapisan yang membatasi tinggi suatu ruangan. Selain itu, plafon juga berguna
untuk keamanan, kenyamanan, serta keindahan sebuah ruangan.Tinggi rendahnya plafon sangat
menentukan tampilan suatu ruang. Ketinggian ini diukur mulai dari permukaan lantai sampai dengan
sisi bawah bidang plafon.Pada rumah tinggal, sebaiknya tinggi plafon berukuran sedang antara 3-3,5
meter. Ini bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara di rumah serta memperindah interior.
Sementara batas terendah adalah 2,5 meter dari lantai. Bila rancangan plafon terlalu rendah maka
ruangan akan terasa pengap dan sesak, sehingga atmosfer ruangan menjadi kurang baik.Sebaliknya
jika terlalu tinggi, dapat menghilangkan nilai estetika ruang di rumah meski sirkulasi udara
berlangsung baik dan memberikan suasana sejuk.

Fungsi Plafond

Dikutip dari buku “Panduan Lengkap Membangun Rumah” karangan Gatut Susanta, selain fungsi
yang sudah disebutkan di atas plafon juga berguna untuk:

1. Batas tinggi suatu ruang sehingga tidak nampak kosong


2. Penahan berbagai kotoran berukuran kecil yang jatuh dari celah atap
3. Menghalau percikan air hujan yang jatuh melalui atap
4. Isolator atau pengatur rasa panas dan dingin yang berasal dari atap
5. Penutup rangka atap agar ruang lebih rapi dan bersih
6. Peredam suara, baik yang ditimbulkan oleh air hujan maupun suara lainnya
7. Tempat menggantungkan komponen penerangan dan listrik

Jenis – Jenis Plafond

Triplek

Ukuran triplek yang ada di pasaran untuk plafon adalah 122cm x 244cm dengan ketebalan
3mm, 4mm, dan 6mm. Rangka plafon menggunakan kaso 4/6 atau 5/7 dengan ukuran rangka kayu
60cm x 60cm. Untuk memasangnya, triplek dapat dibelah menjadi empat bagian dengan ukuran
61cm x 122cm dan bisa juga dipasang secara utuh tanpa dipotong.

Gambar 14. Pengaplikasian tripleks sebagai Plafond


Serat fibersemen/ GRC board

Saat ini serat fibersemen atau GRC board lebih banyak digunakan oleh masyarakat.
Sebabnya, material ini lebih murah dibanding triplek. Di pasaran, ukuran GRC board untuk plafon
adalah 60cm x 120cm dan 122cm x 244cm dengan ketebalan standar 4mm. Rangka plafon yang
digunakan dapat berupa kaso 4/6 atau 5/7. Ada juga orang menggunakan besi kotak (hollow)
sebagai alternatif rangka plafon. Material ini kerap digunakan mengingat makin mahalnya harga
kayu saat ini. Ukuran besi hollow yang sering diterapkan yakni 4cm x 4cm. Pemasangan GRC board
pada rangka plafon yang menggunakan kaso adalah dengan cara dipaku. Sedangkan pada rangka
besi hollow cara memasangnya dengan disekrup atau river/viser.

Gipsum

Jenis material plafon yang satu ini sangat tepat dipasang pada rumah yang penutup atapnya
merupakan pelat beton, karena ada jaminan tidak bocor. Ukuran gipsum di pasaran umumnya
122cm x 244cm. Pada prinsipnya, kebutuhan bahan untuk pemasangan plafon gipsum sama dengan
GRC board. Hanya saja selain sekrup, pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan bubuk
gipsum atau compound. Bubuk ini berfungsi sebagai lem di tempat sambungan atau list dan
ornamen. Pemasangan sambungan gipsum biasanya dikerjakan dengan cara diplester terlebih
dahulu. Serupa GRC board, pemasangan gipsum juga dapat menggunakan rangka besi hollow,
dengan cara disekrup atau rivet/viser bukan dipaku. Pemasangan penggantunganya pun
memakai dinabolt/dinaset bila dilakukan pada tembok.

F. STRUKTUR ATAP
Pengertian

Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian
paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan dan harus mendapat
perhatian yang khusus dari si perencana (arsitek). Karena dilihat dari penampakannya ataplah yang
paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang memperhatikannya. Untuk itu dalam
merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya arstistik. Bisa juga dikatakan bahwa atap
merupakan mahkota dari suatu bangunan rumah. Atap sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di
bawahnya, sehingga akan terlindung dari panas, hujan, angin dan binatang buas serta keamanan.
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yng berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan
dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan.

Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu : struktur penutup atap,
gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri
dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui
kolom dan atau balok. Konstruksi atap yang baik memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan
baik. Sudah sewajarnya setiap rumah dilengkapi dengan atap. Atap rumah merupakan bagian dari
bangunan yang befungsi sebagai penutup atau pelindung bangunan dari panas terik matahari dan
hujan, sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan. Atap rumah merupakan bagian
penting pada konstruksi bangunan rumah karena berada di atas untuk menutupi seluruh bagian
bangunan.
Untuk konstruksi atau struktur, pada umumnya, atap terdiri dari tiga bagian utama yaitu
struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur
rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan
ke dalam fondasi melalui kolom dan atau balok. Struktur atap pada umumnya juga dibuat dengan
mengikuti atau menyesuaikan dengan denah atau bentuk keseluruhan bangunan (desain atap
rumah). Jika rumah terdiri atas dua lantai, struktur atap dibuat mengikuti denah atau layout rumah
pada lantai dua.

Pembagian Struktur Atap

Tiga komponen penyusun atap:

1. struktur atap (rangka atap dan penopang rangka atap);

2. penutup atap (genteng,polikarbonat);

3. pelengkap atap (talang horizontal/vertikal dan lisplang)

A. Struktur Atap

Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari atap.
Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi
menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan balok –balok (dari
kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton. Berdasarkan
posisi inilah maka muncul istilah gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat menghasilkan
lekukan pada atap (jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu. Penopang rangka atap
adalah balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda. Kuda-kuda
berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka atap. Sebagai pengaku,bagian atas
kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara kedua kakinya dihubungkan dengan
kolom struktur untuk mengalirakan beban ke tanah.Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:

1. struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu

2. kuda-kuda dan rangka kayu

3. struktur baja konvensional

4. struktur baja ringan

Atap dan bagian-bagiannya :

1. jurai dalam

Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,dan
terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.

2. jurai luar

Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,terdapat
pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.
3. bubungan (nok)

Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya menentukan arah
bangunan.

4. Gording

Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi dudukan
untuk kasau dan balok jurai dalam.

5. Kasau

Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.

6. Reng

Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya melintang
diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-lain). Fungsi lainnya
adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung
pada ukuran genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng
sehingga biaya pun lebih hemat.

B. Penutup Atap

Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah ambang
atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap dengan pilihan bentuk
dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah
faktor keringanan material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan
terhadap cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan terhadap desain
rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi pengaruh pada struktur,misalnya
konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut kemiringan.

C. Komponen pelengkap

Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.

1. Talang

Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang. Talang
dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa vertikal.

2. Lisplang

Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari susunan kasau.
Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada
kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau
tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau
yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian
tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
Bentuk Model Atap

Atap Datar

Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar
biasanya digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari
beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang
tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang
cukup.Modelnya bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk atap teras. Atau bahkan
digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap bentuk ini paling susah perawatannya
terutama dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam merencana atap ini
adalah memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya supaya suhu ruangan tidak terlalu
panas.

Atap Sandar

Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan misalnya;
selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah - rumah modern.
Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan atap model
pelana.

Atap Pelana

Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan atau
rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis pertemuan
yang disebut bubungan. Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena
pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas
dua bidang miring yang ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan.
Sudut kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.

Atap Tenda

Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan lebarnya,
sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri dari empat bidang atap yang
bertemu disatu titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang
disebut jurai.

Atap Limas (perisai)

Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis
bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat
terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga. Bentuk atap ini
penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang atap miring yang berbentuk
trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga dengan kemiringan yang biasanya sama.

Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.

Bentuk atap ini adalah kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana dan perisai (limasan). Ada
yang juga menyebut jenis atap ini sebagai atap tenda patah atau atap joglo.
Atap Mansard

Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau bertingkat.
Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena sebetulnya atap ini
dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.

Atap Joglo

Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti bertingkat. Atap
ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Atap Setengah Bola (Kubah)

Model atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk bangunan
masjid dan gereja.

Atap Gergaji

Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Model atap gergaji
bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.

Gambar 15. 4 Bentuk Model Atap

G. BETON PRATEKAN

Pengertian

Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan terhadap
tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah suatu material yang
sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan antara beton dan baja dimana nanti akan
disebut sebagai beton bertulang ( reinforced concrete ). Jadi pada beton bertulang, beton hanya
memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar ).
Sehingga pada beton bertulang, penampang beton tidak 100% efektif digunakan, karena bagian yang
tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan. Hal ini dapat dilihat pada sketsa gambar
disamping. Suatu penampang beton bertulang dimana penampang beton yang diperhitungkan untuk
memikul tegangan tekan adalah bagian diatas garis netral ( bagian yang diarsir ), sedangkan bagian
dibawah garis netral adalah bagian tarik yang tidak diperhitungkan untuk memikul gaya tarik karena
beton tidak tahan terhadap tegangan tarik. Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi
penulangan ( rebar ). Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah berat sendiri ( self
weight ) yang besar, yaitu 2.400 kg/m3 , dapat dibayangkan berapa berat penampang yang tidak
diperhitungkan untuk memikul tegangan ( bagian tarik ).

Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban bekerja,
sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian
disebut beton pratekan atau beton prategang ( prestressed concrete ). Perbedaan utama antara
beton bertulang dengan beton pratekan adalah cara kerjanya. Cara kerja beton bertulang adalah
mengkombinasikan antara beton dan baja tulangan dengan membiarkan kedua material tersebut
bekerja sendiri-sendiri, dimana beton memikul tekan dan tulangan baja memikul tarik. Sedangkan
beton pratekan mempunyai cara kerja dengan mengkombinasikan beton dan tulangan baja secara
aktif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara menarik baja yang menahannya ke beton, sehingga
beton dalam keadaan tertekan.

Kelebihan beton pratekan :

1.Tahan terhadap korosi karena tahan retak di daerah tarik

2.Lebih kedap air

3.Lendutan lebih kecil

4.Penampang lebih kecil dari beton bertulang biasa/ volume lebih kecil

5.Berat baja yang digunakan lebih sedikit

6.Ketahanan geser dan puntir lebih besar

Kekurangan beton pratekan :

1.Berat jenis sedikit lebih besar

Prinsip Dasar Beton Pratekan

Beton pratekan dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan tekan internal
sedemikian rupa sehingga dapat meng-eleminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban eksternal
sampai suatu batas tertentu. Ada 3 ( tiga ) konsep yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan dan
menganalisa sifat-sifat dasar dari beton pratekan atau prategang :

1.Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan yang elastis.

2.Sistem pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dan beton mutu tinggi

3.Sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban


Metode Prategangan

Pada dasarnya ada 2 macam metode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :

1.Pratarik ( Pre-Tension Method ) Cara kerja metode ini baja prategan diberi gaya prategang dahulu
sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pre-tension method. Setelah gaya prategang ditransfer
ke beton, balok beton tersebut akan melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja. Setelah
beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata

2.Pasca tarik ( Post-Tension Method ) Pada metode pascatarik, beton dicor terlebih dahulu, dimana
sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau endon yang disebut duct. Karena alasan transportasi
dari pabrik beton ke site, maka biasanya beton prategang dengan sistem post-tension ini
dilaksanakan segmental ( balok dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 -1,5 m ), kemudian
pemberian gaya prategang dilaksanakan di site, setelah balok segmental tersebut dirangkai.

Gambar 16. Sketsa beton pratekan

Pengaplikasian Beton Pratekan pada bangunan :

Umumnya bangunan gedung bertingkat di Indonesia menggunakan material baja untuk mendesain
balok maupun kolom. Ada juga yang menggunakan baja komposit ataupun beton pratekan. Seperti
yang diketahui bahwa pada umumnya bangunan tersebut memiliki bentang yang cukup panjang
atau tinggi bangunan yang cukup tinggi. Penggunaan material beton pratekan merupakan suatu
alternatif dalam mendesain struktur tersebut.

Anda mungkin juga menyukai