BST Dr. Endang Sujani
BST Dr. Endang Sujani
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SGS
No. CM : 520270
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Rejokusuman RT 04 Sokowaten Tamanan, Banguntapan, Bantul
Masuk RS tanggal : 17 Februari 2016
Tanggal Pemeriksaan : 18 Februari 2016
Bangsal : Edelweiss lantai 1 kelas III Ruang E2A
Dokter :dr. Endang Widiastuti., Sp.PD
Co-Assisten : Dyah Nova R.A.
B. SUBYEKTIF
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama : nyeri boyok (+)
b. Keluhan Tambahan : sakit perut sebelah kiri (+)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri boyok (+) dan nyeri perut sebelah kiri (+) pada tanggal 17 Februari
2016. Demam (-), pusing (+), batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), BAB/BAK baik,
Makan/Minum baik, sesak nafas (-), nyeri dada (-), nyeri pada kedua lutut (+/+), lemas (+)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Hati : (-)
- Riwayat Penyakit DM : (-)
- Riwayat Penyakit Ginjal : (-)
- Riwayat Penyakit Hipertensi : (+)
- Riwayat Penyakit Jantung : (-)
- Riwayat Penyakit Serupa : (-)
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
C. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum
Composmentis, gizi cukup
b. Vital Sign
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 105 kali/menit
Respirasi : 23 kali/menit
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
Suhu : 36,9 °C
c. Kesan Gizi
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 156 cm
BMI : BB(kg)/(TB)2(M) = 55/(1,56)2 = 22,6 kg/m2(Normal)
Klasifikasi berat badan sesuai IMT ( Index Massa Tubuh) kawasan Asia Pasifik :
KLASIFIKASI IMT
Underweight < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Overweight/Berat badan beresiko 23 – 24,9
Obese I 25 – 29,9
Obese II >30
d. Kulit : Hiperpigmentasi (-), ikterik (-), turgor elastisitas kulit kembali cepat (+)
e. Kepala
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-) Pupil isokor, edema (-)
Telinga : discharge (-/-)
Hidung : epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering (-)
f. Leher
Tidak tampak ada kemerahan, tidak ditemukan benjolan, limfonodi tidak teraba, nyeri
tekan (-).
g. Thorax
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : tidak terdapat benjolan, nyeri tekan (-)
3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
h. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), asites (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (+) di perut sebelah kiri
i. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, edema (-)
4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
2. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin ( 17/02/2016 : 15.59 )
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY AUTOMATIC
Leukosit 7.1 4.0 – 10.6 10^3/uL
Eritrosit 2.52 3.90 – 5.50 10^6/uL
Hemoglobin 4.4 12.0 – 16.0 g/dL
Hematokrit 14.9 37.0 – 47.0 %
MCV 59.1 81 – 99 fL
MCH 17.5 27 – 31 Pg
MCHC 29.5 33 – 37 g/dL
Trombosit 480 150 – 450 10^3/uL
DIFFERENTIAL TELLING
Neutrofil% 72.6 50 – 70 %
Lymfosit% 22.2 20 – 40 %
Monosit% 4.2 3 – 12 %
Eosinofil% 0.7 0.5 – 5.0 %
Basofil% 0.3 0–1 %
KIMIA DARAH
Gula Darah
GDS 128 70 – 140 mg/dl
HATI
SGOT 5 < 31 mg/dl
SGPT 2 < 32 mg/dl
GINJAL
Ureum 47 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 2,1 < 0.9 mg/dl
5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
USG ( 19/02/2016)
- Subchronic renal disease bilateral
- VU, uterus, VF, hepar, pancreas, dan lien dalam batas normal
6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
D. ASSESMENT
No. Problem Sementara ProblemPermanen
1. • Pusing Hipertensi stage 1
• Tekanan Darah 150/90 mmHg
2. • Keluhan Demam Afebris
• Suhu 36,9o C
3. • AE : 2,52 (L) Anemia gravis
• Hb : 4,4 (L)
• Hmt : 14,9 (L)
• AT : 480 (H)
• Neutrofil % : 72,6 (H)
4. • Nyeri perut (+) sebelah kiri - Obs Abdominal pain
• USG kesan Subchronic renal - Susp. CKD
disease bilateral; VU, uterus, VF,
hepar, pancreas dan lien normal
• Ureum : 47
• Urin Sedimen Leukosit(+) 2-4/LP
• Urin Sedimen Epithel (+) 2-4/LP
• Creatinin : 2.1 (H)
• CCT = 28,37 (susp. CKD st. IV)
• Nyeri pada kedua lutut (+/+)
5. OA genu bilateral
Asam Urat 8.1(H) Hiperurisemia
8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
Hipertensi stage I
IP Diagnosis Hipertensi
a. Anamnesis : Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik. Beberapa
pasien mengalami sakit kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang
dapat menunjang kecurigaan ke hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat – obatan
(kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS). Pada pasien hipertensi
penting untuk menggali factor risiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, inaktivitas
fisik, dyslipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria, atau laju filtrasi glomerulus
(LFG) < 60mL/menit, usia (laki – laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun), riwayat
keluarga dengan kardiovaskular dini (laki – laki < 55 tahun atau perempuan < 65 tahun).
b. Pemeriksaan fisik : Nilai tekanan darah sebaiknya diambil dari rerata dua kali
pengukuran pada setiap kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
pada dua atau lebih kunjungan, maka diagnosis hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaan
tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat
(setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar.
Klasifikasi Hipertensi (JNC VII)
Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat II >=160 atau >=100
c. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium :-
- Pemeriksaan lain : Pemeriksaan fungsi jantung (elektrokardiografi), rontgen thorax,
pemeriksaan elektrolit, urinalisis, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), profil lipid.
IP Terapi Hipertensi
10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
ACE : angiotensin converting Enzyme, ARB : angiotensin receptor blocker, CCB : calcium channel blocker
11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
Kerusakan jaringan terjadi selama inflamasi dan merupakan suatu proses yang pada
akhirnya dapat menyebabkan disfungsi dan kegagalan organ. Sel endotel vaskuler
mengekspresikan molekul-molekul adhesi yang menarik leukosit dari sirkulasi untuk migrasi
kejaringan. Patofisiologi terjadinya MODS secara sederhana dapat digambarkan melalui
bagain di bawah ini :
12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
Distribusi sistemik
SIRS CARS
Hilangnyahomeostasis
MODS
Akibat dari jejas local atau infeksi, mediator-mediator proinflamasi seperti TNF-α dan
IL-1β dilepaskan untuk melawan antigen-antigen asing dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Kemudian akan diikuti pelepasan mediator-mediator anti-inflamasi (IL-4,
IL-10 dan IL-13) untuk meregulasi proses ini.
13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
IP Diagnosis MODS
a. Anamnesis : Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang mendasari
adanya disfungsi organ tertentu. Keluhan Keluhan secara umum dapar berupa demam
yang sistemik, salah satu menifetasi dari SIRS.
b. Klasifikasi
Secara umum, perjalanan MODS dibagi menjadi 4 stadium klinis:
14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
IP Terapi MODS
Pencegahan menjadi langkah yang utama dan terpenting karena hingga saat ini belum
ditemukan suatu terapi yang spesifik. Manajemen pasien MODS bersifat suportif, sedangkan
terapi spesifik diarahkan untuk mengidentifikasi dan menterapi penyakit dasar. Saat ini
tatalaksana yang makin baik telah menurunkan mortalitas akibat MODS.
F. KESIMPULAN
Pasien pada kasus ini mengalami beberapa gejala-gejala disfungsi organ. Yaitu berupa :
Manifestasi Organ yang disfungsi
Peningkatan kreatinin serum Ginjal
Hemoglobin ↓, Hematologi
Dari manifestasi gejala yang dialami pasien pada kasus ini, pasien mengalami > 2
disfungsi organ, sehingga dapat dinyatakan pasien mengalami MODS. Menurut klasifikasi stadium
MODS, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami MODS stadium 2.
15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BED SIDE TEACHING
G. DAFTAR PUSTAKA
Herwanto, V & Amin, Z. 2009. Sindrom Disfungsi Organ Multipel : Patofisiologi dan Diagnosis
dalam Majalah Kedokteran Indonesia Volume : 59 Nomor : 11. Jakarta : Departemen IPD
FKUI / RSCM.
Suwondo, A. 2014. Kegagalan Multi Organ (Disfungsi Organ Multipel dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi VI Jilid III. Jakarta : InternaPublishing.
16