Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMI KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh
Anggita Lusy Hartono (20171261B)
Maria Ero Banin (20171262B)
Meliyana (20171263B
Ollan Prasetyo (20171264B)
Chorlenia N A (20171265B)
Dian Ayu J P (20171266B)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
Apotek “SMS”
Alasan memilih usaha apotek, karena prospek kedepannya bagus dan
menjanjikan, semakin kedepan masyarakat akan semakin pandai untuk memilih
metode pengobatan, masyarakat akan lebih memilih mengobati sendiri lebih dulu.

Struktur Organisasi
Visi dan Misi Apotek
Visi
Menjadikan apotek yang menyediakan obat-obatan yang lengkap, terpercaya,
bermutu,berkualitas serta melayani semua masyarakat dengan setulus hati
dengan menjadikan pelopor Indonesia sehat pada tahun 2019.
Misi
1. menyediakan obat,alat kesehatan dan perbekalan farmasi
2. Melakukan pelayanan cepat,tepat dan ramah serta informatif.
3. Menyediakan fasilitas apotek yang memadai.
4. Melakukan serta melayani Home care dan menyediakan member card.

Jenis Pelayanan Apotek


 Edukasi : melayani dan memberikan Home care,(KIE) informasi obat kepada
pasien,cara pakai obat, harga obat, cara penyimpanan agar pasien terhindar
dari bahaya penyalahgunaan obat. Serta memonitoring pasien pada pasien-
pasien tertentu (pasien TBC).
 Promotif : - penyebaran browsur, leaflet, dan poster
- menjadi sponsor pada acara/ seminar kesehatan
- Memiliki tempat yang strategis dan mudah dijangkau
- Memiliki parkiran yang luas dan ruang tunggu yang nyaman
- Home care & member card
- Apotek yang memiliki pencahayaan (lampu) yang terang
- Memberikan obat gratis setiap bulan kepada masyarakat yang
kurang mampu.
 Preventif :
- Memberikan pelayanan tensi gratis, cek gula darah dan asam urat.
Standar Operasional Prosedur
Obat psikotropik/ Narkotika
1. Apotek menerima resep
2. Lakukan skiring resep meliputi administrasi ( incriptio, invocatio, ordinatio,
signatura, subcriptio), skrining Farmasetika ( kandungan, dosis) skrining
klinis ( indikasi, efek samping, kontarindikasi)
3. Mengisi kelengkapan untuk data pasien meliputi nama pasien
4. Bila ada obat yang akan diganti ( merk lain) mintakan persetujuan pasien
terlebih dahulu
5. Hitunglah nominal harga dan minta persetujuan pasien
6. Siapkan obat sesuai dengan resep
7. Obat yang disiapkan dimasukan dalam buku stock obat
8. Beri sesuai dengan penandaan diresep lengkap
SOP PELAYANAN TANPA RESEP
1. Pasien datang
2. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien obat apa
yang dibutuhkan
3. Tanyakan lebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita pasien kemudian
baru pasien untuk mendapatkan obat yang tepat, jika tidak dapat ditangani
dengan swamedikasi, maka menyarankan terapi obat yang bisa diberikan
4. Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga
5. Bila sudah terjadi persetujuan ambilkan obat yang diminta pasien
6. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai kegunaan
dan aturan pakai
SOP MERACIK OBAT
1. Siapkan obat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk
meracik
2. Buatlah intruksi meracik meliputi: no resep, nama pasien, jumlah dan
cara pencampuran.
3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan intruksinya
untuk diracik
4. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan dan masker
5. Siapkan obat sesuai resep dan cocokan dengan yang tertera pada struknya.
6. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan terlebih dahulu
7. Bacalah intruksi meracik dengan saksama dan lakukan hati-hati
8. Pastikan hasil racikan sesuai dengan intruksinya
9. Masukan dalam wadah yang telah disediakan kemudian diberi etiket
10.Kemudian serahkan kepada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
11.Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai
12.Cucilah tangan sampai bersih
SOP MENIMBANG OBAT
1. Bersihkan timbangan
2. Setarakan timbangan terlebih dahulu sebelum menimbang
3. Ambil bahan bahan sesuai dengan permintaan resep
4. Ambil anak timbangan kemudian dilihat apakah berat sesuai berat diminta
dan letakkan pada ring timbangan sebelah kiri (timbangan dalam keadaan
off)
5. Buka dan on kan timbangan kemudian dilihat apakah timbangan sudah
seimbang atau belum
6. Bahan ditambahkan atau dikurangi sampai diperoleh timbangan yang
seimbang yang ditunjukan oleh letak jarum pada posisi nol
7. Ambil bahan yang sudah ditimbang kemudian diberi nama sesuai nama
bahan
8. Cek ulang apakah bahan yang diambil sudah sesuai dengan resep kemudian
dikembalikan.
SOP PERSONAL HYGIENIE
1. Ketika memasuki apotek, cucilah tangan dengan sabun atau larutan
desinfektan. Cuci kedua tangan setiap saat karena tangan dapat dengan
mudah terkena kotoran seperti debu, dll
2. Gunakanlah celemek yang bersih dan rapi selama jam kerja
3. Setelah makan siang dan masuk kamar kecil, cuci tangan hingga bersih
dengan sabun atau desinfektan.
4. Tidak makan di tempat penyerahan obat atau mengunyah permen karet
selama bekerja.
5. Tidak menyeka tangan / wajah pada celemek.
Memelihara kebersihan personal setiap saat (Jaga agar kuku tetap rapi dan bersih)
Tambahan : Ø Pria : Bercukur rapi dan menjaga rambut tetap pendek.Berpakaian
bersih dan rapi Ø Wanita: Hindari memanjangkan kuku dan mengecat kuku
tangan. Rambut panjang diikat dan harus bersih. Berpakaian bersih dan rapi.
SOP PENERIMAAN BARANG DARI PBF
1. Barang tiba à APA/karyawan yang ditugaskan periksa :
• Kesesuaian barang-surat pesanan
• Kondisi barang
• Kesesuaian supplier-surat jalannya
2. Barang yang tidak sesuai pesanan/cacat à dikembalikan ke supplier
· Catat dalam berita acara pengembalian barang · (2 rangkap)
· Ditandatangani APA/yang bertugas
· Disertai stempel apotek dan PBF
3. Memenuhi syarat à catat dalam Berita Acara Penerimaan Barang dan Berita
Acara Serah Terima Barang (2 Rangkap)
4. Masukkan barang dalam ruangan khusus (RUANG KARANGTINA) yang
terpisah dengan barang-barang yang telah ada sebelumnya. Lakukan
pemeriksaan lebih lanjut : nama obat, kadar, bentuk sediaan dll.
5. Catat ke dalam stok obat Pindahkan barang ke dalam kamar penyimpanan
dan dikelompokkan sesuai spesifikasi masing-masing
6. Catatan berita acara serah terima barang à komputer (bank data)
SOP PEMERIKSAAN BARANG KADALUWARSA
1. pemeriksaan tanggal kadaluarsa obat secara berkala ( 1 / 2 / 3 bulan )
2. selain ketentuan diatas, melakukan pemeriksaan tanggal kadaluarsa pada
saat dispensing( penyerahan obat )
ketentuan
a. menunjuk personil yang bertanggung-jawab
b. pemeriksaan terpusat pada 1 rak
c. cek masing-masing tgl kadaluarsa dari tiap obat
d. memeriksa obat yg tanggal kadaluarsanya dekat (1atau 2 bulan)
e. keluarkan obat yang telah kadaluarsa dan tempatkan terpisah pada
rak/lemari (beri label barang kadaluarsa – tidak untuk dijual )
f. pastikan prosedur ini diikuti
g. pindahkan obat yg hampir kadaluarsa pada rak terpisah untuk
mempercepat penggunaannya pada proses dispensing
h. membuat daftar dan mencatat tanggal kadaluarsa obat untuk
kepentingan pengembalian atau untuk dibuang

Adapun alur pengadaan obat dan alkes di apotek Kimia Farma No.53 adalah :

1. BPBA
Apabila memesan pareto A dan B, maka apotek membuat BPBA (bon permintaan
barang apotek) yang telah disetujui oleh Asisten Apoteker. BPBA ini berfungsi sebagai
surat pesanan (SP) dari apotek pemesan yang di kirim ke BM (Bisnis Managemen).
BPBA tersebut di kirim ke gudang administrator BM, sedangkan bisnis managemen di
kota Malang adalah KIMIA FARMA NO. 36 Ijen. Alur pengadaan barang ini juga dapat di
kirim melalui fax. Setelah barang di pesan dan datang ke gudang KIMIA FARMA NO.36
Ijen maka barang akan dikirim melalui distributor- distributor Kimia Farma dan
penyerahannya disertai tanda bukti berupa cetakan dari komputer.

2. PBF
Apabila pemesanan bersifat mandadak pada obat golongan pareto C maka Kimia
Farma no.53 dapat melakukan pemesanan langsung ke PBF, tapi apotek pemesan
harus tetap menggunakan nama apotek administrasi dan tagihannya pun juga di
alamatkan ke apotek administrasi.
Cara pemilihan PBF yang baik adalah :
 Karena bersifat mendadak maka PBF yang di butuhkan adalah PBF yang
mengirim pesanan dengan waktu yang relatif singkat.
 PBF harus memiliki kualitas pelayanan yang berkualitas.
 PBF yang memberi diskon yang cukup besar.
 Barang pesanan dapat dibayar secara kredit.

3. Apotek Kimia Farma lain


Setiap apotek Kimia Farma memiliki laporan nempil ke apotek Kimia Farma lain.
Hal tersebut digunakan untuk sediaan obat yang bersifat segera. Terlebih apabila
pemsanan di lakukan dengan apotek Kimia Farma yang paling dekat dengan apotek
pemesan. Dalam prosedur pemesanan ini tidak di berlakukan pembayaran secara
langsung tetapi semua data pemesanan tetap disimpan pada setiap apotek yang di
pesan maupun yang memesan.

PENGADAAN PSIKOTROPIKA

Pengadaan obat psikotropika termasuk surat pesanan (SP) di buat rangkap dua.
Surat pesanan tersebut dikirim ke Pedagang Besar Farmasi apabila sudah mendapat
persetujuan dari apoteker. Aturan pemesanan psikotropika sama dengan pemesanan
obat lain yaitu dalam setiap satu Surat Pesanan boleh memesan beberapa macam obat
psikotropika.

PENGADAAN NARKOTIKA

Berbeda halnya dengan psikotropika, narkotika memiliki surat pemesanan khusus yaitu
surat pesanan (SP) di buat rangkap empat. Apabila sudah di tandatangani oleh
apoteker maka SP dikirim ke Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma sebagai alat
distributor resmi untuk pemesanan sediaan obat narkotika. Surat pesanan pada lembar
ke I dan lembar ke II dikirim ke Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma, pada lembar ke
III diberikan ke administrator, sedangkan pada lembar ke IV digunakan untuk arsip
apotek pemesan. Dalam hal ini satu surat pesanan hanya boleh di tulis satu pesanan
jenis obat narkotika.
5

1. Standart Prosedur Operasional Alur Penyimpanan Obat dan


Alkes

Obat yang datang dengan pareto A dan B itu berupa dropping bersama barang-
barang yang diterima oleh asisten apoteker beserta pemberian tandatangan oleh
asisten apoteker, kemudian di entry pada penerimaan obat di Apotek.
Setelah obat di kirim kemudian di lakukan pemeriksaan oleh apotek pemesan
meliputi nama obat, bentuk sediaan, jumlah obat dan tanggal kadaluarsa. Kemudian
faktur di tandatangani oleh Asisten Apoteker penerima. Faktur asli di kembalikan ke
gudang administrator untuk digunakan sebagai arsip gudangsedangkan salinan faktur
digunakan sebagai arsip di apotek penerima.

Penyimpanan bertujuan agar obat tidak mudah rusak dan agar mudah di pantau
pengeluarannya. Penyimpanan obat di Kimia Farma No.53 disusun berdasarkan huruf
alfabetis, hal tersebut disesuaikan dengan bentuk sediaan misalnya :

1. Produk paten atau obat dagang


2. Produk obat generik
3. Produk obat fast moving
4. Produk obat slow moving
5. Produk obat antibiotik
6. Produk obat sediaan syrup, cream, saleb, drop, ointment dan alkes
7. Produk obat yang harus disimpan di lemari es (suppositoria,lacto-b,dll)
8. Produk obat narkotika dan psikotropika
Adapun syarat penyimpanan narkotika dan psikotropika adalah :
 Harus terbuat dari bahan kayu
 Memiliki lebih dari dua pintu
 Memiliki kunci lebih dari satu

Penyimpanan obat diatas sering disebut penataan obat secara etikal. Selain itu
ada pula produk obat yang sengaja untuk dipajang atau didisplay penyimpanannya.
Layout ini di upayakan harus indah, nyaman serta memudahkan pelanggan untuk
mendapatkan barang yang dicari. Metode penyimpanan yang di lakukan oleh swalayan
adalah :
 Pengelompokan dan klasifikasi barang disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
khasiat obat
 Menonjolkan barang yang kuat di pasaran
 Barang-barang yang frekuensinya lumayan tinggi di letakkan pada tempat yang
paling mudah di lihat pelanggan
 Selalu memperhatikan barang yang bersifat impulse buying (percepatan balik
modal)

Tujuan diadakannya swalayan ini adalah :


1. Sebagai petunjuk barang
2. Alokasi tempat bagi setiap produk karena penting untuk menentukan efisiansi
dan tidaknya pelayanan
3. Akan lebih meningkatkan impulse buying
6
BAB 3
Pelayanan Apotek
3.1 Standar Prosedur Operasional Alur Pelayanan Resep

Lima langkah prosedur pelayanan resep yang wajib ditaati dalam menjalankan
pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No.53 yaitu :
Langkah I : Penerimaan Resep
Dilakukan pengecekan keabsahan resep terlebih dahulu meliputi :
 Nama, alamat, nomor, SIP dokter, paraf atau tanda tangan dokter.
 Tanggal penulisan resep
 Nama obat, dosis, aturan pakai dan jumlah
 Pemberian nomer resep dan penetapan harga serta pemeriksaan ketersediaan
obat

Langkah II : Perjanjian dan Pelayanan Resep


 Pengambilan obat semua atau sebagian oleh pasien atau keluarga pasien
 Ada atau tidaknya penggantian obat atas persetujuan dokter atau pasien
 Pembayaran resep yang dibeli (resep di stempel lunas)
 Pembuatan kwitansi dan copy resep (bila perlu)

Langkah III : Peracikan


 Pengambilan obat
 Penyiapan etiket dan penandaan obat serta kemasan
 Peracikan obat (perhitungan dosis, penimbangan, pencampuran dan
pengemasan)
 Penyajian hasil akhir racikan
Langkah IV : Pemeriksaan akhir
 Kesesuaian hasil racikan dengan resep (nomer resep, nama obat, bentuk
sediaan, dosis, aturan pakai, jumlah obat, nama pasien, umur dan alamat pasien)
 Kesesuaian copy resep dengan resep asli
 Kebenaran kwitansi

Langkah V : Penyerahan Obat, Kwitansi dan Copy Resep


 Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) yang meliputi penjelasan tentang cara pemakaian dan cara
penyimpanan, khasiat obat, efek samping, dan kontra indikasi (bila perlu)
 Tanda terima obat bila obat tersebut merupakan permintaan dokter.
7
Resep yang telah dilayani dipisahkan berdasarkan golongannya yaitu resep yang
mengandung narkotika diberi tanda garis merah, sedangkan psikotropika di beri tanda
garis biru untuk mempermudah dalam pengecekan dan pelaporan. Setiap resep yang
masuk di analisa keabsahannya. Hal ini juga mengantisipasi apabila ada pemalsuan
dalam penulisan resep. Selain itu setiap bulan jumlah lembar resep yang mengandung
generik berlogo dihitung. Resep tersebut dihitung berdasarkan nomor urut dan urutan
tanggalnya.

2. Standar Prosedur Operasional Alur Pelayanan Non Resep


Pelayanan obat tanpa resep merupakan pelayanan kepada pelanggan apotek yang
ingin melakukukan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Swamedikasi dilakukan
tanpa perlu periksa ke dokter, klinik, rumah sakit atau sejenisnya untuk mendapatkan
resep dokter. Obat-obatan apotek yang dapat dibeli tanpa resep dokter meliputi obat
wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB).
1. Penjualan Obat Bebas dan Bebas Terbatas

Pelayanan obat tanpa resep dokter merupakan salah satu pelayanan yang penting di
apotek sehubungan dengan perkembangan pelayanan kefarmasian yang berorientasi
pada asuhan kefarmasian dan aspek terkait dengan kepuasan pelanggan. Faktor
penting dalam swamedikasi ini adalah pelanggan/pembeli mengemukakan keluhan atau
gejala penyakit, kemudian Apoteker / Asisten Apoteker menginterprestasikan
penyakitnya dan memilihkan alternatif obatnya atau menyerahkan ke pelayanan
kesehatan lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang swamedikasi ini adalah
kemampuan apoteker untuk melakukan komunikasi kepada pelanggan/pembeli obat
serta kemampuan memberikan informasi dan edukasi. Selain itu pemahaman terhadap
peraturan perundangan terkait dengan batasan pemberian OWA kepada
pelanggan/pembeli juga perlu diperhatikan. Penjualan obat bebas (tanpa resep) ini
meliputi obat-obat bebas, obat bebas terbatas , obat wajib apotek, kosmetika, alat
kesehatan, dan barang-barang lain yang dijual apotek. Menurut peraturan Menteri
Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Pasal 2 tentang kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter :
 Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak-anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas usia 65 tahun
 Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
 Penggunaannya tidak menggunakan cara dan alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan
 Penggunaanya diperoleh untuk penyakit yang frekuensinya tinggi di Indonesia
 Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan.

8
Kriteria diatas didasarkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri secara tepat, aman, dan rasional guna mengatasi masalah
kesehatan. Obat-obat bebas disimpan di etalase dan disusun berdasarkan farmakologis
dan alfabetis. Penjualan obat bebas dan obat bebas terbata disertai dengan
memberikan informasi yang diperlukan dengan bahasa yang jelas dan mudah
dipahami.

2. Penjualan Obat Wajib Apotek


OWA yang dibeerikan dalam jumlah tertentu. OWA telah ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menkes No. 347/Menkes /SK/VII/1990 untuk OWA 1. Peraturan Menkes No.
924/Menkes/Per/X/1993 untuk OWA 2 dan surat keputusan Menkes No.
1176/Menkes/SK/X/1999 untuk OWA 3, bahwa OWA adalah obat keras tertentu yang
boleh diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.

Persyaratan yang diwajibkan adalah :


 Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jumlah obat per pasien yang disebutkan
dalam obat OWA yang bersangkutan.
 Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
 Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra indikasinya,
efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. OWA terdiri dari obat
kelas terapi oral kontrasepsi (pil KB), obat saluran cerna (obat magh), obat mulut serta
tenggorokan, obat saluran nafas (obat asma), obat yang mempengaruhi sistem
neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal. Obat Bebas yaitu berlogo hijau dan
Obat Bebas Terbatas yaitu obat yang berlogo biru.

BAB 4
DOKUMENTASI DI APOTEK
4.1 Laporan Narkotika dan Psiokotropika

Narkotika dan psikotropika yang berada dalam penguasaan importir, exportir, pabrik
obat, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan dan penyimpan laporan berkala, pemasukan dan atau pengeluaran
obat narkotika dan psikotropika.
Untuk pencatatan obat golongan narkotika dan psikotropika dibuat lebih rinci yaitu pada
saat menerima resep harus ditanyakan nama dan alamat pasien yang selanjutnya
digunakan untuk pembuatan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika .

Pelaporan narkotika dilakukan oleh Apoteker sebagai pimpinan apotek selambat-


lambatnya pada tanggal sepuluh setiap bulannya. Laporan narkotika ditujukan kepada
Departemen Kesehatan Daerah
Tingkat II (Surabaya) dengan tembusan kepada :
1. Kepala Dinas Badan Pengawasan Obat dan Makanan setempat (Surabaya)
2. Kepala Dinas Kesehatan Tingkat Provinsi (Surabaya)
3. Dinas Kesehatan Kota Madya Malang
4. Sebagai arsip apotek itu sendiri

Dokumentasi obat golongan narkotika sudah diseragamkan oleh Dinas Kesehatan


pusat dengan format standart narkotika dan psikotropika diseluruh apotek di Indonesia
dan pengiriman laporan untuk Dinas Kesehatan dilakukan lewat email.

10

2. Pemusnahan obat narkotika dan psikotropika


Pemusnahan obat narkotika dan psikotropika dilakukan apabila :

a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi
b. Sudah kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan
d. Berkaitan dengan tindak pidana
Pemusnahan obat narkotika dan psikotropika dilaksanakan oleh orang atau badan yang
bertanggung jawab atas produksi dan peredaran obat yang disaksikan oleh pejabat
yang berwenang dan
membuat Berita Acara Pemusnahan yang memuat antara lain :

 Hari, tanggal, bulan dan tahun


 Nama pemegang izin khusus (APA atau Dokter)
 Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari baan atau instansi yang
bersangkutan)
 Nama dan jumlah obat narkotika dan psikotropika yang akan dimusnahkan
 Cara pemusnahan (obat-obat yang berbentuk tablet di rendam dalam air
kemudian di tumbuk dan atau dikubur supaya tidak mencemari lingkungan)
 Tanda tangan penanggung jawab apotek atau pemegang izin khusus atau dokter
pemilik obat narkotika dan psikotropika

Anda mungkin juga menyukai