Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

SISTEM DISPERSI

NAMA : RESTIKA ERIA PUTRI

NPM : 260110140004

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 11 MEI 2015

ASISTEN : ANUGRAH RAHMAWAN

FERSTY ANDINI

LABORATORIUM FARMASI FISIKA II

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015
ABSTRAK

Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata(fase


terdispersi) didalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Tujuan dari
percobaan ini adalah mengatasi proses sedimentasi pada sediaan suspensi dan
emulsi, menentukan redipersibilitas suspensi atau emulsi, dan menguji konsentrasi
(kekentalan) sediaan gel. Sediaan yang dibuat ada dua yaitu yang mengandung
magnesium hidroksida 5% dengan air hingga volumenya 100 ml dan yang
mengandung magnesium hidroksida 5%, tween 80 1%, Na CMC 1%, dan air
hingga volumenya 100 ml. Hasil dari percobaan ini untuk mengatasi proses
sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi dapat dilakuan dengan menambah
suspending agent seperti Na CMC. Semakin lama waktu penyimpanan, volume
sedimentasi akan semakin menurun.

Kata Kunci : Dispersi, magnesium hidroksida, sedimentasi, nilai sedimentasi


ABSTRACT

Dispersion system is a system where a substance is uniformly dispersed


(dispersed phase) in another substance (phase dispersing or medium). The purpose
of this experiment is to overcome the sedimentation process in preparation
suspensions and emulsions, suspensions or emulsions determine redipersibilitas,
and test concentration (viscosity) gel preparations. Preparations are made there are
two containing magnesium hydroxide with water up to 5% volume of 100 ml and
containing magnesium hydroxide 5%, 1% tween 80, Na CMC 1%, and water up
to 100 ml volume. Results from these experiments to solve the sedimentation
process in the preparation of suspension and emulsion can dilakuan by adding a
suspending agent such as Na CMC. The longer the storage time, sedimentation
volume will decrease

Keyword : Dispersion, magnesium hydroxide, sedimentation, sedimentation


value
SISTEM DISPERSI

1. Tujuan Percobaan

1.1. Mengatasi proses sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi

1.2. Menentukan redispersibilitas suspensi atau emulsi

1.3. Menguji konsentrasi (kekentalan) sediaan gel

2. Prinsip Percobaan

2.1. Suspensi

Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak
larut terdispersi dalam medium cair (Anief,1993)

2.2 Evaluasi sediaan suspensi secara fisik

 Volume sedimentasi Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi


akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum
mengendap.
𝑉𝑖
𝐹=
𝑉𝑜
 Derajat flokulasi. Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir
dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir
suspensi deflokulasi (Voc)
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒔𝒖𝒔𝒑𝒆𝒏𝒔𝒊 𝒇𝒍𝒐𝒌𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊
ᵝ=
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒔𝒖𝒔𝒑𝒆𝒏𝒔𝒊 𝒅𝒆 𝒇𝒍𝒐𝒌𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊
(Nurwulandari,2013
2.3. Redispersibilitas
Jika suatu sediaan suspensi menghasilkan endapan dalam penyimpanan
maka endapan tersebut harus terdispersi kembali sehingga keseragaman
dosis terpenuhi (Anjani,2010)

2.4. Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (Depkes RI, 1995)
2.5. Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan oleh suatu cairan (Dudgale. 1986)

3. Reaksi

4. Teori Dasar

Sistem dispersi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang salah satu zatnya
adalah fase terdispersi ke dalam zat atau fase pendispersi, dalam berbagai
bentuk sediaan farmasi. Sistem dispersi cairan merupakan sistem yang paling
kompleks. Sistem koloid terdiri dari 2 fase, yaitu : fase terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi (Andayani,2011)

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibagi menjadi 3 bagian,


yaitu :

1. Larutan
Merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi
dengan partikel terdispersi menggunakan miroskop tingkat pembesaran
yang tinggi (mikroskop ultra)

2. Koloid
Merupakan sistem dispers dengan uuran partikel yang lebih besar dari
larutan tetapi lebih kecil dari suspensi

3. Suspensi
Merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang berukuran
relatif besar tersebar merata dalam medium pendispersinya
(Hendriyani,2010)
Partikel-partikel yang tersebar dalam rentan kloridal mempunyai luas
permukaan yang sangat besar sekali jika dibandingkan dengan luas permukaan
dari partikel yang lebih besar dalam volume setara (Martin,2008)

Emulsi adalah sistem yang secara termodinamikanya tidak stabil, yang


terdiri dari paling sedikit dua fase cair yang tidak tercampur, salah satunya
terdispersi dalam bentuk tetes (fase terdispersi) dalam fase cair lainnya (Fase
continu) distabilkan oleh sudut pengemulsi. Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa (Aulton,2003)

Stabilitas emulsi farmasetis mempunyai ciri besar kolaesensi dari fase


dalam bebas kriming, tetap baik dari segi penampilan, bau, warna, dan sifat
fisis lainnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka ketidakstabilan emulsi
dapat digolongkan atas :

a. Flokulasi dan kriming


b. Koalenensi dan pecah
c. Perubahan fisis dan kimia
d. Invensi fase
(Aulton,2003)

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut sertadaya tekan ke atas cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas
cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

2. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirnya makin
turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari
partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat
bahwa kekentala suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)


Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu
akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena
itu semakin besar konsentras partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan
bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan
tersebut merupakan sifat alam, maka tidak dapat mempengaruhinya.
(Syamsyuni,2006)
5. Alat dan bahan

5.1. Alat

5.1.1. Beaker glass

5.1.2. Gelas ukur 100 ml

5.1.3. Mortir dan stamper

5.2. Bahan

5.2.1. Air

5.2.2. Magnesium hidroksida (Mg(OH)2)

5.2.3. Na CMC

5.2.4. Tween 80

5.3. Gambar alat

Gelas ukur Beaker Glass Mortir dan Stamper

6. Prosedur
Pertama dibuat sediaan suspensi. Mg(OH)2 ditimbang sebanyak 5
g, Na CMC ditimbang sebanyak 1 g. Tween 80 diukur sebanyak 1 ml.
Lalu Na CMC dikembangkan dengan menambahkan air panas sebanyak
20 kalinya yaitu 20 ml. Setelah mengembang digerus hingga homogen dan
disisihkan. Mg(OH)2 dimasukkan kedalam mortir lalu digerus. Tween 80
ditambahkan, lalu digerus hingga homogen. Na CMC yang sudah
dikembangkan pun ditambahkan lalu digerus hingga homogen. Setelah itu
ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga volumenya 100 ml. Suspensi
yang sudah jadi dimasukkan ke dalam gelas ukur.

Setelah itu dibuat blanko. Mg(OH)2 yang sudah ditimbang


sebanyak 5 g ditambahkan air hingga volumenya 100 ml. Lalu campuran
dimasukkan ke dalam gelas ukur.

2 sediaan yang sudah berada di dalam gelas ukur dilihat


sedimentasinya pada menit 15, 30, 60, 90, dan 24 jam. Pada menit tersebut
sediaan diamati dan dicatat volume sedimentasinya. Nilai sedimentasinya
pun dihitung.

7. Data pengamatan dan perhitungan


7.1 Data Pengamatan
 Pembuatan sediaan suspensi atau emulsi
o Sediaan 1
Bahan uji Konsentrasi Jumlah sediaan

Na CMC 1%
100 ml
Mg(OH)2 5%
Tween 80 1%
Air sampai 100%

o Sediaan 2
Bahan uji Konsentrasi Jumlah sediaan

Mg(OH)2 5%
100 ml
Air sampai 100%
 Pengamatan sedimentasi (Blanko)
Waktu Volume sedimentasi Nilai sedimentasi
(ml)
0 menit 55 ml 0,55

15 menit 11 ml 0,11

30 menit 9,9 ml 0,099

60 menit 8 ml 0,08

90 menit 7 ml 0,07

24 jam 6 ml 0,06

 Pengamatan sedimentasi (Sediaan 1)


Waktu Volume sedimentasi Nilai sedimentasi
(ml)
0 menit 100 ml 1

15 menit 98 ml 0,98

30 menit 95 ml 0,95

60 menit 94 ml 0,94

90 menit 92 ml 0,92

24 jam 26 ml 0,26

7.2 Perhitungan
 Nilai sedimentasi blanko
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
Nilai sedimentasi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)
55 𝑚𝑙
0 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,55
11 𝑚𝑙
15 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,11
9,9 𝑚𝑙
30 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,099
8 𝑚𝑙
60 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,08
7 𝑚𝑙
90 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,07
6 𝑚𝑙
24 jam = 100 𝑚𝑙

= 0,06
 Nilai sedimentasi sediaan 1
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
Nilai sedimentasi =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)

100𝑚𝑙
0 menit = 100 𝑚𝑙

=1
98 𝑚𝑙
15 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,98
95 𝑚𝑙
30 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,95
94 𝑚𝑙
60 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,94
92 𝑚𝑙
90 menit = 100 𝑚𝑙

= 0,92
26 𝑚𝑙
24 jam = 100 𝑚𝑙

= 0,26

8. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum sistem dispersi. Sistem


dispersi adalah sistem dua fase dimana ada fase terdispersi yang terdispersi
dalam zat atau fase pendispersi. Banyak sediaan farmasi yang merupakan
sistem dispersi seperti suspensi, emulsi dan lain-lain.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatasi proses sedimentasi


pada sediaan suspensi dan emulsi, menentukan redispersibilitas suspensi
atau emulsi dan menguji konsentrasi (kekentalan) sediaan gel. Namun untuk
menentukan redispersibilitas suspensi dan emulsi serta menguji konsentrasi
(kekentalan) sediaan gel tidak dilakukan.

Prosedur praktikum ini adalah pertama pembuatan sediaan uji.


Sediaan uji dibuat dua jenis. Yang pertama tanpa penambahan surfaktan dan
suspending agent, yang kedua dengan penambahan surfaktan dan
suspending agent. Surfaktan yang digunakan adalah tween 80 sedangkan
suspending agent yang digunakan adalah Na CMC.

Tween 80 atau polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari


sorbitol dan anhidridanya dengan etilnoksida. Pemeriannya adalah cairan
kental seperti minyak ; jernih, kuning; bau asam lemak, khas. Kelarutannya
adalah mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) p, dalam etil asetat p dan
dalam methanol p; sukar larut dalam parafin cair p dan dalam minyak biji
kapas p. Tween 80 termasuk surfaktan non ionik yang sering digunakan
dalam makanan dan kosmetik.
Na CMC atau natrium karboksimetilselulosa merupakan suspending
agent turunan selulosa. Pemeriannya adalah serbuk atau butiran; putih atau
putih kuning gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik.
Kelarutannya adalah mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi
koloidal; tidak larut dalam etanol (95%) p , dalam eter p dan dalam pelarut
organik lain.

Sediaan uji yang akan dibuat mengandung magnesium hidroksida


(Mg(OH)2). Magnesium hidroksida berbentuk serbuk putih, tidak berrasa,
mengabsorsi CO2 secara perlahan dari udara. Magnesium hidroksida praktis
tidak larut dalam air. Penggunaan magnesium hidroksida ini sebagai
antasida yang digunakan bersama-sama dengan alumunium hidroksida
(Al(OH)3)untuk menetralisir asam lambung. Hal ini mengingat magnesium
hidroksida larut dalam asam encer.

Pembuatan sediaan pertama yaitu mengandung magnesium hikroksida


5% yang dilarutkan dalam air hingga volumenya 100 ml. Cara
pembuatannya adalah pertama magnesium hidroksida ditimbang sebanyak 5
g. Lalu magnesium hidroksida dilarutkan dengan air hingga volumenya 100
ml. Pembuatan suspensi ini dilakukan sebagai blanko.

Pembuatan sediaan kedua yaitu mengandung magnesium hidroksida


5%, tween 80 1%, Na CMC 1% kemudian diencerkan dengan air hingga
volumenya 100 ml. Prosedur pembuatannya pertama magnesium hidroksida
ditimbang sebanyak 5 g dan Na CMC ditimbang sebanyak 1 g. Lalu Na
CMC dikembangkan dengan air panas sebanyak 20 kali bobotnya yaitu 20
ml. Cara mengembangkan Na CMC adalah kedalam mortir dimasukkan 20
ml air panas. Lalu Na CMC disebarkan merata secara tipis tipis. Diamkan
sampai terbentuk mucilago lalu digerus hingga gumpalan tidak ada lagi.
Mucilago yang terbentuk pun disisihkan.
Na CMC dapat mengembang. Proses Na CMC mengembang pertama
Na CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang
bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang
sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak
lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi
peningkatan viskositas. Hal ini akan menyebabkan partikel-partikel
terperangkap dalam sistem tersebut dan memperlambat pengendapan karena
adanya proses gravitasi.

Magnesium hidroksida yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam


mortir. Lalu tween 80 ditambahkan sebanyak 1 ml kemudian digerus
homogen. Penambahan tween 80 disini sebagai wetting agent. Wetting
agent ini berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan. Tween 80
termasuk surfaktan non ionik sehingga dapat menurunkan tegangan
permukaan.

Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan


tegangan permukaan cairan. Sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda
molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif
ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil semetara bagian
non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang.

Setelah ditambahkan tween 80, mucilago Na CMC ditambahkan lalu


digerus hingga homogen. Penambahan Na CMC disini untuk meningkatkan
viskositas sehingga partikel padat lebih lama mengendap. Lalu air pun
ditambahkan sedikit demi sedikit hingga volumenya 100 ml.

Kedua sediaan yang telah dibuat dimasukkan kedalam gelas ukur dan
didiamkan. Setelah itu diamati dan dicatat volume sedimentasinya pada 0
menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 24 jam. Nilai
sedimentasi pun dihitung dengan rumus
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
Nilai sedimentasi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)

Dari hasil pengamatan pada sediaan yang tidak ditambahkan tween 80


dan Na CMC lebih cepat mengendap. Sedangkan sediaan yang ditambahkan
tween 80 dan Na CMC lebih lama mengendap. Hal ini terjadi karena dengan
penambahan Na CMC viskositas sediaan akan meningkat sehingga partikel
zat padat akan lebih lama mengendap.

Nilai sedimentasi sediaan yang ditambahkan Na CMC dan tween 80


lebih baik daripada sediaan yang tidak ditambahkan Na CMC dan tween 80.
Nilai sedimentasi yang baik adalah yang bernilai 1. Artinya tidak ada
perubahan atau penambahan endapan dari menit terakhir perhitungan
sampai pada waktu tak terhingga. Apabila nilai sedimentasi bernilai 1
endapan yang terbentuk akan mudah didispersikan kembali dan tidak akan
terbentuk cake. Nilai sedimentasi dari sediaan yang ditambahkan Na CMC
dan tween 80 mendekati 1 yang berarti memiliki nilai sedimentasi yang
baik.

Setelah itu dibuat grafik hubungan nilai sedimentasi dengan waktu.

grafik hubungan nilai sedimentasi


dengan waktu
1.2
1 1 0.98 0.95 0.94 0.92
0.8
nilai sedimentasi
0.6 blanko
0.55
0.4 nilai sedimentasi
0.2 0.26 suspensi
0.11 0.099 0.08 0.07 0.06
0
0 menit 15 30 60 90 24 jam
menit menit menit menit
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan pada sediaan blanko
mempunyai nilai sedimentasi yang lebih rendah dari pada nilai sedimentasi
dari sediaan suspensi yang ditambahkan Na CMC dan tween 80. Penurunan
nilai sedimentasi yang drastis terjadi pada sediaan blanko dari menit ke 0 ke
menit ke 15. Sedangkan menit setelahnya terjadi penurunan yang tidak
terlalu drastis. Sedangkan pada sediaan suspensi terjadi penurunan nilai
sedimentasi yang tidak terlalu drastis dari menit ke 0 hingga menit ke 90
namun terjadi penurunan yang drastis dari menit ke 90 hingga 24 jam. Hal
ini berarti kecepatan sedimentasi suspensi lebih rendah dari blanko.
9. Simpulan
1. Untuk mengatasi sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi dapat
dilakukan dengan cara menambahkan suspending agent misalnya Na
CMC yang akan meningkatkan viskositas dari suspensi. Semakin lama
waktu simpan, volume sedimentasi akan semakin menurun.
Daftar Pustaka
Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Andayani. 2011. Pengertian dispersi. Available at http://id.shucang.com/exact-


sciences/physics/210891.pengertian_dispersi [Diakses pada 16 Mei 2015]

Anjani. 2010. Formulasi suspensi siprofloksasin menggunakan suspending agent


pulvis gummi arabici : uji stabilitas fisik dan daya anti bakteri. Available
at http://eprints.ums.ac.id/8175/2/K100050273.pdf [Diakses pada 6 Mei
2015]

Aulton. 2003. Pharmaceites the sciences of dosage form design. New York :
Chudill living

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.


Jakarta.

Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Henrayani. 2010. Dispersi. Available at http://kimia.upi.edu/utama/bahan-ajar-


kuliah-web/2010/70085/materi.html [Diakses pada 16 Mei 2015]

Martin.2008. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

Nurwulandari,Nunik.2013. Sistem Dispersi. Available at


https://www.academia.edu/5674871/SISTEM_DISPERSI_TINJAUAN_D
APUS [Diakses tanggal 6 Mei 2015]

Syamsyuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC


Lampiran

Grafik hubungan nilai sedimentasi dengan waktu

grafik hubungan nilai sedimentasi


dengan waktu
1.2
1 1 0.98 0.95 0.94 0.92
0.8
nilai sedimentasi
0.6 blanko
0.55
0.4 nilai sedimentasi
0.26 suspensi
0.2
0.11 0.099 0.08 0.07 0.06
0
0 menit 15 30 60 90 24 jam
menit menit menit menit

Anda mungkin juga menyukai