SISTEM DISPERSI
NPM : 260110140004
FERSTY ANDINI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ABSTRAK
1. Tujuan Percobaan
2. Prinsip Percobaan
2.1. Suspensi
Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak
larut terdispersi dalam medium cair (Anief,1993)
2.4. Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (Depkes RI, 1995)
2.5. Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan oleh suatu cairan (Dudgale. 1986)
3. Reaksi
4. Teori Dasar
Sistem dispersi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang salah satu zatnya
adalah fase terdispersi ke dalam zat atau fase pendispersi, dalam berbagai
bentuk sediaan farmasi. Sistem dispersi cairan merupakan sistem yang paling
kompleks. Sistem koloid terdiri dari 2 fase, yaitu : fase terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi (Andayani,2011)
1. Larutan
Merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi
dengan partikel terdispersi menggunakan miroskop tingkat pembesaran
yang tinggi (mikroskop ultra)
2. Koloid
Merupakan sistem dispers dengan uuran partikel yang lebih besar dari
larutan tetapi lebih kecil dari suspensi
3. Suspensi
Merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang berukuran
relatif besar tersebar merata dalam medium pendispersinya
(Hendriyani,2010)
Partikel-partikel yang tersebar dalam rentan kloridal mempunyai luas
permukaan yang sangat besar sekali jika dibandingkan dengan luas permukaan
dari partikel yang lebih besar dalam volume setara (Martin,2008)
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut sertadaya tekan ke atas cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas
cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirnya makin
turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari
partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat
bahwa kekentala suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
5.1. Alat
5.2. Bahan
5.2.1. Air
5.2.3. Na CMC
5.2.4. Tween 80
6. Prosedur
Pertama dibuat sediaan suspensi. Mg(OH)2 ditimbang sebanyak 5
g, Na CMC ditimbang sebanyak 1 g. Tween 80 diukur sebanyak 1 ml.
Lalu Na CMC dikembangkan dengan menambahkan air panas sebanyak
20 kalinya yaitu 20 ml. Setelah mengembang digerus hingga homogen dan
disisihkan. Mg(OH)2 dimasukkan kedalam mortir lalu digerus. Tween 80
ditambahkan, lalu digerus hingga homogen. Na CMC yang sudah
dikembangkan pun ditambahkan lalu digerus hingga homogen. Setelah itu
ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga volumenya 100 ml. Suspensi
yang sudah jadi dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Na CMC 1%
100 ml
Mg(OH)2 5%
Tween 80 1%
Air sampai 100%
o Sediaan 2
Bahan uji Konsentrasi Jumlah sediaan
Mg(OH)2 5%
100 ml
Air sampai 100%
Pengamatan sedimentasi (Blanko)
Waktu Volume sedimentasi Nilai sedimentasi
(ml)
0 menit 55 ml 0,55
15 menit 11 ml 0,11
60 menit 8 ml 0,08
90 menit 7 ml 0,07
24 jam 6 ml 0,06
15 menit 98 ml 0,98
30 menit 95 ml 0,95
60 menit 94 ml 0,94
90 menit 92 ml 0,92
24 jam 26 ml 0,26
7.2 Perhitungan
Nilai sedimentasi blanko
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
Nilai sedimentasi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)
55 𝑚𝑙
0 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,55
11 𝑚𝑙
15 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,11
9,9 𝑚𝑙
30 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,099
8 𝑚𝑙
60 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,08
7 𝑚𝑙
90 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,07
6 𝑚𝑙
24 jam = 100 𝑚𝑙
= 0,06
Nilai sedimentasi sediaan 1
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
Nilai sedimentasi =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)
100𝑚𝑙
0 menit = 100 𝑚𝑙
=1
98 𝑚𝑙
15 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,98
95 𝑚𝑙
30 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,95
94 𝑚𝑙
60 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,94
92 𝑚𝑙
90 menit = 100 𝑚𝑙
= 0,92
26 𝑚𝑙
24 jam = 100 𝑚𝑙
= 0,26
8. Pembahasan
Kedua sediaan yang telah dibuat dimasukkan kedalam gelas ukur dan
didiamkan. Setelah itu diamati dan dicatat volume sedimentasinya pada 0
menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 24 jam. Nilai
sedimentasi pun dihitung dengan rumus
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
Nilai sedimentasi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙)
Aulton. 2003. Pharmaceites the sciences of dosage form design. New York :
Chudill living