Seandainya 15 tahun yang lalu ada barisan anti MLM, saya pasti berdiri di
paling depan. Karena bagi saya MLM itu hanyalah tipu tipu, transaksinya
gharar atau secara bahasa berarti al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-
jahalah (ketidak jelasan). Seandainya ada barangnya, harganya sudah di
mark up supaya bisa memberi keuntungan pada peserta tapi terutama
perusahaan, ada riba, juga maysir atau perjudian. Ada unsur aniaya atau
dzulm karena memanfaatkan orang lain. Yang diatas memanfaatkan yang
dibawah. MLM juga mengandung mudharat/dharar atau bahaya, bisa
membuat bangkrut seseorang. Sudah banyak orang yang bangkrut bahkan
dihukum penjara karena ikut MLM.
Sejak saya mahasiswa tahun 1970 an, saya sudah banyak mendengar kisah
kisah MLM seperti diatas, ada Indonesia Berdikari, dimana kita
menyerahkan uang beberapa ribu, kemudian kita masuk dalam daftar
tunggu, dalam waktu tertentu akan mendapat uang jutaan, ratusan kali
lipat dari uang yang kita serahkan. Katanya ini akan mampu mengentas
kemiskinan di Indonesia. Banyak perdebatan dari para ahli ekonomi,
bahkan sampai ke level menteri. Ada yang setuju dan ada yang
mengatakan itu skema Ponzi. Disanalah saya untuk pertamakali
mendengar istilah skema Ponzi. Tetapi karena tidak ada internet, akhirnya
istilah itu saya lupakan karena tertutup pelajaran kedokteran di FK. Sistem
ini kemudian berkembang menjadi surat berantai, dimana kita perlu
memberi uang kepada yang namanya di paling atas. Nanti nama kita akan
juga berada diatas dan mendapat jutaan rupiah.
Begitulah kemudian ada POMAS (Pohon Mas) yang menipu sangat
banyak dosen di Malang. Bahkan dekan sebuah sekolah bisnis di Malang
masuk penjara karena kasus itu. Sayapun terkena POMAS, bukan karena
saya ikut, tetapi ada saudara meminjam uang puluhan juta untuk bisnis
dan tidak dikembalikan dengan alasan bisnisnya bangkrut. Lama
kemudian baru saya tahu dia ikut POMAS. Di POMAS itu kita investasi
6,5 juta, dijanjikan setiap bulan mendapat keuntungan 10%. Begitu dia
dua tiga bulan mendapat bunga lancar, pikirannya akan berubah menjadi
serakah. Dia akan berusaha mencari uang lebih banyak untuk dimasukkan,
kalau perlu menjual rumah, toh dalam satu tahun akan kembali ? Begitu
pikiran serakah sesorang muncul, tanpa peduli dari mana uang yang dia
Tahun 2003 saya secara paksa dimasukkan komunitas MLM oleh anak
saya. Di sana saya melihat banyak orang hebat seperti profesor, dokter,
pengusaha besar, jendral TNI bahkan konglomerat yang mengatakan
berterimakasih kepada yang mengajak, karena telah memperkenalkan
bisnis itu dan telah mengubah hidup mereka. Bahkan seorang bintang 3
mantan Pangartim, berlari lari ke depan dan menghapus papan tulis tanpa
ada yang menyuruh. Mereka itu jauh lebih hebat dari saya, kok bisa begitu
ya ? bukankan mereka ini sudah ditipu ?, mengapa mengatakan
terimakasih kepada yang menipu ?, mengapa begitu menghargai yang
menipu?. Jangan jangan saya yang bodoh dan menutup diri dari informasi
selama ini ? Pikiran saya mulai terbuka sedikit demi sedikit, logika saya
mulai jalan. Kita bisa menipu sedikit orang dalam waktu lama, atau
menipu banyak orang dalam waktu singkat. Tetapi tidak mungkin menipu
banyak orang dalam waktu lama. Kalau ada tipu tipu di MLM yang sudah
berusia 50 tahun dan sudah ada di 100 negara tempat saya di jerumuskan
anak saya itu, pastilah sudah terbongkar sejak dulu.
Pikiran saya yang dulu sangat tertutup dengan MLM mulai terbuka.
Dengan terbukanya pikiran itu, saya mulai mencari informasi dengan
benar, bukan dari orang orang yang gagal atau dari internet, melainkan
dari orang yang berhasil, dari CD baik mereka yang didalam maupun yang
diluar MLM seperti Robert T Kiyosaki, dan dari buku buku, seperti
Business School dari Robert T Kiyosaki, Copicat markeing 101 dari
Burked Hedges. Sejak lama sebenarnya saya membaca di buku Cashflow
Quadrant nya Robert T Kiyosaki bahwa Pemasaran Berjenjang adalah
sarana yang paling tepat kalau tidak satu satunya bagi orang seperti saya
(sudah berumur, tanpa modal besar dan tanpa keahlian bisnis) untuk
berpindah dari kuadran kiri ke kuadran kanan. Tetapi pikiran saya masih
sangat tertutup oleh pandangan negatif kepada MLM dan menolaknya.
Sekarang saya cuma bisa sedikit menyesali, kalau saja sejak dulu saya
terbuka, pastilah . . .
Saya semakin bersyukur karena bisnis yang saya kerjakan dengan serius
tahun 2004 – 2005 itu memenuhi ke 12 syarat bisnis penjualan langsung
yang syar’i . Saya juga melihat bahwa sebagian besar “MLM” yang
banyak dikerjakan orang itu sebenarnya money game, dengan ciri sesuai
poin yang ke 12 yaitu kita mendapat uangnya dari pendaftar baru yang
direkrut. Karena memang ini yang dicari banyak orang, yaitu memberi
hasil yang instan, padahal tidak bermanfaat untuk masa tua nanti. Menurut
Robert T Kiyosaki, bukan uang jenis ini yang harus dicari.
Setelah berhenti praktek dan pensiun dini, sayapun banyak mempelajari
cara berpikir orang dan menghubungkannya dengan mengapa mereka
suka yang ini dan tidak menyukai yang itu ?. Benar juga kata para ahli
seperti Maxwell Maltz, Adi W Gunawan, dan alm Yan Nurindra guru
hipnoterapi saya. Kita melihat sesuatu itu baik atau buruk, tergantung apa
yang ada di pikiran bawah sadar kita, Kita menganalisa sesuatu (dengan
pikiran sadar) dengan bahan dari harddisk yaitu pikiran bawah sadar.