Anda di halaman 1dari 10

MLM ITU HALAL ATAU HARAM ?

Seandainya 15 tahun yang lalu ada barisan anti MLM, saya pasti berdiri di
paling depan. Karena bagi saya MLM itu hanyalah tipu tipu, transaksinya
gharar atau secara bahasa berarti al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-
jahalah (ketidak jelasan). Seandainya ada barangnya, harganya sudah di
mark up supaya bisa memberi keuntungan pada peserta tapi terutama
perusahaan, ada riba, juga maysir atau perjudian. Ada unsur aniaya atau
dzulm karena memanfaatkan orang lain. Yang diatas memanfaatkan yang
dibawah. MLM juga mengandung mudharat/dharar atau bahaya, bisa
membuat bangkrut seseorang. Sudah banyak orang yang bangkrut bahkan
dihukum penjara karena ikut MLM.
Sejak saya mahasiswa tahun 1970 an, saya sudah banyak mendengar kisah
kisah MLM seperti diatas, ada Indonesia Berdikari, dimana kita
menyerahkan uang beberapa ribu, kemudian kita masuk dalam daftar
tunggu, dalam waktu tertentu akan mendapat uang jutaan, ratusan kali
lipat dari uang yang kita serahkan. Katanya ini akan mampu mengentas
kemiskinan di Indonesia. Banyak perdebatan dari para ahli ekonomi,
bahkan sampai ke level menteri. Ada yang setuju dan ada yang
mengatakan itu skema Ponzi. Disanalah saya untuk pertamakali
mendengar istilah skema Ponzi. Tetapi karena tidak ada internet, akhirnya
istilah itu saya lupakan karena tertutup pelajaran kedokteran di FK. Sistem
ini kemudian berkembang menjadi surat berantai, dimana kita perlu
memberi uang kepada yang namanya di paling atas. Nanti nama kita akan
juga berada diatas dan mendapat jutaan rupiah.
Begitulah kemudian ada POMAS (Pohon Mas) yang menipu sangat
banyak dosen di Malang. Bahkan dekan sebuah sekolah bisnis di Malang
masuk penjara karena kasus itu. Sayapun terkena POMAS, bukan karena
saya ikut, tetapi ada saudara meminjam uang puluhan juta untuk bisnis
dan tidak dikembalikan dengan alasan bisnisnya bangkrut. Lama
kemudian baru saya tahu dia ikut POMAS. Di POMAS itu kita investasi
6,5 juta, dijanjikan setiap bulan mendapat keuntungan 10%. Begitu dia
dua tiga bulan mendapat bunga lancar, pikirannya akan berubah menjadi
serakah. Dia akan berusaha mencari uang lebih banyak untuk dimasukkan,
kalau perlu menjual rumah, toh dalam satu tahun akan kembali ? Begitu
pikiran serakah sesorang muncul, tanpa peduli dari mana uang yang dia

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 1


terima itu. Ternyata uang yang dia terima itu ya uangnya sendiri ditambah
uang dari peserta baru. Itu money game murni tanpa dibungkus apa apa.
Kemudian ada QSAR (Qurnia Subur Alam Raya) yang dipimpin bapak
Ramli Araby dan berbasis di Sukabumi, menawarkan investasi di bidang
agrobisnis sayur yang memberi hasil fantastis. Dia mengatakan bisa
menjual sayur dengan harga sangat mahal dan mengajak banyak orang
berinvestasi menanam sayur. Pembukaan dilakukan wapres Hamzah Haz,
kemudian dalam beberapa kesempatan mereka mengundang wakil ketua
DPR bapak Mathori Abdul Jalil dan ketua MPR pak Amin Rais untuk
meresmikan sesuatu. Semua tokoh bicara tentang bisnis QSAR yang
syariah dan ini kebangkitan ekonomi Islam. Investasinya aman karena
dijamin asuransi dari luar negeri. Bahkan ada contoh investor berinvestasi
ke brokoli senilai 25 juta, ketika hampir panen diberitahu brokolinya
terserang ulat dan asuransi (?) menggantinya 100%. Pers dipanggil
meliput pengembalian uang 25 juta itu, orang semakin percaya bahwa ini
investasi yang sangat aman. Saat itu meskipun saya tidak ikut, tetapi saya
percaya ada asuransinya. Barulah setelah mulai berkecimpung di dunia
pertanian dan keuangan, saya tertawa sendiri. Hanya perusahaan asuransi
b*d*h yang mau menjamin usaha pertanian atau perkebunan, karena
resikonya setinggi langit. Pemilik kebun yang merasa harganya jatuh atau
pertumbuhan tanamannya jelek, bisa dengan mudah membuat tanamannya
mati dan minta ganti asuransi. Asuransi tanaman pangan (padi) yang
paling sedikit resikonya saja sampai sekarang tidak jalan, meskipun
pemerintah sudah bersedia mensubsidi preminya. Apalagi asuransi
hortikultura atau tanaman perkebunan yang bukan bahan pokok dengan
resiko tinggi. Karena itu pihak perusahaan itu mengatakan asuransinya
dari luar negeri, supaya investor di Indonesia tidak bisa melihat sendiri
kantornya dan hanya melihat surat surat yang mudah dipalsukan. Apalagi
kalau berbahasa inggris, investor pasti percaya meski tidak mengerti.
Karena begitulah psikologi masa, daripada malu dianggap bodoh, pura
pura mengerti saja.
Benar saja, setelah 5 tahun beroperasi akhirnya QSAR kolaps dan ternyata
dia money game biasa. Investor yang masuk lebih dahulu mendapatkan
uang keuntungannya dari investor yang masuk kemudian, sedangkan
pabrik pengemasan dan sebagainya memang ada, penjualan memang ada,
tetapi tidak seperti yang diiklankan. Banyak investor yang dirugikan, baik
investor baru yang belum dapat maupun investor lama yang “serakah” dan
menaruh uang yang dia peroleh untuk diinvestasikan lagi. Kerugiannya

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 2


ditaksir setara emas seberat 5,5 ton. Jauh diatas First Travel yang
merugikan masyarakat setara 2 ton emas (1 trilyun).
Seandainya saya seorang ulama, dengan asumsi tentang MLM seperti itu,
dengan mudah saya akan mendapatkan ayat dan hadist yang tepat untuk
mendukung pendapat saya bahwa MLM itu haram. Ada gharar, maysir,
riba, dharar dan dzulm di dalamnya. Komplit haram bin haram.

Tahun 2003 saya secara paksa dimasukkan komunitas MLM oleh anak
saya. Di sana saya melihat banyak orang hebat seperti profesor, dokter,
pengusaha besar, jendral TNI bahkan konglomerat yang mengatakan
berterimakasih kepada yang mengajak, karena telah memperkenalkan
bisnis itu dan telah mengubah hidup mereka. Bahkan seorang bintang 3
mantan Pangartim, berlari lari ke depan dan menghapus papan tulis tanpa
ada yang menyuruh. Mereka itu jauh lebih hebat dari saya, kok bisa begitu
ya ? bukankan mereka ini sudah ditipu ?, mengapa mengatakan
terimakasih kepada yang menipu ?, mengapa begitu menghargai yang
menipu?. Jangan jangan saya yang bodoh dan menutup diri dari informasi
selama ini ? Pikiran saya mulai terbuka sedikit demi sedikit, logika saya
mulai jalan. Kita bisa menipu sedikit orang dalam waktu lama, atau
menipu banyak orang dalam waktu singkat. Tetapi tidak mungkin menipu
banyak orang dalam waktu lama. Kalau ada tipu tipu di MLM yang sudah
berusia 50 tahun dan sudah ada di 100 negara tempat saya di jerumuskan
anak saya itu, pastilah sudah terbongkar sejak dulu.
Pikiran saya yang dulu sangat tertutup dengan MLM mulai terbuka.
Dengan terbukanya pikiran itu, saya mulai mencari informasi dengan
benar, bukan dari orang orang yang gagal atau dari internet, melainkan
dari orang yang berhasil, dari CD baik mereka yang didalam maupun yang
diluar MLM seperti Robert T Kiyosaki, dan dari buku buku, seperti
Business School dari Robert T Kiyosaki, Copicat markeing 101 dari
Burked Hedges. Sejak lama sebenarnya saya membaca di buku Cashflow
Quadrant nya Robert T Kiyosaki bahwa Pemasaran Berjenjang adalah
sarana yang paling tepat kalau tidak satu satunya bagi orang seperti saya
(sudah berumur, tanpa modal besar dan tanpa keahlian bisnis) untuk
berpindah dari kuadran kiri ke kuadran kanan. Tetapi pikiran saya masih
sangat tertutup oleh pandangan negatif kepada MLM dan menolaknya.
Sekarang saya cuma bisa sedikit menyesali, kalau saja sejak dulu saya
terbuka, pastilah . . .

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 3


Setelah saya pelajari, ternyata memang banyak sekali jenis bisnis yang
dianggap orang sebagai MLM. Banyak yang benar benar baik dan bisa
meningkatkan kesejahteraan umat sampai pada batas yang tidak masuk
akal. Tetapi jauh lebih banyak lagi yang merugikan umat karena
sebenarnya bukan MLM dalam arti sebenarnya (penjualan berjenjang),
tetapi money game atau uang di putar putar. Bisa murni, bisa juga
dicampur MLM atau sistem jaringan -lihat e book Skema Piramid. Dari
ratusan “MLM” yang ada di Indonesia, mungkin yang benar benar MLM
seperti yang dimaksud buku itu bisa dihitung dengan jari tangan alias
sangat sedikit. Sehingga kalau ada orang mengatakan MLM, biasanya
yang dia maksud adalah salah satu dari money game itu. Apalagi yang
disukai orang, hampir pasti yang money game.
Akhirnya pada tahun 2009, MUI mengeluarkan Fatwa tentang Sistem
Penjualan langsung atau berjaringan ini. Fatwa dari Dewan Syariah
Nasional (DSN) dengan nomor DSN MUI No. 75/DSN MUI/VII/2009,
mengatakan ada 12 syarat sebuah sistem penjualan berjenjang itu disebut
syar’i, yaitu :
1. Ada obyek transaksi riil yang diperjual belikan berupa barang atau
produk jasa;
2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang
diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram;
3. Transaksi dalam perdagangan tidak mengandung unsur gharar,
maysir, riba’, dharar, dzulm, maksiat;
4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up),
sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas;
5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota, besaran
maupun bentuknya harus berdasarkan prestasi kerja yang terkait
langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan produk, dan harus
menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS;
6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota harus jelas
jumlahnya, saat transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan
barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan;
7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara
reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan
atau jasa;

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 4


8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra
usaha) tidak menimbulkan ighra’.
9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus
antara anggota pertama dengan anggota berikutnya;
10. Sistem perekrutan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang
dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah,
syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan
sebagainya;
11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan wajib
membina dan mengawasi anggota yang direkrutnya;
12. Tidak melakukan kegiatan money game. Money game menurut fatwa
DSN MUI No. 75/DSN MUI/VII/2009 adalah kegiatan
penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan
praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/
pendaftaran mitra usaha yang baru/bergabung kemudian, dan bukan
dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun
produk yang dijual tersebut hanya kamuflase atau tidak mempunyai
mutu/kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Saya semakin bersyukur karena bisnis yang saya kerjakan dengan serius
tahun 2004 – 2005 itu memenuhi ke 12 syarat bisnis penjualan langsung
yang syar’i . Saya juga melihat bahwa sebagian besar “MLM” yang
banyak dikerjakan orang itu sebenarnya money game, dengan ciri sesuai
poin yang ke 12 yaitu kita mendapat uangnya dari pendaftar baru yang
direkrut. Karena memang ini yang dicari banyak orang, yaitu memberi
hasil yang instan, padahal tidak bermanfaat untuk masa tua nanti. Menurut
Robert T Kiyosaki, bukan uang jenis ini yang harus dicari.
Setelah berhenti praktek dan pensiun dini, sayapun banyak mempelajari
cara berpikir orang dan menghubungkannya dengan mengapa mereka
suka yang ini dan tidak menyukai yang itu ?. Benar juga kata para ahli
seperti Maxwell Maltz, Adi W Gunawan, dan alm Yan Nurindra guru
hipnoterapi saya. Kita melihat sesuatu itu baik atau buruk, tergantung apa
yang ada di pikiran bawah sadar kita, Kita menganalisa sesuatu (dengan
pikiran sadar) dengan bahan dari harddisk yaitu pikiran bawah sadar.

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 5


Sebagian besar orang memiliki program pikiran bawah sadar miskin atau
program pikiran miskin dan program pikiran bekerja keras. Sehingga
kita selalu di dorong untuk tetap tidak punya uang dan harus bekerja
keras. Karena itu bisnis atau investasi yang nampak baik dan menjanjikan
di mata kita adalah bisnis dan investasi yang nantinya membuat kita tidak
memiliki uang dan harus bekerja keras untuk hidup dan menutup hutang.
Secara pikiran sadar, bisnis yang “menarik” adakah bisnis yang cepat
mendapatkan uang, jumlah yang didapat besar dan tanpa resiko atau
aman. Itu tiga kata di dunia keuangan yang tidak dapat disatukan. Pebisnis
dan investor kuadran kanan tahu hal itu dan akan segera menjauh jika
mendengar ke tiga kata itu disatukan (cepat, besar, aman). Tetapi yang
buta investasi pasti datang berkerumun dan . . . haap . . siap dijaring.
Itulah jebakan batman dalam kehidupan kita. Karena itu di seluruh dunia,
yang namanya money game dengan segala bungkusnya, yang digagas
pertama oleh penipu ulung Charles Ponzi tahun 1920 an, sangatlah
menarik hati. Pikiran bawah sadar kita tahu bahwa kegiatan ini akan
membuat kita nanti tidak memiliki uang dan bahkan memiliki banyak
hutang sehingga intuisi membuat kita tertarik. Pikiran sadar melihat
hitung hitungannya yang bisa mendapatkan uang besar dalam waktu
cepat, aman lagi. Maka komplitlah sudah mesin pendorong Anda untuk
mengambilnya dan menjalankannya dengan semangat. Di bisnis
konvensional maupun networking, Anda pasti sudah mengalami hal
semacam ini berkali kali. Sekarangpun Anda mengalaminya . . . . lagi.
Karena itu Zig Ziglar mengatakan :”Jika Anda ingin hidupnya berubah,
lakukan apa yang tidak Anda sukai dan belajarlah menyukainya”. Itulah
inti dari mengalahkan diri sendiri, yang merupakan jihad terbesar kita.
Karena itu hanya sedikit yang bisa, dan hanya 5% orang yang bisa kaya
atau makmur secara keuangan. Mereka adalah orang yang sudah berhasil
mengalahkan dirinya sendiri, atau beruntung memiliki orang tua / kakek
yang bisa mengalahkan dirinya sendiri.

MLM ATAU NETWORKING MANA YANG HALAL ?


Jika kita mengacu ke kriteria halal dari MUI, maka yang paling mendekati
kriteria halal adalah MLM atau Networking yang menggunakan sistem
matahari dan merupakan konsep PROSUMEN yaitu sistem penjualan
langsung dari produsen ke konsumen. Itupun dengan syarat tidak ada
perubahan sistem menjadikan money game, misalnya peserta harus
MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 6
membayar dengan biaya tinggi atau bergabung dengan sistem paket untuk
bisa dibayarkan ke perusahaan dan yang bergabung lebih dahulu (baca e
book Sistem Piramida). Karena selain melanggar aturan MUI juga
melanggar aturan APLI dimana perusahaan dilarang menjual produknya
di depan atau frontloading dan digunakan sebagai syarat untuk
bergabung. Karena hal itu membuktikan bahwa kualitas produknya tidak
sesuai dengan klaim. Sehingga calon peserta tidak diberi pilihan selain
membeli paket ini atau paket itu waktu bergabung.
MLM atau Networking jenis lain seperti binary (dua kaki) ataupun 3 kaki
sudah pasti tidak memenuhi syarat karena kita mendapat uangnya dari
pendaftar baru. Begitu juga jaringan dimana kita membangunkan aset
perusahaan seperti asuransi jiwa, reksadana, investasi dan sebagainya juga
sama saja. Pelaku mendapatkan uangnya dari pendaftar baru. Disamping
itu sifatnya bekerja mencari uang, bukan bekerja membangun aset. (lihat e
book Skema Piramida).
Saya akan fokus membahas jenis yang PROSUMEN dengan model
jaringan matahari yaitu melebar bebas sebanyak mungkin. Karena inilah
yang paling memenuhi syarat baik dari sudut agama maupun dari ilmu
keuangan/ finansial. Ini masih dibagi dua lagi yaitu MLM dan Network
Marketing (lihat materi Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis),
tergantung apakah ada tutup poin atau tidak, ada stock case atau tidak.
Tergantung minat kita, jika kita pandai jualan ya masuk MLM, jika tidak
bisa jualan ya pilihlah Network Marketing atau jaringan pemakai.
Keduanya baik dan sama sama halal selama memenuhi ke 12 syarat MUI
tersebut. Networking atau MLM yang asli tidak mewajibkan uang masuk
yang besar. Hanya senilai starter kid yang mereka berikan.
Baik MLM maupun Network Marketing adalah cara distribusi produk
langsung dari pabrik ke konsumen, atau disebut PROSUMEN. Disini kita
mendapatkan keuntungan yang sebelumnya dinikmati iklan, distributor
dan pengecer. Secara umum, besarnya 60% dari harga konsumen.
Jadi ini sebenarnya perdagangan biasa, semuanya jelas, barang yang dijual
berkualitas tinggi dengan harga yang ekonomis. Setiap orang yang mau
mempelajarinya juga akan tahu kalau dia melakukan ini akan
mendapatkan itu. Pembagian keuntungannya juga sangat jelas. Kalau ada
yang masih bingung, ini hanya karena belum cukup mempelajarinya saja.
Sebagai contoh, akan saya bandingkan dengan jual beli biasa, misalnya
ada pabrik atau toko eceran dan grosir A yang menjual sepatu ber merk V.
MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 7
Toko grosir itu menjual sepatunya seharga Rp. 1.000.000,- per pasang.
Kemudian dia memberi diskon jika kita membeli banyak :
• Jika membeli 1 – 3 pasang sepatu tanpa diskon.
• 4 – 10 pasang  diskon 3%
• 11 – 19  diskon 6%
• 20 – 39  diskon 9%
• 40 – 64  diskon 12%
• 65 – 109  diskon 15%
• 110 – 159  diskon 18%
• 160 pasang lebih diskon 21%.
Jika kita membeli 160 pasang sepatu, dengan diskon 21% berarti kita
tidak membayar 160 juta melainkan cukup membayar 126 juta. Jika kita
ecer semua @ 1 juta, maka kita akan mendapat pemasukan 160 juta
sehingga mendapat keuntungan senilai 21% atau 34 jutaan.
Kita juga bisa menjualnya ke reseller lain yang lebih kecil. Misal ke A 30
pasang dengan diskon 9%, ke B 50 pasang dengan diskon 12%, ke C
sebanyak 70 pasang dengan diskon 15%, sedang sisanya yang 10 untuk
kita sendiri satu dan yang lain dijual eceran tanpa diskon. Maka
keuntungan kita menjadi lebih kecil dengan perincian :
▪ Ke A kita membayar diskon 9%, sehingga keuntungan kita tinggal
(21-9)% x 30 juta = 3,6 juta.
▪ Ke B kita membayar diskon 12% sehingga keuntungan kita dari
50 sepatu itu = (21-12)% x 50 juta = 4,5 juta.
▪ Ke C kita membayar diskon 15%, sehingga keuntungan kita dari
70 sepatu itu = (21-15) x 70 juta = 4,2 juta.
▪ Dari 10 sepatu yang dijual eceran termasuk yang kita beli sendiri,
keuntungannya utuh 21% x 10 juta = 2,1 juta.
▪ Jadi keuntungan kita = 3,6 juta + 4,5 juta + 4,2 juta + 2,1 juta =
14,4 juta. Hasilnya lebih kecil dibanding kalau kita bekerja
keras menjual kepada 160 orang secara eceran.

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 8


Pemilik toko A di sebelah toko B, menjual sepatu yang sama, harga
ecerannya juga sama, dan memberi diskon yang sama, mulai 3% sampai
21% untuk pembelian 4 sepatu sampai 160 sepatu. Tetapi dia ingin
memudahkan konsumen dan mau sedikit repot di administrasi. Sistemnya
adalah kita bisa membeli hanya 1 pasang sepatu saja seharga 1 juta,
kemudian kita boleh mengajak teman teman untuk juga berbelanja disitu.
Nanti setiap akhir bulan akan dihitung, jika jumlah sepatu yang di beli
teman temannya itu sesuai dengan tabel diskon itu, maka kita diberi
bonus sesuai hak kita.
Begitulah, kita mulai mengajak A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L. Semuanya
membeli sepatu seharga 1 juta. Kemudian A mengajak orang dan
dibawahnya juga mengajak orang lagi sehingga ada 30 pasang sepatu
terjual di grup nya A. Si B juga mengajak orang banyak dan dibawahnya
mengajak lagi sehingga ada 50 pembeli sepatu disana. Si C setelah
membeli sepatu kemudian mengajak C1 dan tidak mengajak orang lagi.
C1 yang kemudian mengajak banyak orang dan ada 69 orang yang
akhirnya membeli sepatu disana. Sedang D sampai L tidak mengajak
orang dan hanya membeli untuk dirinya sendiri.
Pada akhir bulan, pemilik toko atau pabrik melihat catatan dan urutan
grup kita. Ternyata total ada 160 sepatu terjual (30+50+70+10), kita
mendapat bonus 21%. Tetapi bonus itu harus dibagi lagi ke orang dibawah
kita (semua dilakukan komputer sehingga tidak bisa terjadi kecurangan) :
▪ Untuk grup A bonus kita dipotong 9% dari omset A (30 juta dari
penjualan 30 sepatu), sehingga bonus kita tinggal (21-9)% x 30
juta = 3,6 juta dari 30 sepatu yang tejual di grupnya si A. Si A
sendiri bisa mendapat utuh 9% dari 30 juta jika grupnya melebar
sehingga masing masing anggota masuk kategori bonus 0%.
Tetapi jika ada yang bisa memiliki grup yang membeli 5 sepatu,
atau 12 sepatu, si A dipotong 3% - 6% dari harga 5/12 sepatu itu.
▪ Di grupnya B bonus kita dipotong 12% sehingga keuntungan kita
dari 50 sepatu itu = (21-12)% x 50 juta = 4,5 juta.
▪ Di C bonus kita dipotong 15%, sehingga keuntungan kita dari 70
sepatu itu = (21-15) x 70 juta = 4,2 juta. Sedang si C sendiri, yang
termasuk kategori 18%, ternyata hanya punya satu anggota
langsung atau frontline (C1) yang kemudian mengembangkan
jaringannya sehingga mencapai penjualan 69 sepatu atau
peringkat bonus 18% juga. Akibatnya C tidak mendapat apa apa
MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 9
dari C1 (18% - 18% = 0%). Ini menunjukkan bahwa yang diatas
tidak selalu mendapat bonus lebih besar dari yang dibawah
seperti pada money game.
▪ Dari 10 sepatu yang kita jual eceran ke DEFGHIJKL termasuk
yang kita beli sendiri, bonusnya utuh 21% x 10 juta = 2,1 juta.
▪ Jadi bonus total atau keuntungan kita = 3,6 juta + 4,5 juta +
4,2 juta + 2,1 juta = 14,4 juta.
Itu sekedar contoh untuk membandingkan bisnis networking dengan
perdagangan biasa. Keduanya sama persis, penghasilannya juga sama
persis. Bedanya kalau di perdagangan biasa sebagai grosir kita kulakan
dulu baru menjual nya sehingga butuh modal besar. Disini semua orang
membeli sedikit untuk kebutuhannya sendiri, baru di akhir bulan
dikelompokkan yang mana kelompok grosir besar (diatas 21%), grosir
21%, grosir 18%, grosir 15%, reseller dsb tergantung omsetnya.
Di bisnis networking masih ada kelebihannya lagi, harga yang kita beli itu
bukan harga eceran melainkan harga grosir atau distributor, sehingga kita
bisa menjual lagi dengan harga eceran yang 30% lebih mahal.
Diatas 21% masih ada bonus bonus lain sehingga total yang diterima para
anggota biasanya sekitar 60% dari harga eceran sesuai konsep pada
perdagangan umum, yaitu keuntungan yang biasanya dialokasikan untuk
iklan, grosir dan pengecer, dimana pihak produsen hanya menerima 40%.
Semuanya jelas dari awal, kita hanya perlu mempelajarinya saja.
Tetapi perlu Anda ketahui, bahwa ada 4 bidang kehidupan yang kita
sepenuhnya dikendalikan oleh pikiran bawah sadar. Yaitu sex, agama,
keuangan dan politik. Di 4 bidang ini logika sudah tidak jalan, kecuali
sesuai dengan program bawah sadarnya. Penjelasan apapun tidak akan
diterima, sampai ada pencerahan entah dari mana. Yang menjalankan
money game akan tetap merasa itu bisnis terbaik di dunia, yang
mengharamkan ya akan tetap mengharamkan. Itulah kekuatan pikiran
bawah sadar, yang sama sekali tidak memihak pada kehidupan kita. Dia
luar biasa kuat, bekerja 24 jam sehari, sifatnya universal (non personal),
sangat lugu dan berpikir seperti anak usia 7 tahun, karena memang
sebagian besar kita peroleh saat kita berusia sekian itu.
Surabaya, 11 Desember 2017
Sigit & Wati

MLM/NETWORKING HARAM ATAU HALAL ? – dr. Sigit Setyawadi SpOG. Page 10

Anda mungkin juga menyukai