Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN MANAJEMEN PROYEK

2.1 Pengertian Manajemen Proyek


Manajemen adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui
pemanfaatan manusia sebagai sumber daya, Proyek adalah rangkaian kegiatan
yang mempunyai dimensi waktu, fisik, dan biaya guna mewujudkan gagasan
serta mendapatkan tujuan tertentu.Manajemen proyek adalah usaha untuk
mencapai tujuan yaitu menyelesaikan satu proyek melalui pemanfaatan
manusia sebagai sumber daya.
Manajemen Proyek adalah proses manajemen berupa proses Plan,
Organizing, Actuating and Controlling (POAC) agar tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dan memenuhi semua persyaratan, yaitu :
a) Sesuai biaya yang disediakan;
b) Sesuai mutu yang disyaratkan;
c) Sesuai waktu yang telah ditetapkan;
d) Tercapainya tertib administrasi;
e) Memperoleh profit yang wajar.
2.2 Ciri-Ciri Proyek
Dibawah ini adalah ciri-ciri dari suatu proyek:
1) Terdiri dari bagian-bagian pekerjaan/kegiatan;
2) Antar kegiatan ada hubungan ketergantungan;
a) Ketergantungan waktu (urutan);
b) Ketergantungan teknis;
3) Untuk pelaksanaan setiap kegiatan perlu :
a) Sumber daya (bahan, alat, tenaga);
b) Waktu
c) Metode
4) Secara umum dikelompokan kedalam 4 (empat) kelompok:
a) proyek mempunyai tujuan yaitu menghasilkan barang dan jasa;
b) proyek memerlukan input berupa faktor-faktor produksi atau
sumber daya,
c) seperti modal, tanah dan material, peralatan, tenaga pegawai dan
kepemimpinan;
d) proyek mempunyai titik awal dan titik akhir;
e) dalam waktu tertentu setelah proyek selesai, mulai dapat
menghasilkan.
2.3 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi
Suatu proyek konstruksi memiliki beberapa karakteristik seperti:
a) Bersifat sangat komplek, dan multi disiplin ilmu
b) Melibatkan banyak tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif
rendah;
c) Masa kerja terbatas;
d) Intensitas kerja tinggi
e) Menggunakan peralatan kerja beragam dan berpotensi bahaya.

2.4 Pemahaman manajemen proyek/konstruksi


Pada hakekatnya manajemen konstruksi ada 2 (dua) pemahaman yang
pada pelaksanaannya menjadi satu kesatuan dalam mencapai tujuan proyek yaitu:

1) Teknologi Konstruksi (Construction Technology): mempelajari metode


atau teknik tahapan melaksanakan pekerjaan dalam mewujudkan bangunan
fisik disuatu lokasi proyek sesuai dengan kaidah teknis/spesifikasi teknik
yang disyaratkan.
2) Manajemen Konstruksi (Construction Management) adalah bagaimana
sumber daya (manusia, material, peralatan, keuangan, metode/teknologi)
yang terlibat dalam pekerjaan dapat dikelola secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan proyek, sesuai dengan ketentuan/hukum yang
berhubungan dengan konstruksi.

Manajemen konstruksi telah diakui sebagai suatu cabang manajemen yang


khusus, yang dikembangkan dengan tujuan untuk dapat melakukan koordinasi dan
pengendalian atas beberapa kegiatan pelaksanaan proyek yang sifatnya
kompleks.Dengan demikian, teknik/manajemen yang dapat mengakomodasi
kebutuhan sumber daya konstruksi selalu dilakukan peninjauan dan penyesuaian
terus menerus, setiap saat dalam menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan yang
sedang berjalan.

2.5 Siklus dan Fungsi manajemen proyek/konstruksi

Pada suatu penyelenggaraan proyek, untuk mencapai tujuan proyek


dilakukan pendekatan yang disebut manajemen proyek, yaitu penentuan cakupan
dan tahapan-tahapan kegiatan proyek serta peranan/tugas penyelenggara proyek
menyangkut hak dan kewajiban antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Penerima hak kontrak jasa pelaksanaan konstruksi sebagai penyedia jasa
akan melakukan koordinasi menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi
meliputi keuangan/dana, manusia/tenaga kerja/ahli, material, peralatan dan
menyusun metoda kerja.Umumnya pimpinan pelaksana yang ditugaskan
dilapangan telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan konstruksi, tetapi tidak
berarti bahwa sudah menguasai manajemen proyek secara menyeluruh dan
mendetail, menganalisa secara teliti setiap kegiatan dan kesulitan pelaksanaan
konstruksi jalan dan jembatan.
Adapun hubungan antara masing-masing kegiatan dan fungsi dapat
digambarkan merupakan suatu hubungan siklus manajemen proyek sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Hubungan siklus manajemen proyek/konstruksi

Keterangan gambar:

- P = planning; perencanaan/rencana kerja


- O = organizing; organisasi kerja
- A = actuating; pelaksanaan pekerjaan
- C = controlling; kontrol/pengendalian kerja

Manajemen proyek dimulai dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) perencanaan/rencana kerja (planning) yaitu kegiatan menyiapkan rencana


kerja sesuai dengan metode konstruksi terhadap semua urutan kegiatan yang
akan dilakukan dan waktu yang diperlukan pada setiap kegiatan pelaksanaan
proyek. Adapun hal-hal yang menyangkut kegiatan rencana kerja dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) rencana kerja yang disusun meliputi:
1) penentuan urutan/tahapan kegiatan pekerjaan;
2) prosedur pengawasan pekerjaan;
3) prosedur persetujuan gambar, baik gambar kerja (shop drawing
maupun gambar terbangun (as built drawing);
4) prosedur pengujian bahan dan hasil pekerjaan;
5) penentuan standar rujukan dan standar operasi pelaksanaan;
6) prosedur perubahan pekerjaan;
7) prosedur pengadaan barang;
8) prosedur pengamanan proyek;
9) prosedur keuangan;
10) prosedur lainnya disesuaikan situasi dan konsisi proyek.
b) Manfaat dan kegunaan rencana kerja adalah :
1) alat koordinasi bagi pimpinan, pimpinan pelaksana dapat
memanfaatkan rencana kerja untuk melakukan koordinasi terhadap
semua kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan;
2) pedoman kerja para pelaksana, rencana kerja dapat dijadikan pedoman
bagi para pelaksana konstruksi di lapangan terhadap urutan kegiatan
dan batas waktu penyelesaian pekerjaan untuk setiap item pekerjaan;
3) alat untuk menilai kemajuan pekerjaan, kemajuan pekerjaan dapat
dipantau dari realisasi yang dicapai dibandingan rencana terhadap
waktu kegiatan dari setiap item pekerjaan;
4) alat untuk evaluasi pekerjaan, evaluasi pekerjaan terhadap prestasi
yang dicapai yaitu selisih rencana dan realisasi yang akan dipakai
sebagai bahan evaluasi untuk menetapkan rencana selanjutnya.
c) Data-data untuk rencana kerja
Adapun data-data yang perlu dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan
untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan konstruksi, antara lain:

1) lokasi quarry, termasuk persiapan yang diperlukan, jalan masuk dan


jembatan-jembatan, harga dan jumlah/jenis material yang akan
digunakan;
2) rencana lokasi base camp, dipilih lokasi yang mempunyai pengaruh
pengangkutan yang terkecil ke lokasi pelaksanaan proyek. Jika
dimungkinkan lokasi base camp dan quarry dapat diletakkan pada satu
lokasi sehingga angkutan material lebih efisien;
3) keadaan topografi lokasi proyek, hal ini akan menentukan metode
pelaksanaan yang berbeda-beda untuk daerah datar, bukit dan gunung;
4) data curah hujan di lokasi proyek, untuk memperhitungkan waktu
kerja masing-masing item kegiatan terhadap pengaruh musim hujan;
5) kemungkinan kesulitan-kesulitan yang akan dijumpai di jalur
pengangkutan material, jalan rusak/sempit, daerah padat
penduduk/lalu lintas, kondisi jembatan, sarana utilitas kemungkinan
terganggu (telepon, PLN, PAM, Gas, irigasi, dll), adat penduduk dan
sumbangan proyek untuk penduduk, dan gangguan terhadap fasilitas
umum lainnya;
6) pengadaan peralatan konstruksi jalan dan jembatan, jalur mobilisasi
dan agen/suplier alat-alat/ suku cadang konstruksi yang mendukung
kelancaran pelaksanaan proyek;
7) sumber daya manusia, kemampuan tenaga kerja yang ada disekitar
proyek, kemungkinan dapat bekerja diproyek berdasarkan kriteria
keahliannya;
8) fasilitas komunikasi dan akomodasi;
9) fasilitas keselamatan dan kesehatan (K 3) , puskesmas/rumah sakit,
dokter, apotik/toko obat, dll;
10) fasilitas jaringan listrik dan air, PLN dan PAM;
11) fasilitas stasiun bahan bakar minyak (BBM), aspal, dll;
12) fasilitas perbankan disekitar proyek;
13) fasilitas stasiun pemadam kebakaran, peralatan pemadam, dll;
14) fasilitas bantuan dari instansi-instansi pemerintah pada proyek;
15) pekerjaan pemeliharaan rutin pada jalan masuk dan jembatan-
jembatan;
16) kemungkinan adanya revisi desain dan konstruksi;
17) kemungkinan adanya pekerjaan tambahan dan item pekerjaan baru;
18) kemungkinan adanya peristiwa kompensasi yang dapat mempengaruhi
rencana kerja;
19) kemungkinan adanya peraturan/kebijaksanaan pemerintah mengenai
moneter, keadaan darurat militer/sipil;
20) lingkungan hidup yang tidak boleh terganggu, cagar alam, bangunan
bersejarah atau makam pahlawan, dll;
21) data-data lain yang berguna.
d) organisasi kerja (organizing) yaitu kegiatan pembentukan organisasi kerja
yang akan ditugasi melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang
dipimpin oleh seorang ahli pelaksana jalan dan jembatan yaitu Pimpinan
Pelaksana (General Superintendent/ GS). Dalam organisasi ini, disamping
General Superintendent/ GS ditentukan jabatan-jabatan lainnya seperti
pimpinan-pimpinan divisi proyek (peralatan, laboratorium, jalan, jembatan,
pengukuran, logistik, umum, base camp) bendahara proyek, pengawas
pelaksanaan proyek, dan sebagainya. Setiap jabatan diuraikan tugas,
wewenang dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pengendalian
pelaksanaan konstruksi.
e) pelaksanaan pekerjaan (actuating) yaitu merupakan aktualisasi
pelaksanaan dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah diuraikan
diatas dalam pelaksanaan konstruksi.
f) kontrol/pengendalian kerja (controlling) yaitu kegiatan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan meliputi kegiatan: pemeriksaan, pengujian
apakah pelaksanaan konstruksi sesuai dengan prosedur dan rujukan yang
telah ditetapkan dalam pelaksanaan.

2.6 Aspek-aspek dalam Manajemen Proyek


Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output
proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah
mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyeek
dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah
dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah
sebagai berikut :
a) Aspek Keuangan : Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan
pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau
pinjaman dari Bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka
panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala
besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan
analisis keuangan yang cepat dan terencana.
b) Aspek Anggaran Biaya : Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan
pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matan
dan terperinci akan menudahkan proses pengendallian biaya, sehingga
biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yng direncanakan. Jika
sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila
proses perencanaannya salah.
c) Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia : Masalh ini berkaitan dengan
kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif.
Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM
didasarkan atas organisasi proyek yeng dibentuk sebelumnya dengan
melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi kerja,
perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM
serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
d) Aspek Manajemen Produksi : Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir
dari proyek; hasil akhir proyek negative bila proses perencanaan dan
pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan
berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan
efisiensi prose produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui
jaminan mutu dan pengendalian mutu.
e) Aspek Harga : Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal
persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang
diahasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing
dengan produk lain.
f) Aspek Efektifitas dan Efisiensi : Masalah ini dapat merugikan bila fungsi
produk yang dihasilakn tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi
bila factor efisiensi tidak terpenuhi, sehingga usah produksi membutuhkan
biaya yang besar.
g) Aspek Pemasaran : Masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan
factor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi,
mutu produk serta analisi pasar yang salah terhadap produksi yang
dihasilkan.
h) Aspek Mutu : Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang
nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi
pelanggan.
i) Aspek Waktu : Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila
terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat
dipercepat.

2.5 Proses dalam Manajemen Proyek


Proses manajemen proyek agar proyek jalan tol berjalan sesuai rencana
dibagi menjadi 4 yaitu : Leadership, Komunikasi, Keputusan dan Organisasi.

a) Leadership yaitukemampuan seseorang (yaitu pemimpin) untuk


mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-
pengikutnya). Leadership diperlukan untuk memimpin sebuah kelompok /
anggota sehingga tujuan tercapai dalam segi biaya, mutu dan waktu.
Leadership dilakukan dengan cara membangun kerja sama tim dan
menghubungkan orang yang memiliki karakter yang berbeda.
b) Komunikasi yaitu proses di mana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan
informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Dengan
komunikasi yang bagus dapat menghubungkan sebagian orang yang
memiliki kalangan yang berbeda-beda.
c) Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah yang dilakukan melalui
pemilihan satu alternative dari beberapa alternative, sehingga masalah
selesai secara mufakat.
d) Koordinasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang
sederajat untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau
menyepakati sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan tugas dan
keberhasilan pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan tugas
dan keberhasilan pihak yang lainnya. Sementara pada sisi lain yang satu
langsung atau tidak langsung mendukung pihak yang lain.

2.6 Pra-FS, FS dan DED

Pra FS adalah proses pertama dari studi kelayakan, (FS : feasibility study)
di proses ini digambarkan secara umum kelayakan dari suatu proyek, hal ini
dilakukan agar dana yang digunakan untuk feasibility study tidak mubazir atau
jika tenyata proyek tidak layak dana awal yang dikeluarkan tidak tarlalu
merugikan. Pra FS dilakukan untuk menguji kelayakan dilakukannya FS.
Proyek jalan dan jembatan yang memerlukan pra studi kelayakan harus
memenuhi kriteria :
a) menggunakan dana publik yang cukup besar dan atau proyek yang penting
dan strategis berdasarkan kebijakan publik;
b) mempunyai sifat ketidakpastian dan resiko cukup tinggi;
c) memiliki alternatif/pilihan rute atau teknologi yang cukup banyak;
d) membutuhkan penentuan prioritas pelaksanaan karena keterbatasan dana
e) atau berdasarkan keinginan pemberi kerja, dan lain-lain.
Lingkup kegiatan pra studi kelayakan, meliputi :
a) formulasi kebijakan perencanaan yang meliputi kajian terhadap kebijakan
dan sasaran perencanaan, lingkungan dan penataan ruang, serta
pembebasan lahan;
b) kajian terhadap kondisi eksisting pada wilayah studi termasuk melakukan
kajian terhadap dampak yang mungkin timbul untuk setiap solusi yang
diusulkan;
c) pengambilan data fisik, ekonomi dan lingkungan serta identifikasi lokasi-
lokasi rawan bencana (hazard) ;
d) studi komparasi beberapa koridor yang terpilih.
Hasil kegiatan pra studi kelayakan, meliputi :
a) formulasi dari sasaran proyek;
b) penajaman tujuan dan implementasi strategi;
c) urutan dari alternatif solusi yang dipelajari atas dasar indikasi kelayakan,
sebagai masukan bagi pihak pengambil keputusan;
d) rekomendasi tipe penanganan;
e) identifikasi kebutuhan investigasi lingkungan dan sosial;
f) kerangka acuan studi kelayakan
g) rona awal lingkungan atau kerangka acuan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL), jika dibutuhkan, atau upaya pengelolaan
lingkungan hidup (UKL) - upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL).
Metode pendekatan pra- FS ada 2 cara, yaitu :
a) before and after project;
b) with and without project.
Metode yang lazim digunakan adalah metode with and without project.
Sehingga dalam pedoman ini menggunakan metode pendekatan pembandingan
kondisi dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project), dan atas
dasar pendekatan kebijakan publik atau pendekatan economic analysis.
Pendekatan dengan proyek (with project) diasumsikan sebagai suatu kondisi,
dimana diperlukan suatu investasi/proyek yang besar, yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kapasitas maupun struktur jalan. Sedangkan untuk pendekatan
tanpa proyek (without project) diasumsikan sebagai suatu kondisi, dimana tidak
ada investasi/proyek yang dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas maupun
struktur jalan, kecuali untuk mempertahankan fungsi pelayanan jalan, yaitu berupa
pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
Tahapan analisis yang dilakukan, antara lain :
a) formulasi dari sasaran proyek jalan dan jembatan, monitoring dan evaluasi
manfaat proyek di masa mendatang akan merujuk pada sasaran ini;
b) analisis kualitatif untuk memformulasikan berbagai alternatif solusi yang
dapat dilaksanakan secara teknis, dan dapat diterima oleh lingkungan di
sekitarnya;
c) analisis ekonomi dengan membandingkan kelayakan ekonomi setiap
alternatif koridor untuk mendapatkan prioritas pilihan sebagai bahan studi
kelayakan;
d) analisis kelayakan secara menyeluruh yang menggabungkan hasil analisis
ekonomi dengan aspek non ekonomi yang relevan

FS atau feasibility Study (studi kelayakan) adalah sebuah survey lengkap


tentang kelayakan suatu proyek, study ini dilakukan dengan memperhitungkan
semua aspek yang berkaitan dengan proyek. termasuk kelayakan secara finansial,
ekonomi, konstruksi, sosial budaya, lingkungan dll. Jika menurut FS proyek tidak
layak atau banyak faktor yang menurunkan nilai suatu proyek maka proyek tidak
akan dilaksanakan, dan begitu pula sebaliknya.

Detail Engineering Design (DED) Dalam Pekerjaan Konstruksi dapat


diartikan sebagai produk dari konsultan perencana, yang biasa digunakan dalam
membuat sebuah perencanaan (gambar kerja) detail bangunan sipil seperti gedung,
kolam renang, jalan, jembatan, bendungan, dan pekerjaan konstruksi lainnya.

Detail Engineering Design (DED) bisa berupa gambar detail namun dapat
dibuat lebih lengkap yang terdiri dari beberapa komponen seperti di bawah ini:

1. Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan


yang dibuat lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan

2. Engineer's Estimate (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB)

3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4. Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi

a) Laporan arsitektur;

b) Laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil


test)

c) Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;


d) Laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi)

Untuk keterangan lebih jelasnya mengenai isi dari DED berikut ini:

1. Gambar detail bangunan atau bestek bisa terdiri dari gambar rencana
teknis. Gambar rencana teknis ini meliputi arsitektur, struktur, mekanikal
dan elektrikal, serta tata lingkungan. Semakin baik dan lengkap gambar
akan mempermudah proses pekerjaan dan mempercepat dalam
penyelesaian pekerjaan konstruksi.

2. Rencana Anggaran Biaya atau RAB adalah perhitungan keseluruhan harga


dari volume masing-masing satuan pekerjaan. RAB dibuat berdasarkan
gambar. Kemudian dapat dibuat juga Daftar Volume Pekerjaan (Bill of
Quantity) serta spesifikasi dan harga. Susunan dari RAB nantinya akan
direview, perhitungannya dikoreksi dan diupdate harganya disesuaikan
dengan harga pasar sehingga dapat menjadi Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini mencakup persyaratan mutu


dan kuantitas material bangunan, dimensi material bangunan, prosedur
pemasangan material dan persyaratan-persyaratan lain yang wajib dipenuhi oleh
penyedia pekerjaan konstruksi. RKS kemudian menjadi syarat yang harus
dipenuhi penyedia sehingga dapat dimasukan ke dalam Standar Dokumen
Pengadaan (SDP). Kedudukan pra FS, FS, dan DED pada proyek jalan :

Gambar 2.2 Kedudukan pra FS, FS, dan DED


2.7 Proses Pengadaan Kontraktor
Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) dengan atas nama pemerintah
melakukan lelang investasi untuk pembangunan Jalan Tol Soroja dengan diikuti
oleh beberapa peserta seperti terlihat pada Tabel 2.1.PT. JS yang merupakan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Prov. Jawa Barat dan PT. CMNP bersama-
sama sepakat membuat konsorsium dengan mengajak PT. WIKA sebagai salah
satu bagian dari anggotanya yang kemudian mendirikan badan usaha yang diberi
nama PT. Citra Marga Lintas Jabar (PT. CMLJ). Konsorsium tersebut adalah
salah satu peserta lelang dalam lelang pembangunan Jalan Tol Soroja
Tabel 2.1 Peserta Pelelangan
No Nama Perusahaan/Konsorsium
Konsorsium PT Citra Marga Nusaphala Persada
1 (Tbk), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Jasa
Sarana;
2 PT. Ridlatama Bahtera Construction
Konsorsium PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT
3 Waskita Toll Road, dan PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk;
4 PT Bangun Tjipta Sarana
5 PT Bumi Sentosa Dwi Agung

Pada proses lelang prakualifikasi para pengikut tender harus


menyampaikan dokumen kepada pihak pemilik proyek sebelum tanggal
pelelangan. Terlampir diantaranya Akta Perusahaan (termasuk didalamnya
Administrasi Pajak), Surat Keahlian (SKA), dan Nilai Penawaran, dimana syarat-
syarat tersebut merupakan dokumen non teknis. Selanjutnya setelah melakukan
evaluasi prakualifikasi didapatkan perusahaan/konsorsium yang lulus
prakualifikasi seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2Hasil Prakualifikasi
Hasil
No Nama Perusahaan/Konsorsium
Penelitian/Evaluasi
1 Konsorsium PT Citra Marga Nursaphala Persada LULUS
2 PT. Ridlatama Bahtera Construction TIDAK LULUS
3 Konsorsium PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT LULUS
4 PT Bangun Tjipta Sarana LULUS
5 PT Bumi Sentosa Dwi Agung TIDAK LULUS
Setelah dinyatakan lulus para peserta lelang akan mendapatkan penjelasan
oleh pihak pengada lelang mengenai:
a) Metoda pengadaan/penyelenggaraan lelang;
b) Cara penyampaian surat penawaran;
c) Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran;
d) Metoda evaluasi;
e) Sistem kontrak yang akan digunakan;
f) Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan pada usaha kecil dan
koperasi kecil;
g) Ketentuan atas penggunaan produksi dalam negeri dan cara evaluasi
berkenaan dengan preferensi harga atas penggunaan produksi dalam
negeri;
h) Besaran, masa laku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan
penawaran.
Setelah mendapatkan penjelasan peserta lelang memasukkan dokumen
penawaran yang didalamnya berisi surat penawaran, jaminan penawaran, daftar
kuantitas dan harga. Dokumen penawaran yang sudah dimasukkan oleh peserta
lelang dievaluasi hingga mendapatkan satu pemenang tunggal yaitu PT. Citra
Marga Lintas Jabar (PT. CMLJ) Dalam sebuah perjanjian yang melibatkan ketiga
perusahaan di konsorsium tersebut menyebutkan bahwa apabila lelang
dimenangkan oleh PT. CMLJ maka PT. WIKA yang akan menjadi kontraktornya.

2.8 Sistem Kontrak


Sistem kontrak yang digunakan dalam proyek pembangunan Jalan Tol Soroja
ini adalah sistem kontrak Unit Price, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa dimana
volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan
akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar
dilaksanakan di lapangan. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan berapa
biaya yang dibutuhkan untuk pembayaran pekerjaan.
2.9 Organisasi Proyek Secara Umum
Pada proyek pembangunan Jalan Tol Soroja terdapat hubungan antara
pihak-pihak yang terkait dalam proyek. Hubungan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hubungan kerja antar pihak proyek pembangunan Jalan Tol Soroja

Keterangan:

: Garis Komando atau Intruksi


: Garis Koordinasi
: Garis Konsultasi atau Tanggung Jawab
Hubungan antar pihak-pihak dari struktur organisasi proyek di atas adalah
sebagai berikut.
1) Garis Komando atau Intruksi

Garis komando atau intruksi adalah menunjukkan hubungan kerja dengan


pola komando atau intruksi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan.
Hubungan yang diciptakan adalah hubungan di mana satu pihak (atasan)
memberikan perintah dan pihak lain (bawahan) bertanggung jawab dan
melaksanakan atas apa yang diperintahkan sesuai dengan peraturan yang ada.

2) Garis Koordinasi

Garis koordinasi adalah menunjukan hubungan kerjasama atau koordinasi


antar pihak yang ada. Setiap pihak melaksanakan tugasnya masing-masing tetapi
dapat bekerjasama dengan pihak lain untuk memanfaatkan hasil kerja atau bisa
juga berdiskusi tentang permasalahan yang terjadi dalam proyek.
3) Garis Konsultasi atau Tanggung Jawab

Garis konsultasi atau tanggung jawab adalah hubungan dimana satu pihak
bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing dan mengkonsultasikan
pekerjaannya kepada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai