Anda di halaman 1dari 20

Pengukuran Tegangan Tinggi D.

Pengukuran Tegangan Tinggi D.C

Tegangan tinggi arus searah dapat diukur dengan berbagai cara :


1. Pengukuran dengan resistor tegangan tinggi.
Arus yang digunakan untuk pengukuran ini harus sangat kecil yaitu berkisar 1 mA,
dikarenakan batas pembebanan pada sumber tegangan serta pemanasan pada resistor ukur.
Akan tetapi arus yang kecil mudah terganggu oleh arus – arus galat berupa arus – arus bocor
dalam bahan isolasi dan permukaan isolasi serta berupa peluahan korona. Konstruksi resistor
tegangan tinggi dibentuk dengan menhubungkan elemen – elemen resistor secara seri.

Gambar 1. Mengukur tegangan searah dengan suatu resistor seri atau pembagian resistif.
2. Pengukuran dengan menghubung seri mikroammeter dengan resistor.
Tegangan tinggi DC biasanya diukur dengan menghubungkan tahanan yang sangat
tinggi (beberapa ratus megaohm) terhubung seri dengan microammeter, sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.
Arus I yang mengalir melalui resistansi R diukur oleh moving coil microammeter.
Besar tegangan sumber adalah :
V=IR
Dalam hal ini drop tegangan dalam meter diabaikan, oleh karena impedansi meter sangat
kecil dibanding dengan resistansi seri R. Peralatan proteksi seperti paper gap, neon glow tube
atau zener diode, merupakan media proteksi bagi microammeter terhadap tegangan tinggi,
ketika R mengalami kegagalan atau flash over.

Gambar 2.
3. Pengukuran berdasarkan prinsip generator.

Muatan disimpan dalam kapasitor kapasintasi C yang diberikan


oleh q = CV. Jika kapasitansi kapasitor bervariasi dengan waktu saat dihubungkan ke sumber
tegangan V, maka arus yang melalui kapasitor adalah :

Untuk DC, tegangan ,oleh


karena itu,
Untuk ferkuensi sudut 
yang konstan, arus sebanding dengan tegangan yang diterapkan V. Pada umumnya arus yang
dibangkitkan disearahkan dan diukur oleh moving coil meter. Generating voltmeter dapat
digunakan untuk pengukuran tegangan AC.

4. Pengukuran dengan Pemakaian Pembagi Tegangan


Untuk mengukur tegangan arus searah yang tinggi dibutuhkan pembagi tegangan. Alat ini
dipakai untuk menurunkan tegangan yang tinggi menjadi tegangan yang rendah sehinga dapat
disambungkan ke meter atau CRO. Nilai tegangan ini cukup besar sehingga tidak akan
membahayakan alat ukur itu sendiri atau pemakai. Berdasarkan elemen-elemen yang dipakai,
pembagi tegangan ini dapat dibedakan menjadi :

1. Pembagi tegangan resistif, berisi elemen tahanan.


2. Pembagi tegangan kapasitif, berisi elemen kapasitor.
3. Pembagi tahanan campuran antara resistor dan kapasitor.
Pembagi tegangan dengan kabel pelambat
Jenis pembagi tegangan Z1 dan Z2 dapat berupa tahanan, kapasitor atau campuran RC.
Elemen tahanan dan kapasitor bila diterapkan pada tegangan tinggi selalu terdapat pengaruh
tahanan dan kapassitansi. Selain itu tahanan yang dipakai harus mempunyai induktansi yang
kecil.

Pembagi tegangan berisi tahanan.

Bila Z1 dan Z2 adalah tahanan murni maka Z1 = R1 dan Z2 = R2, jadi

Bila Z1 dan Z2 adalah kapasitor murni, maka


Pengukuran Tegangan Tinggi A.C

Tegangan tinggi arus bolak balik dapat diukur dengan berbagai cara :
1. Sphere Gap

Jika tegangan yang diterapkan melampaui tegangan tembus statis, maka dalam waktu
beberapa μs, sela percik akan tembus.Selama selang waktu tersebut puncak tegangan jaringan
dapat dianggap konstan.Oleh karena itu tembus dalam gas selalu terjadi pada puncak
tegangan bolak balik frekuensi rendah.Untuk sela dengan medan yang homogen (waktu
peluahan tembus sangat singkat) perilaku tersebut teramati untuk frekuensi yang lebih tinggi.
Karena itu puncak tegangan bolak balik dengan frekuensi hingga 500 kHz dapat ditentukan
dengan mengukur besar sela udara atmosfer sewaktu tembus.
Dalam gambar 1 ditunjukkan dua susunan sela bola untuk pengukuran. Susunan
horizontal digunakan untuk diameter D < 50 cm dengan rentang tegangan yang lebih rendah
sedangkan untuk diameter yang lebih besar digunakan susunan vertikal yang mengukur besar
tegangan terhadap bumi.
Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi pada pengukuran dengan sela bola standar perlu
diperhatikan hal-hal berikut :

 Jarak sela s < D


 Jarak sela s > 5 % jari-jari elektroda
 Permukaan elektroda tidak boleh berdebu
 Elektroda harus licin (jangan dibersihkan dengan pembersih yang kasar)
 Jarak benda di sekitar elektroda > (0,25 + V/300) m
 Untuk mencegah osilasi saat terjadi percikan, sebuah resistor yang tahanannya
> 500 ohm diserikan dengan elektroda bola.

2. Potential transformer
Trafo ukur adalah trafo stepdown yang dirancang khusus untuk pengukuran tegangan
tinggi.Kumparan tegangan tinggi dihubungkan ke terminal yang akan diukur, sedangkan
kumparan tegangan rendahnya dihubungkan dengan voltmeter atau alat ukur tegangan rendah
lainnya.Rangkaian pengukuran ditunjukkan pada gambar berikut :

Jika tegangan voltmeter adalah Vu, maka tegangan tinggi yang hendak diukur adalah :
Vx = aVu
Dimana a (faktor transformasi trafo ukur)
Sifat- sifat alat ukur ini adalah :
 Harganya mahal karena untuk tegangan yang sangat tinggi serta frekuensi yang relatif
rendah (50 Hz) maka perkalian fluks magnetik dan jumlah lilitan dari belitan
tegangan tinggi menjadi sangat besar
 Hasil pengukurannya teliti
 Cocok untuk pengukuran di atas 100 kV
 Dapat digunakan untuk mengukur tegangan puncak, harga efektif tegangan, dan
menunjukkan bentuk gelombang tegangan.

3. Pengukuran tegangan puncak dengan kapasitor ukur

Dalam gambar di atas ditunjukkan suatu rangkaian untuk mengukur dengan tepat dan
secara kontinu nilai puncak tegangan tinggi bolak balik terhadap bumi.Arus i yang tergantung
pada laju perubahan tegangan u (t) mengalir melalui kapasitor tegangan tinggi C dan
dilalukan menuju bumi melalui dua penyearah V1 dan V2 yang terpasang antiparalel.Nilai
rata-rata Ī1 dari arus i1 diukur dengan piranti kumparan putar, pada kondisi tertentu nilai I1
sebanding dengan nilai puncak tegangan tinggi U.Dengan mengandaikan penyearah ideal
maka pada saat V1 melalukan arus diperoleh persamaan berikut :

untuk t = 0 … T/2

Untuk tegangan yang simetris :

dan dengan T = 1/f maka diperoleh persamaan berikut :


Jika digunakan rangkaian penyearah gelombang penuh (rangkaian Graetz) sebagai
pengganti rangkaian penyearah setengah gelombang pada gamar tersebut, maka faktor 2 pada
penyebut dalam persamaan di atas harus diganti menjadi 4.Untuk menurunkan persamaan
yang dimaksud maka u(t) tidak dianggap sinus, meskipun jika digunakan penyearah pasif
(terutama dioda semikonduktor) maka tegangan tinggi yang terukur tidak boleh memiliki
lebih dari satu puncak dalam setengah periode.Penggunaan penyearah mekanik sinkron atau
penyearah yang dapat dikendali (kontak osilasi, penyearah putar) memungkinkan pengukuran
tegangan bolak balik yang benar dengan lebih dari sebuah puncak dalam setengah
periode.Pemantauan bentuk tegangan tinggi dengan osiloskop adalah perludan biasanya
dilakukan dengan mengamati arus i1 yang hanya memiliki sebuah perpotongan dalam
setengah periode.
Jika frekuensi f, kapasitansi ukur C dan arus Ī1 dapat ditentukan dengan teliti maka
pengukuran tegangan bolak balik yang simetris dengan teknik Chubb dan Fortesque dengan
rangkaian yang sesuai sangat teliti dan cocok untuk mengalibrasi piranti ukur tegangan
puncak yang lain [Boeck 1963].Kekurangan metode ini untuk pengukuran teknis adalah
ketergantungan pembacaan pada frekuensi serta memerlukan pengamatan kurva.

4. Pembagi tegangan kapasitif


Kini telah dikembangkan beberapa rangkaian penyearah untuk mengukur puncak
tegangan tinggi bolak balik dengan bantuan pembagi kapasitif. Metode-metode ini lebih
menguntungkan dibanding dengan rangkain Chubb-Furtesque dikarenakan nilai terukur tidak
bergantung pada frekuensi serta membolehkan pengukuran dengan banyak puncak tegangan
dalam setiap setengah periode.
Dalam gambar di atas menunjukkan rangkaian penyearah setengah gelombang yang
sangat sederhana serta cukup teliti untuk berbagai penggunaan.Dalam rangkaian ini kapasitor
ukur Cm dimuati hingga bertengangan Û2 yakni nilai puncak dari u (t).Resistor Rm yang
membuang muatan Cm diperlukan untuk mengatasi penurunan pada tegangan yang
diterapkan.
Konstanta waktu yang dipilih bergantung pada respon rangkaian yang dikehendaki,
sehingga resistansi dalam dari perangkat ukur yang digunakan juga harus
diperhitungkan.Umumnya digunakan nilai kosntanta waktu sebagai berikut :
RmCm < 1 detik
Akan tetapi, konstanta waktu tersebut harus jauh lebih besar daripada periode T = 1/f
dari tegangan bolak balik yang diukur sehingga tegangan Um pada Cm tidak cepat menurun
dalam selang waktu pengisian muatan, dalam gambar 4 ditunjukkan nilai-nilai sesaat dari Um
(t).Persyaratan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
RmCm >> 1/f
Resistansi R2 yang terpasang paralel dengan C2 diperlukan untuk mencegah pengisian
C2 oleh arus yang mengalir melalui penyearah Vm.Nilai R2 harus dipilih sedemikian sehingga
jatuh tegangan pada R2 (yang menyebabkan pengisian C2) adalah sekecil mungkin.Dengan
demikian :
R2 << Rm
pada pihak lain pengaruh nilai R2 terhadap perbandingan pembagi kapasitif harus sekecil
mungkin :
Re >> 1/(ωC2)
Dengan terpenuhinya semua kondisi di atas maka hubungan antara nilai puncak
tegangan tinggi dengan tegangan terukur Ûm dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
Alat ukur yang digunakan harus memiliki impedansi masukan yang tinggi.Untuk itu
dapat digunakan meter-Volt elektrostatik , alat ukur kumparan putar dengan kepekaan tinggi
dan penguat elektrometer atau penguat resistansi dengan penunjukan dogital atau
analog.Perubahan rentang ukur biasanya disebabkan oleh pengubahan besar C2.
Ketentuan-ketentuan terhadap nilai-nilai komponen di atas tiak berlaku umum serta
membatasi ketelitian yang diperoleh terutama pada frekuensi rendah.Sifat-sifat tersebut dapat
diperbaiki dengan menggunakan rangkaian yang lebih teliti [Zaeng, Volcker 1961].
Ketelitian secara keseluruhan tidak hanya bergantung pada sifat-sifat rangkaian ukur
pada sisi tegangan rendah, tetapi juga pada kapasitor tegangan tinggi.Kapasitor ukur untuk
tegangan yang sangat tinggi sering tidak ditapis dengan sempurna sehingga menimbulkan
galat tambahan akibat medan-medan bocor [Luhrmann 1970].

Keburukan pembagi tegangan kapasitif ini antara lain adalah :

 Hasil pengukuran dipengaruhi oleh kapasitansi kabel ukur


 Kesalahan bisa terjadi karena adanya kapasitansi antara kondensator Ch dan tanah
yang disebut kapasitansi sasar.Kapasitansi sasar dijumpai juga antara kondensator Ch
dan selubung kabel.Hal ini berpengaruh terhadap hasil pengukuran terutama pada saat
pengukuran tegangan tinggi impuls.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pembagi tegangan kapasitif
adalah :

 Kabel ukur harus kabel koaksialn yang konduktor luarnya ditanahkan.Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pengaruh induksi dari pembagi tegangan terhadap inti
kabel
 Untuk mengurangi pengaruh induksi pembagi tegangan terhadap osiloskop, maka
jarak osiloskop dan pembagi tegangan harus relatif jauh
 Sebaiknya osiloskop diberi perisai (shielding) untuk mencegah pengaruh induksi dari
pembagi tegangan terhadap tampilan osiloskop.

5. Voltmeter elektrostatik
Jika diterapkan tegangan u (t) pada suatu susunan elektroda, misalnya seperti dalam
gambar a, maka medan elektrik menghasilkan gaya F (t) yang cenderung mempersempit sela
elektroda s. Gaya tarik tersebut dapat dihitung dari perubahan energi dari medan elektrik :

Kapasitansi C dari susunan bergantung pada besar sela s.


Dengan melepas sumber tegangan maka gaya F (t) dapat diperoleh dari hukum
kekekalan energi dW + F ds = 0 [Kupfmuller 1965].Dengan memperhitungkan bahwa muatan
Cu (t) tidak bergantung pada besar sela :

Jika nilai rata-rata F dihitung dari persamaan ini maka diperoleh hubungan yang linear
antara F dan nilai efektif kuadrat dari tegangan yang diterapkan :
Pengaruh faktor dC/ds bergantung pada cara pengubahan gaya F menjadi bentuk
pembacaan.Secara umum dC/ds akan berubah renang ukur sehingga simpangan pembacaan
tidak lagi bergantung secara kuadrat.
Dalam gambarb dicontohkan dengan sederhana suatu piranti ukur elektrostatik yang
dirancang oleh Starke dan Schroeder. Gaya F (t) bekerja pelat kecil 1 yang ditempatkan pada
tuas dengan sebuah poros, pada ujung tuas yang lain ditempatkan cermin 3 yang
memantulkan berkas cahaya untuk penunjujan optik. Pegas pelat 2 berfungsi untuk
menghasilkan momen penahan.

Pengukuran Tegangan Impuls


1. Pengukuran tegangan tinggi Impuls dengan sela percik bola.

Tegangan tembus udara


tergantung pada kuat medan listrik
tembus udara, diameter bola yang akan mempengaruhi efisiensi medan listrik pada
permukaan konduktor dan jarak sela. Dalam suatu persamaan dinyatakan bahwa :
Ud0 = Ed . s . 
Dimana :
Ud0 : tegangan tembus udara (kV)
Ed : Kuat medan listrik tembus udara (kV/cm)
s : jarak sela konduktor (cm)
η : efisiensi medan listrik konduktor

2. Pembagi Tegangan Resistif


Ga
mbar di atas merupakan Sistem Pengukuran tegangan impuls dengan pembagi resistif,
dimana gangguan terpenting dari perilaku ideal pembagi diakibatkan oleh kapasitansi bumi
dari cabang tegangan tinggi R, yang harus panjang untuk mengisolasi tegangan yang lebih
tinggi. Kapasitansi bumi ini didekati dengan kapasitansi C dalam rangkaian ekivalen dalam
gambar b yang dihubungkan ditengah-tengah R1.

Dengan menggunakan persamaan dalam a maka respon langkah satuan dari


rangkaian ini dapat diturunkan sebagai :

3. Pembagi Tegangan
Kapasitif
Pada pembagi tegangan kapasitif perbandingan transformasi akan berbeda untuk
frekuensi yang berlainan dari :

untuk frekuensi sangat tinggi

untuk frekuensi yang lebih rendah

4. Menentukan Perilaku Rangkaian Ukur Tegangan Impuls dengan Percobaan

Rangkaian sistem pengukuran tegangan pengukuran tegangan impuls yang lengkap:


1.pembangkit tegangan impuls
2. obyek uji
3. saluran pembagi
4. pembagi
5. Kabel Ukur
6. KO
Disini tegangan u1 (t) yang diukur adalah tegangan pada terminal objek uji, sementara
hasil pengukutan u2 (t) berkaitan dengan kurva pada layar KO.
Waktu tanggap sistem pengukuran secara keseluruhan (Tres ) diperoleh dari waktu
tanggap (T), waktu tanggap kabel ukur koaksial (TK) dan waktu tanggap osiloskop (TKO)
teknik pengujian isolasi tak merusak

Wednesday, October 17, 2012 3:25:12 AM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN UMUM

1. Untuk mengetahui keperluan dan fungsi pengujian isolasi tak merusak


2. Menjelaskan kehilangan daya dielektrik dan faktor daya dielektrik serta pengukurannya
3. Menjelaskan pengukuran tan delta tahanan isolasi

1.2 TEORI UMUM


1. PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI
Dikelompokkan kedalam :
a. Pengujian sifat-sifat dielektrik temuan baru.
b. Pengujian untuk memeriksa kualitas isolasi peralatan listrik
c. Mengetahui ketahanan isolasi peralatan dalam memikul tegangan lebih yang terjadi
2. JENIS-JENIS PENGUJIAN
a. Pengujian tidak merusak meliputi :
• Pengukuran tahanan isolasi
• Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik
• Pengukuran korona
• Pengukuran konduktivitas
• Pemetaan medan elektrik, dsb
b. Pengujian bersifat merusak meliputi :
• Pengujian ketahanan (Withstand Test)
• Pengujian Peluahan (Discharge Test)
• Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)
3. Pengujian ketahanan (Withstand Test) : tegangan diberikan pada benda uji bertahap sampai suatu
nilai diatas tegangan normalnya. Kemudian tegangan dipertahankan tetap dalam waktu terbatas,
jika isolasi peralatan tidak tahan memikul tegangan lebih tersebut,akan terjadi arus bocor yang
besar.
4. Pengujian Peluahan (Discharge Test) : mengukur tegangan yang membuat terjadinya peluahan
pada benda uji. tegangan uji diberikan diatas tegangan pengujian ketahanan dan dinaikkan secara
bertahap sampai terjadi peluahan, hasil pengukuran dinyatakan dalam keadaan standar.
5. Pengujian kegagalan (Breakdown Test) : mengukur tegangan tembus benda uji, tegangan ini lebih
tinggi dari tegangan peluahan dan dinaikkan secara bertahap sampai benda uji tembus listrik.
6. Pengujian Tembus listrik dielektrik padat :
Tergantung durasi tegangan yang dipikul oleh dielektrik tersebut,sehingga tegangan tembusnya
tergantung waktu pengujian. Dikenal tiga metode pengujian berdasarkan ASTM D-149 yaitu :
a. Pengujian waktu singkat (short time test) : kenaikan tegangan tertentu dilakukan untuk waktu 10
– 20s.
b. Pengujian bertegangan (step by step test) : tegangan awal dipilih 50% nilai taksiran tegangan
tembus, dengan waktu tertentu secara bertahap tegangan dinaikkan sampai terjadi tembus.
c. Pengujian dengan kenaikan tegangan perlahan (slow rate of rise test) : hasil uji awal diperoleh dari
uji singkat, lalu tegangan dinaikkan perlahan hingga terjadi tembus listrik dengan syarat waktu
tembus harus lebih dari 120s

1.3 TEORI DASAR


1.3.1 KEPERLUAN DAN FUNGSI PENGUJIAN
Kegagalan - kegagalan alat-alat listrik pada waktu sedang dipakai disebabkan karena kegagalan
isolasinya dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan tinggi. Kegagalan isolasi
(insulation break down, insulation failure) ini disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi
tersebut sudah dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan mekanis, berkurangnya kekuatan
dielektrik, dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih.
Pengujian tegangan tinggi dimaksudkan untuk :
a. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat tegangan tinggi) yang
kwalitasnya tidak baik atau yang cara membuatnya salah.
b. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan normalnya untuk waktu
yang tak terbatas.
c. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat listrik dapat tahan terhadap tegangan lebih (yang
didapati dalam praktek operasi sehari-hari) untuk waktu terbatas.
Pengujian tegangan tinggi meliputi :
1. pengujian dengan tegangan tinggi ac
2. pengujian dengan tegangan tinggi dc
3. pengujian dengan tegangan tinggi impuls

1.3.2 DAYA DIELEKTRIK SERTA PENGUKURANNYA


Isolasi berfungsi untuk memisahkan bagian bagian yang mempunyai beda tegangan agar supaya
diantara bagian bagian tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flash-over) atau percikan (spark-over).
Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi
bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinyuitas sistem menjadi terganggu. Dari beberapa
kasus yang terjadi menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan dengan adanya partial
discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat, material ioslasi cair dan juga
material isolasi gas. Mekanisme kegagalan pada material isolasi padat meliputi kegagalan asasi
(intrinsik), elektro mekanik, streamer, termal dan kegagalan erosi.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme kegagalan yaitu :


• Partikel
Ketidak murnian memegang peranan penting dalam kegagalan isolasi. Partikel debu atau serat
selulosa dari sekeliling dielektrik padat selalu tertinggal dalam cairan. Apabila diberikan suatu medan
listrik maka partikal ini akan terpolarisasi. Jika partikel ini memiliki permitivitas e 2 yang lebih besar
dari permitivitas carian e 1, suatu gaya akan terjadi pada partikel yang mengarahkannya ke daerah
yang memiliki tekanan elektris maksimum diantara elektroda elektroda. Untuk partikel berbentuk
bola (sphere) dengan jari jari r maka besar gaya F adalah :
Jika partikel tersebut lembab atau basah maka gaya ini makin kuat karena permitivitas air tinggi.
Partikel yang lain akan tertarik ke daerah yang bertekanan tinggi hingga partikel partikel tersebut
bertautan satu dengan lainnya karena adanya medan. Hal ini menyebabkan terbentuknya jembatan
hubung singkat antara elektroda. Arus yang mengalir sepanjang jembatan ini menghasilkan
pemanasan lokal dan menyebabkan kegagalan.
• Air
Air yang dimaksud adalah berbeda dengan partikel yang lembab. Air sendiri akan ada dalam minyak
yang sedang beroperasi/dipakai. Namun demikian pada kondisi operasi normal, peralatan cenderung
untuk mambatasi kelembaban hingga nilainya kurang dari 10 %. Medan listrik akan menyebabkan
tetesan air yang tertahan didalam minyak yang memanjang searah medan dan pada medan yang
kritis, tetesan itu menjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang
memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.
• Gelembung
Pada gelembung dapat terbentuk kantung kantung gas yang terdapat dalam lubang atau retakan
permukaan elektroda, yang dengan penguraian molekul molekul cairan menghasilkan gas atau
dengan penguatan cairan lokal melalui emisi elektron dari ujung tajam katoda. Gaya elektrostatis
sepanjang gelembung segera terbentuk dan ketika kekuatan kegagalan gas lebih rendah dari cairan,
medan yang ada dalam gelembung melebihi kekuatan uap yang menghasilakn lebih banyak uap dan
gelembung sehingga membentuk jembatan pada seluruh celah yang menyebabkan terjadinya
pelepasan secara sempurna.

Sifat-Sifat Listrik Cairan Isolasi


Sifat sifat listrik yang menentukan unjuk kerja cairan sebagai isolasi adalah :
• Withstand Breakdown kemampuan untuk tidak mengalami kegagalan dalam kondisi tekanan listrik
(electric stress ) yang tinggi.
• Kapasitansi Listrik per unit volume yang menentukan permitivitas relatifnya.
Minyak petroleum merupakan subtansi nonpolar yang efektif karena meruapakan campuran cairan
hidrokarbon. Minyak ini memiliki permitivitas kira-kira 2 atau 2.5 . Ketidak bergantungan
permitivitas subtansi nonpolar pada frekuensi membuat bahan ini lebih banyak dipakai
dibandingkan dengan bahan yang bersifat polar. Misalnya air memiliki permitivitas 78 untuk
frekuensi 50 Hz, namun hanya memiliki permitivitas 5 untuk gelombang mikro.
• Faktor daya
Faktor dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik dan tinggi akan menentukan unjuk
kerjanya karena dalam kondisi berbeban terdapat sejumlah rugi rugi dielektrik. Faktor dissipasi
sebagai ukuran rugi rugi daya merupakan parameter yang penting bagi kabel dan kapasitor. Minyak
transformator murni memiliki faktor dissipasi yang bervariasi antara 10-4 pada 20 oC dan 10-3 pada
90oC pada frekuensi 50 Hz.
• Resistivitas
Suatu cairan dapat digolongkan sebagai isolasi cair bila resitivitasnya lebih besar dari 109 W-m. Pada
sistem tegangan tinggi resistivitas yang diperlukan untuk material isolasi adalah 1016 W-m atau
lebih. (W=ohm)

• Kekuatan Dielektrik
Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk bisa tahan terhadap
tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan. Kekuatan dielektrik ini tergantung pada sifat
atom dan molekul cairan itu sendiri. Namun demikan dalam prakteknya kekuatan dielektrik
tergantung pada material dari elektroda, suhu, jenis tegangan yang diberikan, gas yang terdapat
dalam cairan dan sebagainya yang dapat mengubah sifat molekul cairan. Dalam isolasi cairan
kekuatan dielektrik setara dengan tegangan kegagalan yang terjadi.
Dalam upaya memberikan gambaran tentang kekuatan dielektrik maka akan lebih memudahkan bila
dua dielektrik seri ditinjau. Dalam hal ini medan dianggap seragam, arus bocor diabaikan dan
konsentrasi fluks pada pinggiran juga diabaikan.

Pengujian Kualitas Minyak Transformator


1. Pengujian kekuatan elektrik minyak Transformator
Kekuatan listrik merupakan karakteristik penting dalam material isolasi. Jika kekuatan listrik rendah
minyak transformator dikatakan memiliki mutu yang jelek. Hal ini sering terjadi jika air dan pengotor
ada dalam minyak transformator. Pengujian perlu dilakukan untuk mengetahui kegagalan minyak
transformator.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji kegagalan ini antara lain:
 Jarak elektroda 2.5 mm
 Bejana dan elektroda harus benar-benar kering dan bersih setiap sebelum pengujian, elektroda
harus dicuci dengan minyak transformator yang akan diuji.
 Minyak yang akan diuji harus diambil dengan alat yang benar-benar bersih, minyak pertama yang
keluar dibuang supaya kran-kran menjadi bersih. Minyak lama pada waktu pertama alirannya
dibuang.
 Botol tempat minyak transformator ditutup dengan lilin supaya kotoran dan uap air tidak masuk.
2. Pengujian Viskositas Minyak Transformator
Viskositas minyak adalah suatu hal yang sangat penting karena minyak transformator yang baik akan
memiliki viskositas yang rendah, sehingga dapat bersirkulasi dengan baik dan akhirnya pendinginan
inti dan belitan trasformator dapat berlangsung dengan baik pula.
3. Titik Nyala (flash point)
Temperatur ini adalah temperatur campuran antara uap dari minyak dan udara yang akan meledak
(terbakar) bila didekati dengan bunga api kecil. Untuk mencegah kemungkinan timbulnya kebakaran
dari peralatan dipilih minyak dengan titik nyala yang tinggi. Titik nyala dari minyak yang baru tidak
boleh lebih kecil dari 135 oC, sedangkan suhu minyak bekas tidak boleh kurang dari 130 oC. Untuk
mengetahui titik nyala minyak transformator dapat ditentukan dengan menggunakan alat Close up
tester.
4. Pemurnian Minyak Transformator
Minyak transformator dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor seperti kelembaban,
serat, resin dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal di dalam minyak karena pemurnian yang
tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi saat pengangkutan dan penyimpanan, ketika pemakaian,
dan minyak itu sendiri pun dapat membuat pengotoran pada dirinya sendiri.

1.3.3 TAN DELTA TAHANAN ISOLASI


Pada trafo tegangan yang menggunakan minyak untuk isolasinya, minyak memiliki nilai konduktansi
yang cukup rendah dan nilai kapasitansi yang cukup tinggi, pengujian tangen delta dilakukan untuk
mengetahui besarnya nilai factor disipasi (tan delta) dan kapasitansi dari VT. Peningkatan nilai dari
kapasitansi mengindikasikan adanya kertas isolasi yang terkontaminasi oleh kelembaban,
pencemaran atau adanya pemburukan pada sistem isolasi VT.

Pengujian dengan mode GST-Ground pada VT bertujuan untuk mengetahui nilai tan delta overall
(secara umum). Tegangan uji yang digunakan adalah 2kV sampai 10 kV.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi, PT Pradnya Paramita,


Jakarta, 1994.
Gonen, Turan., Electric Power Transmission System Engineering–
Analysis and Design, Wiley-Interscience Publication, New York.
Hutahuruk, T.S., Transmisi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1985.
International Electrotechnical Commission, International Standard IEC
60502-2 – Power cables with extrunded insulation and their accessories
for rated voltages from 1 kV (Um = 1,2 kV) up to 30 kV (Um = 36 kV),
Switzerland, 2005.
Privezentsev, V., Grodnev, I., Kholodny, S., Ryazanov, I. Fundamentals
of Cable Engineering, Mir Publishers, Moskow, 1973.
Tobing, Bonggas L, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
Tobing, Bonggas L, Peralatan Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.

Anda mungkin juga menyukai