Anda di halaman 1dari 7

17

BAB II
MANAJEMEN FT
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : Mr. NHZ
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl adiyaksa
Tanggal pemeriksaan : 3 oktober 2018
2. Riwayat Penyakit
 Keluhan utama
keluhan ? “sesak nafas an pilek”
Sejak kapan ? “sejak kurang lebih 1 minggu yg lalu namun 3 hari yg lalu
sangat parah”
 Riwayat Penyakit
- gejala? “Pilek”
- bagaimana terjadi sesak nafas dan Pilek? “sesaknya sejak 7 hari yang
lalu karena cuaca dingin dan saat itu sedang kelelahan dan pulang
mengerjakan tugas malam sedangkan pileknya sangat sering. Sejak itu
sesak nafas saya semakin parah”
- batuk? Tidak
- mempunyai riwayat penyakit yang di derita sekarang? “ada, saya punya
penyakit asma”
- sejak kapan anda menderita asma? “sejak saya kecil”
- apakah keluarga anda punya penyakit yang serupa? “ iya, ibu saya juga
asma”
- keadaan seperti apa yang bisa memperberat sesak nafas anda? “ketika
cuaca dingin, malam hari , kelelahan dan Saat dekat Asap
- bagaimana anda memperingan gejalanya? “dengan istirahat dan
meminum obat”

15
17

- apakah anda mempunyai riwayat penyakit yang lain? “tidak ada”


- apakah anda pernah berobat sebelumnya untuk penyakit anda? “pernah, 3 tahun
lalu saya masuk rumah sakit karena asma saya”
- apakah anda Merokok? “tidak”
- bagaimana keadaan udara Tempat baik? “lingkungannya lumayan bersihNamun
teman-teman saya perokok dan sekarang musik kabut jadi lumayan sesak”

B. Pemeriksaan Umum
1. Vital Sign dan keadaan umum
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Denyut nadi : 85x/menit
Pernafasan : 27xmenit
Temperatur : 37 ̊ C
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 75 Kg
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Inspeksi
Statis
Wajah pasien : terlihat pucat
Pola & irama nafas : takipnea lewat hidung
Postur : kifosis
Bentuk dada : barrel chest
Sianosis :-
Kepala dan leher :-
Oedem :-
Clubbing finger :-
Dinamis
Saat berjalan pasien terlihat agak membungkuk, dan kedalaman nafas dangkal.
3. Palpasi
Otot bantu pernafasan : ada spasme pada otot trapeziuz
Suhu lokal : tidak ada peningkatan suhu lokal pada dada
Kondisi kulit perifer : pucat dan dingin
Trakea : berada di garis tengah tubuh
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada dada
Ekspasi thoraks : simetris
Vena jugularis : tidak ada pembesaran
Ekskursi thorak :
16
17

Titik Pengukuran Inspirasi Ekspirasi Selisih Selisih normal


Axilla 77 cm 76 cm 1 cm 2-3 cm
Costa 4 – 5 75 cm 73 cm 2 cm 4-5 cm
Prosesus Xipoideus 70 cm 68 cm 2 cm 7-8 cm
Interpretasi : pasien mengalami penurunan ekspansi thoraks
4. Perkusi
Lakukan perkusi dengan mengetuk tiap segmen paru dan membandingkannya antara paru
kiri dan kanan.
Anterior
1 2
3 4
5 6
7 8
Posterior
1 2
3 4
5 6
7 8

Hasil : hipersonor
5. Auskultasi
Lakukan auskultasi dengan mendengarkan lewat stetoskop tiap segmen paru dan
membandingkannya antara paru kiri dan kanan.
Anterior
Upper Lobus Kiri Upper Lobus kanan
- Middle lobus kanan
Lower lobus kiri Lower lobus kanan
Posterior
Upper Lobus Kiri Upper Lobus kanan
Middle lobus kanan
Lower lobus kiri Lower lobus kanan

17
17

Hasil : whezzing (+), Ronchi basah (+)


6. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
 Gerak aktif
Flexi shoulder : mampu full ROM, tidak ada nyeri gerak
Abbduksi shoulder : mampu full ROM, tidak ada nyeri gerak
Abd-Add Horizontal : mampu full ROM, tidak ada nyeri gerak
Ekso-endo rotasi : mampu full ROM, tidak ada nyeri gerak
Fleksi-ekstensi neck : tidak mampu full ROM, merasakan nyeri gerak
Lateral flexi : tidak mampu full ROM, merasakan nyeri gerak
Rotasi neck : tidak mampu full ROM, merasakan nyeri gerak
Fleksi-ekstensi trunk : tidak mampu full ROM, merasakan nyeri gerak
7. Pemeriksaan kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas
 Kemampuan fungsional
- Pasien kesulitan bernafas
- pasien kesulitan untuk makan dan minum karena batuk-batuk
- sering kelelahan dalam beraktifitas di kantor karena sesak nafas
8. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal
 Kognitif : pasien dapat menceritakan kronologis penyakitnya dan
Mampu melaksanakan sesuai intruksi terapis

 Intrapersonal : pasien memiliki keinginan untuk sembuh


 Interpersonal : pasien dapat bekerjasama dengan terapis dan mendapakan
dukungan keluarga

C. Pemeriksaan Spesifik
1. MMT
Deltoid :5
Scalenius :4
SCM :4
Trapezius upper :4
Pectoralis Mayor :4
2. ROM/LGS
shoulder : S. 60 ̊-0-180 ̊
F. 180 ̊-0 ̊-60 ̊
T. 30 ̊-0 - 135 ̊
R (F90). 90 ̊-0-80 ̊
Neck : S. 50 ̊-0 ̊-40 ̊
F ka-ki. 15 ̊-0 ̊- 15 ̊

18
17

R ka-ki. 60 ̊-0 ̊-60 ̊


3. Spirometri
Minta pasien untuk meanrik nafas dalam-dalam. Setelah penuh, minta pasien untuk
menutup mulut. Kemudian hembuskan sekencang-kencangnya dan semaksimal mungkin
sampai paru-paru terasa kosong.
-Forced Vital Capacity ( FVC) - Jumlah udara terbesar yang dapat pasien tiup dengan
paksa setelah pasien mengambil napas sedalam mungkin.
-Forced Expiratory Volume ( FEV1) - Jumlah udara yang bisa di tiup keluar dari paru-
paru pasien di detik pertama.
Hasil pengukuran:
- FEV1 = 60 % dari nilai prediksi
IP : Moderat COPD (FEV1 adalah 50-79% dari nilai prediksi setelah
bronkodilator)
4. Six Minutes Walking Test
Indikasi utama 6MWT adalah untuk mengukur respon pasien terhadap pengobatan
pada keadaan penyakit jantung atau paru tingkat sedang maupun berat.
Lokasi: Test ini hendaknya dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor), dilakukan
pada koridor yang panjang, datar dan lurus dengan permukaan yang keras dan jarang dilalui
orang. Panjang rute jalan setidaknya 30 meter. Tiap 3 meter dari koridor hendaknya diberi
tanda.
Persiapan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien sebelum pelaksanaan
uji ini adalah sebagai berikut:
1. Pakaian yang nyaman
2. Sepatu/alas kaki yang sesuai
3. Obat-obatan yang biasa digunakan tetap dikonsumsi
4. Makan ringan pagi atau sore sebelum dilakukan test
5. Pasien tidak melakukan aktifitas berat 2 jam sebelum memulai test.
Prosedur Pelaksanaan 6MWT
1. Tidak perlu dilakukan periode warm-up sebelum memulai test
2. Jika perlu dilakukan pengulangan latihan hendaknya dilakukan pada waktu yang
sama dengan hari sebelumnya, untuk mengurangi intraday variability
3. Pasien hendaknya duduk dikursi yang dekat dengan titik awal selama 10 menit.
Dilakukan pemeriksaan apakah ada kontraindikasi, pengukuran denyut nadi dan
tekanan darah, pastikan bahwa pakaian dan sepatu sudah tepat bagi pasien.
4. Suruh pasien berdiri dan hitung keadaan dyspnea dan fatig dengan memakai skala
Borg sebelum memulai latihan

19
17

5. Atur penghitung putaran pada posisi nol dan timer untuk 6 menit, dan bergeraklah
ke posisi start.
6. Berikan instruksi pada pasien bahwa test ini menilai seberapa jauh pasien dapat
berjalan selama 6 menit dan tidak boleh berlari. Pasien dapat memperlambat jalannya,
berhenti atau istirahat jika perlu. Contohkan pada pasien satu putaran.
7. Posisikan pasien pada garis start. Pengawas harus berdiri dekat garis start selama
latihan. Jangan berjalan bersama pasien. Segera setelah pasien mulai berjalan
hidupkan timer.
8. Jangan berbicara kepada siapapun selama test. Perhatikan pasien dan jangan lupa
untuk menghitung putaran yang telah dilalui. Pengawas dapat memberikan dorongan
semangat pada pasien tetapi bukan dorongan untuk mempercepat langkahnya.
Beritahu waktu test setiap menit ke 2, 4 dan 6 (berhenti)
9. Post test: Rekam dypsnea dan fatig paska latihan dengan skala Borg
10. Catat jumlah putaran dan berapa jauh jarak tempuh yang dicapai
11. Berikan ucapan selamat pada pasien atas usahanya dan tawarkan untuk minum
segelas air putih

Hasil pengukuran:
Skala borg
Usaha : 13
Sesak :5
Kaki lelah :5
Jarak : 500 m (dengan 1 kali berhenti pada jarak

20
17

50 m)
VO2max : 0,006 x jarak (m) + 7,36
0,006 x 500 + 7,36 = 10,38 ml/kg/mnt
METs : VO2max/3,5
10,38/3,5 = 3 ml/kg/mnt

21

Anda mungkin juga menyukai