Anda di halaman 1dari 22

DEFISIT PERAWATAN DIRI ( DPD )

Dosen

Ns. Duma Lumban Tobing, M. Kep, Sp. Jiwa

Disusun Oleh

Mahasiswa dan mahasiswi

KEPERAWATAN JIWA

D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’ JAKARTA


AGUSTUS 2017
1. Pengertian Perawatan Diri

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene adalah perawatan kebersihan diri
yang dilakukan oleh individu untuk mempertahankan kesehatannya sehingga individu
merasa nyaman dan aman. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
(Potter&Perry,2005)

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri
(Depkes, 2000)

2.Jenis-Jenis Perawatan Diri


Menurut Alimul (2006) Personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya dibagi
menjadi empat yaitu :
1. Perawatan Dini Hari.
Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun dari tidur, untuk
melakukan tindakan . seperti perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan
(urine atau feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam
melakukan makan pagi dengan melakuhan tindakan perawatan diri seperti
mencuci muka dan tangan serta menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan Pagi Hari.
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan
perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan
perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku,
dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
3. Perawatan Siang Hari.
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan
atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang
dapat dilakukan antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut,
merapikan tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan
kesehatan pasien.
4. Perawatan Menjelang Tidur.
Perawatan diri yang dilakukan pada saat rnenjelang tidur agar pasien dapat tidur
atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci tangan
dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.

3.Faktor yang mempengaruhi pemenuhan perawatan diri

Faktor Predisposisi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003) faktor predisposisi deficit perawatan diri adalah:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri
c. Kemampuan Psikologis menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. Masalah psikologi
tersebut contohnya harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat
diri, body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri, misalnya individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi l
ingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, gangguan kognitif
atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

4.pengertian defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria,
2009)

Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan
alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor;
2) Rambut dan kulit kotor;
3) Kuku panjang dan kotor;
4) Gigi kotor disertai mulut bau;
5) penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif;
2) Menarik diri, isolasi diri;
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang;
2) Kegiatan kurang;
3). Tidak mampu berperilaku sesuai norma;
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.
5. ASKEP DEFISIT PERAWATAN DIRI
Kasus 2 :

Ketika menjalani tahun pertama di jurusan S1 Informatika, klien merasa tidak mampu menjalani
perkuliahan. Pikiran negatif terus bermunculan, membuat

Karena terus merasa dipojokkan oleh lingkungan, klien berusaha melindungi dirinya dengan cara
menghindari kontak dengan orang lain, seminimal mungkin klien terlibat dalam komunikasi.

Klien lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya, tidur dengan kondisi kamar yang gelap.
Mengatakan malas untuk keluar rumah apalagi kuliah dan mengerjakan tugas. Akibatnya, semester 1
klien gagal, klien semakin menunjukkan perilaku menyendiri, sudah tidak memperhatikan penampilan
diri, jarang mandi, wajah pucat, kurus dan malas berganti pakaian.

A. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi
 klien merasa tidak akan pernah bisa membahagiakan ibunya.
 Klien sangat jarang berkomunikasi
 Ketika menjalani tahun pertama di jurusan S1 Informatika, klien merasa tidak mampu
menjalani perkuliahan
 Semester 1 klien gagal

2. Stressor Presipitasi
 Keluarga beranggapan bahwa klien laki-laki yang “cengeng” tidak tahan terhadap “ujian
hidup
 Ketika menjalani tahun pertama di jurusan S1 Informatika, klien merasa tidak mampu
 Klien terus merasa dipojokkan lingkungan

3. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala defisit perawatan diri pada TN.X :

 Klien tidak memperhatikan penampilan diri


 Klien jarang mandi dan malas berganti pakaian
 Klien terlihat pucat dan kurus
 Klien lebih sering menghabiskan waktunya di kamar

4. Sumber Koping
Klien tidak mempunyai sumber koping yang mumpuni
5. Mekanisme Koping
Klien memiliki mekanisme koping jangka panjang dan maladaptif

B. Analisa Data

No Data Fokus Masalah


1 DS : - Defisit Perawatan Diri
DO :
 Klien lebih sering menghabiskan waktu di
kamarnya, tidur dengan kondisi kamar yang
gelap
 Klien sudah tidak memperhatikan
penampilan diri, jarang mandi dan malas
berganti pakaian
 Klien terlihat kurus dan wajahnya pucat

2 DS : Harga Diri Rendah


 Klien merasa tidak mampu menjalani
perkuliahan
 Klien berpikiran negatif terus sehingga klien
merasa tidak akan pernah bisa
membahagiakan ibunya
 Klien mengatakan malas untuk keluar
rumah apalagi kuliah dan mengerjakan
tugas
DO :
 Klien berusaha melindungi dirinya dengan
cara menghindari kontak dengan orang lain
 Klien semakin menunjukkan perilaku
menyendiri

3 DS : Isolasi sosial
 Klien merasa di pojokkan oleh lingkungan
 Keluarga klien beranggapan bahwa klien
laki-laki yang “cengeng” tidak tahan
terhadap “ujian hidup”
DO :
 Klien berusaha melindungi dirinya dengan
cara menghindari kontak dengan orang lain
 Klien jarang terlibat dalam komunikasi
 Klien lebih sering menghabiskan waktu di
kamarnya, tidur dengan kondisi kamar yang
gelap
 Klien semakin menunjukkan perilaku
menyendiri
4 DS : - Risiko Halusinasi
DO :
 Klien jarang terlibat dalam komunikasi
 Klien semakin menunjukkan perilaku
menyendiri
C. Pohon Masalah

Effect …………. Resiko Halusinasi

Core Problem …………. Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri


DiriDiri

Causa ………… Harga Diri Rendah

D. Diagnosa Keperawatan
1. Dx : Defisit Perawatan Diri
2. Dx : Harga Diri Rendah
3. Dx : Isolasi Sosial
4. Dx : Risiko Halusinasi
E. NCP (Nursing Care Plan)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama Klien : Tn. X DX Medis : …………………..

RM No. : …………………… Ruangan : …………………..

Perencanaan
No Dx
Tgl
Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit TUM: Klien mampu


perawatan diri merawat dirinya
secara mandiri dan
kontinu

TUK:

1. Klien dapat 1. Dalam 2 kali interaksi 1. Bina hubungan saling percaya :


membina klien menunjukkan
hubungan saling tanda-tanda percaya  Beri salam setiap berinteraksi.
percaya dengan  Perkenalkan nama, nama
kepada perawat:
perawat panggilan perawat dan tujuan
o Wajah cerah, perawat berkenalan
tersenyum  Tanyakan nama dan panggilan
o Mau berkenalan kesukaan klien
o Ada kontak mata  Tunjukkan sikap jujur dan
o Menerima menepati janji setiap kali
kehadiran perawat berinteraksi
o Bersedia  Tanyakan perasaan dan masalah
menceritakan yang dihadapi klien
perasaannya  Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan ungkapan perasaan
klien dengan empati
 Penuhi kebutuhan dasar klien
2. Klien mengetahui 2. Dalam 2 kali interaksi 2. Diskusikan dengan klien:
pentingnya klien menyebutkan:
 Penyebab klien tidak merawat diri
perawatan diri
o Penyebab tidak  Manfaat menjaga perawatan diri
merawat diri untuk keadaan fisik, mental, dan
o Manfaat menjaga sosial.
perawatan diri  Tanda-tanda perawatan diri yang
o Tanda-tanda baik
bersih dan rapi  Penyakit atau gangguan
o Gangguan yang kesehatan yang bisa dialami oleh
dialami jika klien bila perawatan diri tidak
perawatan diri adekuat
tidak
diperhatikan
3. Klien mengetahui 3.1. Dalam 3 kali interaksi 3.1. Diskusikan frekuensi menjaga
cara-cara klien menyebutkan perawatan diri selama ini
melakukan frekuensi menjaga  Mandi
perawatan diri perawatan diri:  Gosok gigi
 Keramas
o Frekuensi mandi  Berpakaian
o Frekuensi gosok  Berhias
gigi  Gunting kuku
o Frekuensi 3.2.Diskusikan cara praktek perawatan
keramas
diri yang baik dan benar :
o Frekuensi ganti
pakaian  mandi
o Frekuensi berhias  gosok gigi
o Frekuensi  Keramas
gunting kuku  Berpakaian
3.2. Dalam 3 kali interaksi  Berhias
klien menjelaskan  Gunting kuku
cara menjaga 3.2. Berikan pujian untuk setiap respon
perawatan diri: klien yang positif
o Cara mandi
o Cara gosok gigi
o Cara Keramas
o Cara Berpakaian
o Cara berhias
o Cara gunting
kuku
4. Klien dapat 4. Dalam 4 kali interaksi 4.1.Bantu klien saat perawatan diri :
melaksanakan klien mempraktekkan
perawatan diri perawatan diri dengan  Mandi
dengan bantuan dibantu oleh perawat:  Gosok gigi
perawat  Keramas
o Mandi  Ganti pakaian
o Gosok gigi  Berhias
o Keramas  Gunting kuku
o Ganti pakaian 4.2. Beri pujian setelah klien selesai
o Berhias melaksanakan perawatan diri
o Gunting kuku
5. Klien dapat 5. Dalam 5 kali interaksi 5.1. Pantau klien dalam melaksanakan
melaksanakan klien melaksanakan perawatan diri:
perawatan diri praktek perawatan diri
secara mandiri secara mandiri  Mandi
 Gosok gigi
o Mandi 2 X sehari  Keramas
o Gosok gigi  Ganti pakaian
sehabis makan  Berhias
o Keramas 2 X  Gunting kuku
seminggu 5.2. Beri pujian saat klien melaksanakan
o Ganti pakaian 1 X perawatan diri secara mandiri.
sehari
o Berhias sehabis
mandi
o Gunting kuku
setelah mulai
panjang
6. Klien 6.1. Dalam 2 kali interaksi 6.1 Diskusikan dengan keluarga:
mendapatkan keluarga menjelaskan
dukungan cara-cara membantu  Penyebab klien tidak
melaksanakan perawatan diri
keluarga untuk klien dalam memenuhi
meningkatkan kebutuhan perawatan  Tindakan yang telah dilakukan
klien selama di rumah sakit dalam
perawatan diri dirinya
menjaga perawatan diri dan
6.2. Dalam 2 kali interaksi kemajuan yang telah dialami oleh
keluarga menyiapkan klien
sarana perawatan diri  Dukungan yang bisa diberikan
klien: sabun mandi, oleh keluarga untuk
pasta gigi, sikat gigi, meningkatkan kemampuan klien
shampoo, handuk, dalam perawatan diri
pakaian bersih, sandal, 6.2. Diskusikan dengan keluarga tentang:
dan alat berhias
 Sarana yang diperlukan untuk
6.3. Keluarga menjaga perawatan diri klien
mempraktekan  Anjurkan kepada keluarga
perawatan diri pada menyiapkan sarana tersebut
klien 6.3. Diskusikan dengan keluarga hal-hal
yang perlu dilakukan keluarga dalam
perawatan diri :

 Anjurkan keluarga untuk


mempraktekkan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas, ganti
baju, berhias dan gunting kuku)
 Ingatkan klien waktu mandi, gosok
gigi, keramas, ganti baju, berhias,
dan gunting kuku.
 Bantu jika klien mengalami
hambatan dalam perawatan diri
 Berikan pujian atas keberhasilan
klien

F. Strategi Pelaksanaan
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) INDIVIDU

A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Klien merasa tidak mampu menjalani perkuliahan
 Klien berpikiran negatif terus sehingga klien merasa tidak akan pernah bisa
membahagiakan ibunya
 Klien merasa di pojokkan oleh lingkungan
 Klien mengatakan malas untuk keluar rumah apalagi kuliah dan mengerjakan tugas
 Keluarga klien beranggapan bahwa klien laki-laki yang “cengeng” tidak tahan terhadap
“ujian hidup”

Data objektif :

 Klien berusaha melindungi dirinya dengan cara menghindari kontak dengan orang lain
 Klien jarang terlibat dalam komunikasi
 Klien lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya, tidur dengan kondisi kamar yang
gelap
 Klien semakin menunjukkan perilaku menyendiri
 Klien sudah tidak memperhatikan penampilan diri, jarang mandi dan malas berganti
pakaian
 Klien terlihat kurus dan wajahnya pucat

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Umum
Klien mampu merawat dirinya secara mandiri dan kontinu

4. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien mengetahui pentingnya kebersihan diri
c. Klien mengetahui cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri secara bertahap
e. Klien dapat menentukan / menyusun jadwal kegiatan harian

5. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
d. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
e. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Silfiana Ningsih, biasa dipanggil Silfi. Saya
mahasiswa D3 UPN Veteran Jakarta yang akan dinas di ruangan ini selama 2 minggu. Hari
Saya akan merawat bapak dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Nama bapak siapa?”
“Senangnya di panggil apa?”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Tidurnya nyenyak?”
c. Kontrak
Topik :
“Kok dari tadi suster liat bapak menggaruk-garuk badannya, gatal ya? Bagaimana kalau kita
membicarakan tentang kebersihan diri, setelah itu kita mempraktekkannya. Apakah Bapak
bersedia?”
Tujuan :
“Tujuannya adalah agar bapak dapat mengetahui apa itu kebersihan diri dan bagaimana
cara mempraktekannya.”
Waktu :
“Mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat :
“Bapak ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau ditaman?”

2. Fase Kerja
“Berapa kali Bapak mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini?”
“Menurut Bapak apa kegunaannya mandi ?”
“Menurut BAPAK apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan
gatal, mulut bau, apa lagi...?”
“Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Bapak yang bisa
muncul ? Betul ada kudis, kutu...dsb.”
“Berapa kali bapak makan sehari? Lalu apa yang dilakukan setelah makan? Betul, kita harus
sikat gigi setelah makan.”
“Di mana biasanya bapak berak/kencing? Bagaimana membersihkannya? Iya, kita kencing dan
berak harus di WC, Nah itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan
sabun”.
“Menurut bapak kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan? Benar sekali..bapak perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo
dan sabun serta sisir”.
“Nah sekarang ayo kita coba mempraktekkan caranya mandi, pura – pura saja dulu pak.
Sekarang coba bapak siram seluruh tubuh, termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan
pada kepala sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Nah seperti itu. Selanjutnya ambil sabun,
gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa
sikat gigi pakai odol. giginya disikat secara bulat- bulat ya pak. Gosok seluruh gigi mulai dari
depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh
tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Selanjutnya bapak pakai baju dan sisir
rambutnya dengan baik.”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba mempraktekannya ke kamar mandi, suster akan
membantu bapak melakukannya. Apa bapak masih ingat apa yang suster ajarkan?”
“Nah bapak bagus sekali melakukannya.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif :
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan
diri tadi ?
“Bagaimana perasaan bapak setelah mandi dan mengganti pakaian ?”
Objektif :
“coba bapak sebutkan lagi kenapa kita harus membersihkan diri? Lalu bagaimana
caranya?”
“Coba bapak sebutkan dan praktekkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah
di lakukan tadi ?”
b. Rencana tindak lanjut
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Mau berapa kali bapak
melakukannya? Bagus, 2 kali. Jam berapa bapak mau melakukannya? Baik pak, nanti beri
tanda kalau sudah dilakukan, M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan )
kalau disuruh dan T ( tidak melakukan) kalau tidak dilakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :

“Baik lah pak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara makan yang
baik. Apakah bapak bersedia?”

Waktu :

“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?”

Tempat :

“Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah
pak besok saya akan kesini jam 10.00 sampai jumpa besok pak. Saya permisi. Selamat
pagi”

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2) INDIVIDU

A. Proses Keperawatan.
1. Tujuan Umum
Klien mampu merawat dirinya secara mandiri dan kontinu

2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menunjukkan jadwal kegiatannya
b. Klien mengetahui cara makan yang baik
c. Klien dapat mempraktekkan cara makan yang baik secara bertahap
d. Klien dapat menentukan / menyusun jadwal kegiatan harian

3. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, apakah bapak masih ingat dengan saya?”
“Sesuai janji saya kemarin, saya datang lagi.”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Tidurnya nyenyak?”
“Apakah bapak sudah mempraktekkan cara mandi yang saya ajarkan kemarin? Boleh saya
lihat jadwal kegiatan bapak? Wah ternyata sudah dilakukan semua ya, mulai besok
ditingkatkan lagi ya pak, kalau bisa jangan tunggu disuruh dulu.”
“Lalu apa manfaat yang bapak rasakan dengan melakukan kegiatan mandi secara
terjadwal?”
c. Kontrak
Topik :
“Sekarang kita akan lanjutkan kegiatan yang kedua. Hari ini kita mau latihan cara makan
yang baik. Bapak bersedia?”
Tujuan :
“Tujuannya adalah agar bapak dapat mengetahui dan mempraktekkan bagaimana cara
makan yang baik”
Waktu :
“Mau berapa lama kita mengobrol? Bagaimana kalau 15 menit?”
Tempat :
“Kita mengobrol disini saja ya pak”
2. Fase kerja
“sebelum kita mulai, suster mau tanya dulu. Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun
setelah makan? Dimana bapak biasanya makan?”
“jadi sebelum makan kita harus mencuci tangan menggunakan sabun dulu. Mari suster
ajari. Nah seperti itu, coba ulangi lagi. Bagus sekali pak.”
“sebelum makan sebaiknya kita berdoa dulu. Ayo ikuti suster. Nah seperti itu, coba ulangi
lagi. Bagus sekali pak”
“setelah itu baru kita mulai makan. Saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu
dengan pelan-pelan. Coba liat bagaimana suster melakukannya. Nah seperti itu ya pak.”
“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor dan kita akhiri dengan cuci
tangan.”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba mempraktekannya ke ruang makan, suster akan
membantu bapak melakukannya. Apa bapak masih ingat apa yang suster ajarkan?”
“Nah bapak bagus sekali melakukannya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif :
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita belajar cara makan tadi ?
“Bagaimana perasaan bapak setelah makan dengan baik ?”
Objektif :
“coba bapak sebutkan lagi cara makan yang baik?”
“Coba bapak sebutkan dan praktekkan lagi apa saja cara-cara makan yang baik yang sudah
bapak lakukan tadi ?”
b. Rencana tindak lanjut
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Mau berapa kali bapak
melakukannya? Bagus, 3 kali. Jam berapa bapak mau melakukannya? Baik pak, nanti beri
tanda kalau sudah dilakukan, M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan )
kalau disuruh dan T ( tidak melakukan) kalau tidak dilakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :

“Baik lah pak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara buang air yang
baik. Apakah bapak bersedia?”

Waktu :

“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 9.00?”

Tempat :

“Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di kamar saja? Baiklah
pak besok saya akan kesini jam 9.00 sampai jumpa besok pak. Saya permisi. Selamat pagi”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) INDIVIDU

A. Proses Keperawatan.
1. Tujuan Umum
Klien mampu merawat dirinya secara mandiri dan kontinu

2. Tujuan Khusus
e. Klien dapat menunjukkan jadwal kegiatannya
f. Klien mengetahui cara BAB dan BAK yang baik
g. Klien dapat mempraktekkan cara BAB dan BAK yang baik secara bertahap
h. Klien dapat menentukan / menyusun jadwal kegiatan harian

3. Tindakan Keperawatan.
e. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
f. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
g. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
h. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, apakah bapak masih ingat dengan saya?”
“Sesuai janji saya kemarin, saya datang lagi.”
d. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Tidurnya nyenyak?”
“Apakah bapak sudah mempraktekkan cara makan yang saya ajarkan kemarin? Boleh saya
lihat jadwal kegiatan bapak? Wah ternyata sudah dilakukan semua ya, mulai besok
ditingkatkan lagi ya pak, kalau bisa jangan tunggu disuruh dulu.”
“Lalu apa manfaat yang bapak rasakan dengan melakukan kegiatan makan secara
terjadwal?”
e. Kontrak
Topik :
“Sekarang kita akan lanjutkan kegiatan yang ketiga. Hari ini kita mau latihan cara BAK dan
BAB yang baik. Bapak bersedia?”
Tujuan :
“Tujuannya adalah agar bapak dapat mengetahui dan mempraktekkan bagaimana cara BAB
dan BAK yang baik”
Waktu :
“Mau berapa lama kita mengobrol? Bagaimana kalau 15 menit?”
Tempat :
“Kita mengobrol disini saja ya pak”

2. Fase kerja
“Dimana biasanya bapak BAB dan kencing? Benar pak, berak atau kencing yang baik itu di
WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya” “Sekarang, coba bapak
jelaskan kepada saya bagaimana cara bapak cebok?” “Sudah bagus ya Tono, yang perlu
diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang
bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”
“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing
seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada
pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian
sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi ,
lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba mempraktekannya ke kamar mandi, suster akan
membantu bapak melakukannya. Apa bapak masih ingat apa yang suster ajarkan?”
“Nah bapak bagus sekali melakukannya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif :
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita belajar cara BAB dan BAK tadi ?
“Bagaimana perasaan bapak setelah BAB dan BAK dengan baik ?”
Objektif :
“coba bapak sebutkan lagi cara BAB dan BAK yang baik?”
“Coba bapak sebutkan dan praktekkan lagi apa saja cara-cara BAB dan BAK yang baik yang
sudah bapak lakukan tadi ?”
b. Rencana tindak lanjut
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Mau berapa kali bapak
melakukannya? Boleh, 2 kali. Jam berapa bapak mau melakukannya? Baik pak, nanti beri
tanda kalau sudah dilakukan, M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan )
kalau disuruh dan T ( tidak melakukan) kalau tidak dilakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :

“Baik lah pak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara berhias yang
baik. Apakah bapak bersedia?”

Waktu :

“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15.00?”

Tempat :

“Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah
pak besok saya akan kesini jam 15.00 sampai jumpa besok pak. Saya permisi. Selamat
pagi”

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) KELUARGA

A. Proses Keperawatan.
1. Tujuan Umum
Keluarga Klien mampu memahami defisit perawatan diri

2. Tujuan Khusus
a. Keluarga klien dapat terbuka akan masalah yang dirasakan selama merawat klien
b. Keluarga klien mengetahui pengertian, tanda dan gejala, dan jenis defisit perawatan
diri yang dialami klien
c. Keluarga klien memahami cara merawat pasien defisit perawatan diri

3. Tindakan Keperawatan.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri

B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bapak dan Ibu, saya Silfi, perawat yang merawat Anak bapak”
b. Evaluasi / validasi
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak,?”
c. Kontrak
Topik :
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami anak bapak dan
bantuan apa yang dapat diberikan.”
Tujuan :
“tujuannya adalah ibu dan bapak paham apa sebenarnya masalah yang sedang dialami
anak bapak.”
Waktu :
“Berapa lama waktu Bapak dan Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat :
“bagaimana kalau kita mengobrol di kantor perawat? Bapak dan ibu bersedia?”
2. Fase Kerja
“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat anak kalian ?” Perawatan
diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK. “Perilaku
yang ditunjukkan oleh anak bapak itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat
pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ;
untuk kebersihan diri, kami telah melatih untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran,
ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-
alatnya. Anak bapak juga telah mempunyai jadwal pelaksanaanya untuk berdandan,
karena anak Bapak/ Ibu laki-laki, maka kami harapkan agar tidak lupa untuk selalu
bercukur. Untuk makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, anak bapak telah
mengetahui lanhkah langkahnya : Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang
rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan. Sebaiknya makan pas jam makan obat,
agar sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk BAB dan BAK, dirumah ada WC
Bapak/Ibu ?Iya..., anak bapak juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau anak
bapak kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan? Bapak juga perlu
mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah ia sudah
bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif :
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap?”
Objektif :
“Coba bapak/ibu sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu
anak Bapak dalam merawat diri. Dan coba tolong diulangi lagi apa yang telah saya
jelaskan tadi”
b. Rencana tindak lanjut
“baiklah nanti apa yang telah saya anjurkan dapat mulai dilaksanakan, seperti
menyiapkan peralatan anak bapak untuk merawat dirinya selama dirumah nanti”

“Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada anak Anda.”

c. Kontrak yang akan datang


Topik :
Topik :

“Baik lah pak bagaimana kalau besok kita mempraktekkan cara merawat anak
bapak yang telah saya sebutkan tadi. Apakah bapak bersedia?”

Waktu :

“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00?”

Tempat :

“Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?


Baiklah pak besok saya akan kesini jam 11.00 sampai jumpa besok pak. Saya
permisi. Selamat pagi”
Daftar Pustaka

 Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan


keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI.
 Perry, Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC
 Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
 Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika
 Tarwoto dan Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia : Jakarta
 Yusuf, Ah dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.
 Stuart, Gail W. 2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Elseveir : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai