Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR ESENSIAL YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Ada enam faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran, yaitu:

A. Passanger
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor yakni: ukuran kepala
janin,presentasi,letak,sikap,posisi dan plasenta.
Karena plasenta juga harus melalu jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang
yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang mengambat proses persalinan pada
kelahiran normal.

1. Ukuran kepala janin


Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepala janin sangat
mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang
parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal,dan satu tulang oksipital.
Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa :
sagitalis,lamdoidalis,koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini
disebut fontanel , terletak ditempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam
persalinan, setelah selaput ketuban pecah pada periksa dalam fontanel dan
sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi , posisi dan sikap janin.
Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru
lahir.
Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior.
Fontanel yang lebih besar,yakni fontanel anterior, berbentuk seperti intan dan
terletak pada pertemuan sutura sagitalis , koronalis, dan frontalis. Fontanel ini
menutup pada usia 18 bulan . fontanel posterior trerletak dipertemuan sutura
dua tulang parietal dan satu tulang oksipital dan berbentuk segitiga. Fontanel
ini menutup pada usia enam sampai 8 minggu.
Sutura dan fotanel membuat tengkorak fleksibel , sehingga dapat
menyesuaikan diri terhadap otak bayi yang beberapa lama setelah lahir terus
bertumbuh. Akan, tetapi karena belum menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini
dapat saling tumpang tindih. Hal ini disebut molase , struktur kepala yang
berbentuk selama persalinan. Molase dapet berlangsung berlebihan tetapi pada
kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam tiga hari
setelah lahir.

2. Presentasi janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul
dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi
janin yang utama ialah kepala 96% sungsang (bokong lebih dahulu) 3% dan
bahu 1%. Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang pertama kali
teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor-faktor yang
menentukan bagian presentasi adalah letakl janin,sikap janin,dan ekstensi atau
fleksi kepala janin.

3. Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak (1)memanjang atau
vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu dan
(2) melintang atau horisontal dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa prsentasi kepala
atau presentasi sakrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada struktur
janin yang pertama memasuki panggul ibu.

4. Sikap janin
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain.
Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saatb berada didalam rahim. Hal
ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal
punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada dan paha fleksi ke
arah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan disilangkan didepan
toraks dan tali pusat terletak antara lengan dan tungkai.
Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin. Diameter
sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki panggul sejati dengan
mudah.

5. Posisi janin
Presentasi atau bagian presentaasi menunjukkan bagian janin yang menempati
pintu atas panggul. Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi
(oksiput,sakrum,mentum[dagu],sinsiput[puncak kepala yang
defleksi/menengadah),terhadap empat kuadran panggul ibu. Posisi dinyatakan
dengan singkatan yang terdiri dari huruf pertama masing-masing kata kunci.
Engagement menunjukkan bahwa diameter transversa terbesar bagian
presentasi telah memasuki pintu atas panggul sejati. Stasiun adalah hubungan
antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik
dari spina iskiadika ibu.

6. Plasenta
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari lapisan
trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk
melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri
selmaa kehidupan intrauterine. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas
keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin Karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak atau sebaliknya.

Struktur Plasenta
1. Bagian janin/permukaan fetal (fetal portion)
Cirri-ciri permukaan fetal
Terdiri permukaan fetal:
· Terdiri dari vili
· Menghadap ke janin
· Warnanya keputih putihan dan licin karena tertutup oleh amnion. Di
bawah amnion Nampak pembuluh-pembuluh darah
2. Bagian ibu/permukaan maternal (maternal portion)
Cirri-ciri permukaan maternal:
· Terdiri dari desidua compacta dan sebagian desidua spongiosa yang kelak
ikut lepas dengan plasenta
· Menghadap ke dinding rahim
· Warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah. Plasenta terdiri dari 16-20
kotiledon
· Permukaa kasar beralur-alur
3. Letak Plasenta
Letak plasenta pada umunya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak
kea rah fundus uteri. Hal ini fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas , sehingga lbih banyak tempat berimplantasi
4. Bentuk dan ukuran plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter 15-20cm, tebal 2-3 cm
dan beratnya ± 500 gram. Panjang tali pusat 30-100 cm, terdiri dari :2 arteri dan
1 vena (arteri mengandung darah kotor dan vena mengandung darah bersih)
Biasanya plasenta akan terbentuk lengkap pada usia kehamilan kira-kira 16
minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim. Meskipun
ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kea rah korion, anmun
amnion hanya menempel saja tidak sampai melekat pada korion.
B. Passange Away
1. Tulang panggul
Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium,iskium,pubis, dan tulang-tulang
sakrum. Terdapat empat sendi panggul yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka
kiri dan kanan dan sendi sakrokoksigeus. Tulang panggul dipisahkan oleh
pintu atas panggul menjadi dua bagian : panggul palsu dan panggul sejati.
Panggul palsu adalah bagian diatas panggul dan tidak berkaitan dengan
persalinan. Panggul sejati dibagi menjadi tiga bidang pintu atas atau
permukaan atas,panggul tenah atau rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
Bagian anterior pintu atas panggul, yakni batas atas panggul sejati, dibentuk
oleh tepi atas tulang pubis: bagian lateralnya dibentuk oleh linea iliopektinea,
yakni sepanjang tulang inominata dan bagian posteriornya dibentuk oleh
bagian anteriror tepi atas sakrum dan promontorium sakrum.

2. Jenis panggul
Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut :
a. Ginekoid (tipe wanita klasik) : panggul yang paling ideal dimana
diameter anteroposterior sama dengan diameter transvera bulat, jenis
ini ditemukan pada 45% wanita.
b. Android (mirip panggul pria): bentuk pinggul atas hamper segitiga.
Umumnya pada panggul pria. Panjang diameter transvera dekat dengan
sacrum. Pada wanita ditemukan sekitar 15%
c. Antropoid (mirip panggul kera antropoid): bentuk pintu atas panggul
agak lonjong seperti telur panjang diameter anteroposterior lebih besar
daripasa diameter transvera. Jenis ini ditemukan pada 35%wanita
d. Platipeloid (panggul pipih): merupakan panggul picak. Diameter
transversa. Lebih besar daripada diameter anteroposterior, menyempit
arah muka belakang jenis ini ditemukan pada 5%wanita.

3. Ukuran panggul
Ukuran panggul dapat di peroleh dengan cara :
 Pengukuran secara klinis
Pintu atas panggul (PAP)
Dengan 2 jari ialah jari telunjuk dan jari tengah ,melalui konkavitas dari sacrum
,jari tengah di gerakkan ke atas sampai dapat meraba prontorium .Sisi radial dari
jari telunjuk di tempelkan pada pinggir bawah syimphisis dan tempat ini di
tandai dengankuku jari telunjuk tangan kri .Promontorium hanya bisa tercapai
oleh jari kita dengan pemeriksaan dalam pada panggul yang sempit .Pada
panggul dengan ukuran normal ,promontorium tidak tercapai,ini menandakan
bahwa CV cukup besar .Hal ini dapat di ketahui dengan.
a. Pemeriksaan luar
Kalau kepala dengan ukuran terbesarnya sudah melewati PAP maka hanya
sebagian kecil saja dari kepal yang dapat di raba dari luar symphisis .Kedua
tangan yang di letakkan pada pinggir bagian kepala ini divergent .
b. Pemeriksaan dalam
Bagian terendah kepala sampai spina ischiada atau lebih rendah .
 Bidang tengah panggul
Ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diukur secara klinis danmemerlukan
pengukuran rontgenologis
 Bidang bawah panggul
Diameter tranversa ,diameter sagitalis posterior dan anterior dapat di ukur
dengan pelvimeter dari thoms.Pengukuran ini adalah pangukuran yang kasar
karena tuber ischii tertutup oleh lapisan otot dan lemak yang berbeda tebalnya
dari orang ke orang .
 Pelvimetri rontgenologis
 Pita meter
 Jangka panggul

4. Jaringan lunak
Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat
merengang, serviks,otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar
vagina).
Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri.
Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah
menjadi dua bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah
yang berotot pasif dan berbinding tipis. Segmen bawah uterus secara bertahap
membesar karena mengakomodaasi isi dalam lahir, sedangkan bagian atas
menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri
menyebabkan janin tertekan ke bawah terdorong ke arah serviks.
Serviks kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga
memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat
turun serviks ditarik keatas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin.
Dasar panggul adalah lapisan otot yang memisahkan rongga panggul dibagian
atas dari ruang perineum dibawahnya. Struktur ini membantu janin berotasi ke
arah interior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian mengembang.
Sehingga memungkinkan janin ke dunia luar.
5. Bidang Hodge
Ukuran menentukan berapa jauhnya bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul ,maka hodge telah menentukan beberapa bidang khayalan dalam
panggul .
a. H I : sama dengan pintu atas panggul
b. H II :sama dengan H I melalui pinggir bawah synphisis
c. H III:sama dengan H I melalui spina isciadica
d. H IV :sama dengan H I melalui ujung os coccyges

C. Power
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter yang disebut
kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berditalasi usaha
volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder yang memperbesar
kekuatan involunter.
1. Primer
Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada
penebalan lapisan otot disegmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu kontraksi
dihantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang diselingi periode
istirahat singkat.
Kekuatan primer membuat serviks menipis dan berditalasi dan janin turun.
Effacement (penipisan) serviks adalah pemendekkan dan penipisan seviks
selama tahap pertama persalinan. Seeviks yang dalam kondisi normal memiliki
panjang 2-3cm dan tebal sekitar 1cm, terangkat ke atas karena terjadi
pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada
tahap akhir persalinan.
Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran dan saluran serviks yang
terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1cm sampai
dilatasi lengkap (10cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan.
2. Sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah yakni bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin mengedan.
Usaha mendorong ke bawah dibantu dengan usaha volunter yang sama dengan
yang dilakukan saat buang air besar. Namun dalam usaha mendorong keluar ini,
digunakan seperangkat otot dengan jenis yang berbeda-beda.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari
uterus ke vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan usaha volunter
terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan
menimbulkan trauma serviks.

D. HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut
didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
1. Karakteristik HIS
a. His pendahuluan
Tidak teratur dan tidak kuat menyebabkan timbulnya “show” atau lendir
darah
b. His kala I
Pembukaan menjadi lengkap, his mulai teratur dan lebih kuat dan ibu
merasa sakit
c. His kala II
His sangat kuar, lebih teratur dan lebih lama sehingga sangat berguna
untuk mempercepat keluar janin
d. His kala III
Kontraksi menurun dan tidak seberapa ibu merasa sakit karena berguna
untuk mengeluarkan plasenta
e. His kala IV
Kontraksi berangsur-angsur melemah
2. Perubahan-perubahan akibat his
a. Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air
ketuban dan tekanan interauterun naik serta menyebabkan serviks
menjadi datar (effacement) dan terbuka (dilatasi)
b. Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga ada kenaikan
nadi dan tekanan darah
c. Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang. Maka timbul
hipoksia janin, denyut nadi janin melambat (brakirkardi) dan kurang
jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis

E. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi
rasa nyaman , dan memperbaiki sirkulasi.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi
uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi
serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggep
mengurangi insiden penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi uterus mengembalikan darah ke
anyaman pembuluh darah.
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar
panggul merangsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan
merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior (reflek ferguson). Pelepasan
oksitosin menambah intesitas kontraksi uterus. Apa bila ibu mengedan pada posisi
duduk atau berjongkok otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan)
dengan kontraksi rahim.

F. Psychologic Respons (Psikologis)


Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif, persiapan
persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni &\ Wahyu, 2013).
Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau
menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon
fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin.
Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).
Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis ibu, emosi,
dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat;
Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

G. Penolong Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
ibu (JNPK-KR, 2007). Penolong pesalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan
antenatal care. Manuaba (2001) peningkatan pelayanan antenatal, penerimaan gerakan
keluarga berenana, melaksanakan persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan
obstetric esensial dan darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang
aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk
memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009). Pelayanan pertolongan
persalinan adalah suatu bentuk pelayanan terhadap persalinan ibu melahirkan yang dilakukan
oleh penolong persalinan baik oleh tenakes seperti dokter dan bidan atau non tenakes seperti
dukun.

Jenis-jenis penolong persalinan adalah :

1. Dukun

Pengertian dukun biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas, pekerjaan ini
turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini
(Wiknjosastro, 2007). Menurut Syafrudin (2009), jenis dukun terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Dukun terlatih : Dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan
telah dinyatakan lulus.
b. Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau
dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. penolong persalinan oleh
dukun mengenai pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan,
persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena atau apabila timbul komplikasi ia
tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut
menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang profesional. Berbagai kasus
sering menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu dan anak
(Wiknjosastro, 2005). Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang
sangat dipercayai di kalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya
bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka
lakukan, sangat diakui oleh masyarakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang
jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman
dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun atau lebih dikenal dengan bidan
kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat terbatas
karena didapatkan secara turun temurun (tidak berkembang) (Meilani dkk, 2009).
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga
kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga
mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan, selain itu dapat juga
mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta
pertolongan pada bidan. Dukun yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi
kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun dalam mengurangi angka kematian dan
angka kesakitan (Wiknjosastro, 2005).

2. Bidan

Definisi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan 2007 adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah
(lisensi) untuk

melakukan praktik bidan. Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas
penting dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas dan menolong
persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir (prenatal care) (Wiknjosastro,2005). Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan deteksi
kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medic dan melaksanakan
tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medic. Dia mempunyai tugas penting
dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan
masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Pada saat ini, ada dua jenis bidan, yaitu mereka yang
mendapat pendidikan khusus selama tiga tahun dan perawat yang kemudian dididik selama
satu tahun mengenai kebidanan dan disebut sebagai perawat bidan (Syafrudin, 2009). Salah
satu tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah BPS (Bidan
Praktek Swasta) Menurut Meilani dkk (2009) BPS adalah satu wahana pelaksanaan praktik
seorang bidan di masyarakat. Praktik pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan
penyediaan pelayanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan
pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Setelah bidan
melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan
bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Penyebaran dan
pendistribusian badan yang melaksanakan praktik perlu pengaturan agar dapat pemerataan
akses pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari
pelayanan bidan praktik akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan transparans,
sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan Bidan Praktik Perorangan
(swasta). Layanan kebidanan dimaksudkan untuk sebisa mungkin mengurangi intervensi
medis. Bidan memberikan pelayanan yang dibutuhkan wanita hamil yang sehat sebelum
melahirkan. Cara kerja mereka yang ideal adalah bekerjasama dengan setiap wanita dan
keluarganya untuk mengidentifikasi kebutuhan fisik, social dan emosional yang unik dari
wanita yang melahirkan. Layanan kebidanan terkait dengan usaha untuk meminimalisir
episiotomy, penggunaan forcep, epidural dan operasi sesar (Gaskin, 2003)
3. Dokter Spesialis Kandungan

Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis kandungan. Pendidikan
yang mereka jalani difokuskan untuk mendeteksi dan menangani penyakit yang terkait
dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan proses melahirkan. Seperti halnya dokter
ahli bedah (Gaskin, 2003) Dokter spesialis kandungan dilatih untuk mendeteksi patologi.
Ketika mereka mendeteksinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan
memfokuskan tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis kandungan
menangani wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil yang sakit dan beresiko
tinggi. Ketika mereka menangani wanita hamil yang sehat, mereka sering melakukan
intervensi medis yang seharusnya hanya dilakukan pada wanita hamil yang sakit atau dalam
keadaan kritis. Disebagian besar negara dunia, tugas dokter kandungan adalah untuk
menangani wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis (Gaskin, 2003). Baik dokter
spesialis kandungan maupun bidan bekerja lebih higienis dengan ruang lingkup hampir
mencakup seluruh golongan masyarakat. Umumnya, mereka hanya dapat mengulangi kasus-
kasus fisiologis saja, walaupun dokter spesialis secara teoritis telah dipersiapkan untuk
menghadapi kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera merujuk selama pasien
masih dalam keadaan cukup baik (Syafrudin,2009). Walaupun mereka dapat menanggulangi
semua kasus, tetapi hanya sebagian kecil saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini
disebabkan karena biaya yang terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan penyebaran yang
tidak merata. Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas kegunaannya.
Namun, sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan bertindak sebagai konseptor
program obstetri yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan
(Syafrudin, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN KALA III
Kala tiga persalinan dimulai dari saat lahirnya bayi sampai plasenta keluar. Tujuan
penatalaksanaan kala tiga adalah pelepasan dan ekspulsi plasenta segera dengan cara yang paling
mudah serta aman. Kala tiga biasanya merupakan fase yang paling kuat plasenta biasanya keluar
dalam 10-1 menit setelah bayi lahir. Jika kala tiga persalinan belum selesai dalam 30 menit, maka
plasenta dianggap retensi dan biasanya langsung dilakukan intervensi untuk mempercepat lahirnya
plasenta (Battista dan Wing, 2007)

Dalam keadaan normal, plasenta menempel ke lapisan desidual dari lempengan


endometrium oleh banyak villi seperti perangko menempel ke lembaran perangko. Setelah bayi
lahir, volume uterus mendadak menjadi kecil dan kontraksi uterus yang kuat akan membuat tempat
plasenta lepas. Biasanya, beberapa kontraksi kuat pertama yang terjadi setelah bayi lahir akan
menyebabkan plasenta lepas dari lempeng basal. Plasenta tidak bisa melepaskan diri bila uretus
lemas karena tempat menempelnya tidak mengecil.

Pengkajian
Lepas dan keluarnya plasenta

Berikut adalah tanda lepasnya plasenta:

 Fundus uterus berkontraksi kuat


 Perubahan bentuk uterus dari dikoid menjadi globular saat plasenta bergerak ke segmen
bawah uterus
 Darah gelap menyemprot keluar dari lubang vagina
 Tali pusat jelas memanjang saat plasenta turun ke lubang vagina
 Rasa penuh di vagina (plasenta) saat pemeriksaan dalam atau rektum atau selaput ketuban
di lubang vagina

Diagnosis Keperawatan
 Risiko kurang cairan b.d
o Perdarahan saat terlepas dan keluarnya plasenta
o Kontraksi uterus tidak adekuat
 Rasa cemas b.d
o Kurangnya pengetahuan mengenai terlepas dan keluarnya plasenta
o Trauma perineum dan kebutuhan akan perbaikan
 Rasa lelah b.d
o Pengeluaran energi yang berhubungan dengan melahirkan dan usaha mengejan pada
kala dua persalinan.

Hasil yang diharapkan


Hasil yang diharapkan pada pasien kala tiga persalinan adalah pasien akan melakukan hal berikut.

o Melanjutkan proses persalinan normal


o Menjaga status hidrasi lewat asupan oral atau IV (atau keduanya)
o Berpartisipasi aktif dalam persalinan
o Menyatakan ketidaknyamanan dan menunjukkan kebutuhan tindakan yang membantu
mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan rileksasi
o Menerima tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman dan suportif dari pasangan dan
tenaga kesehatan bila diperlukan
o Mengeluarkan plasenta dengan perdarahan kurang dari 500 ml
o Memulai, bersama pasangan dan keluarga, proses pendekatan dengan bayi
o Menyatakan kepuasan mengenai persalinan dan kelahiran

Intervensi Keperawatan
o Kaji tanda terepasnya plasenta
o Kaji perdarahan sampai plasenta lahir sesuai kebutuhan
o Intruksikan pasien untuk mengejan ketika terdapat tanda plasenta sudah lepas.
o Berikan oksitosik sesuai instruksi
o Berikan obat penghilang sakit bila dibutuhkan
o Berikan tindakan untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan bila diperlukan
o Terus informasikan mengenai kemajuan pelepasan plasenta
o Jelaskan tujuan pemberian obat
o Jelaskan status jaringan perineum dan beritahukan pasien bila butuh perbaikan
DAFTAR PUSTAKA

Bobak , lowdermik,jensen 2004 Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4 jakarta : EGC

Nurasiah, ai.dkk. 2012. Asuhan persalinan Normal. Bandung: PT. Refika Aditama

Lowdermilk, Deitra Leonard, Shannon E. Perry, dan Kitty Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas
Buku 2 Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika.

Stolte, Karen M. 2004. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai