Anda di halaman 1dari 5

Rembulan Nampak tersenyum memancarkan sinarnya,menggantikan sang surya yang telah

meninggalkan singgah sananya.terdengar suara dengkrikan jangkrik sedikit memecah suasana


hening dimalam itu,semilir angin malam yang dingin mulai berhembus menembus menusuk
tulang para prajurit yang tengah berdiri dan terjaga di luar gerbang istana.sedang di dalam istana
terlihat seorang wanita berpenampilan anggun tengah gelisah memikirkan sesuatu,sedang para
pelayan hanya bisa berdiri mematung sembari menunduk.

“Mohon ampun Ratu…sebaiknya engkau beristirahatlah sejenak,sudah beberapa hari engkau


belum tidur untuk beristirahat biarlah kami yang menjaga tuan puteri.” Tedengar suara seorang
pria setengah baya berbicara dengan nada khawatir.namun sang ratu hanya berdiri mematung
sembari menatap ruangan dengan tatapan kosong.tiba-tiba datanglah seorang wanita berpakaian
sederhana dan jauh dari kesan bangsawan memasuki kamar tersebut.sontak saja pria setengah
baya tadi ingin berusaha mencegah wanita itu masuk.

“apa yang anda lakukan kemari,pengawal!pengawal! kenapa kalian membiarkan dia masuk
kedalam ruangan ini?” ucap pria itu lantang. Semuanya hanya terdiam karena mereka semua tahu
bahwa ia adalah adik dari sang ratu,mereka hanya bersandiwara di depan ratu karena mereka
tahu ratu tidak suka melihat adiknya itu ada di hadapanya dan memecat siapa saja yang membela
adiknya itu. Di sana wanita tersebut menghampiri kerajang tidur seorang bayi perempuan yang
terlihat tertidur lelap. Ia memangku bayi itu dan membisikan sesuatu padanya. “puteri…puteri
kecilku bangunlah…” bisiknya. Orang-orang didalam ruangan tersebut hanya terdiam panik
membayangkan apa yang akan dilakukan ratu kepada mereka saat wanita itu berbuat demikian
kepada anaknya. Sudah seminggu semenjak ia dilahirkan ia tak pernah membuka matanya
sedikitpun dan menangis karena hal tersebut semua orang di istana menjadi cemas dan khawatir
terlebih dengan ratu sendiri. Entah keajaiban apa yang dibawa oleh wanita itu tak lama setelah ia
membisikan kata-kata kepada sang puteri,sang puteri menangis dan membuka matanya.semua
orang didalam ruangan itu terkejut sekaligus gembira melihatnya,semua raut muka tegang yang
mereka rasakan sebelumnya kini berubah menjadi raut senyuman lebar tak terkecuali sang ratu ia
terlihat begitu bahagia sampai air matanya jatuh tanda haru bahagia. Sang ratu begegas
mendekati sang puteri yang tengah digendong oleh adiknya,dan memindahkan pangkuan sang
puteri kepadanya,ia terus memeluk sang puteri dan menciuminya dengan perasaan bahagia,
adiknya hanya tersenyum dan mulai berbalik berniat meninggalkan ruangan itu.

“tunggu…” panggil sang ratu kepada wanita itu. Wanita itu berbalik tak menunjukan ekspresi
apa-apa. “mulai sekarang kau boleh pergi kemanapun yang kau suka di istana ini,aku tak akan
membatasi langkahmu sekarang,dan juga….terima kasih” ungkap sang ratu. Wanita itu hanya
terdiam lalu tersenyum kepada sang ratu lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Beberapa tahun berlalu,sang puteri mulai tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak
seusianya.dan Ialah Puteri Dyah kartika pramodidharma kusumah,sang puteri sengaja diberi
nama yang cukup panjang karena orang tuanya beranggapan bahwa nama yang panjang akan
memberikan keselamatan umur yang panjang juga.ia adalah anak pertama dari Raja Jayasima
kusumah seorang raja yang memimpin di kerjaan Sangiran dan Ratu Tirta wangi.puteri tersebut
tumbuh dan berkembang dibawah asuhan bibinya sendiri yaitu adik dari sang ratu,berbeda
dengan ibu lainya sang ratu tidak dapat merawat anaknya sendiri dikarenakan ia harus membantu
sang raja dalam urusan kerajaan,dari hal itu tak aneh jika sang puteri lebih dekat dan lebih
mengenal sang bibi daripada ibunya sendiri.

Suatu hari puteri dan bibinya tengah bermain di sebuah kolam yang berada di dalam istana.

“Dyah…kemarilah” panggil sang bibi kepada sang puteri,memang sang bibi tak pernah
menyebutnya dengan panggilan puteri apalagi memanggilnya dengan sebutan puteri mahkota
yang sering orang lain sebut, karena menurutnya sang puteri hanyalah seorang gadis yang
merupaka keponakan tersayangnya. “ia bibi,ada apa?” dyah berlari menghampiri
bibinya.”apakah kau pernah berfikir bahwa hal-hal yang tidak bisa berbicara di dunia ini
sesungguhnya dapat berbicara juga” bibinya berkata sembari tersenyum melihat-lihat keadaan
sekitar. “apa yang bibi maksudkan,aku tak mengerti” jawab gadis manis itu polos.”aku akan
memberitahumu sesuatu,namun kau tak boleh mengatakanya pada orang lain.ini cukup menjadi
rahasia di antara kita berdua saja setuju” bisik bibinya pada telinga dyah. “bibi mengapa ini harus
menjadi sebuah rahasia?” Tanya dyah kembali. Bibinya kembali tersenyum dan berbimenggosik
“karena aku hanya ingin kau yang mengetahuinya,mengapa demikian?karena kau istimewa”.
Seketika pipi dyah memerah mendengar kata-kata dari bibinya itu.”istimewa? begitukah bi?”
jawabnya tak percaya.bibinya hanya mengangguk dengan raut wajah menggoda dyah.

“dyah…apa kau melihat sekumpulan angsa disana?”bibinya menunjuk segerombolan angsa di


tepi seberang danau. “ya bibi aku lihat” dyah terus melihat angsa-angsa itu.”mereka tengah
membicarakan suatu hal”.”memang mereka membicarakan apa?”.bibinya kemudian
mengeluarkan suara seperti angsa “ssroonk…srronnkk” dan anehnya angsa-angsa itu datang
menghampiri mereka berdua. Dyah hanya termangu tak percaya “ba..ba..bagaimana bisa?”.sekali
lagi bibinya tersenyum kepada dyah.”di dunia ini ada tiga jenis bahasa, yang pertama yaitu
kemampuan berbahasa manusia,seperti yang dimiliki oleh ibumu.yang kedua adalaah
kemampuan berbahasa alam seperti kemampuan berbicara dengan pohon,atau angin,dan yang
terakhir adalah kemampuan berbahasa hewan”. Jelas bibi. “bibi bukankan kita manusia dan
berbicara seperti manusia juga? Apakah ada orang yang menguasai bahasa lainya yang tadi bibi
sebutkan?”.tanya dyah dengan raut penasaran. “maksudnya adalah apabila seseorang itu
berbicara maka akan membawa dampak yang cukup besar bagi orang lain,menurutku itu
merupakan suatu anugrah yang sangat special tak aneh bila dahulu ibu kami lebih sering
membela kakakku disbanding aku karena kemampuan berbicaranya,namun juga menjadi sesuatu
yang harus diwaspadai apabila disalahgunakan,dan untuk yang lainya hmm…coba aku piker-
pikir terlebih dahulu….bagaimana pendapatmu tentang hal itu?” sang bibi bertanya balik.
Dyah terlihat terdiam memikirkan hal itu.”entahlah bibi aku tak tahu,tapi jika dilihat dari apa
yang kau lakukan tadi aku percaya akan hal itu,lantas apakah kau akan mengajariku
melakukanya?” pinta dyah. Sang bibi mengangguk tanda mengiakan jawaban keponakanya
itu.merekapun menghabiskan waktu cukup lama berada di pinggir kolam itu. lalu pada malam
harinya saat orang-orang tengah tertidur ani menyelinap keluar dari kamar tidurnya menuju
kolam tempat ia dan bibinya bermain. Ternyata ia masih penasaran dengan angsa-angsa di kolam
itu, ia beberapa kali mencoba mengeluarkan suara angsa seperti yang dilakukan bibinya tadi
siang namun usahanya tak berhasil,malah ia terkena patukan angsa yang merasa terganggu akan
ulah dyah. “aww…aduh mengapa kau menggigitku?” bentak ani dengan kesal. Namun hal itu tak
membuatnya lantas pergi kembali ke kamarnya,ia malah menekuk kedua tanganya dan berposisi
seperti seekor angsa,tak disadari ia pun kemudian tertidur dipinggir kolam.

“puteri mahkota…puteri mahkota…bangunlah”.terdengar suara pria dewasa tengah berusaha


membangunkan dyah,yang tengah setengah sadar tertidur.dyah berusaha mengumpulkan sedikit
tenaganya untuk membuka matanya,namun ia tak cukup kuat dan tak sadarkan diri.

Dyah terbangun dari tidurnya,ia melihat dirinya tengah terbaring disebuah ranjang kayu
dengan spray beludru ungu persis seperti kamarnya, dan memang ia tengah berada di kamarnya
sendiri dikelilingi oleh orang tua dan juga para pelayan. “apa kau sudah bangun puteri
mahkota?” suara yang terdengar tak asing berbicara padanya.”apa yang kau lakukan itu sudah
diluar batas puteri mahkota”wanita itu kembali berbicara. “memang apa yang sudah aku lakukan
ibu?” jawab dyah.ibunya menarik nafas panjang dan menyuruh semua pelayan yang ada didalam
kamar untuk pergi keluar.”dengarkan aku nak,kau adalah seorang anak dari seorang raja dan
ratu,kau adalah puteri dari kerajaan sangiran,kau adalah puteri sulung kami yang artinya kau
adalah puteri mahkota yang akan melanjutkan tahta ayahmu nanti,aku hanya khawatir terjadi
sesuatu denganmu,apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang apabila melihat calon ratu mereka
seperti ini? Kau akan kehilangan kepercayaaan mereka dengan perbuatanmu itu,mereka bisa
menyebutmu gila atau sinting”tegur sang ratu tanpa mengurangi wibawa dihadapan
anaknya.sementara dyah hanya terdiam menunduk,ia pikir apa yang salah dari tindakanya itu?.
“aku akan mengambil tindakan tegas dari hal ini,dan maafkan aku bila kau tidak suka”ujar sang
ratu sembari meninggalkan kamar dyah. Dia merenung memikirkan apa maksud dari perkataan
ibunya itu.

Keesokan harinya seperti biasa mencari bibinya ke kamarnya,sayangnya tak ada bibinya
didalam sana dan ia heran kemana perginya dia,ia terus mencari bibinya kesudut-sudut istana
namun tak kunjung ia bertemu dengan bibinya itu. Ia pun berniat untuk menanyakanya kepada
gundi,seorang koki istana yang cukup dekat denganya. Koridor-demi koridor ia lewati namun
perhatianya teralihkan dengan percakapan para pelayan yang tengah mengobrol disisi
ruangan.dari sana sontak saja dyah terkejut dengan apa yang dibicarakan oleh para pelyan itu,
dyahpun berlari sekuat tenaga menuju dapur istana. Sesampainya disana ia menemukan seorang
pria berbadan gemuk tengah mencuci sayur-sayuran. “paman gundi…” dyah memnaggil pria itu
seraya menahan air matanya. “tuan puteri mahkota? Ada apa kau kemari?apakah kau
lapar?”tanyanya.namun dyah tidak menjawab dan langsung berlari memeluk pria itu dan
menangis. “ya ampun …ada apa denganmu tuan puteri mahkota?mengapa kau menangis” gundi
khawatir. “paman…apakah bibi..” dyah menangis terisak-isak.nampaknya gundi sudah paham
dengan situasinya, ia berjongkok dan mencoba menenangkan dyah.

“taka pa…ada paman disini,kau tak usah merasa kesepian aku akan menemanimu” gundi
berkata sambil mengusap air mata dyah. “paman mengapa ibu tega sekali,kami tak melakukan
hal salah kami hanya bermain…mengapa ibu sampai harus mengusir bibi pergi keluar istana?”
keluh dyah dengan nada kesal bercampur sedih. “puteri…terkadang memang keputusan orang
dewasa tak semuanya bisa kita pahami,pasti ada alasan dibalik semua itu.nah..sekarang aku tidak
mau melihatmu menangis lagi karena kecantikanmu akan luntur terbawa air matamu nanti
hahahaaha….” Gundi tertawa mencoba menghibur dyah. Dyah pun tersenyum namun tetap saja
hatinya masih dipenuhi dengan pilu yang mendalam.sejak saat itu dyah sering sakit-sakitan ia
mudah sekali sakit sampai-sampai ia pernah mendengar rumor tentang dirinya sebutan dari
pelayan kepada dirinya adalah si rapuh,beberapa lama kemudian akhirnya ia bisa beradaptasi
tanpa kehadiran bibinya itu,meskipun begitu rasa derita dyah belum hilang,ia harus dijauhkan
dari sesuatu hal yang ia sukai seperti kucing peliharaanya.ia tak diperbolehkan untuk sekedar
melihat keluar jendela kamarnya untuk melihat burung bernyanyi.semua hewan yang berada di
istana dijauhkan darinya itu semua karena akibat kekhawatiran ibunya akan dirinya yang suka
berbicara dengan hewan.

Tahun demi tahun berganti dyah sudah menginjak usia 19 tahun,ia tumbuh menjadi gadis yang
cantik dan manis,namun tak seperti puteri bangsawan lainya yang sering menghabiskan waktu
untuk kursus kebangsawanan,ia malah sering menghabiskan waktu dengan berkuda bersama
ayahnya.dyah tak perlu khawatir hobinya itu akan direnggut kembali oleh ibunya karena ayahnya
sendiri yang mengizinkan. Ia mempunyai seekor kuda putih yang gagah bernama Saluh, diam-
diam ia juga mempunyai ikatan dengan saluh,dyah dapat mengerti apa yang saluh katakan atau
sebaliknya.

Pada suatu hari dyah dan ayahnya berniat untuk berlomba dengan kuda mereka masing-
masing, mereka berpacu saling mendahului satu sama lain memperebutka garis finis,akan tetapi
saat ayahnya dengan kudanya akan melompati tembok yang cukup tinggi,ayahnya kehilangan
keseimbangan dan akhirnya terjatuh. Dyah panic dan langsung menghampiri ayahnya.dyah
langsung memanggil pengawal dan tabib untuk memeriksa keadaan ayahnya,namun sangat
disanyangkan nyawa ayahnya tak dapat diselamatkan dan akhirnya ayahnya meninggal dunia
beserta dengan kuda miliknya.

Sejak saat itu ibunyalah yang menggantikan posisi ayahnya untuk memimpin kerajaan.dyah
sangat sedih karena sekali lagi dia harus kehilangan orang yang sangat dekat denganya, bebarapa
bulan setelah kejadian itu kerjaan sangiran kedatangan tamu besar dari kerjaan manggir yang tak
lain adalah perdana mentri dari kerjaaan itu sendiri. Para petinggi kerajaan nampaknya sedang
memperbincangkan masalah yang serius disana. terlihat ketika dyah sedang melewati ruang rapat
saat ia menuju dapur istana. Setelah para tamu tersebut pergi meninggalkan kerjaan,dyah
penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh mereka dia memberanikan diri untuk menanyakan
hal tersebut kepada ibundanya Apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Diah masuk menemui
ibunya ia mengambil nafas panjang dan memberanikan diri untuk berbicara, “ Ibu apakah aku
boleh tahu apa yang kau dan para bangsawan itu bicarakan?” tanya dyah gugup. Ibunya berbalik
Dan Tersenyum dan berkata” Selamat tinggal putri mahkota”. Bertiup dari arah belakang muncul
dua orang laki-laki berbadan besar menyergap Diah dan membawanya ke suatu tempat yang tak
diketahui siapapun. Disana ternyata dia diikat tangan dan kakinya mulutnya pun dibekap dengan
kain dia berusaha meronta melepaskan diri namun apa daya tali yang mengikat tangan dan
kakinya terlalu kuat untuk dilepaskan begitupun juga saat ia berusaha menjerit meminta tolong
dia tidak bisa karena ada kain yang menutupi mulutnya dia menangis Mengapa ibunya
melakukan hal seperti ini kepadanya. Terdengar suara pintu terbuka seorang wanita bertubuh
tinggi memasuki ke dalam ruangan itu ternyata dia adalah ibunya Bagaimana Putri mahkota
Apakah kau senang berada di sini tanyanya dengan ketawa jahat nya ibu-ibu kumohon lepaskan
aku Aku tidak suka disini Mengapa engkau tega melakukan hal seperti ini kepadaku apa yang
telah kulakukan sehingga kau melakukan ini kepadaku mohon dia dengan nada terisak-isak Oh
kau Malang sekali Tuan Putri mahkota aku bisa saja Melepaskanmu Namun apabila aku
melakukannya Aku tidak akan menguasai seluruh kerajaan ini kau tahu dan lebih baik kau
tinggal saja bersama ibumu di dalam golongan ini hahaha ujarnya dengan tawa penuh kelicikan
dia tersentak ia berfikir bahwa ternyata selama ini orang yang dianggap ibunya Ternyata bukan
ibu aslinya lalu Jika Kau bukanlah Ibuku Siapa ibuku tanya Diah Oh apakah kau tak
menyadarinya dia adalah yang selama ini kau panggil BB mu sendiri bukan dan kau tahu
mengapa hal ini bisa terjadi dulu ayahmu yaitu Sang Raja mencintai adikku namun aku tidak
menyukainya dan membuat rencana agar aja menjadi milikku seutuhnya supaya aku bisa
menguasai kerajaan ini namun saat aku memiliki sang raja aku tidak bisa memiliki keturunan dan
terpaksa aku harus mengambil mu dari ibumu air mata Diah mengalir deras dirinya masih tak
menyangka dengan semua hal yang terjadi tiba-tiba saja dua pintu ruangan yang terkunci
tertabrak oleh dobrakan beberapa orang lelaki ternyata para lelaki itu adalah prajurit kerajaan di
bawah pimpinan Sakti pemimpin prajurit ternyata Sakti telah mengetahui kebenaran sebelumnya
kau tak bisa lari lagi ke mana-mana dasar penyihir sang ratu jahat itu pun merasa ketakutan dan
berniat untuk kabur namun tak ada jalan lagi untuk meloloskan diri Akhirnya dia pun tertangkap
dan diberi hukuman seberat-beratnya sedangkan Sang Putri kembali menjalani kehidupannya
seperti biasa dan saat beberapa tahun kemudian dia pun diangkat menjadi ratu dan hidup bahagia
bersama ibundanya yang asli.

Anda mungkin juga menyukai