Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 REVIEW SOSIOLOGI

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI

DOSEN : ADILITA PRAMANTI, S.Sos, M.Si

Universitas Nasional, 0302128105

Disusun Oleh:

NAMA : NADIENA KHAIRUNNISA HASTOAJI

NIM : P21341118041

KELAS : D3-A

HARI/ TANGGAL : SELASA, 18 SEPTEMBER 2018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

TAHUN AJARAN 2018/2019


INTEGRATION APPROACH

A. PENGERTIAN INTEGRATION APPROACH

Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh.

Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan.

Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok


etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun
masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.

Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :

 Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu
 Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu

integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu
adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. .Suatu integrasi sosial di perlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.

Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa


terintegrasi di atas dua landasan berikut :

 Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di


antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang
bersifat fundamental (mendasar)
 Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota
dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di
antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh
adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial.

Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial

B. HUBUNGAN ANTARA INTEGRATION APPROACH DENGAN TEORI MAKRO


1. Dengan teori struktural fungsional
Teori struktural fungsional menganggap bahwa masyarakat adalah sebagai
suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Teori ini memusatkan
perhatian pada integrasi sosial, stabilitas sosial dan konsensus nilai (Nata,
2012:338). Strukturalisme dari segi lingualistik, menekankan pengkajianya
kepada segala hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.
Fungsionalisme struktural atau analisa sistem pada prinsipnya berkisar pada
beberapa konsep, tetapi yang paling menonjol adalah konsep dalam berbagai
bidang kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok yang dapat
menunjukkan kepada aktifitas dan dinamika dalam mencapai tujuan kehidupan.
Apabila dilihat dari tujuan hidup, semua kegiatan-kegiatan manusia merupakan
fungsi dan dapat berfungsi. Secara kualitatif maupun kuantitatif fungsi-fungsi itu
dapat dilihat dari manfaat, faedah dan kegunaan secara individula maupun
kelompok, organissai serta asosiasi yang ada.

2. Dengan Teori Konflik


Konflik merupakan bagian dari proses sosial yang wajar dan tidak harus
dihindari. Sebenarnya, konflik yang terjadi dapat berfungsi sebagai faktor positif
atau pendukung bagi tumbuh kembangnya modal kedamaian sosial. Konflik juga
bisa bersifat konstruktif (membangun) terhadap keutuhan kelompok dan integrasi
sosial masyarakat dalam skala yang lebih luas.
Masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-
komponennya. Sebagai suatu sistem, masyarakat memiliki fungsi integrasi untuk
mencapai keadaan serasi, atau hubungan serasi di antara bagian-bagian dari suatu
sistem sosial. Hal ini mencakup identitas masyarakat, keanggotaan seseorang
dalam masyarakat, dan susunan normatif dari bagian-bagian tersebut. Asas
integrasi sosial tidak hanya dilandaskan karena adanya saling kebergantungan
dalam kebutuhan ekonomi, juga dapat muncul dari pengaruh adanya konflik
terlebih dahulu. Konflik yang dimaksud tentunya adalah yang menumbuhkan
perasaan atau solidaritas ke dalam

3. Dengan teori Interaksi simbolik


Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu
mempengaruhi dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan
sebuah proses interaksi. Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun
juga diri (self) yang bukan sebuah entitas psikologis, namun sebuah aspek dari
proses sosial yang muncul dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial. Selain
itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat simbolik, di mana makna-makna
dibentuk oleh akal budi manusia. Makna-makna itu kita bagi bersama yang lain,
definisi kita mengenai dunia sosial dan persepsi kita mengenai, dan respon kita
terhadap realitas muncul dalam proses interaksi. Herbert Blumer, sebagaimana
dikutip oleh Abraham (1982) salah satu arsitek utama dari interaksionisme
simbolik menyatakan: Istilah ‘interaksi simbolik’ tentu saja menunjuk pada sifat
khusus dan khas dari interaksi yang berlangsung antar manusia. Kekhususan itu
terutama dalam fakta bahwa manusia menginterpretasikan atau
‘mendefinsikan’tindakan satu sama lain dan tidak semata-mata bereaksi atas
tindakan satu sama lain. Jadi, interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan
simbol-simbol, oleh interpretasi, atau oleh penetapan makna dari tindakan orang
lain. Mediasi ini ekuivalen dengan pelibatan proses interpretasi antara stimulus
dan respon dalam kasus perilaku manusia.
DAFTAR PUSTAKA

 http://sosiologiada.blogspot.com/2015/11/hubungan-konflik-dengan-terjadinya-
integrasi.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
 https://www.researchgate.net/publication/323909873_PENDIDIKAN_DALAM_PERSP
EKTIF_STRUKTURAL_FUNGSIONAL
 http://warungbelajarbebas.blogspot.com/2013/01/teori-teori-dasar-integrasi.html

Anda mungkin juga menyukai