Anda di halaman 1dari 4

Vol. 2, No.

2, Agustus 2014 Diabetes Insipidus in Young Women

Penggunaan Antibiotik Topikal sebagai Alternatif


Terapi Ulkus Kaki Diabetik

Gratcia Ayundini,1 Nuri Purwito Adi 2

Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


1

2
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Abstrak
Infeksi mikroba pada ulkus kaki diabetik dapat menghambat proses penyembuhan sehingga
dibutuhkan intervensi antibiotik untuk menyembuhkan infeksi, menyembuhkan ulkus dan
menurunkan angka amputasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pilihan rute pemberian
antibiotik yang tepat serta efektif sebagai tatalaksana ulkus kaki diabetes.Metode pencarian
melalui Pubmed pada tanggal 30 Mei 2011 menggunakan kata kunci terkait. Pemilihan dengan
kriteria RCT dan full text. Telaah kritis didasarkan kriteria standar untuk intervensi. Didapatkan hasil
bahwa kesembuhan secara klinis adalah 87% untuk kelompok yang menggunakan pexiganan
topikal dan 90% untuk kelompok ofloksasin oral. Hasil eradikasi mikrobiologisnya 42-47% untuk
kedua kelompok. Komplikasi atau perburukan pada pasien dengan pexiganan topikal 8,13% dan
ofloksasin oral 5,51%. Didapatkan juga peningkatan pola resistensi kuman yang bermakna secara
klinis (p<0.001) pada pasien dengan terapi ofloksasin oral namun tidak pada terapi pexiganan
topikal. Disimpulkan bahwa terapi antimikroba topikal tunggal dapat dipilih sebagai terapi alternatif
untuk mengatasi infeksi ulkus kaki diabetik yang ringan. Terapi antimikroba oral masih lebih efektif
karena kemungkinan terjadinya perburukan dan komplikasi ulkus lebih kecil, walaupun terdapat
juga risiko resistensi kuman pada penggunaannya.
Kata Kunci: ulkus kaki diabetik, infeksi, ofloksasin, pexiganan

Administration of Topical Antibiotics as an Alternative Therapy of Diabetic Foot

Abstract
Microbial infection in diabetic foot ulcer can interfere healing process. Antibiotic intervention
was used to cure the infection, heal the ulcer and decrease amputation rate. This study was aimed
to seek the best route of giving antibiotic therapy in patients with diabetic foot ulcer. The method
used was conducting article searching through Pubmed on Mei 30th 2011. The criteria of articles
were RCT and full text articles. Critical appraisal was based on standard criteria for intervention.
The result showed that clinical recovery of the foot ulcer for the topical pexiganan group was 87%,
while the oral ofloxacin group was 90% (CI 95%). Microbiological eradication for both groups range
from 42-47%. There were 8,13% patients in topical pexiganan group that developed complications
of their ulcers and only 5,51% in oral ofloxacin group. The use of oral antibiotic could increase
microbial resistance. As a conclusion topical antibiotic monotherapy could be an alternative choice
to treat mild diabetic foot ulcer. However oral antibiotic therapy is still the most effective choice
of treatment for diabetic foot ulcer because the risk of complications are lower than the topical
antibiotic, although the risk of drug resistance was higher.
Keywords: diabetic foot ulcer, infection, ofloxacin, pexiganan

369
Gratcia Ayundini, Nuri Purwito Adi eJKI

Pendahuluan Ilustrasi Kasus


Kaki diabetes merupakan salah satu Seorang perempuan berusia 56 tahun, datang
manifestasi komplikasi kronis diabetes melitus (DM). dengan keluhan luka dikaki kanan sejak 10 hari
Pengelolaan kaki diabetes dibagi menjadi dua yaitu yang lalu. Luka disebabkan tertusuk standar
pencegahan primer dan sekunder.Pencegahan sepeda saat belanja ke pasar. Awalnya berdarah,
primer dilakukan denganmencegah perlukaan kulit kulit terkelupas dan mengeluarkan cairan bening
yang dapat menyebabkan ulkus dan pencegahan keputihan. Pasien merasakan nyeri, daerah sekitar
sekunder dilakukan dengan pengelolaan ulkus agar luka berwarna kemerahan dan hangat. Pasien
tidak terjadi kecacatan yang lebih parah. mencuci luka dengan air bersih dan memberikan
Pengelolaan holistik ulkus diabetik meliputi betadin namun luka belum juga kering. Keluar
kontrol metabolik, vaskular, luka, edukasi, tekanan nanah dan daerah luka yang meluas disangkal.
dan kontrol mikrobiologis. Kadar glukosa darah Pasien ini telah didiagnosis DM tipe 2 sejak 5
diusahakan senormal mungkin sehingga tidak tahun yang lalu. Pasien tidak teratur memeriksakan
menghambat penyembuhan luka. Kontrol vaskular kadar gula darahnya dan tidak rutin minum
dilakukan dengan pengelolaan kelainan pembuluh obat. Pasien telah diberi edukasi oleh dokter di
darah berupa modifikasi faktor risiko yaitu berhenti rumah sakit mengenai modifikasi pola hidup serta
merokok, mengatasi hipertensi dan dislipidemia. komplikasi yang dapat terjadi.Meskipun demikian,
Perawatan luka dilakukan dengan debridemen pasien kurang dijelaskan pentingnya pemeriksaan
yang adekuat, pemilihan dressing yang tepat dan gula darah rutin dan kepatuhan minum obat,
terapi topikal untuk mengurangi mikroba di luka. sehingga pasien hanya mengandalkan membatasi
Perawatan luka harus adekuat karena selama konsumsi karbohidrat dan gula serta olahraga untuk
proses inflamasi, penyembuhan luka tidak akan mengontrol kadar gula darahnya. Pasien terkadang
berlanjutke proses selanjutnya yaitu proses minum glibenklamid 1x1 tablet namun tidak teratur.
granulasi dan epitelisasi. Penggunaan kaki sebagai Saat ini pasien tidak ada keluhan polidipsi,
penahan berat badan dibatasi untuk sementara poliuri dan polifagi, namun ada keluhan kesemutan
karena luka yang selalu mendapat tekanan tidak di telapak dan ujung jari kaki pasien sejak 6 bulan
akan sempat menyembuh.1,2 yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Untuk kontrol mikrobiologis dianjurkan tekanan darah 150/90 mmHg, tinggi badan 170
penggunaan antibiotik yang sesuai dengan hasil cm, berat badan 50 kg dan BMI pasien 17,3.
biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, Dikaki kanan bagian dorsal pedis didapatkan
dari penelitian tahun 2004 di RSCM, umumnya luka superfisialis dengan dasar jaringan subkutan
didapatkan pola kuman yang polimikrobial, dikelilingi daerah hiperemis dengan ukuran 5x7
campuran gram positif dan gram negatif serta cm dan teraba lebih hangat daripada jaringan
kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. sekitarnya. Terdapat cairan bening yang merembes
Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik dari luka namun tidak terdapat pus dan darah.Ankle
harus antibiotik dengan spektrum luas mencakup brachial index(ABI) adalah 1. Hasil pemeriksaan
kuman gram positif dan negatif dikombinasikan gula darah sewaktu (GDS) 310 mg/dL.
dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman Diagnosis pasien ini adalah ulkus kaki diabetes
anaerob (seperti metronidazol) dengan lama terapi pada pasien DM tipe 2 gula darah tidak terkontrol dan
1-3 minggu pada infeksi daerah subkutan dan hipertensi grade I. Pasien diberikan glibenklamid,
setidaknya 4 minggu sampai 6 bulan untuk infeksi amoksillin, parasetamol, kaptopril, dan rivanol.
yang mencapai tulang.1
Terapi antibiotik yang lama dan kepatuhan yang Pertanyaan Klinis
buruk, menimbulkan efek yang tidak diharapkan P (population) : ulkus kaki diabetik ringan pada
yaitu resistensi kuman terhadap antibiotik. Dalam pasien DM tipe 2
penggunaan antibiotik sistemik, kuman yang I (intervention) : antibiotik topikal
resisten bukan hanya di tempat infeksi yang C (comparation): antibiotik sistemik
sedang diterapi namun juga flora normal di usus O (outcome) : kekambuhan
dan kulit. Contohnya seperti saat ini telah banyak
ditemukan Staphylococcus aureus yang resisten Apakah penggunaan antibiotik topikal lebih
terhadap methicillin (MRSA) dan Enterococcus tepat dibandingkan antibiotik sistemik sebagai
yang resisten terhadap vancomycin (VRE).3-5 terapi lini pertama kesembuhan ulkus tungkai
diabetes?

370
Vol. 2, No. 2, Agustus 2014 Diabetes Insipidus in Young Women

Metode membuat kriteria inklusi seperti kriteria studi pada


Pencarian bukti ilmiah menggunakan manusia, jenis kelamin perempuan, usia >45
searchengine dari Pubmed pada tanggal 30 Mei tahun, menggunakan bahasa Inggris dan memiliki
2011 dengan kata kunci terkait dengan PICO hubungan untuk akses free full-text. Berdasarkan
seperti ulkus kaki diabetes, antibiotik sistemik dan kriteria tersebut didapatkan satu artikel yang
terapi topikal. Tidak ada penggunaan boolean sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini
algebra dan wild card pada mode advanced search. adalah Topical vs Systemic Antimicrobial Therapy
Cara pencariannya adalah dengan memasukkan for Treating Mildly Infected Diabetic Foot Ulcers:
kata (diabetic foot ulcer OR foot ulcer) AND topical A Randomized, Controlled, Double-Blinded,
antibiotics AND systemic antibiotics. Multicenter Trial of Pexiganan Cream. Artikel
Dari hasil pencarian, didapatkan 10 jurnal tersebut dipilih menggunakan kriteria validitas,
yang berhubungan dengan pertanyaan klinis relevansi dan tingkat kepentingan.
studi ini. Pencarian kemudian dipersempit dengan

Tabel 1.Pemeriksaan Validitas Artikel


Validitas
Was the assignment of patients to treatment randomised? Yes
Yes
Was the randomisation list concealed?
Yes
Were all patients who entered the trial accounted for at its conclusion?
No
Were they analysed in the groups to which they were randomised?
Yes
Were patients and clinicians kept “blind” to which treatment was being received?
Yes
Aside from the experimental treatment were the groups treated equally?
Yes
Were the groups similar at the start of the trial?

Tabel 2. Pemeriksaan Tingkat Kepentingan Artikel


Tingkat Kepentingan
Control Event Rate (CER) 90.4%
Experimental Event Rate (EER) 86.8%
Relative Risk Reduction (RRR) 3.98%
Absolute Risk Reduction (ARR) 3.6%
Number Needed to Treat (NNT) 1/3.6%=27.78
Confidence Interval (CI 95%) -3.57 (-7.87 to 0.74)
p 0.10

Tabel 3.Pemeriksaan Relevansi Artikel


Relevansi
Do these result apply to your patient? Yes
Is your patient so different from those in trial that its results
No
can’t help you?
Risk of the outcome in your patient, relative to patients in
140
the trial. Expresses as decimal: 0.2NNT/f

Hasil
berbeda bermakna secara statistik pada durasi
Artikel yang ditelaah menggunakan metode terapi antibiotik baik pexiganan topikal maupun
randomized-control-double blinded dengan ofloksasin oral selama 22-27 hari.
melibatkan 835 pasien.Karakteristik intervensi tidak

371
Gratcia Ayundini, Nuri Purwito Adi eJKI

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan secara statistik. Di sisi lain, setelah penggunaan
kesembuhan secara klinis pada kedua terapi beberapa saat dapat terdeteksi kuman yang
dengan CI 95% adalah 87% untuk kelompok yang resisten terhadap ofloksasin oral namun tidak pada
menggunakan pexiganan topikal dan 90% untuk pexiganan topikal.
kelompok yang menggunakan ofloksasin oral. Hasil Artikel penelitian ini dipilih karena valid. Pasien
mikrobiologi pada akhir terapi kelompok ofloksasin sesuai dengan kriteria inklusi yang terdapat dalam
dan pexiganan tidak berbeda bermakna secara penelitian ini dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Terapi
statistik. Respon mikrobiologisnya sama yaitu 47% yang diberikan untuk mengatasi infeksi pasien adalah
pada masing-masing kelompok. Tidak terdapat antimikroba oral dengan spektrum luas. Hal tersebut
perbedaan bermakna antara skor total kesembuhan sesuai untuk pasien setelah mempertimbangkan
luka pada kedua kelompok baik berdasarkan infeksi keuntungan dan risikonya. Terapi antimikroba oral
maupun luas dan dalamnya luka. Pada kelompok dengan spektrum luas lebih dipilih untuk pasien ini
kontrol (ofloksasin) terdapat peningkatan resistensi karena lebih mudah didapat serta mempertimbangkan
kuman terhadap ofloksasin (p<0.001) sedangkan usaha untuk meminimalkan perburukan infeksi.
pada kelompok pexiganan tidak terjadi perubahan
signifikan untuk nilai MIC (p>0.05). Komplikasi Kesimpulan
pemberian obat pada penelitian ini adalah selulitis, Terapi antimikroba topikal dapat digunakan
infeksi memburuk, osteomielitis hingga amputasi sebagai terapi alternatif pada infeksi kaki diabetik
ekstrimitas bawah. Pada kelompok dengan ringan, namun perlu diperhatikan komplikasi yang
pexiganan terdapat 8,13% pasien yang mengalami lebih sering terjadi pada penggunaan antimikroba
komplikasi ini, sedangkan pada kelompok dengan topikal.
ofloksasin sebanyak 5.51%.
Daftar Pustaka
Diskusi 1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis
Pexiganan adalah antimikroba spektrum luas Pengelolaan DMTipe 2. Jakarta:PB PERKENI; 2002.
yang memiliki aktivitas melawan bakteri gram 2. Bakta IM. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
positif, gram negatif dan anaerob obligat yang B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
biasanya menyebabkan infeksi kaki diabetik. penyakit dalam, jilid II edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ofloksasin adalah antimikroba spektrum luas dari Departemen IPD FKUI; 2006. h.622-5.
golongan fluorokuionlon. 3. Lavery LA, Armstrong DG, Wunderlich RP, Mohler
MJ, Wendel CS, Lipsky BA. Risk factors for foot
Penelitian ini mendukung penggunaan
infections in individuals with diabetes. Diabetes Care.
pexiganan topikal sebagai terapi alternatif untuk
2006;29:1288–93.
ulkus kaki diabetik ringan. Dari dua percobaan 4. Lipsky BA, Berendt AR, Deery HGl. Diagnosis and
yang diadakan di tempat berbeda, keduanya tidak treatment of diabetic foot infections. Clin Infect Dis.
menunjukkan keunggulan yang bermakna secara 2004; 39:885–910.
statistik dalam penggunaan pexiganan topikal 5. Lipsky BA, Stoutenburgh U. Daptomycin for treating
dari ofloksasin oral. Pexiganan tidak lebih unggul infected diabetic foot ulcers: evidence from a randomized,
dalam menunjukkan kesembuhan secara klinis. controlled trial comparing daptomycin with vancomycin
Respons mikrobiologis pada kedua kelompok or semi-synthetic penicillins for complicated skin and
terapi ini sama, walaupun dalam eradikasi bakteri skin-structure infections. J Antimicrob Chemother. 2005;
ofloksasin oral lebih unggul namun tidak bermakna 55:240–5.

372

Anda mungkin juga menyukai