Anda di halaman 1dari 9

Sumber : http://terorisjalanan.blogspot.com/2015/03/analisis-perekonomian-indonesia.

html

Analisis prinsip-prinsip pembiayaan pemerintah daerah.


Struktur pembiayaan daerah mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Pembiayaan dirinci menurut Kelompok, Jenis dan Obyek Pembiayaan.
2. Kelompok Pembiayaan terdiri atas: Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.
3. Kelompok Pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam Jenis Pembiayaan. MisalnyaKelompok
Pembiayaan Penerimaan Daerah dirinci lebih lanjut ke dalam jenispembiayaan antara lain
berupa: sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penerimaan
pinjaman dan obligasi dan penjualan aset Daerah yang dipisahkan.
4. Jenis Pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam Obyek Pembiayaan. Misal JenisPembiayaan:
penerimaan pinjaman dan obligasi dirinci lebih lanjut dalam obyekpembiayaan antara lain
berupa: pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Analisis sumber-sumber potensial pendapatan daerah.


Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah),
pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang
berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang
adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun
2004).
Pengeritan pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Nurcholis (2007:182), pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperopleh
daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang
sah.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah
semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari
potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain,
serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 yaitu :
1) Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :
a) Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk
pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang
dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pengeluaran umum yang balas
jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.
b) Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan,
usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu
pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-
persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan
pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah
adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi
permintaan anggota masyarakat.
c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil
perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan
daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang
disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian
dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat
menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan
memperkembangkan perekonomian daerah.
d) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam
jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang
sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang,
melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
2) Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari penerimaan pajak bumi dan
bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana
alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber lain misalnya
sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.

Sumber : http://terorisjalanan.blogspot.com/2015/03/analisis-perekonomian-indonesia.html

Menganalisis Prinsip-prinsip Pembiayaan Daerah


1. Dana Cadangan
Dana Cadangan adalah dana yang dibentuk guna membiayai kebutuhan dana yang
tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Dana Cadangan dibentuk untuk
suatu tujuan tertentu secara spesifik. Pembentukan Dana Cadangan menggunakan
rekening terpisah dari rekening kas daerah (Pembiayaan – Transfer ke Dana
Cadangan).
Penggunaan Dana Cadangan harus sesuai tujuan yang telah ditetapan Pemerintah
daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan
dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan daerah. Peraturan daerah
mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang
akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang
harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan
dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
2. Sumber Pendanaan Dana Cadangan
Pembentukan Dana Cadangan Daerah bersumber dari kontribusi tahunan penerimaan
APBD, kecualidari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan Dana Darurat yang
berasal dari Pemerintah. Dengan demikian, pemenuhannya bersumber dari
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Bagi
Hasil Pajak/Bukan Pajak.
Sumber pendanaan ini sama dengan sumber pendanaan untuk belanja operasional
(recurrent expenditures) sehingga menimbulkan terjadinya persaingan yang lebih
ketat dalam mengalokasikan sumberdaya yang terbatas. Pemda belum diberikan
kewenangan untuk menggunakan “kebijakan fiskal” seperti kebijakan pajak dan
retribusi untuk mendanai program/kegiatan tertentu seperti halnya di negara2 maju.
Secara faktual, kebijakan pajak bumi dan bangunan (PBB) masih ditangani oleh
Pusat, meskipun sesungguhnya sangat potensial bagi pembangunan daerah.
Harus pula dipahami bahwa dana cadangan tidak boleh dibentuk dari pinjaman
daerah. Hal ini tersirat dari pengertian dan tujuan ditariknya pinjaman daerah, yakni
untuk mendanai program dan kegiatan berupa investasi yang menghasilkan aliran kas
masuk (cash inflow) dan digunakan nantinya untuk pelayanan publik. Aliran kas
masuk ini nantinya digunakan untuk mendanai pembayaran pokok pinjaman dan
bunga dari pinjaman yang bersangkutan.
3. Pengelolaan Dana Cadangan
Dana cadangan haruslah dikelola dengan baik, sehingga selama masa “penumpukkan”
sampai saat dinilai cukup untuk digunakan dapat lebih produktif. Dalam hal ini,
kebijakan harus diarahkan pada upaya memberdayakan “idle money” dalam bentuk
dana cadangan.
Batasan tegas untuk pengelolaan dana cadangan ini adalah bahwa dana tersebut tidak
boleh digunakan untuk tujuan selain yang telah ditetapkan dalam Perda tentang
Pembentukan Dana Cadangan. Pengertian dari kata “digunakan” adalah dijadikan
sebagai input (masukan) untuk aktifitas di SKPD/SKPKD Pemda.
Jika dana cadangan belum digunakan maka dapat “diberdayakan” untuk memperoleh
hasil (return) berupa bunga atau dividen. Misalnya, diinvestasikan dalam bentuk
deposito, SBI, atau SUN. Namun, hasil yang diperoleh haruslah dimasukkan ke dalam
rekening dana cadangan sebagai penambah dana cadangan tersebut.
 Jenis Dan Jangka Waktu Pinjaman
1. Pinjaman Jangka Pendek
Merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran
dan Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Pendek yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun
anggaran yang berkenaan.
2. Pinjaman jangka Menengah
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan
kewajiban pembayaran kembali pinjaman (pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain)
harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala
daerah yang bersangkutan.
3. Pinjaman Jangka Panjang
Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Panjang yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun
anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang
bersangkutan.
4. Menganalisis sumber-sumber potensial pendapatan suatu
daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari
kegiatan ekonomi daerah itu sendiri. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah
satu pilar kemandirian suatu daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, sumber PAD
terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pengembangan potensi akan menciptakan pendapatan asli daerah bagi yang berguna
untuk melaksanakan tujuan pembangunan. Pengelolaan pendapatan asli daerah yang
efektif dan efisien perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi
daerah maupun perekonomian nasional. Kontribusi yang dicapai dari pendapatan asli
daerah dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan tersebut disalurkan untuk
membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang utama dan
sangat penting bagi pemerintah daerah. Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah terdiri dari Pajak
Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Yani, pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah
(2009).
Jadi, pemerintah daerah dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
haruslah dapat dengan bijak menyaring apa saja yang dapat dimasukkan kedalam
penerimaan PAD, dan ditentukan dalam Peraturan Daerah dan dibutuhkan sosialisasi
dari pemda untuk memberikan informasi dan pemahaman yang seluas-luasnya
mengenai PAD dan pentingnya bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan kepada
masyarakat. Transparansi anggaran harus dilaksanakan guna meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah yang bersangkutan.
Sumber :http://www.djpk.depkeu.go.id/data-series/pembiayaan-dan-kapasitas-
daerah/pinjaman-daerah/konsep-pinjaman-daerah

PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN
DAERAH
Perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah harus tetap berpegang pada
prinsip-prinsip anggaran yang baik. Prinsip-prinsip anggaran daerah ini diperlukan untuk
mengontrol kebijakan keuangan daerah, mencakup: (Mardiasmo, 2002)
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran.
Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu persyaratan untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggungjawab, mengingat
anggaran daerah merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada masyarakat, maka APBD harus memberikan informasi yang jelas tentang tujuan,
sasaran, hasil dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Selain itu setiap dana
yang diperoleh, penggunaannya harus dapat di pertanggungjawabkan.
2. Disiplin Anggaran
APBD disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat tanpa harus
meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan pemerintah,
pembangunan dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu anggaran yang disusun harus
dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Efisiensi dan Efektivitas anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan,
sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau
proyek yang diprogramkan.
4. Format Anggaran.
Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran detisit (deficit budget format).
Selisih antara pendapatan dan belanja mengakibatkan terjadinya surplus dan defisit
anggaran. Apabila terjadi surplus, daerah dapat membentuk Dana Cadangan, sedangkan
bila terjadi defisit, dapat ditutupi melalui sumber pembiayaan pinjaman dan alau
penerbitan obligasi daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pembiayaan Daerah
Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada Tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya, yang terdiri atas:
1. Penerimaan Pembiayaan
1). Sisa lebih perhitungan anggaran Tahun lalu (SILPA)
Sisa lebih perhitungan anggaran Tahun lalu merupakan selisih lebih antara realisasi pendapatan dengan
belanja Daerah yang dalam APBD Induk dianggarkan berdasarkan estimasi. Sedangkan realisasi SILPA
dianggarkan dalam perubahan APBD sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan Daerah tentang
penetapan perhitungan APBD tahun sebelumnya.
2). Pencairan dana cadangan
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya
tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibevbankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan
dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan ditetapkan dengan
peraturan daerah dan ditempatkan direkening sendiri. Pencairan dana cadangan digunakan untuk
menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum Daerah
dalam Tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan dalam peraturan Daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.
3). Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi digunakan untuk menganggarkan semua transaksi yang
mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang dari semua pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani
kewajiban untuk membayar kembali. Penerimaan Pinjaman dan Obligasi yang dianggarkan disesuaikan
dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran sesuai dengan perjanjian pinjaman.
4). Hasil Penjualan Aktiva Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan hasil penjualan Aktiva Daerah yang dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasil
penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan dapat berupa penjualan perusahaan milik Daerah/BUMD,
penjualan aktiva milik Pemerintah Daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi
penyertaan modal Pemerintah Daerah.
5). Penerimaan Kembali Pemberain Pinjaman
Penerimaan Kembali Pemberain Pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah Daerah lainnya.
6). Penerimaan Piutang Daerah

2. Pengeluaran Pembiayaan, mencakup:


1). Pembentukan Dana Cadangan
2). Investasi (Penanaman Modal) Pemerintah Daerah
Investasi Pemerintah Daerah digunakan untuk menganggarkan kekayaan Pemerintah yang diinvestasikan
babik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
a). Investasi jangka pendek, mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai denga 12 (dua belas)
bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara (SUN), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
b). Investasi Jangka Panjang terdiri dari investasi permanen dan non permanen antara lain surat berharga yang
dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu Badan Usaha, misalnya pembelian surat berharga
untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu Badan Usaha.
3). Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo
Pembayaran Pokok Utang digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang
dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
4). Pemberian Pinjaman Daerah

3. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan.


1). Sisa lebih pembiayaan tahun anggran berjalan digunakan untuk menganggarkan sisa lebih antara
pembiayaan netto dengan surplus/defisit APBD. Pembiayaan Netto merupakan selisih antara penerimaan
pendanaan dengan pengeluaran pendanaan yang harus dapat menutup defisit anggaran yang
direncanakan.
2). Jumlah yang dianggarkan pada sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan pada APBD induk
merupakan angka estimasi berhubung jumlah selisih lebih perhitungan anggaran pada tahun lalu yang juga
masih angka estimasi.
3). Dalam perubahan APBD Tahuin berjalan, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan tersebut
dianggarkan sepenuhnya untuk mendanai program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Daerah
sehingga jumlahnya menjadi sama dengan nol.

Sumber : http://civicsedu.blogspot.com/2012/06/analisis-dana-perimbangan-keuangan.html

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) hendaknya mengacu pada norma dan prinsip anggaran.

 Transparansi dan akuntabilitas anggaran.Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu
persyaratan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik,bersih dan bertanggung jawab.Selain tiu setiap
dana yang diperoleh,penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
 Disiplin anggaran.APBD disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat tanpa harus
menigggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan pemerintah,pembangunan dan
pelayanan masyarakat.Oleh karena itu,anggaran yang disusun harus dilakukan berlandaskan azas
efisiensi,tepat guna,tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Keadilan anggaran.Pembiayaan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi yang
dipikul oleh segenap lapisan masyarakat.Untuk itu,pemerintah wajib mengalokasikan penggunaannya
secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian
pelayanan.
 Efisiensi dan efektifitas anggaran.Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk
dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan
masyarakat.Oleh karena itu,untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran,maka
dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan,sasaran,hasil dan manfaat yang akan diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang diprogramkan.
 Format anggaran.Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran surplus atau defisit (surplus
defisit budget).Selisih antara pendapatan dan belanja mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit
anggaran.Apabila terjadi surplus,daerah dapat membentuk dana cadangan,sedangkan bila terjaadi defisit
dapat ditutupi antara lain melalui sumber pembiayaaan pinjaman dan atau penerbitan obligasi daerah
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Buku Prof Nehen

4. Prinsip Pembiayaan Pemerintahan Daerah


Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas di antara
kedua tingkat pemerintahan. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintahan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah merupakan satu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dan antarpemerintah daerah. Pinjaman daerah
bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah. Lain-lain pendapatan bertujuan memberi peluang kepada daerah
untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan yang disebutkan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi didanai APBD. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan
dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diikuti dengan pemberian dana. Dengan
demikian penyelenggaraan urusan pemerintah yang dilaksanakan oleh gubernur dalam
rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang
dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka tugas pembantuan didanai APBN.

5. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah


Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah
dan pembiayaan. Pendapatan satu daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan, sedangkan pembiayaannya bisa bersumber dari :
sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan
daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pembicaraan selanjutnya
meliputi masing-masing komponen dari pendapatan daerah dan sumber pembiayaan
daerah yang berasal dari pinjaman, karena sumber pembiayaan lainnya sudah dianggap
cukup jelas.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah (yang meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain
sebagai akiba dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
Daerah). Dalam upaya meningkatkan PAD, pemerintah daerah dilarang
menetapkan peraturan tentang pendapatan yang menghambat mobilitas
penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan
impor/ekspor, sehingga menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Ketentuan
mengenai pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

2) Dana Perimbangan
Dana perimbangan terdiri atas : dana bagi hasil, dana alokasi umum
dan dana alokasi khusus, yang jumlahnya ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN.
a) Dana Bagi Hasil
Dana ini besumber dari pajak dan sumber daya alam.
Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB)

Anda mungkin juga menyukai