Anda di halaman 1dari 20

KEHAMILAN RISIKO

a. Definisi
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang
dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata
laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal
(Manuaba, 2007, p. 43).
15

Risiko kehamilan adalah keadaan menyimpang dari normal,


yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi (Meilani, 2009, p. 94).
Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi
(Depkes RI, 2003).
Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko berdasarkan karakteristik ibu. Risiko
golongan ibu hamil menurut Muslihatun (2009, p. 132), meliputi:
1) Ibu hamil risiko rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor-faktor
risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang
dikandungnya.
Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk
PAP minggu ke-36.
2) Ibu hamil risiko sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko
tingkat sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain.
Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan
janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu
persalinan.
16

3) Ibu hamil risiko tinggi


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor
risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor
risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam
keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan
nanti.
b. Termasuk kehamilan risiko
Menurut Puji Rochyati faktor risiko ibu hamil adalah:
1) Kehamilan risiko rendah
a) Primipara tanpa komplikasi
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang
telah mencapai tahap mampu hidup (viable). Kehamilan dengan
presentase kepala, umur kehamilan 36 minggu dan kepala sudah
masuk PAP.
b) Multipara tanpa komplikasi
adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viabel atau lebih.
c) Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup
Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu, tetapi berat badan lahir melebihi 2500 gram.

17
2) Kehamilan risiko sedang
a) Kehamilan yang masuk ke dalam kategori “4 terlalu”
(1) Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang
dengan baik dan relatif masih kecil, biologis sudah siap tetapi
psikologis belum matang.
Sebaiknya tidak hamil pada usia di bawah 20 tahun.
Apabila telah menikah pada usia di bawah 20 tahun,
gunakanlah salah satu alat/obat kontrasepsi untuk menunda
kehamilan anak pertama sampai usia yang ideal untuk hamil
(BKKBN, 2005, p. 6).
Menurut Caldwell dan Moloy ada 4 bentuk pokok
jenis panggul:
(a) Ginekoid: paling ideal, bentuk bulat: 45 ℅
(b) Android: panggul pria, bentuk segitiga: 15 ℅
(c) Antropoid: agak lonjong seperti telur: 35 %
(d) Platipelloid: menyempit arah muka belakang: 5 %
(Prawirohardjo, 2008, p. 105-106).
(2) Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun)
Pada usia ini kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi
persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan.

18
(3) Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu
belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai
kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan
lama, atau perdarahan.
(4) Jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak)
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil
lagi, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan
lama, karena semakin banyak anak, rahim ibu makin
melemah.
b) Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm,
dalam keadaan seperti itu perlu diwaspadai adanya panggul
sempit karena dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan.
c) Kehamilan lebih bulan (serotinus)
Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu belum
terjadi persalinan, dihitung berdasarkan rumus Naegele.
Gejala dan tanda:
Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu, gerak
janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama
sekali, air ketuban terasa berkurang, kerentanan akan stres.

19

Penanganan:
Persalinan anjuran atau induksi persalinan. Bila keadaan janin
baik maka tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan
menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari. Bila hasil
positif, segera lakukan seksio sesarea
(Mansjoer, 2001, p. 275-276)
d) Persalinan lama
Partus lama adalah partus yang berlangsung lebih dari 24
jam untuk primigravida dan 18 jam bagi multigravida.
Penyebabnya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan.
Gejala dan tanda:
KU lemah, kelelahan, nadi cepat, respirasi cepat, dehidrasi, perut
kembung dan edema alat genital.
Bahaya:
Bisa terjadi infeksi, fetal distres dan ruptur uteri.
Penanganan:
Memberikan rehidrasi dan infus cairan pengganti, memberikan
perlindungan antibiotika-antipiretika.
(Prawirohardjo, 2008).
3) Kehamilan risiko tinggi
e) Penyakit pada ibu hamil

20

1) Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu
kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003,
p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang
dari 11 g% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada
trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk
terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus,
abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008,
p. 281).
Gejala dan tanda:
Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara
tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia
defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi
dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009)
Penanganan umum:
Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan
mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat
besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi
sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia
(Maulana, 2008, p. 187).

21

2) Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman
(plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat
menyebabkan keguguran.
Gejala dan tanda:
Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan malaria
berat lainnya.
Penanganan:
Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin
dengan dosis 300 mg/minggu.
3) TBC paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis.
Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru,
sehingga dapat menyebabkan perubahan pada sistem
pernafasan.
Gejala dan tanda:
Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering.
Penanganan:
Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan
dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada
pemeriksaan antenatal.
22

Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah,


sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi.
Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin
istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang
intensif dan teratur.
(Mansjoer, 2001, p. 287).
4) Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus
ekstra hati-hati. Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga
kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa
berkurang.
Gejala dan tanda:
Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak napas
apabila disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa
berat pada kehamilan muda, dan mengeluh tentang
bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
5) Diabetes mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh
tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau
sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin
secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke
sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.
23

Gejala dan tanda:


Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi
mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati,
dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas,
hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan
sakit kuning.
Penanganan:
Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil
harus memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur,
serta menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada
penderita penyakit ini.
(Prawirohardjo, 2008, p. 290).
6) Infeksi menular seksual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit
atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut
(Sjaiful, 2008, p. 921).
f) Riwayat obstetrik buruk
(1) Persalinan dengan tindakan
(a) Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi
persalinan. Dilakukan tindakan ini karena adanya
24

komplikasi pada ibu maupun janin, misalnya ibu hamil


dengan KPD, pre eklamsia, serotinus.
(b) Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan
bayi melalui abdomen dengan membuka dinding uterus
dengan cara mengiris dinding perut dan dinding uterus.
Tindakan ini dilakukan karena ada komplikasi pada
kehamilan, misalnya plasenta previa totalis, panggul
sempit, letak lintang, sudah pernah SC dua kali, dan lain
lain.
(2) Pernah gagal kehamilan (keguguran)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada
usia kurang dari 20 minggu (berat janin kurang dari 500
gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.
Gejala dan tanda:
Perdarahan bercak hingga derajat sedang dan perdarahan
hebat pada kehamilan muda.
Penanganan:
Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi
pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih stabil)
Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi
pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi
medik atau merujuk) (Prawirohardjo, 2008, p. 145).
25

g) Pre eklamsi
Pre eklamsi adalah suatu keadaan dengan timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.
Gejala dan tanda:
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam.
Penanganan umum:
Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium, obat antihipertensi dan dirawat di
rumah sakit bila ada kecendrungan menjadi eklamsia.
h) Eklamsia
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia
berat” ditambah dengan kejang atau koma yang dapat
berlangsung mendadak.
Gejala dan tanda:
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia berat dan
kejang atau koma.

26

Penanganan:
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang
dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat. (Prawirohardjo,
2008, p. 212).
i) Hamil kembar (gemelli)
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih. Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor
keturunan, umur dan paritas.
Gejala dan tanda:
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya
kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa
lebih cepat membesar, pada palpasi bagian kecil teraba lebih
banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen,
terdengar 2 denyut jantung janin.
Penanganan dalam kehamilan:
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar
dan mencegah komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap,
Hb, dan golongan darah.
j) Kehamilan dengan kelainan letak
(1) Letak lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang
janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh
ibu.
27

Etiologi:
Kelemahan dinding perut/uterus karena multiparitas,
kesempitan panggul, plasenta previa, prematuritas, gemeli
dan lain-lain.
(2) Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri.
Penyebabnya:
Prematuritas, gemeli, multiparitas, plasenta previa dan lain
lain.
k) Perdarahan dalam kehamilan
(1) Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
Gejala dan tanda:
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut, sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpa
nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi pada
pagi hari sewaktu bangun tidur.

28

Penanganan:
Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga
yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke
rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal
maupun vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit,
janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37
minggu, atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka
kehamilan dapat dipertahankan istirahat dan pemberian obat
obatan dan observasilah dengan teliti.
(2) Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
Gejala dan tanda:
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin
berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba, auskultasi
jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, dapat
terjadi gangguan pembekuan darah.
Penanganan:
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan
prematur dilakukan perawatan inap dan pada plasenta tingkat
sedang dan berat penanganannya dilakukan di rumah sakit
(Saifuddin, 2002, p. 92).
29

c. Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko


1) Bayi lahir belum cukup bulan
2) Bayi lahir dengan BBLR
3) Keguguran (abortus)
4) Partus macet
5) Perdarahan ante partum dan post partum
6) IUFD
7) Keracunan dalam kehamilan
8) Kejang
(Prawirohardjo, 2008)
d. Pencegahan
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila
mendapat penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan
dengan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan menurut
Kusmiyati (2008, p. 149) , antara lain:
1) Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur,
minimal 4x kunjungan selama masa kehamilan yaitu:
a) Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama)
b) Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat
sampai bulan keenam)
c) Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai
bulan kesembilan)
30
2) Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama
kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit
tetanus pada bayi baru lahir.
3) Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih
sering dan intensif
4) Makan makanan yang bergizi
Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit- penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
5) Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu
hamil:
a) Berdekatan dengan penderita penyakit menular
b) Asap rokok dan jangan merokok
c) Makanan dan minuman beralkohol
d) Pekerjaan berat
e) Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan
f) Pemijatan/urut perut selama hamil
g) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil
6) Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan
mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil.
7) Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko
tinggi. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan
31

desa, Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah


sakit pemerintah atau swasta.
e. Program antenatal care
1) Pengertian
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut
pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh
tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa
kehamilannya ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
2) Tujuan antenatal
Tujuan dilakukan antenatal bagi ibu hamil adalah:
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang janin
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan janin.
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
32

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan


selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Cara pelayanan antenatal care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar
pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a) Kunjungan Pertama
(1) Catat identitas ibu hamil
(2) Catat kehamilan riwayat sekarang
(3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain
(4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
(5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
(6) Pemeriksaan obstetrik
(7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
(8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin,
dan mineral lainnya serta obat-obatan khususnya atas indikasi
(9) Penyuluhan/konseling

33

b) Jadwal kunjungan ibu hamil


Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit
4 kali selama kehamilan
(1) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
(2) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)
(3) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu
dan sesudah minggu ke 36)
c) Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
(1) (Timbang) berat badan
(2) Ukur (Tekanan) darah
(3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
(4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
(5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama
kehamilan
(6) Tes terhadap penyakit menular sexual
(7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan
oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh
dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil
secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi risiko dan
komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat
meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
- Mengupayakan kehamilan yang sehat
34

- Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan


penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
- Persiapan persalinan yang bersih dan aman
- Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
d) Pemberian vitamin zat besi
Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan asam folat 500 Mg, minimal
masing-masing 120 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum
bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. Zat besi
paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus jeruk
(vitamin C).
e) Jadwal imunisasi TT
Tabel 2.1: jadwal imunisasi TT Jenis imunisasi Waktu kunjungan Lama perlindungan %
perlindungan TT1 Kunjungan antenatal ke-1 TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80% TT3 6
bulan setelah TT2 5 tahun 95% TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99% TT5 1 tahun setelah TT4
25 tahun/seumur hidup 99%

35

f) Jadwal kunjungan ulang


(1) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk:
- Penapisan dan pengobatan anemia.
- Perencanaan persalinan.
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
(2) Kunjungan II (24–28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)
dilakukan:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
- Penapisan pre eklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi
dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
(3) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir):
- Sama seperti kunjungan II dan III.
- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
- Mengenali tanda-tanda persalinan

Anda mungkin juga menyukai