Anda di halaman 1dari 2

Titrasi Formol

Pada praktikum titrasi formol yang telah dilakukan, terdapat dua macam bahan yaitu
putih telur yang direbus dan putih telur yang digoreng dan didapatkan hasil yang berbeda.
Dalam praktikum ini ditambahkan beberapa larutan tertentu, diantaranya adalah larutan K-
oksalat jenuh yang berfungsi untuk memblok gugus amina (-NH2) pada asam amino sehingga
hanya terdapat gugus karboksil (-COOH) saja pada ujung rantai yang akan bereaksi dengan
NaOH hingga larutan menjadi berwarna merah muda. Kemudian ditambahkan larutan
indikator phenolpthalin 1% yang berfungsi untuk batas penanda berakhirnya titrasi. Titrasi
menggunakan lartan NaOH berfungsi untuk menetralkan gugus karboksil yang terdapat pada
asam amino sampel. Sebelum dilakukan titrasi dengan NaOH, warna campuran larutan
adalah merah muda pekat, namun setelah dilakukan titrasi warna berubah menjadi merah
muda yang pucat. Kemudian ditambahkan larutan formaldehid yang berfungsi untuk
menguatkan sifat asam dari asam amino sampel, keadaan ini ditandai dengan hilangnya
warna merah muda hilang. Kemudian dilakukan titrasi lagi sampai warna larutan menjadi
warna merah muda lagi. Perubahan warna larutan menjadi merah muda dsebabkan karena
difat dari larutan indikator phenoplthalin akan berubah menjadi warna merah muda apabila
bereaksi dengan larutan yang sifatnya basa (Fardiaz, 1980)
Pada praktikum ini menggunakan larutan blanko yang dalam hal ini digunakan
aquades yang ditambahkan dengan K-oksalat jenuh dan larutan indicator phenolpthalin.
Setelah ditambhakan ini didapatkan hasil warna langsung berubah menjadi warna merah
muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan blanko tidak mengandung protein. Tujuan
digunakannya larutan blanko adalah untuk mengetahui jumlah NaOH yang bereaksi dengan
zat kimia yang digunakan dalam analisis K-oksalat jenuh, larutan formaldehid dan aquades.
Pada hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh volume NaOH dikurangi volume blanko
pada sampel telur rebus sebesar 0 mL, sedangkan pada sampel telur goreng sebesar -0,1 mL.
Perbedaan volume ini terjadi karena kadar protein dari setiap sampel berbeda. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, didapatkan kadar protein dari sampel yang digunakan. Untuk
telur rebus sebesar 0% dan telur goreng sebesar - 0,0028%. Hasil ini sesuai dengan literature,
dimana kadar protein pada telur rebus lebih besar daripada kadar protein pada telur goreng.
Hal ini dikarenakan perbedaan pada pengolahannya, dimana pada pengolahan telur goreng
ditambahkan minyak sehingga menambah kandungan lemak jenuh. Namun untuk hasil
perhitungannya tidak sesuai dengan literature, dimana menurut literature kadar protein telur
rebus sebesar 6 gram per biji dan pada telur goreng sebesar 5 gram per biji. Adanya
ketidaksesuaian hasil kadar protein ini dimungkinkan karena adanya kesalahan dalam
pengukuran, perlakuan yang kurang sesuai waktunya, dan kelayakan bahan sampelnya.
Karena bahan yang digunakan sebagai sampel mempengaruhi hasil yang diperoleh (Bachri,
2010)

Daftar Pustaka

Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian
Kualitatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai