Anda di halaman 1dari 15

Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan

Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat
luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit
atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia
semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi
biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal.
Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :

1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia


2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan
merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses
disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap
lingkungan sosialnya.

Pengertian Sehat Menurut Ahli WHO, Sehat adalah kondisi normal seseorang yang
merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa,
dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai,
kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.

World Health Organization (WHO) membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa
pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang
merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete physical, mental and
social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity”. Menurut WHO, ada tiga
komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia
yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot,
tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi
tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa
yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore Sano).

3. Sehat Spritual

Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti
penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan
formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman
rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan
tidak monoton. Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental,
dan social.

Batasan kesehatan menurut Undang-undang kesehatan No. 23 1992 adalah keadaan sejahtera
badan, jiwa, dan social yang memungkinkan orang hidup produktif secara social dan ekonomi.

Batasan UU kesehatan No. 23 1992 ini sepertinya lebih luas cakupannya disbanding WHO,
karena hanya mencakup aspek fisik, mental dan social saja tetapi secara ekonomi juga mesti
sehat. Sehat secara ekonomi ( Notoatmodjo, 2007) yaitu diukur secara produktifitasnya atau
mempunyai pekerjaan yang dapat menghasilkan secara ekonomi.
Fashel&Bush, 1970 dalam (Notoatmodjo, 2007) menguraikan 11 tingkatan berdasarkat defisi
sehat oleh Person sebagai berikut :

1. Well being (sehat sempurna) atau sehat menurut WHO dan UU Kes. No. 23 1992

2. Dissatisfaction (Kurang memuaskan) atau ada penyimpangan ringan dari well being yaitu mis:
Caries dentis.

3. Discomfort (Tidak nyaman) Adl tetap lancer walauoun sudah ada gejala penyakit mulai terasa

4. Minor disability ( Ketidakmampuan ringan) Adl tetap dilaksanakan namun berkurang secara
bermakna karena ada gangguan kesehatan

5. Mayor disability ( Ketidakmampuan bermakna) Adl tetap dilaksanakan namun berkurang


secara bermakna

6. Disable (Cacat) Individu tidak mampu melaksanakan ADL tp masih bisa bergerak bebas
dalam masyarakat

7. Confined (Terbatas) Individu hanya berbaring di rumah dan tidak masuk rumah sakit

8. Confined + bedridden ( kegiatanl di tempat tidur ) di rumah

9. Isolated ( Terisolasi) Individu terpisah dari keluarga dan sahabat karena dirawat

10. Coma ( masih ada kemungkinan sembuh)

11. Mati

Status kesehatan fungsional oleh Bush dkk. Dirujuk pada 3 ciri khas yaitu 1. Pergerakan
fisik/badan,2. mobilitas dan 3.aktivitas peranan utama (major role activity) namun yang paling
utama ukuran kesehatan dan bersifat social adalah aktivitas.

Skala tingkatan kesehatan funfsional Oleh Bush,dkk. Sbb :

1. Pertolongan dibutuhkan dan juga kegiatan pemeliharaan diri


2. Tidak ada kegiatan utama namun ada kegiatan pemeliharaan kesehatan diri

3. Ada kegiatan utama dengan batasan-batasannya

4. Ada kegiatan utama tetapi terbatas pada kegiatan lain

5. Ada kegiatan utama dan kegiatan lain

Perilaku Kesehatan

Perilaku merupakan faktor tersebar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi
kesehatan individu, kelompok atau masayarakat (Bulum, 1974)
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman
serta lingkungan. (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008)
3. Bentuk Perilaku
Di lihat dari bentuknya perilaku dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Bentuk pasif
Adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat
orang lain,misalnya berpikir,tanggapan,sikap atau pengetahuan.
b. Bentuk aktif
Adalah apabila perilaku ini jelas bisa dilihat.

B. Batasan Perilaku Kesehatan


Batasan perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Perlu dijelaskan di
sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang orang yang sehat pun
perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (selftreatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.Klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain:
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
• Menu seimbang
• Olahraga teratur
• Tidak merokok
• Tidak minum-minuman keras dan narkoba
• Istirahat yang cukup
• Mengendalikan stress
• Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku Sakit(illness behavior)
Mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
Perilaku peran sakit ( the sick role behavior) Perilaku ini mencakup :
• Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
• Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang
layak.
• Mengetahui hak(misalnya: hak memperoleh perawatan,pelayanan kesehatan dan kewajiban
orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter atau
petugas kesehatan,tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya.

C. Teori Perilaku
Perilaku manusia itu di dorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal
ini ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebut dapat dikemukakan:
1. Teori naluri (Instinct Theory)
Dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi sosial. Perilaku itu disebabkan
karena insting yang merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan insting akan
mengalami perubahan karena pengalaman.
2. Teori Dorongan (Drive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan
atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme
yang mendorong organisme berperilaku. Teori ini disebut juga teori reduction.
3. Teori Insentif (Incentive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya
insentiv atau reinforcement ada yang positif dan ada yang negative. Reinforcement positif adalah
berkaitan dengan hadiah, reinforcement negative berkaitan dengan hukuman.
4. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh
disposisi internal (motif, sikap, dsb) ataukah oleh keadaan eksternal.
D. Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme (orang),namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat
given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan
yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan
dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor,
baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.Sehingga membagi perilaku manusia
menjadi 3 domain,ranah atau kawasan yakni:kognitif,afektif,dan psikomotor.
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yakni:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
a. Proses adopsi perilaku
Penilitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni
• Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
• Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
• Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).
• Triall, orang telah mencoba perilaku baru.
• Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
tehadap stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
• Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
mengingat kembali (recall). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah dan untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan,meguraikan,mendefinisikan,menyatakan dan sebagainya.
• Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
• Applikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang
real atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, perinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
• Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
• Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada misalnya menyusun,merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori.
• Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Evaluasi ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.
a. Komponen pokok sikap
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
• Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
• Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
• Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)(Alport,1954 yang dikutip dalam
Notoatmodjo)
b. Berbagai Tingkatan Sikap terdiri dari:menerima (receiving),merespon(responding)
menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible)
c. Praktek atau Tindakan (practice) terdiri dari : persepsi (perception), respon terpimpin
(guided response), mekanisme (mechanism), adopsi (adoption).
Faktor penentu (Determinan) perilaku kesehatan pada umumnya melibatkan banyak faktor.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan
diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor
pembawa (predisposing faktor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, dan nilai-nilai. faktor pendukung (enabling faktor) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan,faktor
pendorong (reinforcing faktor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari periaku
masyarakat.
Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang
bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan periaku petugas kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008).

E. Pembentukan Perilaku
1. Kondisioning atau kebiasaan
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan. Misalnya,bangun
pagi, menggosok gigi, mengucapkan salam dan terimakasih (Suryani, 2003 yang dikutip dalam
Notoatmodjo, 2003).
2. Pengertian (Insight)
Misalnya datang kuliah jangan sampai terlambat, karena hal itu dapat mengganggu teman-teman
yang lain.
3. Menggunakan model
Misalnya kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai
panutan yang dipimpinnya.

F. Model-model Perilaku Kesehatan


1. Model Suchman
Model Suchman adalah menyangkut pola sosial dari perilaku sakit yang tampak pada orang
mencari, menemukan dan melakukan perawatan medis. Ada empat unsur yang merupakan faktor
utama perilaku sakit yaitu perilaku itu sendiri, sekuensinya tempat atau ruang lingkup dan variasi
perilaku selama tahap-tahap perawatan medis.
2. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock
Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara
langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya terhadap nilai
manfaat dari suatu tindakan kesehatan.
3. Model Fabrega
Model ini memberikan definisi abstrak tentang perilaku sakit yang dituangkan dalam 9 tingkatan
dan menggambarkan konsekuensi keputusan yang ditetapkan orang selama dalam keadaan sakit.
4. Model Mechanic
Suatu model mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan cara orang melihat, menilai
serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.(Mechanic,1962 yang dikutip dalam
Muzaham,1995)
5. Model Andersen
Model yang menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal itu tergantung pada: predisposisi
keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, kemampuan mereka untuk
melaksanakannya, dan kebutuhan meraka terhadap jasa pelayanan tersebut.
6. Model Kosa dan Robertson
Upaya lain untuk memahami perilaku sehat dan sakit baik dari perspektif individu maupun sosial
adalah dengan model yang di kembangkan oleh J.Kosa dan L.S.Robertson (1975). Formulasinya
meliputi 4 komponen utama yakni: penilaian tentang suatu gangguan kesehatan, peningkatan
rasa khawatir karena persepsi tentang gejala penyakit, penerapan pengetahuan sendiri terhadap
kesehatan dan bentuk tindakan untuk menghilangkan kekhawatiran dan gangguan kesehatan
tersebut.
7. Model Antonovsky dan Kats
Dalam mempelajari kesehatan preventif, A.Antonovsky dan Kats (1970) mengemukakan suatu
model terpadu untuk membuat kategori tentang berbagai tipe variabel yang berbeda menurut
pola tindakan tertentu, dan membuat spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel tersebut.
Tiga golongan variabel di identifikasikan sebagai determinan dalam perilaku pencegahan
gangguan kesehatan, termasuk perbuatan tunggal maupun berulang-ulang. Ketiga golongan
variabel tersebut adalah motivasi predesposisi, variabel kendala dan variabel kondisi.
8. Model Langlie
Adalah model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan cara menggabungkan variabel-
variabel social psikologi dan model kepercayaan kesehatan dengan karakteristik kelompok social
dari formulasi Suchmnan. Perilaku pencegahan kesehatan yang dirumuskan oleh Langlie sebagai
suatu tindakan kesehatan yang di sarankan, dan dilaksanakan oleh seseorang yang percaya
bahwa dirinya dalam keadaan sehat, guna mencegah penyakit, gangguan kesehatan, atau
mendeteksi penyakit pada saat penyakit belum terlihat.

G. Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya


Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu
yang relatif lama.Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap yaitu;
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti
atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat di
kelompokkan menjadi;
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
• Penyebab penyakit
• Gejala atau tanda-tanda penyakit
• Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
• Bagaimana cara penularannya
• Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi:
• Jenis-jenis makanan yang bergizi
• Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya
• Penting olahraga bagi kesehatan
• Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minum keras, narkoba dan
sebagainya.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
• Manfaat air bersih
• Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan
sampah
• Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
• Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya
2. Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Oleh sebab itu
indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas,
yakni:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-tanda penyakit,
penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-
cara(berperilaku) hidup sehat.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap
kesehatan.
3. Praktek atau Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan
atau mempraktekkan apa yang diketahui. Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan atau
dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Indikator praktek kesehatan ini juga
mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni:
a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup:pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya,
melakukan pegurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di
tempat yang berdebu dan penyembuhan penyakit.
b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain:mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok,tidak minum-minuman keras dan narkoba,dan
sebagainya.
c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup:membuang air besar di jamban (WC),membuang sampah di
tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi,cuci,masak dan sebagainya.

H. Aspek Sosio Psikologi Perilaku Kesehatan


Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh bebarapa faktor
yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: Susunan saraf
pusat, Persepsi, Motivasi, Emosi, dan Belaljar persepsi adalah pengalaman yang dihasilakan
melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai
dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan
ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Promosi kesehatan

Keturunan

Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan Lingkungan

Perilaku

Predisposing Faktor Enabling Faktor ( Reiforcing faktor ( Siksp dan


(pengetahuan,Sikap,Kepercayaan, ketersediaan sumber-sumber perilaku petugas, peraturan /
Tradisi, Nilai-nilai8/8/2018 fasilitas) UU

Komunikasi (penyuluhan) Pemberdayaan Masyarakat Training


(Pemberdayaaan social)

Promosi Kesehatan
Suumber :

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta: EGC.

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-sehat-menurut-ahli-who.html

http://uin-alauddin.ac.id/artikel-79-konsep-sehat-dan-sakit.html

https://kekeanisa20091995.wordpress.com/2014/03/24/definisi-sehat-menurut-who-world-
health-organization/ 8/8/2018
https://nurfadila384.wordpress.com/2012/10/12/perilaku-dalam-promosi-kesehatan/ 8/8/2018

Anda mungkin juga menyukai