Anda di halaman 1dari 116

http://inzomnia.wapka.

mobi

THE MYSTERY OF THE TWO TOED PIGEON


by Alfred Hitchcock
Text by: Marc Brandel

TRIO DETEKTIF
MISTERI MERPATI BERJARI DUA
Alihbahasa: Aryotomo Markam

Penerbit: PT. Gramedia


Cetakan Pertama: Februari 1989

SEPATAH KATA
DARI HECTOR SEBASTIAN

HALO, namaku Hector Sebastian.


Aku penulis kisah misteri. Dan beberapa novelku telah diangkat ke layar
putih.
Tapi aku di sini bukan untuk bercerita tentang diriku sendiri. Aku cuma
merasa perlu menceritakan sedikit tentang
profesiku. Mengapa? Karena profesiku menyebabkan aku selalu tertarik
pada petualangan-petualangan penuh misteri
yang dialami tiga kawan mudaku.
Mereka terlibat dalam petualangan bukan karena kebetulan belaka. Yah,
paling tidak bukan kebetulan seratus
persen. Lihat saja kasus yang kini mereka hadapi. Kasus yang mereka
juluki Misteri Merpati Berjari Dua. Kasus ini
bermula dari pertemuan aneh dan tidak disengaja. Tapi... kalau bukan
mereka yang mengalami pertemuan itu, pasti
tidak akan terjadi apa-apa.
Itulah ciri mereka. Dari peristiwa kecil yang seolah biasa saja, mereka
bisa menemukan bahwa di balik itu ada
sesuatu. Sesuatu yang aneh, malah kadang-kadang ajaib. Dan tidak
jarang mereka akhirnya terlibat dalam situasi yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

berbahaya. Mereka selalu penasaran terhadap suatu masalah yang


menimbulkan tanda tanya.
Mereka menjuluki kelompoknya Trio Detektif. Akan kuceritakan sedikit
siapa Trio Detektif itu.
Mereka bertiga-trio. Jupiter Jones, Pete Crenshaw, dan Bob Andrews.
Tinggalnya di Rocky Beach, sebuah kota
kecil di tepi pantai selatan California, beberapa mil dari Santa Monica.
Jupiter Jones, biasa dipanggil Jupe, menjadi pimpinan kelompok ini.
Tubuhnya pendek dan... ah, tidak gendut
benar. Gemuk? Kurasa lebih tepat menyebutnya gempal. Daya ingatnya
luar biasa. Dan ia mempunyai bakat istimewa
dalam menarik kesimpulan. Kemampuannya melakukan pengamatan patut
mendapat acungan jempol. Inilah yang
membuat Jupe dipilih menjadi pimpinan Trio Detektif.
Kukira, ada beberapa orang yang mengira Jupe congkak. Tapi
sebenarnya ia tidak begitu. Ia cuma sangat yakin
pada dirinya. Dan itu memang wajar. Soalnya, kalau menyimpulkan
sesuatu, biasanya dia benar.
Pete Crenshaw, Penyelidik Dua, tinggi dan ramping. Bakatnya luar biasa
di bidang olahraga. Tak heran kalau ia
mahir baseball, berenang, dan bersepeda. Kecintaannya pada hewan
sangat besar, dan ia punya rasa humor yang
tinggi. Keyakinan dirinya tidak sekuat Jupe. Demikian pula
kenekatannya. Kalau harus mengambil tindakan yang
berbahaya, ia selalu ragu. Tapi dalam keadaan mendesak, ia dapat
diandalkan.
Bob Andrews bertugas dalam bidang data dan riset. Anaknya cerdas,
gemar belajar, dan agak pendiam. Ke mana
saja ia pergi, catatannya tidak pernah ketinggalan. Apa yang dilihat,
dialami, dan dipikirkannya tidak akan luput dari
catatannya. Kurasa dia akan jadi wartawan ulung kelak.
Nah, kalian sudah tahu siapa Trio Detektif itu. Sekarang aku tidak akan
berpanjang lebar lagi. Kupersilakan kalian

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mengenal mereka sendiri dari pengalaman yang mereka hadapi saat ini,
yaitu... oh, aku akan tutup mulut mulai
sekarang. Cuma satu pesanku, bersiaplah menjumpai orang-orang yang
ganjil dan aneh. Selamat bermisteri!
HECTOR SEBASTIAN

Bab 1
SI KEDIP MATA

"AKU usul kita mampir dulu untuk mengisi perut," kata Pete Crenshaw
pada kedua kawannya.
Hari itu adalah hari pertama liburan musim panas. Trio Detektif,
Jupiter Jones, Bob Andrews, dan Pete,
menghabiskan hari itu dengan berenang di pantai favorit mereka.
Sekarang mereka sedang mengayuh sepeda di
sepanjang jalan menuju Rocky Beach.
Bob segera menyetujui usul Pete. Ia mengayuh sepedanya lebih kencang,
menyusul Pete yang berada di depannya.
Jupiter Jones, Penyelidik Satu, menimbang-nimbang usul Pete dengan
caranya yang metodis itu. Memang, ia
kepanasan dan capek. Pekerjaan fisik memang tidak pernah disukainya.
Ia lebih suka menggunakan otaknya. Tapi
ajakan untuk mampir di Kedai Kuda Laut di puncak bukit berikutnya
cukup menarik baginya.
Namun, di lain pihak Jupe agak... terlalu berat badannya. Bahkan
beberapa kawan sekolahnya mengejek dia dengan
panggilan si Gendut. Karena itu ia berniat mengurangi berat badannya
selama liburan ini. Targetnya turun lima kilo.
Jadi ia bisa pergi ke sekolah dengan tubuh yang lebih langsing pada
bulan September nanti.
Sambil mempelajari tinggi bukit yang akan didakinya, ia
mempertimbangkan ajakan Pete itu lebih jauh lagi. Saat

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

itu sudah jam tiga. Enam jam telah berlalu sejak perutnya diisi dengan
sarapan. Selama itu ia berenang dan bersepeda
sejauh beberapa mil. Ia telah membakar kalori dalam jumlah yang cukup
besar. Pasti berat tubuhku telah berkurang,
pikir Jupe. Di samping itu... perutnya sudah keroncongan.
"Oke," sahutnya pada kedua kawannya di depan. "Aku setuju kita
mampir di Kedai Kuda Laut."
Waktu anak-anak masuk tempat itu sudah hampir kosong. Trio Detektif
mengambil tempat di pojok dekat jendela
yang menghadap ke jalan raya. Pete segera mengempaskan tubuhnya,
duduk dengan santai di kursi. Bob menelusuri
daftar menu restoran itu.
Penyelidik Satu mengamat-amati pengunjung lainnya yang cuma sedikit.
Ia sedang melaksanakan salah satu
kegemarannya, yaitu mencoba menarik kesimpulan dari apa yang
dilihatnya. Dari cara orang berpakaian, dari raut
wajahnya, dan dari kelakuannya, Jupe dapat menyimpulkan apa
kebiasaan atau pekerjaan orang itu.
Salah seorang pengunjung segera menyita perhatiannya. Laki-laki itu
kurus dan agak pendek, sekitar seratus enam
puluh sentimeter. Jasnya berwarna gelap, bajunya putih, dan sepatu
kulitnya hitam serta runcing. Sepatu itu agak
kebesaran bagi ukuran tubuhnya yang pendek itu. Dari gerakan jari-jari
tangannya di dalam kantung celananya, Jupe
dapat menyimpulkan bahwa orang itu sering menonton pacuan kuda.
Sembari duduk di depan meja tinggi dengan secangkir kopi di
hadapannya, laki-laki itu mengetuk-ngetukkan
jarinya pada kursi di sampingnya. Ia memandang ke luar dengan gelisah.
Sebentar-sebentar tangannya meraba sebuah
kotak besar di sisinya. Seakan-akan ia ingin meyakinkan dirinya bahwa
kotak itu tidak hilang. Kain katun tipis
menyelubungi kotak itu dengan rapi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe mengalihkan pandangannya perlahan-lahan sampai ia dapat melihat


lalu lintas di jalan raya. Dengan sudut
matanya, Jupe masih memperhatikan laki-laki berjas gelap itu.
Beberapa sedan melintas dijalan raya. Orang itu acuh tak acuh saja.
Kemudian Jupe mendengar suara yang lebih
keras dari sebuah mobil yang datang mendekat. Orang pendek itu
bangkit. Ia memperhatikan mobil yang datang
dengan penuh perhatian. Sebuah karavan tampak melintas. Orang itu
duduk kembali.
Laki-laki itu tentunya menanti kendaraan besar, sebuah truk atau mobil
boks. Jupe berkesimpulan, pasti bukan
karavan.
Pelayan restoran datang membawa hamburger. Jupe memisahkan irisan
roti bagian atasnya. Dengan begitu ia dapat
mengurangi makannya. Ia kembali memperhatikan orang berpakaian jas
gelap itu. Untuk sesaat pandangan mereka
bertemu.
Kemudian suatu keganjilan terjadi. Orang itu mengedipkan matanya
pada Jupe. (Kedip.) Jupe secara otomatis
membalas dengan senyuman.
Laki-laki itu menganggap senyuman Jupe sebagai suatu undangan. Sambil
menjinjing kotaknya, ia mendatangi Trio
Detektif. Sembari begitu ia berkedip lagi. (Kedip.)
"Kalian baru berenang?" Pertanyaan itu suatu sapaan yang bersahabat.
Tapi cara orang itu berbicara seolah-olah
menunjukkan arti yang khusus. Karena, begitu selesai berbicara, ia
mengedip lagi. (Kedip.)
"Ya," sahut Pete, sambil nyengir dengan mulut yang masih penuh
hamburger. "Di Wills Beach."
"Wills Beach?" kata orang itu lagi. "Pantas kalian kelaparan."
(Kedip.)
Tidak ada sesuatu yang lucu pada komentar orang itu. Tapi Trio
Detektif tidak dapat menahan ketawanya. Apa pun

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

yang dikatakannya, caranya mengedip itu seperti mengakhiri suatu


banyolan yang kocak.
Laki-laki itu tersenyum.
"Boleh aku bergabung dengan kalian?" tanyanya.
(Kedip.)
Jupe bergeser merapat ke jendela, memberi tempat. Orang itu duduk di
samping Jupe, lalu menaruh kotak
terbungkus kain itu di lantai dekat kakinya.
"Namaku Stan," ujarnya. Sambil berkata begitu, mata kanannya
mengedip lagi. (Kedip.) Anak-anak
memperkenalkan diri mereka masing-masing: "Jupe", "Pete", "Bob".
"Aku senang melihat anak-anak yang cekatan seperti kalian..." Tiba-tiba
Stan melompat bangkit dari samping Jupe.
Ia memandang ke jalan raya dengan penuh harap. Terdengar suara
kendaraan berat. Sebuah truk pengangkut minyak
melintas. Stan duduk lagi.
"Stan. Kependekan dari Stanley," ia melanjutkan beberapa saat
kemudian. "Tapi aku biasa dipanggil Blinky, karena
aku sering berkedip. Kalian sudah memperhatikan itu, kan?"
(Kedip.)
Kali ini anak-anak tidak tertawa. Mereka kini tahu bahwa Stan tidak
bermaksud melucu dengan kedipannya itu.
Berkedip memang sudah menjadi kebiasaannya yang tidak bisa
dikendalikan. Mungkin ada gangguan pada saraf
pengendali pelupuk matanya.
Bob merasa prihatin melihat kebiasaan Stan. Ia merasa bersalah karena
menertawakan Stan tadi. Demikian pula
perasaan kedua kawannya. Mereka sekarang merasa dekat dengan Stan.
Apalagi ketika Stan memanggil pelayan
restoran dan memberinya uang sepuluh dolar.
"Anak-anak ini aku yang traktir," katanya pada pelayan wanita itu.
(Kedip.)

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Si pelayan wanita berkacak-pinggang sambil merengut. Mungkin ia


merasa digoda oleh kedipan Stan. Dengan
muka masam diambilnya uang itu lalu berjalan ke kasir.
Trio Detektif berterima kasih pada Blinky atas kebaikannya. Pada
menit-menit berikutnya tidak ada truk yang
lewat. Mereka semua duduk dengan rileks. Jupe telah menghabiskan
separuh hamburgernya. Yang separuh lagi tidak
disentuhnya. Ia puas karena dapat menahan nafsu makannya. Kini ia
merasa lebih langsing.
"Anda tinggal di Santa Monica?" tanya Jupe pada Blinky.
Blinky terhenyak. Posisi duduknya jadi lebih tegak. Kakinya tak sengaja
menendang kotak di sampingnya. Matanya
yang biasanya berkedip kini terbuka lebar.
"Dari mana kau tahu tempat tinggalku?" tanyanya dengan suara serak.
Jupiter tidak bermaksud mengagetkan Blinky. Dengan ramah ia
melemparkan senyum bersahabat. "Aku cuma
menebak saja," katanya. "Kan ada tiga mobil di pelataran parkir. Di
mobil yang satu ada boneka beruang di
belakangnya. Jadi kuduga mobil itu milik wanita di sebelah sana, yang
bersama gadis kecil berambut pirang itu. Di
atas mobil yang kedua terikat sebuah papan selancar." Penyelidik Satu
menunjuk pada seorang laki-laki dengan badan
berisi dan kulit coklat terbakar. Orang itu sedang menikmati minuman
soda. "Dialah satu-satunya orang di restoran ini
yang paling cocok disebut pemain selancar air. Dan mobil yang ketiga
memiliki plat nomor Santa Monica. Karena
itulah aku menduga itu mobil Anda."
Blinky terpana mendengar uraian Jupe yang terinci itu.
"Aku paham sekarang," ujarnya. "Pengamatanmu awas, seperti detektif
saja."
"Bukan cuma seperti," kata Jupe cepat-cepat. Ia merasa perlu untuk
menjelaskan pada Blinky siapa sebenarnya
mereka bertiga. "Kami memang detektif. Trio Detektif."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Dikeluarkannya sebuah kartu nama dari kantungnya dan diberikannya


pada Blinky. Jupe sendiri yang mencetak
kartu nama itu, menggunakan mesin cetak tua yang dibeli pamannya,
Paman Titus. Di kartu itu tertulis:

TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa Saja"
???
Penyelidik Satu - Jupiter Jones
Penyelidik Dua - Pete Crenshaw
Data dan Riset - Bob Andrews

Di bagian bawah tertulis nomor telepon kantor Trio Detektif di


pangkalan barang bekas yang dikelola keluarga
Jones.

Blinky memperhatikan kartu itu dengan cermat. "Apa artinya tiga tanda
tanya ini?" tanyanya.
"Itu menunjukkan misteri yang belum terpecahkan, dan teka-teki yang
belum terjawab," jawab Jupe. "Karena itu
kami akan selalu tertantang dalam menangani kasus-kasus yang kami
hadapi."
"Yah, itu semacam simbol bagi kami," Bob menambahkan.
Blinky mengangguk. Ia berkedip lagi ketika menyimpan kartu itu dalam
kantungnya.
"Kalian punya banyak..." Ia tidak menyelesaikan kalimatnya.
Jupe tidak dapat menebak apa yang sebenarnya ingin diucapkan Blinky.
Blinky telah berdiri lagi. Matanya menatap
ke luar melalui jendela. Di kejauhan terdengar suara berderu-deru yang
berasal dari kendaraan berat. Kemudian
muncul sebuah mobil boks besar berwarna hijau. Mobil boks itu melintas
di depan restoran. Pengemudinya tampak
seperti orang Jepang.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter menoleh pada Blinky. Tapi orang berjas gelap itu sudah tidak
ada di tempatnya. Blinky sudah berada di
pintu keluar. Dalam sekejap ia berlari menuju mobilnya di pelataran
parkir.
Pete yang pertama kali bereaksi. Sebagai seorang atlet, ia memiliki
refleks yang lebih cepat dari kedua kawannya.
Diambilnya kotak dari lantai di samping meja. Dengan bergegas
dikejarnya Blinky.
"He, tunggu," panggilnya. "Anda lupa..."
Tapi ia terlambat mengingatkan Blinky. Begitu Pete berlari melintasi
pelataran parkir, sedan milik Blinky sudah
meluncur dengan cepat mengikuti mobil boks hijau tadi.
Pete berjalan kembali ke restoran. Kotak itu diletakkannya di meja.
Trio Detektif duduk sambil termenung memandangi kotak yang
tertinggal itu.
Jupe menarik-narik bibir bawahnya. Kebiasaan itu selalu dilakukannya
sewaktu sedang berpikir keras. Menurut dia,
itu membantunya dalam berkonsentrasi.
Bob yang memecah kesunyian itu. "Lebih baik kita serahkan saja pada
pelayan restoran," usulnya. "Blinky pasti
akan kembali kemari untuk mencarinya."
"Itu usul yang paling masuk akal bagiku," kata Pete menyetujui usul Bob.
Tapi Penyelidik Satu itu tetap menarik-
narik bibir bawahnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Blinky dan mobil
boks hijau itu membangkitkan kecurigaannya.
Bakat alami yang dimiliki Jupe mengatakan ada sesuatu di balik
peristiwa itu. Dan Jupe tidak tahan untuk membiarkan
sesuatu itu tidak terungkap. Ia merasa yakin bahwa tidak lama lagi Trio
Detektif akan menghadapi misteri baru.
"Usulku sebaliknya," akhirnya ia berkata. "Kita bawa saja kotak ini ke
kantor di pangkalan. Blinky kan sudah
punya kartu kita. Itu memudahkannya menghubungi kita lewat telepon
atau..."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia melihat Pete sudah mau protes. Memang, Penyelidik Dua tidak


seperti Jupe semangatnya dalam mencari
petualangan.
"Alasanku," sambung Jupe lagi, "Blinky tidak menitipkan kotak ini pada
pelayan, kan? Dia meninggalkannya pada
kita. Bahkan aku hampir yakin bahwa dia mempercayai kita untuk
mengurus kotak ini untuk sementara."
"Tapi dia kan bisa saja lupa," sela Pete. "Lihat saja betapa terburu-
burunya dia."
Namun Pete sudah tahu. Kalau dia tidak dapat mengajukan alasan yang
cukup meyakinkan, biasanya usul Jupe
yang akhirnya diterima. Dan itulah yang terjadi kali ini.
Setengah jam kemudian anak-anak telah kembali di kantor mereka di
Pangkalan Jones.
Kantor itu berada dalam sebuah karavan tua yang dibeli Paman Titus
beberapa lama berselang. Karavan itu tidak
kunjung dibeli orang. Barang-barang rongsokan mulai menimbuninya. Dan
anak-anak ikut menimbuninya sampai
tersembunyi seluruhnya. Dari luar hanya tampak rongsokan barang
bekas yang menggunung. Anak-anak membuat
jalan rahasia untuk dapat masuk ke dalam kantor tersembunyi itu.
Di dalam kantor terdapat sebuah meja, tempat penyimpan berkas,
laboratorium mini, dan pesawat telepon. Anak-
anak dapat membayar sewa telepon dari uang yang mereka hasilkan dari
bekerja di Pangkalan Jones.
Pete, yang tadi membawa kotak dengan sepedanya, meletakkan kotak itu
di meja.
"Oke," katanya. "Sebuah kotak misterius yang bukan milik kita. Apa
yang ingin kaulakukan sekarang?
Membukanya?"
Jupe duduk di kursi goyang di belakang meja.
Ia menggeleng-geleng perlahan. "Kita tidak punya hak untuk melakukan
hal itu," sahutnya. "Kurasa kita cuma

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

bisa..."
Ia menyorongkan badannya ke depan. Telinganya ditempelkan pada kain
penutup kotak itu.
Ketiga anak itu dapat mendengar dengan jelas sekarang. Suara lembut,
seperti dengkuran. Ada makhluk hidup di
dalamnya. Makhluk itu terkurung dalam kotak.
"Kita tidak punya pilihan lain sekarang," ujar Pete. "Kotak ini harus
dibuka."
Sejak kecil Pete memiliki rasa sayang luar biasa terhadap binatang. Ia
mempunyai kebiasaan memungut dan
membawa pulang kucing atau anjing kecil yang berkeliaran di jalan.
Bahkan pernah membawa pulang seekor kuda
yang ditemuinya berkelana sendirian. Semua itu didorong keinginan
hatinya. Ia tidak tega melihat seekor binatang
tidak terurus. Kali ini nalurinya mengatakan bahwa ia harus menolong
hewan yang terkurung dalam kotak itu.
Dibukanya pita pengikat kotak itu. Lalu diangkatnya kain penutupnya.
Sebuah sangkar besi. Dan di dalamnya
terdapat seekor merpati.
Burung itu indah. Ramping, berbulu tebal, sehingga ekornya hampir
membentuk kipas. Dan bulunya yang berkilau
menunjukkan bahwa burung itu sehat.
Tapi Jupiter melihat sesuatu yang lain pada merpati dalam sangkar itu.
Salah satu jarinya hilang. Pada kaki
kanannya terdapat tiga jari. Namun pada kaki kirinya cuma ada dua jari.
"Kita tidak bisa membiarkannya terkurung dalam sangkar seperti ini,"
kata Pete dengan tegas. "Harus kita
pindahkan ke sangkar lain yang lebih besar dan lebih nyaman. Burung
tempatnya di alam bebas, bukan dalam sangkar.
Apalagi sangkar yang kecil."
Jupiter mengangguk. "Akan kubuatkan sangkar yang lebih besar dan
nyaman," katanya. "Yang kuperlukan
hanyalah paku, palu, dan segulung kawat ayam."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Dalam beberapa menit saja Trio Detektif telah mendapatkan apa yang
mereka butuhkan untuk membuat sangkar
baru. Jupe mulai sibuk bekerja di bengkelnya, kantor. Tangannya
memang cekatan. Sebentar saja sudah terbentuk
sebuah rangka kotak yang lebih besar. Kemudian gulungan kawat ayam
dipaku pada rangka itu. Terciptalah sebuah
sangkar baru yang nyaman untuk ditempati merpati yang ditinggal
pemiliknya itu.
Pete membawa burung itu keluar kantor, sementara Jupe mengambil
sebungkus jagung yang biasa diberikan Bibi
Mathilda pada itik-itik di taman kota. Bob menyediakan semangkuk air
segar.
"Beristirahatlah kau di sini," kata Pete seraya memasukkan merpati itu
ke dalam sangkarnya yang baru.
Burung itu segera menyukai tempatnya yang baru. Dipatuk-patuknya
jagung yang terdapat di sangkar. Lalu
beberapa kali dicelupkannya kepalanya ke dalam mangkuk berisi air.
Burung itu mengibas-ngibaskan sayapnya, lalu
pergi ke pojok sangkar. Kepalanya disembunyikan di balik sayapnya.
Dengan begitu seakan-akan merpati itu ingin
menunjukkan rasa gembiranya.
Trio Detektif ikut merasa gembira. Kini mereka bisa pulang dengan lega.
Merpati itu ditinggalkan di bengkel
Jupiter, yang terletak di salah satu pojok Pangkalan Jones. Bob dan
Pete mengayuh sepedanya ke rumah masing-
masing. Jupe berjalan kaki menyeberangi jalan menuju rumahnya,
tempat ia tinggal bersama paman dan bibinya.
Merekalah yang merawat Jupe sejak Jupe menjadi yatim-piatu ketika
masih kecil.
Esoknya Jupe bangun pagi-pagi sekali. Sambil mengucek-ngucek
matanya, ia berlari memasuki Pangkalan Jones.
Sangkar baru itu masih terdapat di bengkelnya. Ketika mendekatinya,
Jupe melihat merpati indah berwarna kelabu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

itu masih ada dalam sangkarnya. Merpati ramping itu berkukur dengan
riang sambil mematuki jagung yang masih
tersisa.
Jupe berlutut. Ia menempelkan mukanya pada kawat sangkar itu.
"Dari mana kau datang?" sapanya pada burung itu. "Apa yang dilakukan
Blinky terhadapmu di kotak kecil itu? Dan
mengapa Blinky kemarin begitu gugup?"
Kelihatannya kehadiran merpati itu membawa misteri, pikir Jupe.
Kemudian Jupe terhenyak. Burung itu lebih misterius dari dugaannya
semula.
Merpati dalam sangkar yang sedang diperhatikan Jupe kini memiliki tiga
jari pada tiap-tiap kakinya!

Bab 2
PECINTA BURUNG

"ITU merpati pacuan Belgia," kata Bob. "Dua-duanya."


Jupe telah menelepon kedua kawannya dan memberi tahu apa yang
dilihatnya tentang merpati itu. Tapi baru setelah
makan siang mereka dapat berkumpul di kantor Trio Detektif.
Bob Andrews sedang mendapat giliran untuk bekerja di perpustakaan
umum di Rocky Beach paginya. Sembari
menjaga perpustakaan, dia menyempatkan membaca buku-buku tentang
burung merpati. Sebuah buku yang penuh
dengan gambar-gambar merpati dipinjamnya dari perpustakaan. Ia
memperlihatkan isi buku itu pada kedua kawannya.
Jupe mempelajarinya. Ia membanding-bandingkan gambar di buku
dengan merpati berjari tiga yang kini terletak di
meja di hadapannya, dalam sangkar yang lebih kecil.
"Ya, kau benar, Bob," ujarnya. "Kedua burung itu amat mirip. Hanya
jumlah jarinya saja yang berbeda. Merpati
yang pertama berjari dua pada kaki kirinya, sedangkan merpati yang
kedua berjari tiga pada kedua kakinya. Namun

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kedua-duanya merpati pos."


Ia mengembalikan buku itu pada Bob. Pete memasukkan jarinya melalui
sela-sela sangkar burung. Dengan lemah-
lembut dibelainya bulu merpati itu. Rupanya merpati ini senang terhadap
perlakuan Pete. Kedua mata merpati yang
bulat itu memandang Pete, seolah hendak mengatakan sesuatu.
"Itu memang sering terjadi," kata Pete. "Kau belum pernah dengar?
Cukup banyak merpati liar di pantai sekitar sini
memiliki jari yang tidak lengkap."
Penyelidik Satu mengangguk, tapi tidak berkata apa-apa. Sebenarnya ia
tidak banyak tahu tentang merpati. Bahkan
berita tentang burung-burung tidak terlalu menarik perhatiannya,
sampai peristiwa ini terjadi. Tetapi ia merasa gengsi
menyatakan hal ini pada kedua kawannya. "Ya, kaki-kaki mereka
tersangkut di kawat-kawat," katanya seakan-akan
tahu benar apa yang terjadi. "Atau mereka mengalami kecelakaan,
seperti teriris sisi kaleng bekas yang tajam."
Ia menoleh pada Bob, yang sedang asyik menekuni buku tentang merpati
itu.
"Apa lagi yang dikatakan tentang merpati pacuan Belgia?" tanyanya.
"Mereka burung pembalap kampiun. Dan memang mereka dipelihara
untuk itu. Orang yang memelihara dan
melatihnya-seperti pelatih kuda-dapat mengenali merpati miliknya dari
ratusan burung yang ada."
Bob kembali membaca buku itu dengan serius.
Lalu ia mengangkat kepalanya, sambil membetulkan letak kaca matanya.
"Luar biasa!" katanya. "Orang membawa pergi merpati-merpati itu dalam
sangkar-sangkarnya dengan mengendarai
truk. Kadang-kadang sampai sejauh lima atau enam ratus mil. Kemudian
merpati itu dibebaskan. Mereka semua
berpacu kembali ke rumah masing-masing. Merpati yang juara dapat
mencapai kecepatan enam puluh mil per jam.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Dan tidak satu pun yang tersesat! Seakan-akan mereka semua tahu jalan
pulang ke rumahnya, tidak peduli ke mana
mereka dibawa, atau dari mana mereka berasal."
Ia meneruskan membaca lagi. "Kejuaraan itu sudah menjadi olahraga
nasional di Belgia. Ada seekor merpati
dibawa dengan sebuah kapal ke Indocina. Burung itu dilepaskan di sana.
Lalu dalam dua puluh empat hari, merpati itu
sampai kembali di Belgia. Lebih dari tujuh ribu mil dilaluinya. Dan rute
itu sama sekali asing baginya."
"Masa?" seru Pete setengah tidak percaya. "Coba aku lihat." Ia
mengambil buku itu, lalu membacanya dengan
penuh perhatian.
"He, ini ada keajaiban lagi!" katanya. "Merpati ini dapat berperan
sebagai pembawa pesan. Dan ini sudah sejak
dulu terjadi dalam sejarah. Caesar memakai merpati pos dalam
menaklukkan musuhnya, Gaul. Dan angkatan
bersenjata Amerika Serikat bertahun-tahun memanfaatkan merpati pos
itu. Demikian juga dalam perang Korea yang
belum lama berselang. Bahkan sekarang pun masih digunakan merpati
pos untuk mengirim berita antara Los Angeles
dan Catalina Island. Kau tahu semua ini, Jupe?"
Penyelidik Satu tidak menjawab. Sesungguhnya ini berita baru baginya.
Tapi ia mencari akal agar
ketidaktahuannya tidak terlihat oleh Pete.
"Pertanyaannya ialah..." Jupe mencari-cari kata-kata yang tepat.
"Bagaimana bisa? Dan mengapa?"
"Menurut buku ini, tidak seorang pun tahu persis bagaimana burung-
burung itu dapat kembali ke rumahnya," sahut
Bob. Ia mengambil kembali buku itu dari tangan Pete. "Para ahli sudah
mempelajari masalah yang menarik ini di
Cornell University. Mereka sampai pada suatu dugaan yang paling
mungkin, yaitu bahwa burung-burung itu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mengikuti pola medan magnet bumi. Merpati sangat peka terhadap


medan magnet, di samping terhadap suara. Tapi
dengarkan. Ini pendapat seorang profesor. 'Satu-satunya cara untuk
memahami naluri merpati untuk kembali ke
rumahnya, ialah dengan menjadi merpati itu sendiri, merasa seperti
merpati dan berpikir seperti merpati.'"
Bob memperhatikan merpati dalam sangkar di hadapannya. Ia mencoba
membayangkan bagaimana rasanya
menjadi merpati itu.
Jupiter menggeleng-geleng. "Bukan itu maksudku," katanya sambil
menarik bibir bawahnya. "Aku tidak bertanya
bagaimana cara merpati itu kembali ke rumahnya. Yang kumaksud ialah
bagaimana merpati ini bisa masuk ke dalam
sangkar yang kita buat kemarin. Siapa yang menukarnya semalam?
Bagaimana mereka tahu di mana merpati berjari
dua itu? Dan mengapa mereka menukarnya?"
"Hm, ini menarik," komentar Pete seraya mengelus-elus si merpati
Belgia. Merpati itu bereaksi dengan
mengeluarkan suara berkukur. "Mari kita beri nama merpati ini," usul
Pete. "Bagaimana kalau Caesar?"
"Kemungkinan pertama." Penyelidik Satu sedang berpikir keras, seperti
yang biasa dilakukannya kalau ada suatu
teka-teki yang belum terjawab. "Blinky yang menukarnya sendiri. Ia kan
punya kartu Trio Detektif..." Jupe merasa
tidak perlu berendah diri... "dan kita kan cukup terkenal di Rocky Beach.
Kalau dia tanya pada sembarang orang yang
lewat saja, orang itu pasti akan memberi tahu di mana tempat tinggal
Jupiter Jones."
"Hmm, hampir semua orang di sini kenal kita," Pete menyetujui.
"Kemungkinan kedua," Jupe melanjutkan. "Orang yang mengendarai
mobil boks hijau yang dikejar Blinky. Ia
mungkin saja berputar kembali di suatu tempat, lalu secara kebetulan
melihat Pete bersepeda sambil membawa kotak.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia dapat membuntuti kita ke sini. Meskipun demikian, aku tidak merasa


bahwa kemarin kita diikuti orang."
Jupiter memandangi Caesar dengan raut muka yang seakan menyalahkan
mengapa burung itu tidak dapat memberi
laporan padanya. Kemudian muka Jupe perlahan-lahan menjadi cerah.
"Blinky dan orang bermobil boks hijau," ujarnya. "Apa yang kita tahu
tentang mereka? Kita tidak tahu nama
lengkap Blinky. Yang kita tahu hanya ia tinggal di Santa Monica. Waktu
itu ia mengendarai mobilnya begitu cepatnya
sehingga aku cuma bisa melihat sebagian dari plat mobilnya: MOK.
Sedangkan plat mobil boks hijau itu penuh
dengan debu. Aku tidak bisa membacanya sama sekali. Sepertinya kita
berada di ujung jalan buntu-kecuali untuk
satu hal."
"Apa itu?" seru Pete dengan tidak sabar. Gaya bicara Jupe memang
kadang-kadang membuat orang penasaran ingin
tahu lebih lanjut.
"Merpati. Ini bukan sembarang merpati, bukan merpati yang dipelihara
orang kebanyakan. Tapi merpati istimewa,
yang dapat terbang ratusan mil jauhnya, dan dipelihara dengan
perlakuan khusus. Sama dengan perlakuan terhadap
kuda pacuan, seperti apa yang kaukatakan tadi, Bob. Orang yang
memelihara merpati pacuan mestinya tahu siapa
orang lain yang juga memelihara merpati sejenis. Menurut penalaranku,
pasti ada suatu klub atau perkumpulan yang
dapat memberi petunjuk pada kita tentang siapa saja yang berurusan
dengan burung-burung ini..."
Buku telepon tebal sudah ada di tangan Jupe. Ia mulai membolak-balik
halaman buku telepon.
"Kalau kita berhasil menghubungi seorang pelatih atau pemelihara,
mungkin ia bisa mengenali merpati ini-"
"Caesar," Pete menyela. "Namanya Caesar."
"-Dan mengatakan pada kita siapa pemiliknya."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe dengan cepat mencari-cari di halaman kuning buku telepon. "M


untuk merpati," gumamnya. "P, perkumpulan.
Atau K, klub. A, Audubon. Mm..." Mata Jupe bergerak cepat menelusuri
halaman demi halaman.
"Hh..." desahnya lambat-lambat dengan nada kecewa. "Di mana lagi kita
harus mencari?"
"Miss Melody!" usul Bob.
"Siapa itu Miss Melody?" alis mata Jupe terangkat mendengar nama itu.
Ia menoleh pada Bob.
"Seorang wanita anggota perpustakaan Rocky Beach. Kadang-kadang aku
bertemu dengannya di sana. Di
perpustakaan cuma satu macam buku yang dicarinya. Buku tentang
burung. Dia memang tergila-gila pada burung.
Aku pernah ngobrol dengannya. Seingatku, dia pernah menjadi pimpinan
perkumpulan pecinta burung yang
dinamakan Perkumpulan Penyayang Unggas."
Jupe menutup buku telepon.
"Ini suatu kesempatan," katanya. "Kalau ada ahli tentang merpati di
sekitar sini, mungkin ia tahu. Kau tahu di mana
tinggalnya?"
Bob mencopot kaca matanya.
"Tidak," sahutnya sambil membersihkan kaca matanya. "Kecuali memang
ia tinggal di Rocky Beach. Kalau tidak,
dia tidak dapat menjadi anggota perpustakaan, kan? Tapi nama
lengkapnya aku ingat. Maureen Melody. Aku tahu
karena aku pernah melihat kartu perpustakaannya."
Dengan bersemangat Jupe mencari lagi dalam buku telepon. Dalam
sekejap ditemukannya telepon Maureen
Melody. Ia tinggal di Alto Drive, sekitar dua mil dari Pangkalan Jones.
"Aku usul kita segera bersepeda ke sana," kata Pete. "Tapi bagaimana
dengan Caesar? Apakah akan kita tinggal di
sini?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe tidak menganggap itu masalah membiarkan Caesar berada dalam


sangkarnya yang kecil, namun Pete
bersikeras untuk memindahkannya ke sangkar yang lebih besar di luar.
Jupe menggeleng pertanda tidak setuju. "Terlalu mudah bagi orang
untuk mencurinya di luar sana," ujarnya. "Lihat
saja apa yang terjadi semalam."
"Ya, mungkin nanti setelah kita kembali, merpati itu berubah menjadi
berjari empat!" Bob menimpali sambil
bercanda.
Akhirnya diputuskan untuk membawa Caesar. Pete membuka jalan keluar
utama dari kantor Trio Detektif-tingkap
di dasar karavan yang berada tepat di atas sebuah lorong yang menuju
ke luar. Ia menyelusup memasuki lorong,
sambil mendekap sangkar di dadanya. Bob menyusul sesudahnya.
Jupe baru saja hendak menyelusup masuk ke dalam lorong, ketika ia
terhenti. Dahinya berkerut.
Kemudian ia kembali ke mejanya. Dihidupkannya mesin penjawab telepon
otomatis. Baru setelah itu ia keluar
mengikuti kawan-kawannya.
Alto Drive berada di bagian timur Rocky Beach. Di kawasan itu berdiri
rumah-rumah besar dengan halaman dan
kebun yang luas. Pekarangan depan yang luas yang memisahkan rumah
dari jalan raya menjadi ciri khas kawasan itu.
Trio Detektif turun dari sepeda mereka di depan sepasang pintu
gerbang tinggi terbuat dari besi. SARANG
MELODY, sebuah tulisan terbaca pada pilar penyangga pintu gerbang.
"Bukan main orang ini," Pete berdecak kagum. "Sampai-sampai ia
menganggap rumahnya sendiri sebagai sarang,
seperti tempat tinggal burung saja."
Pada pilar itu pula terdapat interkom, alat untuk berkomunikasi dalam
jarak yang tidak terlalu jauh. Jupe menekan
tombol, lalu berjingkat untuk mendekatkan telinganya ke sebuah kotak
penjawab di atas tombol.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia bersyukur bahwa Maureen Melody tidak lupa memasang interkom.


Pintu gerbang masih berjarak sekitar tiga
ratus meter dari Sarang Melody. Sekalipun mereka berteriak, orang di
dalam tidak akan mendengarnya.
Namun tiba-tiba terdengar suara hingar-bingar. Seperti di dalam toko
peralatan stereo, pikir Jupiter, dengan seluruh
radio dan tape dihidupkan keras-keras. Bedanya, kali ini bukan suara
musik atau suara manusia yang keluar. Itu suara
bising campuran dari siulan, kicauan, gaok, dan jeritan.
Jupe menekan tombol kembali. Ia tidak mendengar suara apa-apa dari
kotak penjawab. Yang terdengar malah suara
jeritan yang seakan membelah udara.
Ia melangkah mundur. Dicobanya untuk melihat ke dalam melalui
gerbang yang tinggi. Nampak burung kakaktua
merah dan kuning bertengger di ranting. Burung itu bersuara lagi,
mengeluarkan bunyi seperti jeritan.
"Burung!" seru Pete. "Tempat ini penuh dengan..."
Kata-katanya yang terakhir tertelan oleh paduan suara kicauan burung
yang melengking tinggi.
"Burung," Jupiter menyelesaikan kalimat Pete. Jupe dapat melihat
burung-burung itu sekarang. Tidak semuanya,
tetapi paling tidak sebagian dari burung yang luar biasa banyaknya itu.
Burung gereja, kenari, gagak, bahkan rajawali
dan elang, nampak bertengger di ranting-ranting pohon. Terkadang ada
yang berpindah dari satu pohon ke pohon lain.
Jupe tidak mempedulikan interkom lagi. Ia meneliti pintu gerbang.
Meskipun gerbang ditutup, namun ternyata tidak
digembok. Ada sebuah lubang yang memang dimaksudkan untuk
membuka gerbang dari luar. Jupe menjulurkan
tangannya ke dalam lubang itu, lalu membuka palang gerbang itu. Sambil
menuntun sepedanya, ia berjalan memasuki
Sarang Melody. Pete dan Bob mengikuti. Bob berhenti sebentar untuk
memalang gerbang kembali.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Sekarang bagaimana?" tanya Pete sambil mendekatkan diri ke Jupe.


Jupe menunjuk ke jalan di hadapan mereka yang menuju hutan kecil
yang didiami burung-burung tadi. Mereka
menaiki sepeda masing-masing dan mulai mengayuh menyusuri jalan itu.
Pete memegang setang sepedanya dengan
tangan kanan, dan menjinjing sangkar Caesar dengan tangan kirinya.
Suara berisik tidak berkurang saat mereka bergerak meninggalkan
gerbang, bahkan semakin keras dan bising. Bob
menutup telinganya dengan sebelah tangan. Telinganya yang satu lagi
sebisanya ditutupnya dengan bahunya.
Jupe, yang berada paling depan, tiba-tiba berhenti. Melalui sela-sela
pepohonan ia dapat melihat sebuah rumah
bergaya Spanyol. Rumah itu masih berada dalam jarak seratus meter
dari tempat anak-anak berhenti. Tetapi bukan
rumah itu yang menyebabkan Jupe berhenti secara mendadak.
Di antara siulan dan kicauan serta jeritan burung-burung, Jupiter
mendengar sebuah suara lain. Suara seorang
wanita. Wanita itu mengeluarkan suara tinggi dan melengking, tapi
terdengar menyenangkan. Ia sedang bernyanyi.
Suaranya yang sopran terdengar merdu di tengah-tengah bisingnya
suara burung-burung.
"Ada tiga anak dalam pekaranganku, aku ingin tahu apa yang mereka
inginkan, " begitu syair lagu yang
dinyanyikannya.
Bob mengenali melodi lagu itu. Lagu The Battle Hymn of Republic.
"Mereka boleh datang mendekat, tapi jangan melukai burung-burungku."
Suara yang tadi terdengar lagi beberapa
saat kemudian. Suara itu masih melanjutkan lagu tadi.
Anak-anak mengayuh sepedanya perlahan-lahan.
Jupe dapat melihat seorang wanita sekarang. Wanita itu sedang berdiri
di sebuah taman yang memisahkan rumah
bergaya Spanyol dengan hutan kecil tadi. Ia sangat tinggi. Melihatnya
seperti melihat sebuah patung menjulang. Ia

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

memakai gaun panjang yang cocok untuk musim panas. Topinya terbuat
dari jerami dengan tali yang menjuntai ke
bawah dagunya yang bulat.
Di satu pundaknya hinggap seekor burung beo. Seekor rajawali kecil
berputar-putar tepat di atas kepalanya. Dan
seekor kenari hinggap di pinggir topinya.
"Kalau ingin mengutarakan maksud kalian, bernyanyilah dengan suara
keras, " sambutnya dengan bernyanyi pada
Trio Detektif yang berhenti beberapa meter di depannya. "Kalau tidak,
aku tidak dapat mendengarnya. "
Jupiter Jones berpengalaman dalam bermain sandiwara. Meskipun ia
tidak suka orang mengingat-ingatnya, karena
peran yang dimainkannya sebagai Baby Fatso. Tetapi ia tidak pernah
bergabung dalam kelompok musik atau paduan
suara sekolahnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya ia
harus ikut bernyanyi.
Meskipun demikian, Jupe segera menangkap apa yang diinginkan wanita
itu. Di tengah hingar-bingarnya suara
burung, satu-satunya suara manusia yang dapat terdengar adalah suara
tinggi dalam nyanyian.
"Kami mencari pemilik tempat ini, Miss Maureen Melody" kata Jupe
dengan bernyanyi.
"Akulah orang yang kalian cari, aku Maureen Melody, "jawabnya sambil
berlagu.
Sekarang kembali giliran Jupe. Ia berdehem.
"Maafkan kalau kami mengganggu, namun demikian kami ingin berbicara
dengan Anda. " Cukup sulit bagi Jupe
untuk mencari kata-kata yang cocok dengan nada lagu The Battle Hymn
of Republic, tapi Jupe mencoba sebaik
mungkin. "Kami mendengar- "
Ia berhenti. Maureen Melody tidak lagi mendengarkannya. Ia tersenyum
lebar. Matanya bersinar-sinar. Dengan
gerak seperti berdansa, ia mendekati Pete.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mengambil sangkar Caesar dari tangan Pete. Didekapnya sangkar itu.


Dan ia terus berdansa sambil bernyanyi
dengan suaranya yang sopran. Jelas sekali kegembiraan terpancar dari
wajahnya.
Dengan lebih bersemangat, ia berlagu lagi. "Terima kasih, terima kasih.
Akan kuberikan hadiahnya sekarang
pga!"

Bab 3
MUTIARA DARI BURUNG MURAI

"HADIAH APA-?" Jupe mulai bernyanyi. Ia terdiam. Maureen Melody


membuka sangkar Caesar.
"Jangan, " Jupe menyanyikan lagu pendek. "Jangan dibuka "
Dengan sesopan mungkin, ia mengambil sangkar kembali dari tangan Miss
Melody.
"Anda lihat, ini bukan merpati kami, " Jupe meneruskan nyanyiannya.
Jupe terdiam lagi. Banyak yang ingin ia jelaskan. Namun karena itu
harus dinyanyikan dengan suara tinggi Jupe
menjadi bingung. Dalam hatinya ia merasa kesal. Menyanyi seperti itu
hanya akan membuat suaranya serak,
sedangkan apa yang ingin dikatakan belum tentu tersampaikan.
"Bisakah kita pindah ke suatu tempat untuk membicarakan hal ini?"
nyanyi Jupe lagi. Ia mendapat kesulitan besar
mengikuti melodi lagu The Battle Hymn of Republic, karena itu ia
menyanyi sekenanya saja dengan nada yang ia
karang-karang sendiri. "Ayolah, kami lebih suka ke tempat lain. "
Miss Melody menegakkan kepalanya. Jari-jemarinya memainkan tiga
untai kalung mutiara yang dikenakannya. Ia
menatap anak-anak. Sinar matanya seakan-akan menunjukkan
kejengkelan, karena Jupe mengambil sangkar Caesar
dari tangannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Akhirnya Miss Melody mengangguk. Lalu ia berjalan ke arah rumah.


Rajawali di atas kepalanya terbang dan
menghilang di balik pepohonan. Burung beo tetap diam di pundak Miss
Melody. Demikian pula dengan kenari, berdiri
tenang di pinggir topinya.
Trio Detektif mengikuti Miss Melody memasuki pintu bergaya Prancis
ke dalam sebuah ruang tamu yang luas dan
terang-benderang. Miss Melody menutup pintu setelah anak-anak
masuk.
Mulanya kicauan, siulan, dan gaok masih terdengar sama kerasnya
seperti di luar. Kemudian Miss Melody
menekan sebuah tombol di dinding. Kaca-kaca tebal turun secara
otomatis, seperti tirai di panggung pertunjukan,
melapisi ruangan itu.
Luar biasa, pikir Pete. Seperti menyelam di laut yang dalam saja. Sunyi
senyap, tidak terdengar suara apa-apa. Tirai
kaca itu seakan-akan memisahkan mereka dari dunia luar.
"Sekarang bolehkah aku melihat burung yang kalian bawa itu?" Maureen
Melody berbicara dengan cara yang
biasa. Ia menatap Jupe dengan sorot mata sedih dan memelas. "Tadinya
kukira memang kalian ingin menyerahkan
burung itu kepadaku. Kukira kalian sudah melihat tawaranku pada siapa
yang berhasil menemukan burung ini. Sebagai
pendiri dan pimpinan Kawanku yang Dapat Terbang, aku membayar dua
puluh dolar pada siapa saja yang dapat
membebaskan seekor burung dari kurungannya. Aku tak tahan melihat
seekor burung dikurung. Itu perbuatan yang
sangat kejam."
"Kejam," burung beo di pundaknya meniru perkataannya. "Kejam.
Kejam."
Paling tidak ini sudah menjelaskan apa yang dimaksud dengan hadiah itu,
pikir Jupe. Sekarang gilirannya untuk

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

menjelaskan. Ia mulai dengan mengatakan bahwa Caesar bukanlah


miliknya. Caesar ditinggalkan secara misterius oleh
seseorang yang tidak dikenal. Mereka ingin sekali mengembalikan Caesar
pada pemiliknya.
Bob mengamati Maureen Melody ketika Jupiter berbicara. Meskipun
bertubuh tinggi besar, Maureen Melody
cantik dan menarik. Penampilannya mengingatkan kita pada seorang
bintang film.
"Kalau kita dapat menemukan siapa pemilik Caesar," Pete menambahkan,
"orang itu akan mengembalikan Caesar
pada kumpulannya. Dan Caesar tentu akan hidup di kandang yang cocok
untuk merpati, tidak di sangkar yang kecil
ini."
"Aku mengerti sekarang." Miss Melody kembali memainkan mutiaranya
dengan jari-jemarinya. Di samping tiga
untai mutiara di lehernya, ia juga memakai anting-anting mutiara.
"Inilah sebabnya kami datang menemui Anda," kata Bob. "Aku tahu
bahwa Anda sangat suka burung. Kita pernah
mengobrol soal ini di perpustakaan, ingat? Dan menurut kami Anda
mungkin saja tahu orang di sekitar sini yang
memelihara dan melatih merpati pacuan."
Miss Melody tidak menjawab. Ia memandang ke luar melalui jendela.
"Maaf," ujarnya. Ia menekan lagi tombol di dinding. Lembaran kaca
terangkat. Sekali lagi riuh-rendah suara
burung memenuhi ruangan.
Miss Melody membuka pintu bergaya Prancis. Ada seekor burung berdiri
di depan pintu. Itu burung murai, pikir
Pete.
Maureen Melody berlutut. Ia mengambil sesuatu dari paruh murai itu.
"Kawan yang pandai sekali," mulai lagi ia bernyanyi dengan suara sopran
yang jernih. Kali ini ia mengarang
nadanya sendiri. "Kusebut dia Edgar Allan Poe. Kuambil dari nama
seorang pengarang yang termasyhur yang juga

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

penyayang burung. Aku tahu burung milik Poe adalah burung gagak.
Namun aku suka puisinya. Kalian harus baca
puisi-puisi karyanya."
Burung murai tadi terbang kembali ke taman. Miss Melody menurunkan
tirai kaca lagi.
"Burung murai pandai mencuri," katanya dengan suara normal. "Tetapi
kedua muraiku sama sekali bukan pencuri.
Khususnya Edgar Allan Poe. Sebaliknya, Poe selalu mengembalikan
barang-barang. Poe selalu membawakan barang-
barang untukku. Barang yang indah-indah. Lihat!"
Dibukanya telapak tangannya yang gemuk dan putih, dan ditunjukkannya
apa yang baru saja dibawa Edgar Allan
Poe.
Sebuah mutiara besar berkilau-kilau.
"Ini mutiara ketiga yang dibawakannya untukku dalam bulan ini,"
katanya. "Aku tidak dapat menduga dari mana
Poe mendapatkan mutiara ini, tapi aku tidak peduli. Mutiara adalah
benda yang paling kusukai. Mutiara dan burung,
dua sejoli yang merupakan kawanku sehidup semati."
"Kembali pada merpati pacuan," Jupe mengingatkan Miss Melody. "Anda
pernah kenal seseorang..."
Miss Melody menggeleng. "Aku tidak bisa mengingat siapa-siapa saat
ini."
"Oh, kalau kebetulan Anda ingat," Jupe mengeluarkan kartu Trio
Detektif dari kantungnya dan memberikannya
pada Miss Melody, "kami akan sangat berterima kasih kalau Anda
menghubungi kami lagi."
Maureen Melody menerima kartu itu. Tapi sebelum ia dapat membaca
isinya, burung beo di pundaknya terbang dan
mengambil kartu itu dengan paruhnya. Si beo lalu terbang ke
tenggerannya.
"Terima kasih," kata Jupe pada Miss Melody. Meskipun ia suka pada
wanita itu, ia berpikir bahwa kedatangan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mereka ke situ tidak membawa hasil apa-apa. Malah ia sendiri merasa


seakan-akan ia menjadi burung yang terkurung
dalam ruangan kedap suara tadi.
Sambil tersenyum, Miss Melody membuka tirai kaca. Ia mempersilakan
anak-anak keluar melalui pintu-pintu
bergaya Prancis. Ia tidak tersenyum pada kita, Jupe memperhatikan,
tapi pada mutiara-mutiara dalam genggamannya.
Trio Detektif mengayuh sepeda mereka kembali ke jalan. Mereka tidak
saling berbicara selama mereka masih
berada di Sarang Melody. Dan memang tidak ada gunanya berbicara di
tempat seramai itu. Mereka memacu sepeda
masing-masing, melewati hutan kecil tempat burung-burung hinggap dan
bersarang.
Mereka belum jauh ketika tiba-tiba terdengar suara melengking
memanggil. Jupe mengira itu cuma lengkingan
suara burung. Tapi ketika menoleh ke arah rumah, ia melihat Miss
Melody berdiri di depan rumah seraya melambai-
lambai ke arah mereka.
"Aku punya kawan, " terdengar suara sopran Miss Melody. "Namanya
Parker Frisbee. Ia tinggal di kota ini.
Pernah, dia bercerita tentang merpati pacuan. Aku baru teringat
kembali. "
"Parker Frisbee, " Jupe membalas dengan bernyanyi pula. "Terima
kasih!"

Bab 4
JERITAN MEMINTA PERTOLONGAN

"PARKER FRISBEE," Jupe mengulangi ketika Trio Detektif telah sampai


dijalan yang sepi. "Itu nama sebuah
toko perhiasan di Main Street."
Ia mengarahkan sepedanya ke sebuah tempat berumput, lalu turun. Bob
dan Pete bergabung dengannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalian tahu apa yang ada di kepalaku?" tanya Pete. "Aku rasa Maureen
Melody benar. Kita harus segera
melepaskan Caesar dari sangkar ini. Biarkanlah Caesar pergi. Lupakan
saja semua ini."
Itulah apa yang dikuatirkan Jupe terhadap Pete. Jupe mengerti bahwa
usul Pete adalah yang terbaik bagi Caesar.
Kalau mereka membuka sangkar itu, Caesar akan terbang dan bergabung
dengan kumpulannya di kandang tempat
tinggalnya.
Namun dalam pandangan Penyelidik Satu, membiarkan Caesar terbang
pergi adalah hal yang paling buruk yang
dapat mereka lakukan. Bagi Jupe, Caesar lebih dari sekadar merpati.
Caesar adalah suatu rahasia. Jupe sudah mencium
bahwa mereka akan menghadapi suatu misteri yang menarik dan unik.
Sebuah kasus.
Pikirannya melayang ke telepon di kantornya dan mesin penjawab
telepon otomatis. Kalau orang berkendaraan
mobil boks hijau itu yang menukar merpati itu tadi malam, maka cepat
atau lambat Blinky akan menelepon. Blinky
pasti menginginkan merpati berjari dua itu kembali. Jupe ingin sekali
melihat reaksi Blinky ketika ia datang untuk
mengambil merpatinya. Jupe ingin sekali menyaksikan bagaimana air
muka Blinky kalau ia menyadari bahwa merpati
itu kini berjari tiga.
Jupe menduga-duga apakah Blinky akan mengenali merpati itu.
"Bagaimana kalau kita pergi dan mampir di Parker Frisbee?" usul
Penyelidik Satu. "Kan tempat itu kita lewati
dalam perjalanan pulang ke kantor."
Ia melihat Bob, mengharapkan dukungannya. Bob menoleh ke Pete.
"Oke," Pete menyetujui dengan ogah-ogahan. "Kita mampir di Parker
Frisbee."
Frisbee adalah toko perhiasan yang terbaik, dan juga termahal, di Rocky
Beach. Kaca etalasenya tidak dipenuhi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dengan jam tangan dan cincin-cincin kawin. Sebagai gantinya, dipajang


seuntai kalung mutiara, dialasi beludru hitam.
Di kiri kanannya terdapat bros berlian yang berkilau-kilau tertimpa
sinar matahari. Pemandangan dari luar itu seakan
mengundang orang agar masuk ke dalam, untuk menyaksikan keindahan
itu lebih dekat.
Di dalam ada beberapa tempat kotak kaca berisi bermacam-macam
perhiasan dan permata. Lebih indah dan juga
lebih mahal.
Seorang laki-laki berdiri di belakang salah satu kotak kaca. Tubuhnya
pendek dan agak gemuk. Ia mengenakan jas
bulu berwarna hitam dan celana panjang bergaris-garis. Di dalam ia
memakai kemeja putih serta dasi sutera. Lehernya
hampir-hampir tidak terlihat, tertutup oleh jenggotnya yang hitam dan
tebal. Sebagian besar mukanya tertutup oleh
berewok yang lebat pula. Hanya hidung dan matanya yang terlihat. Dagu,
mulut, dan bahkan pipinya tertutup oleh
berewoknya.
"Ya?" sapanya ketika Trio Detektif masuk.
"Mr. Parker Frisbee?" tanya Jupe.
"Betul."
Jupiter menjelaskan bahwa mereka kawan Miss Maureen Melody. Mata
Mr. Frisbee melebar ketika nama itu
disebut. Penyelidik Satu mengatakan bahwa Miss Melody yang memberi
tahu mereka tentang Mr. Frisbee. Menurut
Miss Melody, Mr. Frisbee ahli tentang merpati pacuan. Jupe ingin tahu
apakah Mr. Frisbee dapat menolong mereka
mencari siapa pemilik merpati pacuan yang mereka temukan.
"Oh, aku tidak terlalu ahli dalam soal ini," Mr. Frisbee menjawab dengan
rendah hati. "Memang, aku pernah punya
beberapa ekor merpati. Dan aku melatih mereka secara amatiran. Tapi
aku sudah tidak melakukannya lagi sejak
beberapa tahun yang lalu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia melirik pada sangkar yang dibawa Pete. "Apakah burung itu berada di
situ?"
"Ya." Pete mengangkat sangkar Caesar, sehingga Mr. Frisbee dapat
melihat dengan lebih jelas.
Mr. Frisbee meneliti Caesar selama beberapa saat dengan penuh
perhatian.
"Di mana kalian menemukannya?" tanyanya. "Bagaimana sampai merpati
ini berada di tangan kalian?"
"Seseorang meninggalkannya dalam pangkalan kami," jawab Jupe. Ia
berusaha untuk tidak menyebut-nyebut nama
Blinky.
"Siapa?"
"Kami tidak tahu," sahut Pete. "Tahu-tahu sudah ada di pangkalan.
Itulah sebabnya kami datang ke sini. Mungkin
Anda tahu siapa..."
Mr. Frisbee menggeleng. Ia tertawa kecil.
"Itu bukan merpati pacuan Belgia," katanya. "Kalian lihat, itu induk
merpati, merpati betina. Orang tidak
mengikutsertakan merpati betina dalam pacuan."
"Oh, tapi-" Bob hendak mengatakan sesuatu. Namun ia mengurungkan
niatnya. Ia buru-buru menutup mulutnya.
"Mungkin Anda punya ide atau petunjuk siapa pemilik merpati ini?" tanya
Jupe.
"Sama sekali tidak." Mr. Frisbee mengangkat bahunya. Jupe mengira
Mr. Frisbee tersenyum. Sukar sekali untuk
melihat senyumnya di balik jenggotnya yang tebal itu. "Maaf, aku tidak
dapat membantu kalian, Anak-anak. Tolong
sampaikan salamku pada Miss Melody."
"Baik, Mr. Frisbee," balas Jupe. "Terima kasih."
Trio Detektif kembali ke Main Street bersama Caesar.
Mereka harus menunggu sebelum dapat menjalankan sepeda mereka.
Sebuah mobil hitam, yang tadi diparkir di

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

pinggir jalan, kini meluncur dengan cepat. Anak-anak sampai merasakan


embusan angin akibat kencangnya mobil
hitam itu.
Setelah mobil hitam tadi lewat, Jupe dan Pete hendak mengayuh. Bob
menahan mereka. Ia menoleh sesaat ke arah
toko perhiasan.
"Ada apa?" tanya Jupe padanya.
"Aku tak yakin." Bob mencopot kaca matanya, lalu mengelapnya. Dahinya
berkerut-kerut. "Ada dua kemungkinan.
Parker Frisbee tidak tahu apa-apa tentang merpati pacuan-maksudku
benar-benar tidak tahu-atau ia tidak jujur pada
kita."
"Buat apa dia bohong?" ujar Pete dengan cepat.
"Aku tak tahu." Bob memakai kaca matanya kembali. "Tapi buku yang
tadi pagi kupinjam dari perpustakaan
mengatakan bahwa merpati betina juga diperlombakan. Bahkan
beberapa juara dunia perlombaan itu adalah merpati-
merpati betina."
Jupe menatap Bob dalam-dalam. Kemudian ia melihat jam tangannya.
"Sudah hampir waktu makan malam,"
katanya. "Bagaimana kalau kita makan malam dulu di rumah masing-
masing? Baru setelah itu kita kumpul lagi di
kantor untuk membahas seluruh kejadian ini."
"Oke," kata Pete menyetujui. "Tapi kalau kita tetap mau menahan
Caesar, aku tidak mau Caesar dikurung dalam
sangkar kecil ini. Caesar harus mendapat tempat yang layak bagi seekor
burung merpati, yaitu sangkar besar yang
kemarin kau buat, Jupe."
"Oke, Pete," kata Jupe seraya mengangguk. Ia lalu mengayuh sepedanya.
Dan itulah yang mereka lakukan pertama kali mereka berkumpul di
kantor Trio Detektif setelah makan malam.
Sangkar buatan Jupe terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam lorong
menuju kantor. Namun Trio Detektif mempunyai

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

jalan rahasia lain untuk masuk ke dalam kantor. Salah satunya ialah
melalui seutas tali dari atap karavan. Dengan jalan
ini, mereka akan masuk dari atas kantor. Jalan ini mereka namakan
Darurat Satu.
Pete yang mula-mula masuk. Ia memanjat tumpukan barang rongsokan
yang menggunung menutupi karavan.
Ketika Pete telah turun melalui tali itu, Jupe dan Bob menurunkan
Caesar yang masih berada dalam sangkar kecilnya.
Kemudian sangkar buatan Jupe diturunkan pula melalui atap karavan.
Sekarang giliran Bob meluncur.
Jupe mendapat giliran terakhir. Sambil berpegangan pada tali, ia
menutup atap karavan dari dalam. Pete dan Bob
sudah memindahkan Caesar dari sangkar kecilnya ke tempatnya yang
lebih besar. Jupe tidak memperhatikan kedua
kawannya. Matanya dengan cepat melihat pada mesin penjawab yang
telah dihubungkan dengan telepon.
Mata Jupe bersinar-sinar. Lampu mesin itu menyala. Berarti ada orang
yang menelepon tadi. Dan orang itu
menyampaikan pesan. Blinky, pikir Jupe. Pasti Blinky yang menelepon.
Jadi, pelakunya adalah pengemudi mobil boks
hijau itu... Pikiran Jupe bergerak cepat. Bergegas dihampirinya mesin
penjawab otomatis itu.
"Dengarkan ini," katanya sambil menghidupkan mesin penjawab dan
pengeras suara.
Bob dan Pete diam mendengarkan. Jupe duduk di kursi goyang agar
dapat berkonsentrasi pada isi pesan dalam
mesin itu.
"Tolong!" terdengar suara Maureen Melody. "Tolong aku!" Pecinta
burung yang nyentrik itu bernyanyi dengan
nada yang menyayat hati.
"Ada pembantaian besar-besaran! Aku keluar. Dan... di luar kutemukan
tubuh-tubuh burungku yang malang... "
Suaranya menjadi serak. Ia tak kuasa menahan rasa dukanya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Edgar Allan Poe. " Ratapannya terdengar amat memilukan. "Poe dipukul
hingga mati! Dan aku menemukan
bangkai lainnya. Salah satu rajawaliku... Oh, tolong. Tolonglah aku.
Seseorang membunuhi burung-burungku!"

Bab 5
MAUT MENGINTAI DI BALIK PEPOHONAN

"SEWAKTU menemukan kartu kalian, aku baru sadar bahwa kalian


adalah detektif," kata Maureen Melody.
"Aneh, aku merasa ini suatu takdir."
Trio Detektif sudah berada kembali di rumah Miss Melody. Mereka kini
duduk dalam ruangan kedap suara.
"Kalian lihat sendiri, aku tidak mau memanggil polisi," lanjutnya sambil
mengelus-elus burung beo di pundaknya.
"Aku sudah keseringan berurusan dengan mereka. Bolak-balik polisi itu
datang ke sini. Biasanya mereka
menyampaikan protes atau keluhan dari tetangga yang terganggu oleh
bisingnya suara burungku yang manis-manis.
Apa maunya mereka itu? Justru mereka seharusnya bersyukur
mendapat kesempatan untuk mendengar suara semerdu
itu."
Mungkin tetangga Anda tidak dapat bertenggang rasa dan hanya suka
pada kesunyian, pikir Pete, tapi ia tidak
berkata apa-apa.
Penyelidik Satu sibuk meneliti bangkai dua ekor burung yang terbaring
pada sehelai kain putih di meja. Kepala
burung murai itu remuk, seperti dipukul dengan benda keras. Tetapi
tidak ada tanda-tanda kekerasan pada bangkai si
rajawali. Mungkin burung ini diracun, pikir Jupe.
"Makanan apa yang biasa Anda berikan pada rajawali ini?" tanya Jupe.
"Kenapa? Daging, tentu saja," jawab Miss Melody. "Rajawali kan
termasuk karnivora. Dan rajawali pemburu yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

amat lihai. Sering kali burungku ini mencari makanan sendiri. Sekali
waktu dapat tikus, lain waktu dapat kelinci
dan..." Ia menghela napas. "Dan apa saja yang berhasil mereka jumpai.
Aku sering khawatir. Kadang-kadang burung
ini bandel."
"Kejam," burung beo di pundak Miss Melody bersuara. "Kejam. Kejam."
Jupe mengangguk. "Di mana Anda temukan bangkai burung ini?"
tanyanya.
"Edgar Allan Poe tergeletak di ujung taman. Ketika kupungut, aku..."
Ia mengambil sehelai sapu tangan kecil dari kantungnya. Ditutupnya
mulutnya dengan sapu tangan itu, seolah-olah
agar ingatannya segar kembali.
"Rajawaliku yang indah terbaring di antara pepohonan," akhirnya ia
melanjutkan, "di tempat biasanya kuletakkan
makanan untuk mereka. Melihatnya, aku menjadi curiga. Biasanya
rajawaliku makan. Tapi kali itu tidak, cuma
terbaring... tidak bergerak."
Jupe turut merasa prihatin.
"Bolehkah kami melihat tempat itu?" tanya Jupe.
"Tentu boleh." Maureen Melody memandang ke luar melalui pintu
bergaya Prancis. Di luar hampir gelap. "Akan
kuambil senter dulu."
"Tidak usah repot-repot," kata Jupe. "Kami membawa senter yang bisa
diikatkan di kepala. Tunjukkan saja
tempatnya, nanti akan kami teliti tempat itu."
Riuh suara burung sudah mulai berkurang pada saat matahari mulai
terbenam. Ketika Trio Detektif mengikuti Miss
Melody menyeberangi taman, mereka hanya sesekali mendengar suara
burung hantu dan burung kakaktua dari balik
kerimbunan hutan kecil.
"Edgar Allan Poe kutemukan tepat di sini," Maureen Melody tiba-tiba
berhenti. Ia menunjuk ke suatu tempat di
tanah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe mengarahkan senternya pada titik yang ditunjuk oleh Miss Melody.
Ia berjongkok dan memungut sehelai bulu.
Ada percikan darah menempel pada bulu itu. Miss Melody gemetar
melihatnya.
"Dan rajawali itu di sebelah sana." Ia menunjuk lagi. "Sekarang, kalau
kalian tidak keberatan, kurasa... kurasa aku
lebih baik kembali ke rumah. Aku ingin berbaring untuk beristirahat.
Kalian boleh menyelidiki tempat ini sesuka
kalian."
Ia melipat tangannya seperti menahan dingin. Badannya gemetar.
Dengan bergegas ia berlari masuk ke rumahnya.
Jupe merasa lega dengan situasi itu. Memang, ia merasa prihatin pada
nasib yang dialami Maureen Melody. Ia
mengerti bagaimana perasaan orang yang kehilangan sesuatu yang amat
disayanginya. Tetapi Jupe merasa lebih bebas
bila Trio Detektif dapat menyelidiki tempat itu tanpa ditemani orang
lain.
Ia mendekati tempat ditemukannya rajawali piaraan Miss Melody. Tidak
ada bulu berserakan di sana. Tidak ada
pula cacahan daging. Kalau rajawali itu diracuni, mungkin sebelum
ajalnya masih sempat menghabiskan makanannya,
pikir Jupe. Atau mungkin pula orang yang meracuni sudah membersihkan
sisa-sisa makanan yang tertinggal, agar
perbuatannya tidak diketahui.
Jupe menyenter sekeliling tempat itu dengan teliti.
"Sayang sekali," katanya sambil menggeleng-geleng.
"Apanya?" Bob tidak bisa membayangkan apa yang sedang dipikirkan
Penyelidik Satu.
"Tanah ini keras."
Jupe merasa keterangan itu sudah cukup bagi kawan-kawannya. Ia tidak
menjelaskan lebih jauh lagi. Pikirannya
sudah melesat jauh. Harus segera diambil tindakan, Jupe memutuskan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Baik," katanya. "Kita berpencar. Bob, kau ke sebelah kiri. Dan Pete, kau
ke kanan. Aku akan lurus ke depan.
Oke?"
"Oke," Pete menyetujui. "Tapi sebelumnya jelaskan dulu sesuatu padaku,
ya Jupe?"
"Apa?"
"Apa yang kita cari?"
"Jejak." Jupe menyinari lagi tanah dengan senternya. "Tidak ada jejak
di sini karena tanahnya terlalu keras. Namun
beberapa hari yang lalu hujan turun dan mestinya ada banyak tanah yang
lembut di antara pepohonan. Dari apa yang
dikatakan Miss Melody tentang tetangganya, aku bisa menyimpulkan
bahwa tidak banyak tetangganya yang
berkunjung ke sini. Jadi, kalau kita berhasil menemukan bekas-bekas
tapak kaki, kemungkinan besar itu adalah jejak
pembunuh burung-burung ini."
"Benar sekali," sambut Pete dengan bersemangat. "Jadi sekarang kita
mencari jejak si pembunuh. Habis itu apa?
Kita buat cetakan jejak itu untuk mencari siapa orang yang kira-kira
kakinya atau sepatunya cocok dengan cetakan
itu?"
Jupe menghela napas.
"Blinky," ia menjelaskan dengan tidak sabar. "Kau tidak memperhatikan
sepatu yang ia pakai waktu itu? Sepatunya
besar, dan ujungnya runcing. Mengerti sekarang?"
"Tentu," jawab Bob. "Kalau kita menemukan jejak dengan ujung yang
aneh, maka mungkin itu jejak Blinky. Dan
kalau jejak itu ujungnya biasa saja, hmm, itu ada artinya juga bagi kita."
"Berarti itu bukan jejak Blinky," kata Pete sambil mengangguk-angguk.
"Apa yang harus kuperbuat kalau aku
mendapatkan sesuatu?"
"Beri isyarat dengan sentermu," Jupe menginstruksikan. "Tiga kali
panjang, tiga kali pendek. Teruskan sampai kau

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

melihat balasan sinar senter."


Trio Detektif berpencar di hutan kecil yang cukup lebat itu.
Jupiter membungkukkan badannya sambil bergerak maju, selangkah
demi selangkah. Senternya menyinari setiap
jengkal tanah yang dilaluinya. Ia mendapat tempat yang tidak
menguntungkan. Banyak semak di sana, dan tanahnya
berkerikil tajam. Hampir tidak ada tanah yang lembut. Tidak dijumpai
jejak di daerah yang diselidikinya.
Ia mengira-ngira bagaimana keadaan yang dijumpai kawan-kawannya.
Namun tiba-tiba ia terhenyak. Sorot
senternya menangkap suatu benda gelap di antara semak-semak sebelah
kanannya.
Ia memperhatikan benda itu beberapa saat. Kemudian berlutut.
Didekatinya benda itu. Ia mengarahkan senternya
lebih dekat pada benda yang dilihatnya tadi.
Sekonyong-konyong terdengar suara burung hantu dari suatu tempat di
dalam kegelapan. Suara yang terdengar
seperti jeritan itu tidak mengagetkan Jupiter. Tetapi ada sesuatu yang
lain. Jupiter merasakan ada sesuatu yang
bergerak di belakangnya.
Yang pertama kali didengarnya adalah sebuah desingan halus. Secara
naluriah, Jupe bergerak mengelak ke
samping. Sebuah tongkat kayu berdesing persis di samping kepalanya.
Kepala Jupe terhindar. Namun bahunya
terpukul keras.
Jupe merasakan nyeri yang menyengat di bahunya. Dalam kesakitan itu
ia berusaha untuk memegang senternya
agar tidak jatuh. Ia berguling di tanah sambil mendekap senter di
dadanya.
Ketika berguling, sinar lampu senternya menyorot ke atas. Sekelebatan
tampak seseorang berjaket hitam. Dan sorot
senter berhenti tepat pada muka orang itu.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Sukar untuk menggambarkan muka itu. Hanya sedikit yang dapat


dikatakan, karena cuma hidung dan kaca mata
yang nampak menonjol pada muka yang penuh bulu itu. Seluruh dagu,
pipi, dan bibir atasnya tertutup oleh jenggot
dan berewok yang tebal.
Untuk sesaat orang itu terkejut karena terkena sorotan senter. Detik
berikutnya ia berbalik lalu menghilang di balik
semak-semak.
Jupe tidak mencoba mengejarnya. Ia bangkit sambil memijat-mijat
bahunya yang terpukul. Rasa sakitnya belum
berkurang. Ketika sudah merasa tenang, ia menyorot senternya ke suatu
arah, untuk memberi isyarat. Tiga kali
panjang, tiga kali pendek. Terus dilakukannya itu, sampai dilihatnya
balasan senter Pete dari sela-sela semak-semak.
"Jupe?"
"Di sini," Jupe menyahuti.
Pete menerabas semak-semak itu, mengikuti arah suara Jupe. Sesaat
kemudian Bob bergabung. Jupe kembali
memijiti bahunya. Ia masih kesakitan. Dan itu terlihat jelas oleh kedua
kawannya.
"Apa yang terjadi?" tanya Bob khawatir.
"Parker Frisbee," jawab Jupe. "Ia menyerangku dengan sebatang kayu.
Untungnya, senterku secara kebetulan
menyorot tepat di mukanya. Ia kelihatan terkejut, lalu lari ke arah
sana."
"Kau dengar waktu ia lari tadi, Bob?"
Bob menggeleng. "Banyak sekali semak di sini," ujarnya, "sehingga aku
belum beranjak jauh dari tempatku
semula. Kalau orang itu lari ke arah gerbang, pasti ia tidak lewat dekat
tempatku."
"Kita akan mengejar dia sekarang?" tanya Pete dengan gelisah.
Mengejar seseorang bersenjata kayu di tengah
kegelapan bukan sesuatu yang menyenangkan baginya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak." Ide itu tidak terbersit pula dalam benak Jupe.


Pete menarik napas lega.
"Aku menemukan sesuatu," kata Jupe lagi.
Ia berpaling dan menyinari daerah di sekitarnya. Ia menemukan sesuatu
yang dilihatnya sebelum diserang tadi.
Kembali ia berlutut. Ditelitinya benda yang dilihatnya tadi. Bob dan Pete
berlutut di sampingnya.
"Astaga!" desis Pete tertahan. "Itu seperti se..."
"Ya," Jupe menegaskan. "Tepat sekali. Seekor merpati yang telah mati!"
Nasib merpati itu sungguh menyedihkan. Kepala dan badannya remuk
sama sekali. Hampir tidak ada yang tersisa.
Cuma bulu-bulu, satu sayapnya, dan kedua kakinya yang tertinggal.
Jupe memegang salah satu kaki merpati malang itu. Di situ terikat
sebuah pita aluminium.
Jupe mencopot pita itu. Diperhatikannya pita itu di bawah sorot senter
Bob. Pita aluminium itu dilipat sedemikian
rupa untuk menyimpan sesuatu. Dengan hati-hati Jupe membuka lipatan
aluminium itu. Di dalamnya terdapat sebuah
kertas terlipat.
Kini ia membuka lipatan kertas. Ada pesan tertulis pada kertas itu.
Trio Detektif saling mendekat untuk melihat lebih jelas apa yang
tertulis di situ.
"Apa itu?" seru Pete.
Jupe harus mengakui bahwa tulisan itu membingungkannya pula. Ia
bahkan tidak dapat menebak huruf apa yang
tertulis. Huruf itu sama sekali berbeda dengan huruf latin. Bahkan
tidak mirip sedikit pun dengan huruf Yunani.
Nampaknya lebih dekat ke...
"Cina," tebak Bob. "Atau Jepang. Tulisan ini mengingatkanku pada buku-
buku dan koran-koran di perpustakaan.
Di kota cukup banyak pembaca tulisan Jepang. Aku sering
mengembalikan buku-buku Jepang ke rak."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe mengernyit. Ia menyimpan kertas itu dalam kantung bajunya.


Sekali lagi diamatinya merpati yang telah mati
itu.
"Lihat!" serunya. "Lihat kaki kirinya!"
Bob dan Pete melihat.
Kaki merpati itu tidak remuk seperti pada bagian yang lainnya. Namun
pada kaki kirinya hanya terdapat dua jari!

Bab 6
PERTOLONGAN VAN DON

"AKU tidak dapat melukiskan betapa gembiranya mendapat kunjungan


kalian," kata Hector Sebastian. "Kunjungan
kalian selalu menimbulkan ide-ide baru, yang sangat berguna bagi novel-
novelku."
Pagi itu adalah keesokan hari setelah ditemukannya bangkai merpati di
kediaman Miss Melody. Hector Sebastian
dan Trio Detektif berkumpul di dapur rumahnya yang terletak di bukit,
dekat Malibu.
Rumah itu dulunya dipakai sebagai restoran bernama Charlie's Place.
Sebastian membeli restoran itu, setelah
novelnya yang berjudul Warisan Laknat diangkat ke layar putih. Secara
bertahap ia mengubah restoran itu menjadi
rumah yang nyaman. Ia sendiri menyebutnya rumah yang megah.
Dapurnya tidak perlu diubah lagi. Dapur itu besar, terang benderang,
dan dilengkapi dengan peralatan modern.
Tungku dan kompor gas, dua buah lemari es, kipas penyedot asap, serta
berbagai macam peralatan memasak tersedia
di sana. Semua itu cukup untuk membuat makanan bagi lima atau enam
puluh orang.
Dapur itu boleh dikatakan dapur idaman setiap juru masak. Seorang juru
masak yang ahli akan betah memasak di
sana, bahkan akan dengan senang hati memasak lima kali sehari.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Namun pembantu rumah tangga Hector Sebastian, Hoang Van Don, lain
dari yang lain. Ia hanya menyukai
masakan yang sehat dan bergizi, kadang-kadang tanpa memperhatikan
rasanya. Padahal Hector Sebastian suka juga
pada makanan-makanan yang enak, meskipun kurang bergizi. Dalam hal
ini Hoang Van Don akan memprotesnya,
sambil mengingatkan betapa buruknya makanan tidak bergizi bagi
kesehatan tubuh kita.
Saat ini Don sedang ke luar rumah. Ia diminta anak-anak untuk
membantu mereka mencarikan sesuatu.
"Ini baru makanan," kata Hector Sebastian seraya mengeluarkan empat
buah hamburger dan sebungkus besar
french fries. Ia membelinya di sebuah kedai, tanpa sepengetahuan Don.
Menitik air liur Pete melihatnya. Ia sendiri tidak keberatan dengan
masakan Don. Dan memang hampir semua
makanan bisa dilahapnya, termasuk masakan Don. Tetapi hamburger
adalah makanan favorit Pete.
"Apa yang dimasak Don hari ini?" tanya Pete. "Ia masih suka memasak
ikan mentah, Mr. Sebastian?"
"Kadang-kadang." Hector Sebastian sibuk melahap french fries yang
diolesi saus tomat. "Semalam ia masak
ganggang laut."
"Hmm, aku ingin tahu seperti apa rasanya," komentar Pete. Setelah
berkata begitu ia melahap hamburgernya.
Mr. Sebastian dulu bekerja sebagai detektif swasta di New York. Ia
mulai menulis novel-novel misteri sejak ia
dirawat karena kakinya terluka parah. Sampai sekarang ia masih
bertelekan tongkat untuk berjalan.
"Untung ya, rumah teman Don itu jauh dari sini," katanya setengah
bersyukur. "Kita bisa makan tanpa diprotes
olehnya."
Don sedang menemui temannya yang berkebangsaan Jepang. Ia kenal
dengan temannya itu dari klub karate di

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Malibu. Don dengan senang hati membantu anak-anak untuk menanyakan


arti pesan berhuruf Jepang yang mereka
temukan tadi malam.
"Don paling-paling baru akan kembali satu jam lagi," Mr. Sebastian
melanjutkan. "Kita masih punya cukup waktu
untuk membersihkan semua ini sebelum dia pulang." Ia tersenyum pada
Penyelidik Satu di seberang mejanya. "Kau
tidak menghabiskan hamburgermu, Jupe?"
Jupiter menggeleng dengan sopan. Ia merasa bangga dengan dirinya
sendiri karena dapat menahan diri untuk tidak
makan terlalu banyak. Setengah hamburger tidak akan membuatnya
tambah gemuk.
"Sekarang kalian ceritakan bagaimana kalian mendapatkan pesan
berhuruf Jepang itu?" Hector Sebastian bertanya
pada Jupe. "Boleh kan, kalau aku tahu sekarang."
Penyelidik Satu bimbang sejenak. Ia mengerti bahwa penulis kisah
misteri selalu tertarik pada kejadian yang aneh-
aneh. Dan ia juga sering mendapatkan bantuan dari Hector Sebastian
sebelumnya. Kini, bukannya ia tidak mau
menceritakan apa yang sedang terjadi, tetapi ia sendiri belum yakin
bagaimana duduk persoalan dalam kasus
pembunuhan burung-burung ini.
Tapi akhirnya diceritakannya juga apa yang telah mereka alami sehari
sebelumnya. Dijelaskannya bagaimana
mereka menemukan pesan yang terbungkus dalam pita aluminium di kaki
burung merpati yang telah mati. Dikatakan
pula bahwa Bob menduga itu tulisan Jepang. Dan setelah dicocokkan
dengan buku-buku di perpustakaan, ternyata
dugaan Bob benar.
"Aku senang kalian berkunjung kemari membawa pesan itu," kata Mr.
Sebastian. "Meskipun sebenarnya Don yang
membantu kalian kali ini, bukan aku. Tapi kedatangan kalian memberiku
kesempatan untuk menikmati hamburger

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

ini."
Ia meraih tongkat yang tergantung di belakang kursinya. Sambil
bertelekan pada tongkat itu, ia berdiri.
"Sekarang kita mesti cepat-cepat melenyapkan sisa-sisa makanan ini
sebelum Don kembali," ujarnya. "Aku tidak
ingin mendengar omelan Don."
Anak-anak membersihkan piring dan membuang sisa makanan ke dalam
tempat sampah di dapur. Sehabis
menyusun piring di rak, mereka mendengar suara mobil Don datang.
"Cepat. Pindah ke ruang tamu," Hector Sebastian mengingatkan mereka.
Ia berjalan terpincang-pincang masuk ke
ruang tamu yang luas dengan sederetan jendela yang memperlihatkan
pemandangan ke laut lepas. Ia duduk di meja
besar di salah satu sisi ruang tamu itu. Trio Detektif mengambil tempat
di kursi-kursi di sekeliling meja itu.
Jupe mendengar suara pintu belakang dibuka. Pintu belakang langsung
menuju dapur. Ia berdiri dari kursinya.
Tidak sabar ia menanti berita yang dibawa Don dari temannya itu.
Sebentar lagi akan ada petunjuk tentang apa isi
pesan yang diperolehnya dari merpati di kediaman Miss Melody kemarin.
Ia akan lebih mengerti persoalan yang
terjadi. Dan dari situ ia berharap dapat memecahkan misteri
pembunuhan burung-burung itu.
Ia menunggu. Lehernya bergerak-gerak karena tidak sabar menunggu
berita yang dibawa Don.
Langkah-langkah Don terdengar melintasi dapur. Kemudian sunyi. Don
berhenti di dapur. Jupe mendengar suara
seperti orang membaui sesuatu.
Baru semenit kemudian Don muncul. Ia menghampiri mereka melewati
rak buku yang memisahkan ruang kerja Mr.
Sebastian dengan ruang tamu.
"Bagaimana?" tanya Jupe begitu melihat Don. "Apa bunyi pesan itu?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Don berhenti beberapa meter dari meja. Ia berdiri tegak sambil


berkacak-pinggang.
"Pertama aku ingin bertanya dulu," katanya. "Pertanyaan tentang apa
yang..."
"Ayolah," pinta Jupe padanya. "Ceritakan dulu isi pesan itu. Apa arti
tulisan itu?"
Don bimbang. Alisnya berkerut-kerut. Ia menimbang-nimbang apa yang
akan dilakukannya.
"Oke," akhirnya ia berkata. "Aku jawab pertanyaanmu dulu. Setelah itu
giliran kalian menjawab pertanyaanku."
Ia mengambil sehelai kertas kecil dari kantungnya. Dilihatnya tulisan di
sana.
"Pesan itu berarti, Tidak ada mutiara hari ini. "
"Tidak ada mutiara hari ini," Jupe mengulangi sambil tepekur. Pikirannya
berpindah-pindah dengan cepat dari satu
peristiwa ke peristiwa lain. Mutiara. Merpati. Rajawali yang mati. Burung
murai. Parker Frisbee.
"Dan sekarang jawab pertanyaanku," kata Don dengan tegas. "Apa yang
menyebabkan dapur berbau seperti itu?"

Bab 7
BENTROKAN

SETELAH meninggalkan rumah Hector Sebastian, Trio Detektif


langsung menuju kantor mereka.
Banyak pertanyaan berkecamuk di kepala Jupe. Ini membuatnya ingin
cepat-cepat duduk di kursi goyang di
belakang meja sambil berdiskusi dengan Pete dan Bob. Ia tahu apa yang
ia perlukan sekarang. Sediakan waktu untuk
duduk tenang dan berpikir tentang masalah ini, kata Jupe dalam hatinya.
Anak-anak mengayuh sepeda mereka memasuki pangkalan barang bekas.
Mereka langsung menuju sebuah

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

timbunan barang rongsokan. Di balik timbunan itu terdapat karavan tua


yang mereka jadikan kantor Trio Detektif.
"Ah, kalian sudah pulang." Bibi Mathilda muncul di pangkalan. Ia
mendatangi anak-anak yang baru sampai di
sana.
Bibi Mathilda seorang yang baik hati. Ia mengasuh Jupiter seperti
mengasuh anaknya sendiri. Ini sudah
dilakukannya sejak orang tua Jupiter meninggal dunia. Bibi Mathilda
mempunyai sifat yang khas. Ia senang melihat
anak-anak bekerja.
Kali ini ia punya suatu pekerjaan buat anak-anak. Paman Titus baru saja
membeli segerobak besi siku-siku. Anak-
anak diminta untuk memisahkannya sesuai dengan ukuran besi itu.
Jupe mendesah. Dengan termangu dipandangnya tumpukan besi itu.
Sebenarnya ia suka sekali bekerja, apalagi
untuk membantu paman dan bibinya. Tetapi kali ini ia sendiri punya
suatu kepentingan. Namun ia tahu bahwa ia tidak
bisa mengelak kalau Bibi Mathilda sudah mengambil keputusan.
Pekerjaan ini akan memakan waktu satu jam, ia
mengira-ngira.
Ternyata pekerjaan itu memakan waktu lebih dari satu jam. Bibi
Mathilda meminta mereka untuk memeriksa sekali
lagi setiap kotak yang dipakai untuk memisahkan besi-besi itu. Setelah
itu baru ia membebaskan anak-anak.
"Baik," akhirnya ia berkata. "Kalian sudah bekerja dengan baik sekali.
Sekarang kalian boleh kembali bermain-
main dengan teka-teki kalian."
Jupiter tidak pernah menerangkan pada Bibi Mathilda bahwa mereka
adalah detektif sungguhan. Bibi Mathilda
menyangka mereka cuma anggota suatu perkumpulan penggemar teka-
teki yang banyak dijumpai di koran-koran dan
majalah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe menunggu sampai bibinya masuk ke dalam kantor pangkalan itu.


Kemudian ia menyingkirkan sebuah kisi besi
yang sekilas tampak seperti tidak sengaja terletak di situ.
Di baliknya terdapat pipa rahasia untuk masuk ke dalam kantor. Pipa itu
cukup besar untuk dilalui orang, dan
mereka menamakannya Lorong Dua. Ketiga anak itu merayap memasuki
pipa. Pete masuk terakhir, sehingga dialah
yang menutup kisi besi kembali agar menutupi Lorong Dua.
Sewaktu mencapai ujung lorong itu, Jupe mengangkat tingkap di atas
kepalanya. Tingkap itu langsung menuju
kantor Trio Detektif.
Ia melihat pada alat penjawab telepon otomatis. Lampu tidak menyala.
Berarti tidak ada yang menelepon tadi. Ia
duduk di belakang mejanya. Pete duduk santai di sebuah kursi. Kakinya
diistirahatkan di atas sebuah laci tempat
menyimpan berkas. Bob duduk di sebuah bangku tanpa sandaran.
Digesernya bangku itu supaya ia dapat bersandar ke
dinding. Ia mengeluarkan catatannya.
Seperti biasanya, Jupe-lah yang membuka pembicaraan.
"Mutiara," katanya. "Selalu mutiara yang muncul di mana-mana."
"Juga merpati," tambah Pete seraya menengok pada Caesar yang sedang
bertengger di sebuah kawat dalam
sangkarnya yang besar. "Berjari tiga. Berjari dua. Yang hidup. Yang
mati. Di mana-mana merpati."
"Mutiara," ulang Jupe lagi. "Pesan itu berbunyi, Tidak ada mutiara hari
ini. Maureen Melody sangat gemar pada
mutiara. Bahkan ia punya seekor burung murai yang sering membawakan
mutiara baginya."
"Edgar Allan Poe." Bob mengangguk, lalu melihat catatannya. "Edgar
Allan Poe membawa mutiara waktu kita
berkunjung ke sana. Dan Miss Melody berkata, 'Ini mutiara ketiga yang
dibawanya dalam bulan ini.'"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kemudian seseorang membunuh Edgar Allan Poe," Jupe melanjutkan.


"Mungkin Parker Frisbee. Dan Frisbee
adalah seorang pedagang perhiasan. Ia juga menjual dan membeli
mutiara. Jadi jika mutiara adalah kunci dari misteri
ini..." Jupe terdiam sejenak. "Jika mutiara adalah penyebab utamanya,
pertanyaannya sekarang ialah apa peran merpati
di sini? Apa hubungannya merpati dengan mutiara?"
Ia terdiam lagi. Kali ini karena telepon berdering. Jupe memindahkan
sakelar sehingga telepon terhubungkan
dengan pengeras suara. Dengan demikian kedua kawannya dapat turut
mendengarkan apa yang dipercakapkan.
Kemudian ia mengangkat telepon itu.
"Halo. Trio Detektif di sini," katanya.
"Halo. Bisa bicara dengan Jupiter Jones?" Terdengar suara yang pernah
dikenal anak-anak. "Aku ingin bicara
dengan Jupiter Jones."
"Aku sendiri Jupiter Jones," kata Jupe meyakinkan orang itu.
"Oh." Sunyi sesaat. "Kuharap kau masih ingat aku. Kita pernah bertemu
di Kedai Kuda Laut beberapa hari yang
lalu. Aku meninggalkan sebuah kotak di sana. Maksudku, kotak itu
tertinggal, aku kelupaan. Sewaktu aku kembali,
pelayan kedai itu mengatakan mungkin kotak itu kalian bawa."
Jupe menutup tempat bicara telepon dengan tangannya.
"Blinky," bisiknya dengan penuh kegirangan kepada kedua kawannya.
"Halo?" Orang itu menjadi gelisah. "Halo? Halo? Kau dengar aku tidak?"
"Ya, aku dengar," sahut Jupe. "Dan tentu saja aku masih ingat
pertemuan kita di sana."
Kini sepi kembali, tidak ada yang berbicara.
"Kau membawanya?" akhirnya orang itu bertanya. "Kau masih menyimpan
kotakku?"
"Ya, tentu saja," jawab Jupe. "Kotak bertutupkan kain katun tipis.
Benda itu ada di tempatku, tersimpan dengan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

aman. Kami memang menjaganya baik-baik, takut kalau-kalau kau


menelepon untuk menanyakannya."
"Oh." Orang itu nampak lega. "Kalian baik sekali. Maksudku, kalian patut
diberi hadiah. Kalau kalian
mengembalikan kotak itu utuh kepadaku, akan kuberi dua puluh dolar.
Hitung-hitung mengganti waktu dan kebaikan
kalian."
"Terima kasih," kata Jupe. "Ke mana kami harus antarkan kotak ini?"
"Well, aku tahu tempat tinggalmu... maksudku, aku tahu kau tinggal di
Rocky Beach. Bagaimana kalau kita
berjumpa di suatu tempat di sekitar sana? Mmmm, bagaimana kalau di
pelataran parkir Bank Amco?"
"Oke," Jupe menyetujui. "Jam berapa?"
"Jam sembilan malam ini?"
Jupe juga setuju dengan usul itu.
"Jam sembilan, ya," orang itu mengulangi. Kekhawatiran tampak dari
caranya berbicara.
"Wah," seru Pete ketika Jupe meletakkan gagang telepon. "Dua puluh
dolar!"
Penyelidik Satu seperti tidak menghiraukan seruan Pete. Ia menarik-
narik bibir bawahnya. Otaknya bekerja keras.
"Aku masih menyimpan kain katun itu." Bob menarik sebuah laci. "Kau
mau mengembalikan Caesar ke
sangkarnya yang lebih kecil lalu menutupnya dengan kain seperti
semula?"
Jupe tidak menjawab. Baru semenit kemudian ia menjawab dengan
gelengan.
"Pertama-tama, kita harus meneliti apa yang dikatakan Blinky." Jupiter
berpikir keras kembali. "Ia bilang, Aku
tahu di mana kau tinggal.' Lalu ia mengoreksi dirinya dan mengatakan,
'Maksudku, aku tahu kau tinggal di Rocky
Beach.' Itu dapat diketahuinya dari nomor telepon di kartu kita. Tapi
kupikir ia mengatakan yang sebenarnya mula-

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mula. Ia tahu benar di mana aku tinggal."


"Jadi menurutmu Blinky yang menukar merpati berjari dua dengan yang
berjari tiga," sela Bob.
"Tepat," sahut Jupe. "Itu firasatku. Jadi Blinky tahu bahwa aku tadi
mencoba menutup-nutupi bahwa kita telah
membuka kotak itu. Ia tahu aku cuma berpura-pura. Tapi ia tidak
menuduh apa-apa terhadapku. Sekarang, kalau kita
kembalikan kotak ini seperti semula, ia akan mengatakan, terima kasih
banyak..."
"Dan memberi kita dua puluh dolar," Pete menyela.
"Ia akan menghilang bersama Caesar, sambil berlagak tidak tahu bahwa
merpati ini sudah ditukar. Lalu, kita tidak
akan mendengar berita apa-apa lagi darinya. Hilanglah satu petunjuk
yang paling berharga yang kita miliki saat ini."
"Jadi apa yang akan kaulakukan?" tanya Bob.
"Kita bikin bentrokan," ujar Jupe. "Katakan saja terus terang bahwa ini
Caesar, bukan merpati berjari dua yang
ditinggalkannya di Kedai Kuda Laut waktu itu. Mungkin kita bisa
memaksa Blinky menjawab beberapa pertanyaan.
Bagaimana menurutmu, Pete?"
Pete mengangkat bahunya. "Oke," katanya dengan hati-hati. "Aku tidak
ingin kehilangan dua puluh dolar. Tapi
kurasa kau benar. Kalau kita mau menyelesaikan kasus ini, kita harus
mendapatkan beberapa keterangan dari Blinky."
Bob dan Pete harus kembali ke rumahnya untuk makan malam. Sebelum
berpisah, Trio Detektif berjanji untuk
berkumpul di pelataran parkir Bank Amco sepuluh menit menjelang jam
sembilan malam itu.
Jam delapan tiga puluh Jupe menaruh Caesar dalam sangkar yang lebih
kecil. Sangkar itu diikatnya pada
boncengan sepedanya. Kemudian ia mulai mengayuh sepedanya menuju
kota.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bank itu terletak di Main Street, tidak jauh dari toko perhiasan
Frisbee. Jupe menjalankan sepedanya ke dalam
pelataran di balik sebuah gedung tinggi berwarna putih. Tinggal
beberapa mobil yang masih diparkir di sana. Bank
telah tutup. Pelataran itu diapit dua buah gedung perkantoran di kanan-
kirinya. Kantor-kantor juga sudah tutup.
Pelataran parkir hampir seluruhnya gelap gulita.
Jupe menyandarkan sepedanya pada dinding gedung bank. Dibukanya
ikatan sangkar Caesar.
Ia melihat ke sekelilingnya. Tidak lebih dari lima mobil yang masih
diparkir di pelataran yang luas itu. Tidak
nampak orang di dalam mobil-mobil itu.
Jupe melirik arlojinya. Jam sembilan kurang seperempat. Lima belas
menit sebelum waktu yang disepakati untuk
bertemu dengan Blinky. Dan lima menit sebelum Bob dan Pete datang.
Jupe memutuskan untuk menunggu di pintu
masuk pelataran parkir. Di sana lebih terang. Ia mulai berjalan.
"Berhenti di situ! Jangan bergerak!"
Suara itu datang dari kegelapan di belakangnya.
Jupe melakukan apa yang diperintahkan. Ia berhenti. Sangkar Caesar
didekapnya erat-erat.
"Sekarang berputar menghadap ke sini. Pelan-pelan!"
Jupiter berbalik. Perlahan-lahan sebisanya.
Sesosok laki-laki mendatanginya dari balik kegelapan. Tangan laki-laki
itu agak terangkat. Ia memegang sesuatu.
Sesuatu yang agak berkilau, meskipun dalam kegelapan.
Bagi Jupe benda itu terlihat sangat menakutkan. Pistol berlapiskan
nikel. Matanya tak lepas dari pistol itu.
"Sekarang letakkan sangkar itu di depanmu!"
Jupe membungkuk. Ditaruhnya sangkar itu di depan kakinya. Laki-laki
itu mendekat. Pistol masih diarahkan ke
Jupe. Ia membungkuk dan memeriksa sangkar itu.
"Bagus."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Laki-laki itu berdiri tegak kembali. Sekilas Jupe dapat melihat wajahnya
dengan jelas. Ia melihat jas hujan hitam
yang dipakai orang itu. Juga kaca mata gelap, dan jenggot hitam yang
menutupi hampir seluruh wajahnya. Parker
Frisbee!
"Sekarang berbalik dan telungkup di tanah!"
Untuk pertama kalinya Jupe sadar bahwa suara laki-laki itu rendah dan
dibuat-buat. Seakan-akan ia berbicara
dengan susah-payah. Ia juga ketakutan, seperti aku, dan dia berusaha
menyembunyikannya, pikir Jupe.
Laki-laki itu membuat gerakan mengancam dengan pistol di tangannya.
Jupe berbalik. Ia telungkup di tanah.
"Letakkan tanganmu ke belakang!"
Jupe menuruti. Lalu didengarnya suara cabikan. Seperti seseorang
merobek sehelai kain, pikirnya. Atau... atau
menarik pita perekat yang tebal. Ia menyadari bahwa dugaannya yang
terakhir yang benar, karena kini pergelangan
tangannya direkatkan dengan keras di belakang punggungnya.
Jupe tidak mencoba melawan. Ia sadar bahwa tidak ada gunanya
melawan orang yang bersenjatakan pistol.
Sekarang pergelangan kakinya diikat dengan pita perekat, sama eratnya
dengan ikatan pada tangannya.
Ia tertelungkup tidak bergerak-gerak sampai akhirnya terdengar suara
langkah laki-laki itu menjauh darinya. Sinar
lampu sebuah mobil menyorot di suatu tempat di belakangnya. Dengan
kaki dan tangan terikat, ia sulit mengangkat
kepalanya. Apalagi karena tubuhnya gemuk. Tapi dipaksakannya untuk
berguling sedikit. Dengan demikian ia dapat
melihat dengan lebih bebas. Ia mengintip ke arah datangnya sinar itu.
Mobil itu sudah bergerak. Gelapnya pelataran itu menyulitkan untuk
mengenalinya. Mobil itu meluncur sekitar dua
puluh meter dari tempat Jupe terbaring. Dalam sekejap mobil tadi
sudah sampai di luar dan menghilang dari

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

pandangan.
Jupe terbaring tak berdaya sambil menyesali diri. Seharusnya ia
menunggu Pete dan Bob, pikirnya. Tidak bijaksana
untuk berjalan seorang diri di pelataran parkir yang gelap di malam hari.
Dan mestinya sepedanya ditinggal di...
Ia mendengar suara sepeda dari pintu pelataran parkir. Lalu ada sorot
lampu sepeda.
"Pete," panggilnya. "Bob."
Sesaat kemudian kedua kawannya sudah berlutut di sampingnya,
membuka pita perekat yang mengikat pergelangan
tangan dan kakinya. Jupe berguling lalu duduk. Kedua tangannya terasa
kesemutan karena darah tidak mengalir
dengan lancar akibat ikatan pita perekat itu. Ia memijat-mijat
tangannya seraya bercerita pada kedua kawannya tentang
apa yang baru dialaminya.
Pete berdesis perlahan, "Ia punya pistol?"
"Sepanjang pengetahuanku, itulah yang tergenggam di tangannya," kata
Jupe seraya berdiri. "Tentu saja, aku tidak
meminta dia untuk membuktikan bahwa pistol itu terisi peluru. Jadi aku
tidak yakin apakah pistol itu berpeluru atau
tidak. Tapi aku tidak mau mengambil risiko sebesar itu." Ia
membersihkan debu yang melekat di celana dan bajunya.
"Kalian melihat sesuatu?" tanyanya.
"Sebuah mobil," sahut Bob. "Mobil hitam." Dahinya berkerut. Ia melepas
kaca matanya, dan membersihkannya
dengan sapu tangannya. "Lucu, tadinya kukira itu mobil Blinky. Aku
sempat melihat nomor mobilnya, yaitu MOK.
Seperti..."
"Seperti mobil hitam yang dikendarai Blinky di Kedai Kuda Laut waktu
itu," potong Jupe menyelesaikan kalimat
Bob. "Dan seperti..."
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya karena tidak yakin benar. Samar-
samar ia ingat bahwa ada sebuah mobil hitam

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

yang lewat di depan mereka ketika mereka keluar dari toko perhiasan
Parker Frisbee. Waktu itu ia cuma
memperhatikannya sekilas. Nomor polisi mobil itu tidak diperhatikannya
benar. Tapi ia yakin bahwa salah satunya
ialah M.
"Jadi apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Pete. "Frisbee sudah
merampas Caesar dan..."
"Dan kalau Blinky muncul, apa yang harus kita bilang?" tanya Bob dengan
perasaan kuatir.
Jupe melirik arlojinya. Dua menit menjelang pukul sembilan. Ia masih
merasa sedikit terguncang karena ditodong
dengan pistol tadi.
"Kita tidak akan bilang apa-apa padanya," putus Jupe dengan ragu-ragu.
"Karena kita tidak menunggunya.
Sekarang sebaiknya kita kembali ke rumah masing-masing. Esok pagi
kita berkumpul lagi di kantor."
Anak-anak melompat menaiki sepeda. Mereka menggenjot pedal sepeda,
pulang ke rumah masing-masing.
Jupe susah tidur malam itu. Terlalu banyak persoalan memenuhi
kepalanya. Seperti yang telah dikatakan Pete,
Caesar telah dirampas dari mereka. Dan rencana untuk mengorek
keterangan dari Blinky gagal. Tidak ada kemajuan
yang dapat dilaporkan pada Maureen Melody. Mereka belum dapat
mengatakan pada Miss Melody bahwa pelaku
perbuatan itu ialah Parker Frisbee. Belum terbukti bahwa memang
Parker Frisbee yang melakukannya. Dan, yang
lebih parah lagi, Jupe tidak menemukan alasan yang masuk akal mengapa
Frisbee membunuh Edgar Allan Poe. Kalau
memang dia yang membunuhnya.
Kasus ini sepertinya lebih buruk dari yang diperkirakan semula. Harapan
satu-satunya hanyalah Blinky akan
menelepon lagi. Ia akan menanyakan mengapa mereka tidak menepati
janji malam itu.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Percakapan seperti itu memang akan tidak menyenangkan. Tetapi, paling


tidak mereka masih punya kesempatan
untuk berbicara dengan Blinky. Kalau Blinky mendengar bahwa Caesar
telah diculik, mungkin ada sesuatu yang bisa
ia katakan. Dan mudah-mudahan itu bisa dijadikan petunjuk.
Jupe kini menyesali keputusan yang diambilnya tadi. Mungkin lebih baik
mereka menunggu sampai Blinky datang
ke pelataran parkir. Akhirnya Jupe tertidur kelelahan.
Sejak awal liburan musim panas, Jupiter cuma sarapan sedikit saja. Roti
kering dan susu. Bibi Mathilda menjadi
risau melihat keadaannya. Tidak biasanya Jupiter seperti ini, tidak
punya nafsu makan. Karena itu Bibi Mathilda
menghidangkan seporsi besar daging ham dan telur. Penyelidik Pertama
Trio Detektif itu tidak tahan melihat makanan
yang begitu menggiurkan di hadapannya. Kebetulan semalam pikirannya
sedang kusut. Tanpa menghiraukan janjinya
pada diri sendiri, ia menyikat habis hidangan yang disediakan Bibi
Mathilda. Setelah itu ia pergi ke pangkalan untuk
menunggu kawan-kawannya.
Baru saja ia hendak membuka kisi besi penutup Lorong Dua, ia melihat
sesuatu. Sesuatu itu juga melihat Jupiter.
Seekor merpati!
Jupiter membungkuk. Merpati itu membiarkan Jupe mengangkatnya.
Jupe memperhatikan si merpati baik-baik.
Setiap bulu di badan dan sayapnya diteliti dengan cermat. Ia
memperhatikan juga kepalanya yang ramping dan
berwarna abu-abu, serta matanya yang jeli.
Tidak salah lagi. Jupe segera mengenali merpati di tangannya itu. Ia
tidak mungkin keliru. Merpati itu Caesar!

Bab 8
TAMU DARI TIMUR

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"INI Caesar, pasti," seru Pete. "Aku berani jamin. Lihat tanda-tanda
pada bulu ekornya. Selain itu, hanya Caesar
merpati yang mengenali kita. Ya kan, Caesar?"
Trio Detektif telah berkumpul di kantor mereka. Caesar kini sudah
berada dalam sangkarnya yang besar. Dengan
riang Caesar melompat-lompat dalam sangkar itu, sambil sesekali
mematuk jagung.
"Parker Frisbee merampasnya dari tanganku dengan menodongku
semalam." Penyelidik Satu menarik-narik bibir
bawahnya. "Dan beberapa jam kemudian ia mengembalikan dan
melepasnya di pangkalan ini. Mengapa? Mengapa?"
Bagi Jupe, seakan-akan kali ini banyak sekali hal-hal yang tidak
dimengerti. Lebih banyak dari yang pernah
dialaminya.
"Mungkin ia tidak mengembalikannya." Kaca mata Bob turun di
hidungnya. Ia mendorong untuk membetulkan
letak kaca matanya itu.
"Apa maksudmu?" tanya Pete pada Bob. "Caesar kan ada di sini
sekarang?"
"Buku tentang merpati," Bob menjelaskan. "Selama Perang Dunia II
mereka memakai merpati untuk membawa
pesan. Kalau tentara berpindah tempat, mereka harus menjaga agar
merpati yang dipergunakan juga mengenal tempat
baru itu. Dan mereka menemukan bahwa merpati yang terlatih dapat
menyesuaikan diri dengan tempat barunya dalam
dua atau tiga hari..."
"Jadi merpati itu akan kembali ke tempatnya yang baru, bukan ke
tempatnya yang lama." Jupe menyimpulkan.
"Kupikir kau benar, Bob. Mungkin Caesar bukanlah milik Parker Frisbee.
Barangkali Frisbee ingin mengembalikan
Caesar ke pemilik yang sebenarnya." Ia mengernyit. "Jangan tanya
sebabnya! Namun kalau itu yang diinginkannya,

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

cara yang paling mudah ialah dengan melepasnya dan berharap agar
Caesar pulang sendiri ke tangan pemiliknya."
"Ini bukan rumahmu kan, Caesar?" Pete mengelus-elus merpati itu
dengan jari-jarinya yang dimasukkan melalui
sela-sela kawat. "Tapi kau kembali ke sini. Aku senang sekali." Ia
berbicara dengan Caesar seolah-olah berbicara
dengan manusia.
"Jupiter! Jupiter!"
Suara Bibi Mathilda terdengar melalui pengeras suara. Jupiter sengaja
memasang mikrofon di luar agar dapat
mendengar suara orang di luar pada saat mereka berada dalam kantor
yang tersembunyi di balik tumpukan barang
rongsokan. Khususnya agar dapat mendengar panggilan bibinya.
"Jupiter. Bob. Pete. Di mana kalian?"
Jupiter menghela napas. Panggilan Bibi Mathilda cuma berarti satu-
bekerja. Ia selalu punya pekerjaan untuk
anak-anak. Jupe berharap kali ini bukan menyeleksi potongan-potongan
besi lagi. Mudah-mudahan Bibi Mathilda
hanya minta tolong untuk membantu melayani pengunjung pangkalan
pada hari Sabtu.
Trio Detektif keluar dari kantor mereka yang tersembunyi melalui
sebuah jalan yang mereka namakan Pintu Empat.
Jalan ini akan membawa mereka ke bagian belakang pangkalan. Sambil
berjingkat-jingkat mengelilingi tumpukan
barang bekas, anak-anak mendekati Bibi Mathilda dari belakang.
Bibi Mathilda terlompat kaget ketika Jupiter menyapanya dari
belakang.
"Ke mana saja kau?" katanya. "Aku tak pernah tahu di mana kalian
berada kalau sudah dalam pangkalan ini."
Jupe memasang muka siap untuk menerima pekerjaan.
"Apa pekerjaan kami kali ini?" tanyanya.
Namun kali ini Bibi Mathilda tidak memberikan pekerjaan buat anak-
anak.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ada dua orang pria," katanya memberi tahu. "Mereka menunggu di


depan gerbang."
Kedua orang itu berdiri di depan sebuah mobil boks hijau yang diparkir
di pinggir jalan. Mereka berumur sekitar
tiga puluhan. Tubuh mereka pendek dan kurus, tetapi kelihatan kuat.
Mereka memakai celana jeans lusuh serta T-shirt.
Keduanya orang Jepang.
"Kau Jupe, Pete, dan Bob?" salah seorang dari mereka bertanya seraya
maju selangkah.
Jupe mengiakan.
"Kalian kenal Hoang Van Don?"
"Ya, kami kenal dia," jawab Jupe.
Orang itu menoleh pada temannya. Ia mengatakan sesuatu dalam bahasa
Jepang. Temannya mengangguk dan
menjawab dengan bahasa Jepang pula.
"Temanku ini namanya Kyoto. Ia akan senang kalau boleh bertanya
sesuatu padamu," orang yang pertama
menjelaskan. "Tetapi sayangnya Kyoto tidak bisa bahasa Inggris. Jadi
aku akan jadi penerjemahnya. Oke?"
Jupe memenuhi permintaan itu.
"Pertanyaan pertama. Kalian memberi Hoang Van Don sebuah pesan yang
ditulis dalam bahasa Jepang. Kalian lalu
minta pada Don untuk menanyakan artinya pada teman Don yang
berkebangsaan Jepang. Teman Don itu lalu memberi
tahu Kyoto karena ia mengenali tulisan tangan Kyoto."
Itu belum merupakan pertanyaan bagi Jupe. Ia diam saja-menunggu.
"Di mana kalian mendapatkan pesan itu?"
Jupe berpikir cepat. Ia tidak harus menjawab pertanyaan itu. Tetapi
kalau ia menjawab, mungkin Kyoto mau
memberikan beberapa keterangan yang ia butuhkan. Tidak ada ruginya
untuk bertukar keterangan.
"Pada seekor merpati yang telah mati," kata Jupe. "Pesan itu diikatkan
pada satu kakinya."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Si penerjemah tersenyum sopan. Ia berpaling pada Kyoto. Digamitnya


lengan Kyoto. Lalu mereka berdua berjalan
ke depan mobil boks.
Bob mengamati kedua orang Jepang itu berbicara dalam bahasa mereka.
Ia terhenyak ketika menyadari bahwa
kedua orang itu mirip sekali. Rambutnya sama-sama lurus dan hitam.
Tulang-tulang pipinya mirip sekali. Begitu pula
kulitnya yang berwarna coklat muda. Kalau berjumpa dengan salah
seorang dari mereka di tengah jalan, pikir Bob,
dapatkah aku mengenali apakah itu Kyoto atau temannya.
Mungkin itu karena mereka sama-sama orang Jepang, pikir Bob lagi.
Boleh jadi bagi orang Jepang sendiri mereka
mudah dibedakan. Dan sebaliknya, bagi mereka mungkin saja Pete dan
Jupiter tampak mirip sekali-meskipun itu
aneh rasanya bagi Bob.
"Mobil boks hijau," tiba-tiba Jupe berbisik pada Bob. "Ingat mobil yang
dikejar Blinky dari Kedai Kuda Laut?
Kalau kita bisa membuntutinya..."
Jupe melirik pada kedua orang Jepang itu. Mereka masih sibuk
berbincang-bincang.
"Pembangkit sinyal," cepat-cepat Jupe berbisik pada Bob lagi. "Kau
dapat mengambilnya?"
"Akan kucoba," sahut Bob dengan berbisik pula. Ia bergeser dari
tempatnya. "Jupe, aku dipanggil Bibi Mathilda,"
katanya dengan suara yang cukup keras agar terdengar oleh kedua
orang Jepang itu. "Sebentar ya, aku lihat dulu ke
dalam."
Ia berbalik dan berjalan ke balik gerbang. Setelah terhalang gerbang,
ia bergegas lari ke kantor.
"Pertanyaan kedua." Si penerjemah dan Kyoto telah kembali pada Jupe.
"Di mana kautemukan merpati mati itu?"
Penyelidik Satu berpikir sesaat. Meskipun pada dasarnya Jupe anak
yang jujur, kadang-kadang perlu juga bagi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

seorang detektif untuk bersilat lidah. Terutama di saat-saat ia harus


melindungi kliennya. Dan dalam kasus
pembunuhan burung ini klien mereka adalah Maureen Melody. Jupe
merasa harus melindungi Maureen Melody.
"Kami menemukannya dijalan," jawab Jupe.
"Jalan apa?"
"Di bagian kota sebelah sana." Jupe menganggap ia tidak terlalu
berdusta, karena kediaman Miss Melody memang
di arah yang ditunjuknya.
Si penerjemah kembali tersenyum sopan. "Pertanyaan ketiga," katanya.
"Menurutmu, kenapa burung merpati itu
mati?"
"Aku tidak tahu." Itu jawaban yang jujur. Jupe sendiri ingin tahu apa
yang menyebabkan kematian merpati itu.
"Bagaimana penampilannya? Apakah ada luka tembakan di tubuhnya?"
"Tidak." Jupe menggeleng. "Tidak terlihat seperti ditembak." Ia
mendengar Bob datang, melintasi pangkalan
barang bekas di belakangnya. "Kukira, mungkin ditabrak mobil," kata
Jupe sekenanya.
"Bagus. Terima kasih." Kyoto dan penerjemahnya beranjak dari
tempatnya menuju pintu depan mobil boks. Bob
muncul di gerbang. Jupe menyusul dan menyentuh lengan si penerjemah.
"Maaf," katanya. "Apakah Anda keberatan kalau aku mengajukan
beberapa pertanyaan?"
Kini si penerjemah yang berpikir sesaat. "Oke," ia menyetujui.
"Pesan itu berbunyi, Tidak ada mutiara hari ini. Begitulah menurut
kawan Don itu."
"Ya."
Bob kini berdiri di samping Jupe. Melirik ke bawah, Jupe dapat melihat
sebuah alat logam kecil digenggam Bob.
Alat pembangkit sinyal.
"Apa artinya pesan itu?" tanya Jupe. "Tidak ada mutiara hari ini." Ia
dapat menjadi seorang aktor yang jempolan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kalau lagi mau. Dulu, salah satu peran favoritnya adalah menjadi anak
yang dungu. "Aku sama sekali tidak mengerti
apa yang dimaksud," lanjut Jupe lagi. Mulutnya dibiarkan melompong.
Dan matanya dibiarkan sayu. "Mutiara apa?
Lalu mengapa tidak ada mutiara? Setiap hari kan selalu ada mutiara.
Paling tidak di toko perhiasan."
Si penerjemah memasang senyumnya yang sopan.
"Sangat sederhana penjelasannya," ujarnya. "Temanku Kyoto seorang
tukang kebun. Ia punya kebun tidak jauh dari
kota ini. Dan ia menjual hasil kebunnya pada sebuah toko Jepang. Orang
toko ingin tahu tanaman apa yang dimiliki
Kyoto..."
Jupe mendengarkan dengan memasang tampang yang dibuatnya dungu.
Namun dengan sudut matanya ia bisa
melihat Bob menyelinap ke belakang mobil boks.
Bob berlutut. Ditempelkannya alat pembangkit sinyal di bagian belakang
bawah mobil.
"Jadi Kyoto mengirim pesan pada orang di toko melalui merpatinya,"
penerjemah itu melanjutkan. "Biasanya
pesan-pesan itu berbunyi, Banyak wortel hari ini. Atau, Banyak daun
seledri. Dengan demikian orang di toko tahu apa
yang harus dijualnya hari itu."
Bob telah kembali dari belakang mobil. Jupe melihat tangannya tidak
lagi menggenggam alat pembangkit sinyal.
"Oh, begitu," kata Penyelidik Satu. Suaranya diusahakan sepolos
mungkin. "Jadi Kyoto menanam mutiara juga?"
Si penerjemah terbahak-bahak.
"Mutiara yang dimaksud adalah bawang mutiara. Dinamakan begitu
karena bentuknya bulat dan mungil serta putih
seperti mutiara," ia menjelaskan. "Tidak ada mutiara hari ini berarti
tidak ada bawang mutiara hari ini."
"Oh, begitu. Terima kasih."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe tetap memasang tampang dungunya sampai Kyoto dan


penerjemahnya pergi dengan kendaraannya. Ia tetap
berdiri di sana sampai mobil boks hijau itu membelok ke sebuah
tikungan.
"Cepat, Bob!" serunya. "Alat penjejak!"
Bob telah meletakkannya tepat di balik gerbang. Ia memberikannya
pada Jupe. Alat itu berbentuk kotak dengan
sebuah kenop dan antena. Sekilas alat itu serupa dengan radio tua. Dan
memang dulunya radio. Jupe mengubahnya
menjadi alat penjejak. Dihidupkannya alat itu.
Tut-tut-tut.
Alat penjejak itu bersuara. Sinyal elektronis yang dikeluarkan
pembangkit sinyal berhasil ditangkap alat itu.
Dengan alat itu anak-anak dapat menjejaki ke mana mobil boks hijau itu
pergi.
Jupe mengarahkan antena ke selatan.
Tut-tut-tut. Suara itu semakin keras.
"Mereka berjalan ke arah pantai," kata Jupe. "Cepat, kejar mereka."
Pete sudah menyiapkan tiga sepeda di gerbang pangkalan. Jupe dengan
cekatan mengikatkan alat penjejak pada
kemudi sepedanya. Mereka segera berangkat.
Jupe mengendarai sepedanya dengan satu tangan. Tangannya yang satu
lagi digunakan untuk mengarahkan antena.
Dengan mendengarkan keras lembutnya sinyal yang dihasilkan, ia dapat
mengira-ngira ke mana mobil itu pergi.
Sinyal itu dapat ditangkap selama masih berada dalam jarak kurang dari
satu mil. Mereka dapat membayang-
bayangi mobil boks tanpa risiko ketahuan.
Sambil mendayung pedal sepedanya, Penyelidik Satu itu berharap agar
mobil boks tidak pergi terlalu jauh dan tidak
terlalu cepat.
Ia tidak keberatan untuk bersepeda. Malahan ia senang, karena itu akan
membakar sarapan yang dilahapnya tadi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

pagi. Namun ia benar-benar berharap supaya mobil boks yang sedang


mereka ikuti tidak pergi ke San Francisco atau
kota-kota jauh lainnya.
Bawang putih, pikirnya. Kyoto dan si penerjemah tentu mengira ia
benar-benar dungu dengan mempercayai
keterangan penerjemah itu tadi. Tetapi, mengapa mereka datang ke
Pangkalan Jones? Apa sebenarnya yang diinginkan
orang Jepang itu?

Bab 9
MR. FRISBEE YANG MISTERIUS

SETELAH beberapa menit mereka mengayuh sepeda sekuat tenaga,


Jupe yakin bahwa mobil boks itu tidak pergi
jauh-jauh. Tidak mungkin mobil itu pergi ke San Francisco, bahkan juga
tidak ke Santa Monica yang lebih dekat.
Ia dapat mengatakan dari kerasnya suara alat penjejak dan arah antena
bahwa mobil boks itu sedang meluncur di
Main Street di Rocky Beach. Ia memberi isyarat pada Pete dan Bob
untuk bersepeda di belakangnya dengan perlahan.
Jupe tidak ingin menyusul mobil boks yang dibuntutinya, kalau mobil
boks itu berhenti pada lampu merah, atau
berhenti untuk mengisi bensin.
Trio Detektif melewati toko perhiasan milik Frisbee dan Bank Amco.
Tut-tut- Tiba-tiba sinyal itu berhenti. Jupe
mengangkat tangannya. Trio Detektif berhenti. Jupe mengarahkan
antena ke kiri. Tidak ada suara. Digerakkannya
antena ke kanan. Tut-tut-tut. Suara itu terdengar jelas dan keras
sekarang.
Jupe memberi isyarat untuk membelok ke kanan. Jalan itu menuju
daerah berbukit yang terletak di luar kota.
Sekarang lebih sulit mengikuti mobil boks itu karena jalan mulai naik-
turun. Sering kali sinyal menghilang ketika

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mereka berbelok, atau ketika jalan menurun. Namun hal itu tidak
membuat Jupe khawatir, sekalipun tidak terdengar
sinyal sama sekali untuk beberapa saat. Ia sudah memperoleh gambaran
ke mana mobil boks hijau itu menuju.
Pada daerah berbukit di sebelah barat laut Rocky Beach terdapat suatu
area yang dihuni rumah-rumah kayu dengan
halaman yang bersih dan rapi. Area itu dikenal dengan nama Little
Tokyo, karena hampir semua rumah di situ dimiliki
atau disewa oleh orang Jepang.
Jupe mengangkat tangannya ketika anak-anak memasuki Little Tokyo.
Trio Detektif berhenti. Beberapa ratus meter
di hadapan mereka diparkir sebuah mobil di muka sebuah rumah kayu.
Mobil boks hijau.
Jupe meminggirkan sepedanya ke trotoar. Bob dan Pete mengikutinya.
Mereka berlindung di balik pohon-pohon
yang berderet rapi di sepanjang jalan. Dari sana mereka dapat
mengamati mobil boks itu tanpa terlihat dari rumah.
"Oke," kata Pete. "Mungkin itu rumah tempat tinggal Kyoto, tapi
mungkin juga bukan. Lalu bagaimana sekarang?"
Jupe diam saja. Ia mengawasi mobil boks hijau itu. Seorang laki-laki
berjalan melewati mobil boks. Ia pasti keluar
dari rumah itu, tebak Jupe. Laki-laki tadi menyeberangi jalan. Ada
sebuah mobil kecil merah di sana. Dibukanya mobil
itu. Lalu ia mengendarainya.
"Itu tadi Kyoto?" Bob tidak yakin. Kedua orang Jepang itu tampak sama
saja bagi Bob.
"Bukan," sahut Jupe dengan pasti. "Itu penerjemahnya."
Bob memandang dengan heran pada Jupe. Ia tidak dapat menahan diri
untuk bertanya, "Bagaimana kau tahu?"
"Bagaimana tidak?" balas Jupe. "Segalanya berbeda. Lihat cara
jalannya, postur tubuhnya. Di samping itu, tidakkah
kau perhatikan ikat pinggang dan sepatu mengkilat yang dipakainya?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob memang tidak memperhatikan sebelumnya. Meski sudah lama kenal


baik dengan Jupe, masih sering saja ia
kagum dengan kejelian pengamatan Jupe.
"Jadi sekarang kita hampir merasa pasti bahwa itu rumah Kyoto," Jupe
melanjutkan. "Tapi kita harus yakin benar.
'Hampir pasti' saja tidak cukup. Mestinya ada nama tertulis pada kotak
pos di muka rumahnya. Seseorang dari kita
harus pergi ke sana untuk mengeceknya."
Kalau memang nama itu ada, pasti tertulis pada sisi di balik kotak.
Mereka harus melewati rumah itu untuk bisa
mengetahui apa yang tertera pada kotak pos.
"Sebaiknya kau yang pergi, Bob," putus Jupe. "Pete terlalu tinggi, dan
aku terlalu..." Ia ragu-ragu, berusaha
mencari kata-kata yang cocok baginya. "Aku terlalu gempal. Kalau
kebetulan Kyoto melihat ke luar jendela, mungkin
dia mengenali Pete atau aku. Tapi kalau kau copot kaca matamu dan
jaketmu, kau akan terlihat seperti anak Amerika
biasa. Ia tidak akan ingat bahwa pernah berjumpa dengan kau
sebelumnya."
"Baik kalau begitu." Dalam hatinya Bob merasa kesal karena dianggap
anak Amerika biasa. Tapi harus ada orang
yang mengecek tulisan di kotak pos itu. Jadi dilepasnya jaketnya. Kaca
matanya dimasukkan ke kantungnya. Ia mulai
melenggang ke arah rumah dengan mobil boks hijau yang diparkir di
depannya. Ketika sudah melewati rumah itu, ia
berpura-pura menarik kaus kakinya. Sembari berjongkok, diliriknya
kotak pos di belakangnya:
J. KYOTO
Nama itu tertulis dengan cat hitam pada kotak pos putih. Bob hendak
kembali bergabung dengan kawan-kawannya.
Tetapi, ia melihat sesuatu yang lain. Tanpa kaca mata, ia tidak begitu
jelas melihatnya. Diambilnya kaca mata dari
kantungnya. Tanpa ragu-ragu ia memakai kembali kaca matanya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ternyata ia benar. Ada sebuah nama lain yang tertimpa cat putih. Nama
itu sudah tidak bisa terbaca lagi. Bob hanya
mengenali beberapa huruf saja. Sejak kapan nama itu diganti? Dengan
gerakan cepat, Bob mendekati kotak pos. Ia
menyentuhnya dengan ujung jarinya. Cat hitam pada nama baru masih
basah. Kyoto baru saja pindah ke rumah itu.
Bob merasa bangga pada dirinya sendiri, ia telah menemukan sesuatu.
Dan ia dapat menyimpulkannya sendiri.
Belum tentu Jupe dapat menemukan hal ini, pikirnya. Bob sudah tidak
sabar ingin melaporkan penemuannya ini pada
kedua kawannya.
Baru berjalan dua langkah, tahu-tahu ada seorang laki-laki datang
mendekatinya. Bob terdiam kaku. Melihat orang
itu, Bob serasa tidak dapat bergerak. Jantungnya berdegup kencang.
Tidak mungkin ia salah mengenali orang itu.
Jenggot selebat itu tidak dimiliki orang lain.
"He! He, kau!"
Parker Frisbee mengenalinya. Bob ingin berlari. Tapi ia tidak bisa
menggerakkan kakinya. Rasanya seperti
mendapat mimpi buruk. Ia kehilangan kontrol atas segala anggota
tubuhnya. Ia berdiri mematung di sana. Parker
Frisbee makin dekat.
Tamatlah riwayatku, pikir Bob. Frisbee memang tidak membawa tongkat
kayu. Tapi ia mungkin menyimpan
senjata di balik jasnya.
"Aku senang ketemu kau secara kebetulan." Frisbee berhenti semeter
dari Bob. "Sudah lama aku ingin berbincang-
bincang lagi dengan kalian."
Sukar untuk dilukiskan apakah pedagang permata itu tersenyum atau
tidak. Jenggotnya yang tebal
menyembunyikan mulutnya sama sekali. Namun saat itu Parker Frisbee
tidak memakai kaca mata hitam. Bob dapat
melihat sinar matanya yang-anehnya-hangat dan ramah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Mana kawan-kawanmu yang lain?" tanya Parker Frisbee.


Bob masih sukar untuk berbicara. Ia hanya menunjuk ke arah kedua
kawannya. Akhirnya Bob dapat juga
menggerakkan kedua kakinya. Ia mulai berjalan mendatangi kedua
kawannya. Parker Frisbee berjalan di sampingnya.
Bob menyadari bahwa Jupe telah meletakkan jaket Bob pada setang
sepedanya sehingga menutupi alat penjejak
mereka. Ia berdiri dengan perasaan tidak enak ketika Parker Frisbee
berhadapan dengan kedua kawannya.
"Kalian sering ya, main ke Little Tokyo?" tanya Parker Frisbee dengan
bersahabat.
"Ada restoran Jepang yang menjadi kesukaan kami," sahut Jupe dengan
cepat. "Pete suka sekali makanan Jepang."
"Oh, ya. Sukiyaki. Gurih sekali rasanya. Aku sendiri sering pergi ke
restoran itu. Well... " Sekali lagi Bob tidak
dapat memastikan apakah Frisbee tersenyum atau tidak. "Bagaimana
kalau kalian kutraktir makan siang di sana?"
Untuk beberapa saat Jupe tidak tahu mau bilang apa.
Terakhir kali ia melihatnya, Frisbee menodongnya dengan sebuah pistol.
Kejadian di Bank Amco masih diingatnya
dengan jelas. Dan sebelumnya malah ia dipukul keras dengan tongkat
kayu di kediaman Miss Melody. Sekarang orang
yang sama menawarkan diri untuk mentraktir makan siang. Tawaran itu
hampir tidak bisa dipercayainya.
"Oh... terima kasih sekali," gumam Penyelidik Satu akhirnya. "Terima
kasih, Mr. Frisbee."
"Tunggu apa lagi? Mari." Frisbee langsung menyeberangi jalan. Trio
Detektif saling bertukar pandang. Lalu
mereka mengikutinya dengan menuntun sepeda.
Bob merapat pada Jupe. Ia berbisik-bisik menjelaskan apa yang
ditemukannya pada kotak pos Kyoto. Jupe
mendengarkan tanpa berkomentar apa-apa.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak mengunci sepeda mereka di luar restoran. Parker Frisbee


mengajak mereka duduk pada sebuah meja
besar di pojok ruangan. Seorang pelayan restoran menyapanya dalam
bahasa Jepang. Frisbee balas menyapa dengan
bahasa Jepang pula. Ia lalu memesan makanan.
"Aku pernah tinggal di Jepang selama beberapa tahun," ia menjelaskan
sambil lalu. "Aku juga berdagang perhiasan
di sana. Jadi mau tak mau aku harus belajar bahasa Jepang."
Pelayan restoran membawakan sebuah teko berisi teh. Frisbee
menuangkan buat anak-anak, pada cangkir-cangkir
kecil.
"Nah, sekarang aku baru mengerti," katanya sambil bersandar santai,
"bahwa kalian sedang melakukan
penyelidikan kecil-kecilan."
Kali ini Bob dapat melihat bahwa pedagang permata itu tersenyum. Trio
Detektif tidak berkata apa-apa.
"Untuk Miss Maureen Melody," Frisbee melanjutkan. "Mencari siapa
pelaku pembunuhan terhadap burung-
burungnya."
Jupe mengangguk.
"Dan barusan aku dapat laporan dari Kyoto, pengurus kebunku. Ia bilang
kalian menemukan merpati mati yang
membawa pesan tertulis dalam bahasa Jepang."
Jupe mengangguk lagi.
"Pesan tentang hasil kebun yang dikirimnya ke sebuah toko Jepang."
"Tentang bawang putih," Jupe mengiakan.
Percakapan terhenti sampai di situ. Si pelayan restoran datang
membawa selusin piring kecil lalu menyiapkan
makanan. Mereka mulai menyantap makan siang itu.
"Apakah kalian menemukan merpati itu di kebun Miss Melody?" akhirnya
Frisbee bertanya.
"Tidak." Mulut Jupe masih penuh dengan nasi, ikan salmon, dan bumbu
yang sedap. Ia menelannya dulu supaya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dapat bicara dengan jelas. "Kami menemukannya dijalan," jelasnya. Ia


memutuskan untuk menceritakan hal yang
sama dengan yang diceritakannya pada Kyoto.
Frisbee mengambil sumpitnya. Mereka melanjutkan makan tanpa
bertukar kata-kata.
"Well. " Pedagang perhiasan itu sudah selesai makan. Ia membersihkan
mulutnya dengan sehelai lap, lalu merogoh
kantungnya.
Pete merasa tegang. Garpu di tangannya bergetar. Apakah Frisbee
hendak mengambil pistolnya? pikirnya dengan
putus asa.
Frisbee mengeluarkan dompetnya.
"Seperti yang kalian tahu, Miss Melody itu kawan baikku," ujarnya, "dan
juga langganan yang penting." Matanya
bersinar-sinar sesaat. "Aku tahu betapa gusarnya ia karena beberapa
burungnya mati. Aku ingin berbuat apa saja
sebisaku untuk menolongnya." Ia membuka dompetnya dan mengambil
sesuatu dari dalamnya.
Uang lima puluh dolar. Frisbee memberikannya pada Jupe.
"Ini sedikit bekal buat kalian," katanya. "Supaya kalian tetap dapat
menyelidik buat menolong Miss Melody. Dan
kalau kalian berhasil menemukan siapa pelaku perbuatan biadab itu" - ia
menyelipkan dompetnya ke dalam
kantungnya - "dengan senang hati akan kuberi kalian lima puluh dolar
lagi."
"Terima kasih." Jupe menyimpan uang itu dalam kantungnya. "Kami akan
melakukan yang terbaik, Mr. Frisbee,"
janjinya.
"Yang terbaik," ulangnya di luar restoran ketika Trio Detektif membuka
kunci sepeda mereka. Ia mengamati Parker
Frisbee berjalan dengan gesit meninggalkan mereka.
"Yang paling baik," Pete mengikuti. "Demi lima puluh dolar..." Ia menoleh
pada Jupe.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Penyelidik Satu itu seperti orang kehilangan akal.


"Waktu itu kita membawa Caesar ke tokonya," gumamnya. Ia masih
terheran-heran pada apa yang baru
dialaminya. "Kalau ia menginginkan burung itu, kan gampang saja ia
memperolehnya. Bilang saja ya, dia memang
mengenal Caesar, dia tahu siapa pemiliknya, dan dia akan
mengembalikannya sendiri."
Ia menggeleng-geleng seakan tidak percaya pada kata-katanya sendiri.
"Anehnya, waktu itu ia mengatakan tidak,
dia tidak pernah melihat Caesar sebelumnya. Dan dia membiarkan kita
membawa Caesar pergi lagi. Lalu esok
malamnya dia merampas Caesar dengan menodongku." Ia terdiam
sejenak. Kepalanya masih menggeleng-geleng.
"Dia memergokiku di kebun Miss Melody. Dia menyerangku dengan
sebatang kayu," lanjutnya. "Sekarang... dia
mentraktir kita makan siang..."
Dahinya berkerut-kerut sewaktu memikirkan hal ini. Paginya ia menyikat
seporsi besar sarapan. Siangnya ia makan
besar lagi di restoran Jepang. Oh, sekarang bukan saatnya memikirkan
berat badan. Masa bodoh dengan itu semua.
Masih banyak hal lain yang perlu dipikirkan.
"Ia mentraktir kita makan siang," Jupe mengulangi. "Bahkan ia memberi
kita lima puluh dolar, dan berjanji akan
memberi lagi kalau kita bisa menemukan pelaku pembunuhan burung-
burung milik Maureen Melody. Semua itu tidak
masuk akal-maksudku tidak mungkin orang yang sama melakukan hal-hal
yang bertentangan seperti itu. Tapi... ada
sesuatu yang misterius pada Parker Frisbee..."
Suaranya menghilang.
"Apa?" tanya Pete. "Ayo dong, teruskan. Apa yang misterius pada orang
itu, Jupe?"
"Ia cuma memakai kaca mata gelap pada malam hari!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bab 10
PEMBUNUHAN MERPATI TERSINGKAP

"APA?" seru Pete.


Jupe menggeleng kecil. "Tidak apa-apa."
Ia tahu bahwa percuma berbicara saat itu. Suara mereka akan tertelan
oleh bisingnya jeritan, kicauan, dan gaok
burung-burung yang memenuhi hutan kecil di kanan-kiri mereka.
Trio Detektif dalam perjalanan menuju rumah Maureen Melody. Mereka
mengendarai sepeda melewati jalan yang
diapit pohon-pohon tempat burung-burung Miss Melody bersarang. Sore
itu adalah keesokan harinya setelah anak-
anak berkunjung ke Little Tokyo.
Sepulang dari Little Tokyo kemarin, Jupe menelepon Miss Melody. Ia
mengatakan akan berkunjung ke rumahnya
esok paginya. Tetapi ketika anak-anak mau berangkat dari Pangkalan
Jones, Bibi Mathilda memberi pekerjaan.
Semalam turun hujan lebat. Bibi Mathilda ingin agar pangkalan
dibersihkan. Kemudian semua lemari es tua dan
tungku yang dibeli Paman Titus harus dikeringkan. Pekerjaan itu
menunda kepergian mereka ke kediaman Miss
Melody, yang berarti pula tertundanya pemecahan misteri pembunuhan
burung milik Miss Melody.
Jupe bergidik ketika memasuki halaman rumah Miss Melody yang luas
itu. Ia teringat pada pengalaman buruk yang
pernah dialaminya di antara pepohonan itu. Masih terekam dalam
pikirannya bagaimana bahunya berdenyut-denyut
sakit karena pukulan tongkat kayu. Ia berharap mereka dapat pulang
lebih awal sebelum hari menjadi gelap.
Miss Melody membukakan pintu segera setelah Jupe membunyikan bel.
Ia mengenakan gaun beludru hitam
berlengan panjang. Seraya mempersilakan anak-anak masuk ke dalam
ruangan kedap suara, ia sebentar-sebentar

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

menyeka matanya dengan sapu tangan kecil.


"Lihat," katanya sambil menunjuk meja dengan tangan gemetar. Trio
Detektif melihat ke meja. Terbaring seekor
burung pada sehelai kain putih di meja. Bangkai seekor rajawali lagi.
Pete mendekat ke meja. Burung beo terbang dari tenggerannya. Ia
hinggap di bahu Pete.
"Ini kejam sekali." Miss Melody mulai terisak-isak sekarang.
"Kejam," si beo menirukan. "Kejam. Kejam."
Jupe meneliti bangkai rajawali itu. Di tubuhnya tidak ditemukan tanda-
tanda kekerasan. Seperti rajawali yang
terdahulu, kemungkinan besar rajawali itu diracuni, pikir Jupe.
"Kapan Anda menemukannya, Miss Melody?" tanya Jupe.
Maureen Melody berusaha menghentikan isak tangisnya. Kembali ia
menyeka air matanya.
"Baru saja," desahnya perlahan.
"Di mana?"
"Di tempat..." Ia terceguk sambil memegangi kalung mutiaranya. "Di
tempat yang sama seperti dulu."
"Di tempat Anda memberi makan rajawali Anda?"
Miss Melody mengangguk lemah. Nampak sekali ia sangat terpukul
akibat terjadinya peristiwa itu.
Jupe memandangnya dengan penuh simpati.
"Aku mengerti perasaan Anda," katanya. "Namun aku ingin mengajukan
beberapa pertanyaan. Anda tidak
keberatan, kan?"
Miss Melody cuma mengangguk saja. Ia masih bermain-main dengan
kalung mutiaranya. Dengan memegangi
kalungnya ia merasa lebih tenang.
"Teruskan," katanya. Ia mulai dapat menguasai dirinya kembali.
"Waktu kami ke sini sebelumnya," Jupe mengingatkannya. "Edgar Allan
Poe, burung murai Anda..."
Jupe menunggu. Ia khawatir kalau-kalau perkataannya membuat Miss
Melody terisak lagi. Tetapi ternyata Miss

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Melody hanya diam saja. Ia memandang Jupe, mengharapkan Jupe untuk


melanjutkan perkataannya.
"Anda bilang murai itu sangat pandai. Edgar Allan Poe selalu
membawakan sesuatu untuk Anda."
"Mutiara." Maureen Melody tersenyum tertahan ketika menyebut benda
yang sangat disukainya itu. "Poe sudah
membawakan tiga mutiara yang indah-indah."
"Anda juga mengatakan bahwa ada dua burung murai."
"Ya. Ralph Waldo Emerson yang satu lagi."
"Ralph Waldo Emerson," Jupe mengulangi. "Yang satu ini juga suka
membawakan sesuatu untuk Anda?"
"Kadang-kadang." Ia menyelipkan sapu tangannya dalam kantungnya,
seakan ingin mengatakan bahwa air matanya
tidak akan mengalir lagi. "Tapi Ralph Waldo Emerson tidak secerdik
Edgar Allan Poe. Emerson hanya membawakan
benda-benda yang tidak berharga. Sampah maksudku."
Dahi Jupe berkerut-kerut. Ia memperhatikan bangkai rajawali yang
tergeletak di atas kain putih.
"Pernahkah Emerson membawakan suatu pesan untuk Anda?" tanyanya.
"Pesan?"
"Secarik kertas yang bertuliskan sesuatu."
"Seingatku tidak. Tidak, tidak. Aku selalu ingat bagaimana kelakuan
burungku. Emerson tidak pernah
membawakan pesan seperti itu. Tapi kenapa ya, tadi pagi Emerson
membawa-kau mau lihat apa yang dibawanya
tadi?"
Jupe tentu saja mau. Miss Melody berjalan ke sebuah meja di pinggir
ruangan. Ia kembali dengan sebuah asbak
gelas. Ditunjukkannya asbak itu pada Jupe.
Di dalam asbak terdapat segulung rambut. Jupe mengambil rambut itu.
Ditelitinya baik-baik gulungan rambut itu.
Tebal, hitam, dan agak keriting. Tentu Emerson, si burung murai, yang
menggulung dan membawa dengan paruhnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan hati-hati dimasukkannya gulungan rambut tadi ke dalam saku


bajunya.
"Di mana kira-kira Ralph Waldo Emerson menemukan rambut ini?" tanya
Jupe.
"Tidak tahu, ya." Miss Melody mengembalikan asbak tadi. "Aku juga
tidak tahu di mana Edgar Allan Poe
menemukan mutiara-mutiara itu."
Jupe melihat ke luar jendela. Masih ada beberapa jam sebelum
matahari tenggelam.
"Ayo," ajaknya pada Bob dan Pete. "Lebih baik kita menyelidiki hutan
kecil sekali lagi, mumpung masih terang."
Ia menoleh pada Miss Melody. "Kalau Anda tidak keberatan tentu."
"Tentu tidak. Aku justru sangat berterima kasih pada kalian dan Mr.
Frisbee. Tapi jangan kecewa ya, aku tidak bisa
menemani kalian. Tepatnya, aku masih merasa tidak enak untuk melihat
kebunku." Maureen Melody mengambil lagi
sapu tangannya. "Aku takut... jangan-jangan kutemukan lagi burung..." Ia
tidak meneruskan kalimatnya.
Ia hanya mengawasi saja anak-anak keluar rumah. Si burung beo masih
bertengger di bahu Pete. Seakan-akan beo
itu ingin ikut menyelidiki bersama Trio Detektif. Pete tidak keberatan.
Malahan ia mulai menyukai si beo, seperti ia
menyukai Caesar.
Mereka berhenti pada tempat ditemukannya dua bangkai rajawali. Lagi-
lagi tempat itu bersih. Tidak ada sisa-sisa
daging. Tidak ada jejak.
"Oke, " Jupe berkata dengan suara tinggi, seperti bernyanyi. "Kali ini
kita tetap berkumpul. "
"Nah, begitu dong, " sahut Pete, juga dengan suara tinggi. Ia merasa
canggung bernyanyi seperti itu. "Begini kan
aman. Kalau Frisbee tiba-tiba muncul dan ngadat lagi, kita bisa bersatu
melawannya. "

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Namun mereka tidak menjumpai siapa-siapa. Sejam lamanya Trio


Detektif mengaduk-aduk semak belukar. Tidak
dijumpai sesuatu yang menarik.
Mereka sampai di suatu tempat terbuka yang ditumbuhi rumput di
tengah-tengah hutan kecil itu. Anehnya, tempat
itu sepi. Seolah-olah setiap burung menghindar dari situ. Jupe duduk di
sebuah tempat yang kering. Ia capek. Dan
kakinya penuh lumpur.
Pete berbaring di sebelahnya. Bob bersandar pada sebuah pohon.
Mereka beristirahat di sana kira-kira lima menit. Pete melamun sambil
memandang seekor burung robin yang
mematuk-matuk tanah, mencari cacing. Jupe mulai merasa jenuh duduk
tanpa berbuat apa-apa di sana.
Tahu-tahu tiga peristiwa terjadi. Ketiganya terjadi begitu cepat,
sehingga seakan-akan terjadi pada saat yang
bersamaan.
Si burung beo terbang dari bahu Pete sambil menjerit-jerit. Beo itu
menghilang di balik pohon-pohon.
Si burung robin melihat ke atas. Burung itu mulai mengepakkan sayapnya
hendak terbang.
Terlambat. Sesosok hitam muncul dari atas, menukik tajam, lalu
mendarat di punggung burung robin tadi.
Setelah itu, semuanya selesai secepat kilat. Si burung robin menjadi
korban keterlambatannya. Seekor rajawali
hitam mencengkeramnya dengan cakarnya yang kuat, dan mencabik-
cabik si burung robin dengan paruhnya yang
tajam.
Dalam beberapa detik saja rajawali itu telah selesai menyantap daging
si burung robin. Detik berikutnya, rajawali
itu melesat seperti roket mengangkasa. Serpihan-serpihan daging masih
menempel pada cakarnya. Yang tersisa dari
burung robin yang malang hanyalah kepala, kaki, dan beberapa helai bulu
yang penuh darah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tidak satu pun dari Trio Detektif itu mengeluarkan suara selama
beberapa saat. Si beo muncul lagi dari kerimbunan
pohon, lalu hinggap di bahu Pete.
"Kejam," kata burung beo dengan nada tinggi. "Kejam. Kejam."
"Benar," kata Jupe menyetujui. "Tapi paling tidak kita tahu, siapa, atau
apa, yang membunuh si merpati berjari
dua."
"Dan apa yang menyebabkan seseorang meracuni rajawali," tambah Bob.
"Maksudku, mungkin agar rajawali itu
tidak memangsa burung-burung lainnya, terutama merpati pos."
"Benar." Jupe mengambil gulungan rambut dari saku bajunya. Diamat-
amatinya gulungan rambut itu. "Tapi kita
masih belum dapat menemukan siapa yang meracuni si rajawali. Atau
siapa yang memukul Edgar Allan Poe dengan
sebuah tongkat." Ia bangkit dari duduknya.
"Jejak kaki," katanya dengan penuh keseriusan. "Tadi malam hujan
lebat. Mesti ada jejak kaki di suatu tempat. Kita
saja yang belum berhasil menemukannya."
Ia melihat ke langit. "Cepat," serunya. "Masih ada sejam lagi sebelum
gelap. Sekarang kita berpisah lagi. Cari di
setiap jengkal tanah yang lunak."
"Kalau kita menemukan sesuatu," tanya Bob, "bagaimana kita
memberikan kode pada yang lain?"
"Nyanyikan lagu God Bless America sekeras-kerasnya," Jupe memberi
tahu.
Pete berlatih menyanyikan sebagian lagu itu supaya tidak lupa. Setelah
puas mendengar suaranya sendiri, ia
menyeringai lebar. Kemudian Trio Detektif berpencar ke dalam hutan
kecil, sekali lagi, untuk mencari jejak.
Pete yang berhasil menemukan jejak yang dicari-cari seperempat jam
kemudian. Dua jejak kaki yang masih jelas
tercetak pada jalan setapak yang lunak.
Ia berhenti. Diamat-amatinya kedua jejak itu.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Hari mulai gelap. Kicauan burung semakin sepi. Pete gelisah. Ia baru
sadar bahwa kini ia cuma seorang diri di
tengah-tengah hutan kecil.
Dicobanya untuk bernyanyi.
Ia tidak dapat mengingat nada-nada lagu itu. Tadi ia sudah melatih
bagian depannya di depan kawan-kawannya.
Tapi sekarang, dalam kesendirian, mendadak ia lupa.
"Godbless... " ia mencoba. Tidak, bukan begitu seharusnya. "God bless...
"
"God bless America," burung beo di bahunya tahu-tahu bernyanyi. Beo
itu menyanyikannya dengan tepat.
"Trims." Pete mengelus-elus si burung beo.
"God bless America, " Pete menyanyi dengan sekuat-kuatnya dan dengan
nada setinggi-tingginya.
Rupanya Jupe dan Bob berada tidak jauh darinya. Kurang dari semenit
mereka sudah berkumpul di tempat Pete.
Jupe memperhatikan jejak kaki yang panjang dengan ujung runcing.
Diambilnya lagi gulungan rambut dari saku
bajunya.
"Bagus, Pete," katanya. "Jelas itu bukan jejak Frisbee. Tadi pagi aku
perhatikan benar bagaimana bentuk sepatu
yang dipakainya. Kakinya kecil, dan sepatunya berujung agak lebar.
Jadi..." Diangkatnya gulungan rambut itu.
"Mungkin bukan Frisbee yang rambutnya tersangkut semak, lalu
ditemukan Ralph Waldo Emerson, si burung murai."
Ia berjalan di muka, ke luar hutan kecil, menuju tempat mereka
memarkir sepeda. Anak-anak berhenti di dekat
sepeda mereka. Lampu masih menyala di kamar atas rumah Maureen
Melody. Jupe menebak Miss Melody sedang
beristirahat di kamarnya dan tidak ingin diganggu.
"Kita langsung pulang saja," putusnya. "Saat ini kita kan belum punya
berita yang jelas. Kita masih mengira-ngira
saja sampai sejauh ini."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau pikir itu jejak Blinky?" tanya Bob. Ia ingat Jupe pernah menyebut-
nyebut tentang sepatu lancip yang
dikenakan Blinky di Kedai Kuda Laut.
"Itu yang pertama kali muncul di pikiranku," Jupe menyetujui.
"Kecurigaanku yang kedua ialah bahwa seluruh
kasus ini berkaitan erat dengan misteri dalam diri Kyoto."
"Kenapa?" tanya Pete.
"Karena Kyoto-lah yang menulis pesan, Tidak ada mutiara hari ini." Jupe
mengangkat telunjuknya yang gemuk,
lalu mengangkat jari tengahnya. "Juga Kyoto-lah yang dikunjungi Parker
Frisbee di Little Tokyo kemarin." Ia
mengangkat jari manisnya, menunjukkan jumlah tiga. "Dan lagi Kyoto-lah
yang ditunggu-tunggu Blinky di Kedai
Kuda Laut."
"Hmm, masuk akal," kata Pete sambil manggut-manggut.
"Dan terima kasih pada Bob," Jupe melanjutkan, "karena kita bisa tahu
mengapa Blinky menunggu Kyoto.
Mengapa Blinky mengikutinya."
"Terima kasih kenapa?" Bob tidak mengerti apa yang dimaksud Jupe.
"Karena pengamatanmu yang cermat pada kotak pos Kyoto. Kau
menyimpulkan bahwa Kyoto baru saja pindah ke
situ karena cat kotak posnya masih baru. Jadi Blinky ingin tahu ke mana
ia pindah, dan di mana sekarang Kyoto
tinggal."
"Kenapa?" tanya Bob.
"Itulah yang akan kita temukan," kata Jupe. "Apa kaitan antara Blinky
dan Kyoto? Dan apa hubungan Kyoto
dengan mutiara?"
Ia termenung sejenak. "Kita harus membuntuti mobil boks hijau itu
lagi," putusnya. "Cuma itu petunjuk yang
bermanfaat yang kita punyai saat ini."
"Hidupkan saja alat penjejak kita," usul Pete.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe menggeleng. "Baterenya pasti sudah habis sekarang. Kita bisa


menggantinya dengan baterai baru, tapi
risikonya terlalu besar, karena kita harus pergi ke rumah Kyoto lagi."
Ia menatap Penyelidik Dua.
"Kurasa ini tugasmu, Pete," kata Jupe.
Pete menghela napas. Setiap kali ada tugas yang berisiko tinggi, pasti
dialah yang kebagian.
"Oke," katanya dengan perasaan ogah. "Katakan saja apa yang
kautugaskan padaku, Jupe."

Bab 11
RAHASIA KYOTO

PETE bangun sebelum matahari terbit keesokan harinya. Dikenakannya


celana jeans, kaus hangat, dan sepatu
karetnya. Lalu ia langsung ke dapur untuk sarapan.
Ada kaca mata gelap di meja dapur. Ayahnya tentu kelupaan menaruh
benda itu di situ. Timbul ide dalam benak
Pete. Barangkali kaca mata ini akan ada gunanya nanti, dalam hati ia
berkata. Ia menimbang-nimbang untuk
menggunakan kaca mata itu sambil makan beberapa kue donat dan
minum segelas susu.
Akankah ia lebih sukar dikenali dengan memakai kaca mata itu? Kalau
Kyoto kebetulan melihatnya, akankah dia
ingat serta mengenalinya?
Akhirnya Pete memutuskan untuk membawa kaca mata gelap itu. Dengan
begitu ia dapat memakainya pada saat
dibutuhkan untuk mengubah penampilannya. Ia memasukkan kaca mata
ke dalam tempatnya, lalu menaruhnya dalam
kantung baju hangatnya. Kemudian ia bergegas ke gudang tempat
menyimpan sepeda istimewanya.
Sepedanya sepeda balap buatan Inggris dengan sepuluh persneling.
Ayahnya membelikan sebagai hadiah ulang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tahunnya yang terakhir. Pete merawatnya dengan sangat teliti. Untuk


keperluan sehari-hari yang tidak begitu
mendesak, ia menggunakan sepeda lamanya. Sepeda istimewanya hanya
digunakan sekali-sekali saja, terutama untuk
keperluan penting. Dengan sepeda itu ia dapat mencapai kecepatan rata-
rata tiga puluh mil per jam, dan maksimal
empat puluh mil per jam.
Ditepuk-tepuknya sepeda itu dengan mesra, seperti orang menepuk-
nepuk seekor kuda pacuan.
Sepuluh menit kemudian ia sudah tiba di pinggiran Little Tokyo.
Diparkirnya sepeda balapnya di pinggir jalan di
antara pohon-pohon. Lalu ia mengawasi rumah Kyoto dari kejauhan.
Segalanya berjalan lancar. Ia tiba tepat pada waktunya. Mobil boks
hijau masih nampak diparkir. Lampu taman
rumah Kyoto masih menyala.
Matahari mulai terbit. Sebuah sedan biru meluncur dijalan dan berhenti
tepat di muka rumah Kyoto. Seorang laki-
laki keluar dari sedan. Ia berjalan ke arah mobil boks. Pete memicingkan
matanya untuk melihat laki-laki itu lebih
jelas. Baju bergaris-garis, jas gelap, jenggot, dan kumis tebal. Parker
Frisbee! Pete yakin sekali. Bahkan dalam cahaya
yang remang-remang ia yakin tidak salah lihat.
Frisbee saat itu tidak memakai kaca mata gelap. Ia membawa sebuah
paket besar berbentuk kotak. Paket itu terlihat
keabu-abuan dalam keremangan cahaya, seperti terbungkus kertas
koran. Frisbee membuka pintu belakang mobil
boks, lalu menaruh paket itu di dalamnya.
Lampu taman rumah Kyoto padam.
Frisbee menutup pintu belakang mobil boks. Ia lalu masuk kembali ke
sedannya, dan mengendarainya pergi.
Pete bersandar pada sebatang pohon, menunggu. Sepuluh menit
kemudian seorang Jepang keluar rumah. Ia

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mendatangi mobil boks. Pete sukar untuk memastikan. Itu Kyoto atau
penerjemahnya?
Kemudian ia baru ingat pada apa yang dikatakan Jupe tentang ciri-ciri si
penerjemah. Orang yang dilihatnya kini
tidak memiliki ciri-ciri itu. Jadi itu Kyoto. Ia membawa sebuah tempat
makan dari logam. Pakaiannya terbuat dari
semacam kain drill.
Pete menyiapkan sepedanya. Ia duduk pada sadelnya, siap untuk
berangkat sewaktu-waktu.
Kyoto tidak membuka pintu belakang mobil boks. Bahkan ia tidak melihat
ke dalamnya lewat jendela belakang. Ia
langsung masuk ke depan dengan membawa tempat makanannya.
Dikendarainya mobil boks hijau itu.
Di ujung jalan, mobil boks itu berputar, lalu melaju ke arah Pete. Cepat-
cepat Pete bersembunyi di balik sebuah
pohon bersama sepedanya.
Mobil boks itu melewatinya. Pete menghitung sampai sepuluh. Baru
setelah itu ia mulai mengayuh sepedanya.
Ia tidak menjumpai masalah dalam mengikuti mobil boks hijau, karena
jalan menurun menuju kota. Sesampainya di
Main Street ia menjaga jarak sampai mobil boks berbelok masuk ke
jalan menuju pantai.
Mobil boks mempercepat lajunya. Dengan bersemangat Pete mengayuh
pedal lebih kuat. Sepedanya meluncur
makin cepat. Tiga puluh, tiga puluh lima, empat puluh mil per jam.
Persneling sudah terpasang paling tinggi. Angin
menerpa mukanya dengan kencang, sehingga seluruh rambutnya tersibak
ke belakang. Ia memindahkan persneling
ketika menanjak menuju Kedai Kuda Laut. Setelah itu jalan turun lagi.
Tanpa mengayuh Pete sudah mencapai
kecepatan maksimal.
Beberapa menit kemudian ia melewati Wills Beach. Berkemah diizinkan
di sana, asalkan tidak membuat api

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

unggun. Ada beberapa tenda di pantai. Seorang gadis keluar dari tenda.
Gadis itu melambai pada Pete ketika Pete
ngebut melintasi jalan di pinggir pantai. Pete balas melambai. Ia makin
bersemangat memacu sepedanya.
Dua mil dari Wills Beach jalan berbelok menjauhi pantai. Pete melihat
ke arah laut. Pagi itu cerah, dan ombak laut
terlihat sangat menggiurkan baginya. Ah, kalau saja tidak harus
membayangi mobil boks hijau, Pete berangan-angan,
aku akan langsung terjun ke laut.
Tiba-tiba lampu rem mobil boks menyala.
Pete mengerem sepedanya. Ia duduk di sadelnya sambil memperhatikan
mobil boks yang berhenti.
Ia ingat betapa liatnya tubuh Kyoto. Kelihatannya ia jago karate. Pete
merasa ciut ketika memikirkan hal ini. Ingin
rasanya ia membiarkan mobil boks itu pergi, daripada kepergok oleh
orang Jepang yang bertubuh liat itu.
Mobil boks hijau jalan lagi. Mobil itu membelok ke kiri pada suatu
pertigaan.
Pete tidak mengira di situ ada jalan sempit menuju laut lagi. Dengan
hati-hati dikayuhnya sepeda mendekati
pertigaan. Jalan sempit itu berakhir pada sebuah pelataran parkir, tiga
puluh meter dari pertigaan. Di belakangnya
terpancang pagar berjeruji besi yang tinggi dan sebuah gerbang yang
kokoh. Sekelompok pondok kayu berdiri di balik
pagar besi itu.
Mobil boks hijau berhenti di pelataran parkir. Pete bersembunyi di balik
tetumbuhan di pinggir jalan. Dari situ ia
mengawasi gerak-gerik Kyoto. Kyoto keluar membawa kotak makannya.
Ia berjalan ke belakang mobil boks.
Orang Jepang itu membuka pintu belakang, masuk ke dalam, lalu
menutup kembali pintu itu dari dalam.
Beberapa menit lamanya ia tidak keluar-keluar lagi. Pete heran. Apa
yang dilakukannya di dalam mobil boks itu?

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Berganti pakaian?
Tidak. Sewaktu keluar lagi Kyoto masih mengenakan pakaian yang sama.
Kyoto membawa kotak makanannya. Ia
berjalan ke arah gerbang.
Seseorang berpakaian seragam muncul dari salah satu pondok kayu.
Orang itu menyimpan senjata di pinggangnya.
Tapi ia bukan polisi. Mungkin petugas keamanan, pikir Pete. Orang itu
membuka gerbang. Kyoto melangkah masuk.
Si penjaga gerbang menutup dan mengunci gerbang kembali.
Pete bertiarap ketika ia mendengar suara dari belakangnya. Sebuah
truk datang dan membelok pada pertigaan itu,
memasuki jalan sempit. Ada dua orang Jepang di depan. Dua orang lagi
turun dari bak belakang ketika truk itu
berhenti di tempat parkir. Mereka semua membawa kotak makanan.
Keempat orang Jepang itu berjalan ke gerbang.
Mereka diperbolehkan masuk oleh penjaga gerbang.
Tempat apa ini? Pete tidak dapat membayangkan. Selain pondok-pondok
kayu itu, tidak ada lagi yang terlihat di
dalam. Di balik pagar hanya terlihat tanah datar yang membentang
sampai ke laut. Dan tanah itu kosong, tidak
ditumbuhi tanaman apa pun.
Baru kemudian Pete melihat sesuatu yang lain. Bukan hanya tanah yang
terdapat di sana, tetapi juga air. Ada
semacam danau buatan yang terpisah dari laut. Danau itu dipetak-petaki
dengan papan-papan kayu yang berada
beberapa sentimeter dari permukaan air.
Pete melihat orang-orang Jepang itu berpencar pada papan-papan kayu.
Mereka berjongkok di sana, lalu mulai
menarik sesuatu seperti kandang dari kawat. Pete tidak dapat melihat
jelas apa isi kandang itu. Yang terlihat cuma
orang-orang Jepang yang memeriksa isi kandang dengan teliti.
Pete sudah tidak tahu lagi yang mana Kyoto. Namun ia menghitung ada
lima orang Jepang. Jadi Kyoto mestinya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

salah satu dari kelima orang itu.


Ia tetap bersembunyi di balik tetumbuhan selama setengah jam. Tidak
ada apa-apa yang terjadi. Tidak ada yang
berubah. Penjaga-penjaga gerbang mondar-mandir memeriksa pagar.
Paling sedikit ada tiga orang penjaga, Pete dapat
melihat mereka sekarang.
Sementara itu para pekerja masih melakukan tugas mereka, sibuk
dengan kandang kawat. Yang mereka kerjakan
hanyalah menarik kandang kawat dari danau buatan, memeriksa isinya,
mengembalikannya ke danau, lalu mengambil
kandang kawat lainnya. Begitu seterusnya.
Burung camar dan merpati beterbangan di atas daerah itu. Tapi tidak
ada yang luar biasa. Memang banyak burung
camar dan merpati di sepanjang pantai itu.
Sudah cukup sekarang, Pete akhirnya memutuskan. Tadi dalam
perjalanan, tak jauh dari situ ia melihat sebuah
pompa bensin. Ia menegakkan sepedanya, lalu mengayuh sekencang-
kencangnya.
Jupe segera mengangkat telepon di kantor Trio Detektif. Pete
menjelaskan di mana ia berada sekarang, yaitu sekitar
satu mil dari Wills Beach. Ia mengajak kedua kawannya untuk bergabung
di situ.
Mereka akan sampai di sini satu jam lagi, pikir Pete ketika meletakkan
gagang telepon. Ia membeli minuman dan
sebatang coklat, lalu duduk santai menunggu kedua kawannya.
"Sepedamu bagus sekali." Penjaga pompa bensin mendatanginya, ia
mengagumi sepeda balap Pete.
Pete cuma nyengir saja. Orang itu hanya beberapa tahun lebih tua dari
Pete. Rupanya ia pecinta sepeda. Ia dan Pete
berbincang-bincang panjang lebar tentang macam-macam sepeda dengan
perlengkapannya. Tiba-tiba terlintas dalam
benak Pete bahwa mungkin orang itu bisa memberi informasi yang
berguna.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku tadi berjalan-jalan ke sana," kata Pete sambil menunjuk. "Di sana
kulihat ada sebuah tempat yang dipagari
dan dijaga oleh orang-orang bersenjata. Tempat apa itu, ya?"
"Oh, aku malah belum pernah ke sana," orang itu menjawab. "Tapi
kudengar tempat itu dijadikan tempat
peternakan tiram. Seorang Jepang yang kaya membangunnya beberapa
tahun yang lalu. Ia menggali tanah di situ dan
mengisinya dengan air laut. Kudengar mereka beternak tiram di sana."
Saat itu Jupe dan Bob sampai di pompa bensin.
Jupe terengah-engah. Tubuhnya bersimbah peluh. Ia langsung memesan
minuman. "Air jeruk dingin," katanya.
Kemudian Pete mulai menceritakan semua yang dilihatnya. Sejak ia
mengawasi rumah Kyoto di Little Tokyo sampai
ia mengintai tempat yang dibatasi pagar tinggi berjeruji besi.
"Peternakan tiram," Jupe mengulangi sambil berpikir keras setelah Pete
selesai melapor. "Petugas keamanan.
Parker Frisbee. Paket kotak besar. Bagus kerjamu, Pete."
"Oh, ya?" Hidung Pete kembang kempis mendapat pujian dari pimpinan
Trio Detektif. "Tapi apa artinya semua
ini?"
Penyelidik Satu tidak menjawab. "Kita kembali ke sana untuk mengamati
apa yang terjadi kemudian," usul Jupe.
Trio Detektif bersepeda ke tempat peternakan tiram. Pete memimpin di
depan sebagai penunjuk jalan. Di balik
tetumbuhan di pertigaan itu mereka menyembunyikan sepeda. Mereka
sendiri mencari tempat yang strategis sehingga
dapat mengamati apa yang terjadi di balik pagar dengan jelas.
Jupe telah membawa teropongnya. Difokuskannya teropong itu pada
pekerja Jepang yang sedang sibuk memeriksa
kandang-kandang kawat.
"Benar, itu tiram," katanya. "Dalam kandang-kandang. Sulit untuk
melihat apa yang mereka lakukan terhadap
tiram-tiram itu. Tapi kelihatannya mereka membuka beberapa tiram."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Matahari sudah tinggi saat itu. Teriknya menyengat anak-anak yang


sedang bertiarap di rerumputan. Dalam hatinya
Pete menyesal, mengapa ia tidak membawa minuman dingin untuk
cadangan dari kantin di pompa bensin tadi. Ia
memakai kaca mata hitam yang dibawanya. Lalu ia bertelentang dengan
kedua tangannya dilipat di belakang
kepalanya. Kedua matanya dipejamkan.
Tidak lama kemudian salah seorang dari penjaga meniup peluit. Para
pekerja Jepang berhenti untuk beristirahat
makan siang. Mereka duduk di papan-papan di atas danau. Dalam terik
matahari mereka membuka bekal dalam kotak
makanan mereka.
Burung camar dan merpati berkerumun mencari sisa-sisa makanan. Para
pekerja mengusirnya dengan mengibas-
ngibaskan tangan mereka. Sebagian burung ada yang pergi. Tetapi
sisanya tidak putus asa. Dengan sabar mereka
menanti para pekerja itu selesai makan. Burung camar dan merpati
tetap berkerumun dekat para pekerja Jepang itu.
Jupe menurunkan teropongnya. Menonton orang makan membuat
perutnya sendiri berkeriuk-keriuk. Ia baru sadar
bahwa saat itu sudah waktunya makan. Perutnya sudah protes minta
diisi. Tapi dipaksanya untuk memusatkan pikiran
pada kasus yang sedang dihadapinya. Misteri merpati berjari dua dan
pembunuhan burung-burung. Tanpa sadar, ia
menarik-narik bibir bawahnya.
Paket abu-abu yang ditaruh Parker Frisbee di bagian belakang mobil
boks hijau. Apa isinya? Menurut laporan Pete,
Kyoto tidak membawa paket itu ketika memasuki gerbang yang dijaga
petugas keamanan. Ia cuma membawa kotak
makanannya.
Jupe menyentuh bahu Pete. Pete diam tak bereaksi.
Jupe mengguncang-guncangnya.
Pete gelagapan terbangun.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kyoto tadi mengunci pintu belakang mobil boksnya?" tanyanya ketika


Pete mengangkat kepalanya. Jupe tidak
dapat melihat apakah mata Pete terbuka atau tertutup karena
terhalang oleh kaca mata gelap yang dipakainya. Tapi
kelihatannya ia sudah agak sadar sekarang.
"Tidak," gumam Pete. "Aku yakin tidak dikunci." Ia merebahkan
kepalanya kembali. Sekejap ia sudah tertidur lagi.
Jupe memikirkan langkah yang akan diambilnya. Dapatkah dia merayap
ke belakang mobil boks, lalu masuk dan
meneliti isi paket abu-abu itu? Namun dengan terpaksa ia mengakui
bahwa ia tidak dapat melakukan hal itu. Penjaga
yang bersenjata belum ikut makan. Mereka mengawasi daerah sekitar
situ dengan waspada. Secara teratur mereka
berpatroli memeriksa pagar dan gerbang.
Beberapa menit kemudian terdengar lagi suara peluit. Para pekerja
Jepang membereskan kotak makan mereka, lalu
kembali bekerja, memeriksa tiram-tiram yang dipelihara dalam kandang-
kandang kawat.
Jupe berupaya menjaga matanya agar tetap terbuka. Padahal tidak ada
sesuatu yang baru yang dapat dilihatnya
dengan teropongnya. Semua sama saja seperti yang dilihat sebelumnya.
Panas semakin menyengat. Pemandangan
tidak lagi menarik. Perutnya keroncongan. Jupe merasa kelopak matanya
menjadi berat. Tak terasa kepalanya terkulai.
Ia bermimpi makan pizza dengan salad segar. Kemudian datang seporsi
besar es krim. Jupe baru mulai menyendok
santapan lezat di hadapannya...
Nyaringnya suara peluit membangunkannya. Hampir jam tiga, ia melihat
jam tangannya. Orang-orang Jepang
menurunkan kandang-kandang kawat ke dalam danau. Mereka berdiri
dan mulai berjalan ke arah pintu gerbang.
Pikiran Jupe tiba-tiba menjadi jernih setelah tidur singkat tadi. Kaca
mata gelap, pikirnya, dan itu sebuah penemuan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

besar! Parker Frisbee memakai kaca mata gelap di hutan kecil Miss
Melody dan di pelataran parkir dekat Bank Amco.
Keduanya pada malam hari. Tapi kaca mata gelap bukan hanya untuk
melindungi mata dari teriknya sinar matahari.
Kaca mata gelap dapat menutupi mata orang yang memakainya. Seperti
yang tadi dialami Pete. Ia tidak dapat
memastikan apakah mata Pete terbuka atau tertutup ketika memakai
kaca mata gelap.
Jupe memandang ke balik pagar besi. Orang-orang Jepang itu belum
keluar dari gerbang. Mereka menghilang di
dalam salah satu pondok kayu. Dan para penjaga juga tidak tampak lagi.
Ia berjongkok dan mengambil ancang-ancang. Lalu berlarilah ia
sekencang-kencangnya ke jalan sempit menuju
pelataran parkir.
Bob membuka matanya. Tidak ada siapa-siapa di sampingnya. Di mana
Jupe? Ke mana ia menghilang? Bob
melihat ke pelataran parkir. Dilihatnya Penyelidik Satu membuka pintu
belakang mobil boks Kyoto. Jupe masuk ke
dalamnya! Pintu belakang tertutup lagi.
"Oh, cari gara-gara dia!" Pete mengangkat kepalanya.
"Menurutmu apa yang diinginkannya?" Bob bertanya pada Pete.
"Maksudku, Jupe berharap kita melakukan apa?
Mungkinkah ia mau bersembunyi di belakang mobil boks Kyoto lalu ikut
pergi bersamanya? Atau apa?"
"Tak tahu, ya." Pete sama bingungnya dengan Bob. "Harusnya kalau mau
berbuat sesuatu, bilang-bilang dulu,
dong."
"Ya. Mestinya begitu. Tapi mungkin ia cuma menyelidiki mobil boks itu.
Kita tunggu saja. Kuharap ia bisa keluar
sebelum Kyoto..." Ia akan mengatakan, "Sebelum Kyoto memergokinya."
Tapi tidak nampak siapa pun. Ke mana
orang Jepang itu? Ke mana para penjaga?

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob memungut teropong. Diteropongnya daerah di balik pagar besi itu.


Ia berhenti pada sebuah jendela di salah
satu pondok kayu.
Agak sukar untuk melihat semuanya dengan jelas. Tapi Bob dapat
melihat bahwa pondok itu penuh dengan orang
Jepang dan penjaga. Para penjaga memeriksa pekerja Jepang dengan
teliti, dari kepala sampai kaki. Baju dan celana
mereka digeledah. Bahkan kotak makanan dan sepatu tidak luput dari
perhatian penjaga.
Bob menurunkan teropongnya. Jupe nampak berlari ke arahnya.
Penyelidik Satu menyelusup ke sampingnya di
balik tetumbuhan yang cukup rimbun. Wajah Jupe kemerahan dan agak
lesu, tapi matanya bersinar-sinar.
"Para penjaga sedang menggeledah mereka, kan?" tanya Jupe begitu
napasnya mulai teratur.
Bob mengangguk. "Sepertinya begitu. Apa yang mereka cari pada
pekerja-pekerja itu, Jupe?"
Jupe tidak langsung menjawab. "Aku baru saja melakukan suatu
penyelidikan," katanya beberapa saat kemudian.
"Aku menemukan apa yang berada dalam paket di mobil boks Kyoto.
Ternyata bukan koran pembungkusnya, Pete.
Kurasa dari jauh dalam cahaya yang remang-remang memang terlihat
seperti koran. Padahal itu kain katun tipis."
"Katun tipis?" kata Pete. "Maksudmu seperti penutup kotak yang dibawa
Blinky?"
"Persis," jawab Jupiter. "Kain itu telah terbuka. Dan paket itu adalah
sebuah sangkar. Sangkar itu kosong. Tapi aku
yakin tadi pagi pasti ada isinya sewaktu Frisbee menaruhnya di belakang
mobil boks. Karena aku menemukan ini."
Ia membuka genggaman tangannya. Kedua temannya melihatnya.
Segenggam jagung.
"Merpati," desis Pete. "Kyoto membawa merpati dalam sangkar itu..."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan ia menyelundupkannya dalam kotak makanannya," Jupe


melanjutkan. "Itu mudah sekali. Penjaga kan tidak
mengecek para pekerja ketika mereka masuk. Hanya ketika mereka
keluar."
Bob mengernyit. "Tapi, apa yang mereka geledah?" ia bertanya lagi.
"Mutiara," Jupe menerangkan dengan sabar. "Itulah yang mereka
harapkan dari tiram-tiram itu. Di tempat ini
diproduksi mutiara buatan!"

Bab 12
RENCANAJUPE

"MUTIARA," kata Jupe lagi. "Mutiara dan merpati pos."


Trio Detektif telah berkumpul kembali di kantor mereka setelah
meninggalkan tempat peternakan tiram. Mereka
sedang menikmati roti keju buatan Bibi Mathilda. Jupe membagi dua
rotinya. Ia berniat untuk makan separuhnya saja.
Sebelum ke kantor, Bob menyempatkan diri untuk mampir di
perpustakaan. Ia meminjam dua buku yang dipesan
Jupe.
"Apa kata buku itu tentang mutiara buatan?" tanya Jupe padanya.
Bob membuka salah satu buku, berjudul Keindahan Mutiara.
Dikeluarkannya sehelai kertas tempat ia menulis
beberapa catatan tentang buku itu.
"Mutiara buatan." Ia membetulkan posisi kaca matanya. "Caranya, ambil
bayi tiram dan kumpulkan dalam kandang
di bawah air. Setelah tiram berumur tiga tahun, buka tiram itu lalu
taruh sebutir pecahan kulit tiram di dalamnya.
Taruh benda itu pada tempat yang dinamakan mantel tiram. Lalu
turunkan kembali kandang ke dalam air. Biarkan
tiram itu selama tiga sampai enam tahun. Sejak saat itu tiram mesti
dicek secara rutin. Tiram yang dimasuki sebutir

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

pecahan kulit tiram tadi akan terluka. Tiram akan membalut luka tadi
sehingga terbentuklah mutiara."
"Oo, seperti perban, ya," kata Pete.
"Ya, semacam sistem pertahanan tubuh." Bob membaca catatannya
kembali. "Setelah enam tahun, mutiara sudah
terbentuk secara sempurna. Mutiara itu sudah dapat diambil untuk
dijual. Peternakan mutiara menjadi industri besar di
Jepang. Beberapa mutiara buatan harganya mencapai ratusan dolar."
"Mengapa disebut buatan?" tanya Pete. "Kan mutiara itu sendiri yang
membuatnya?"
"Ya, tapi kan dengan campur tangan manusia," sahut Bob. "Manusia yang
memulainya dengan memasukkan
sebutir pecahan kulit tiram. Kalau menunggu sampai sebutir pasir atau
sembarang benda keras masuk sendiri, wah
lama sekali baru terbentuk mutiara. Dan itu jadi untung-untungan
sifatnya."
"Jadi itulah sebabnya penjaga menggeledah para pekerja sebelum
mereka pulang," kata Pete sambil mengelus bulu
Caesar dalam kandangnya yang besar. "Supaya mereka tidak mencuri
mutiara. Begitu kan, Jupe?"
"Ya." Penyelidik Satu itu duduk santai di kursi goyangnya. "Tapi ingat,
pekerja tidak diperiksa ketika masuk. Itu
memunculkan ide di kepala Parker Frisbee dan Kyoto. Ide yang sangat
sederhana. Di situlah letak persoalannya.
Parker Frisbee menaruh seekor merpati pos di belakang mobil boks
Kyoto. Ketika sampai di peternakan tiram, Kyoto
menyelundupkan merpati itu dalam kotak makanannya."
Jupe membisu sejenak. Ia memandangi rotinya yang separuh lagi.
Didorongnya roti itu menjauh darinya.
"Kalau Kyoto menemukan mutiara yang indah dalam salah satu tiram hari
itu, ia menunggu sampai waktu makan
siang. Ketika waktu makan siang tiba, ia mengeluarkan merpati dari
kotak makanannya, lalu mengikatkan mutiara itu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

di kaki si merpati. Ada banyak merpati beterbangan di sekitar tempat


itu. Tambahan satu merpati tidak akan ketahuan
oleh penjaga. Merpati pos itu akan terbang kembali ke tempat Parker
Frisbee, sambil membawa mutiara baginya."
"Dan kalau Kyoto kebetulan tidak menemukan mutiara hari itu," kata
Bob, "ia mengirim pesan pada Parker Frisbee
dalam bahasa Jepang bertuliskan, 'Tidak ada mutiara hari ini.' Seperti
pesan yang kita temukan pada merpati berjari
dua yang telah mati diserang rajawali Miss Melody. Tapi..."
Ia terdiam. Bob mencoba membayangkan apa yang terjadi. "Tapi..." ia
mengulangi dengan nada yang mengandung
keragu-raguan.
"Tapi merpati berjari dua itu bukan milik Parker Frisbee," Jupe
menyelesaikan kalimat Bob, "melainkan milik
Blinky. Paling tidak Blinky-lah yang membawa-bawanya di Kedai Kuda
Laut waktu itu. Dalam sebuah sangkar yang
mirip, dan juga dengan bungkus kain katun yang sejenis."
Tanpa sadar, Jupe mencoel secomot rotinya yang tinggal separuh. "Coba
lihat dalam buku yang satunya lagi, Bob,"
ujarnya.
Buku kedua yang dipinjam Bob dari perpustakaan adalah sebuah atlas
California bagian selatan. Jupe memasukkan
comotan roti ke dalam mulutnya, lalu membuka atlas yang
menggambarkan peta Rocky Beach dan Santa Monica.
Kedua kawannya melongok dari belakang Jupe.
"Di sini Wills Beach." Jupe meletakkan telunjuknya yang gemuk pada
sebuah titik pada garis pantai yang
membujur dari timur ke barat. "Jadi peternakan tiram berada di sini.
Dan Parker Frisbee tinggal..." Ia menggerakkan
jarinya ke bawah mendekati Rocky Beach. "Di sini. Di sisi barat kota.
Aku tahu karena aku melihat alamatnya di buku
telepon."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mengambil sebuah penggaris dari laci mejanya. Diletakkannya


penggaris itu di antara dua titik tadi. "Nah, apa
artinya ini bagi kita?" tanyanya.
"Artinya jelas, dong," kata Pete. "Merpati harus terbang melintasi laut
menuju rumah Frisbee, kalau ia memelihara
merpati itu di rumahnya. Merpati itu menempuh jarak sekitar enam mil."
"Jadi akan memakan waktu sekitar enam menit," tambah Bob. "Jadi
yang harus dilakukan Frisbee hanyalah
menunggu di rumah pada siang hari. Ia cuma sebentar menunggu, lalu
datang merpati membawa mutiara. Enak
benar!"
"Kalau begitu bagaimana mungkin merpati berjari dua terbunuh di hutan
kecil Miss Melody?" Pete keberatan.
"Maureen Melody tinggal di bagian timur kota." Ia menunjuk pada
sebuah tempat di peta. "Itu jauh dari tempat
Frisbee. Kenapa merpati berjari dua itu melenceng begitu jauh dari
rutenya?"
"Memang, tempat itu memang di luar jalur penerbangan si merpati, dari
peternakan ke rumah Frisbee." Jupe
menggeser penggaris, sehingga membentuk garis antara peternakan
tiram dengan rumah Miss Melody. "Tapi kalau
merpati itu tidak menuju rumah Frisbee..." Ia menunjuk ke suatu
tempat beberapa mil dari Rocky Beach.
"Santa Monica," kata Bob.
"Blinky?" ujar Pete bertanya-tanya.
"Blinky tinggal di Santa Monica," Bob mengingatkan. "Ia mengatakannya
sendiri waktu itu..."
"Jadi kalau merpati berjari dua itu milik Blinky," Jupe melanjutkan, "dan
terbang kembali ke rumah Blinky di
Santa Monica, jelas si merpati akan melalui hutan kecil Maureen
Melody. Begitulah kejadiannya sampai merpati itu
terbunuh oleh salah satu rajawali Miss Melody."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia tidak berkata-kata beberapa saat. Jari-jarinya meremas-remas sisa


rotinya yang tinggal sedikit.
"Dan jelas itu bukan pertama kalinya merpati Blinky terbunuh dengan
cara seperti itu," ia melanjutkan. "Miss
Melody bilang bahwa Edgar Allan Poe sudah tiga kali membawakan
mutiara baginya. Jadi mungkin Edgar Allan Poe-
lah yang menemukan mutiara itu terikat pada kaki merpati yang mati di
hutan kecil Miss Melody."
"Nah, itu baru cocok," kata Pete menyetujui.
Jupe mengernyit. Ia menutup atlas.
"Mungkin cocok," ujarnya, "kalau Frisbee dan Blinky berkawan. Yaitu,
kalau mereka memakai merpati bergantian
dari hari ke hari. Hari ini merpati Frisbee, besoknya merpati Blinky,
begitu seterusnya. Inilah satu-satunya penjelasan
terhadap kelakuan Frisbee. Ia khawatir burung Blinky terbunuh. Jadi ia
menyelinap ke dalam hutan kecil Miss Melody
pada malam hari. Ia tak sengaja bertemu aku di sana. Mungkin dia pikir
akulah pembunuhnya, sehingga dia
menyerangku dengan tongkat kayu."
Jupe mencoel lagi secomot roti.
"Kemudian ia mendengar dari Maureen Melody bahwa kita mencoba
menolongnya. Maka ia lalu bersikap ramah.
Diberinya kita hadiah dan dijanjikannya hadiah lagi kalau kita bisa
menemukan pembunuh merpati Blinky."
Ia menggeleng. Matanya memandangi roti dan keju yang dipegangnya
dengan telunjuk dan jempolnya. Ditelannya
potongan roti itu.
"Tapi mereka tidak mungkin berkawan," katanya.
"Kenapa tidak?" tanya Bob. "Apa yang membuat kau berpikiran begitu?"
Jupe menggumamkan sesuatu yang tidak jelas.
"Kalau mereka berkawan," ujarnya kemudian, "maka Blinky dan Kyoto
juga berkawan." Kini Jupe memainkan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

potongan roti yang terakhir. "Dan Blinky pasti sudah tahu di mana Kyoto
tinggal. Tidak perlu ia menunggu di Kedai
Kuda Laut untuk menguntit Kyoto dalam mobil boks hijaunya."
Jupe berdiri. Ditelannya potongan roti terakhir, ia memandang Bob dan
Pete berganti-ganti. "Usulku, kita semua
minta izin pada orang tua untuk berkemah semalam di Wills Beach."
Ia tahu mereka tidak akan sulit mendapatkan izin itu. Trio Detektif
sudah sering berkemah di musim panas. Mereka
berjanji untuk berkumpul di pangkalan dua jam lagi. Jupe akan meminta
Hans, salah seorang pekerja yang membantu
Paman Titus, untuk mengantar mereka ke Wills Beach dengan truknya.
Sepeda dan kantung tidur mereka akan
diangkut di bak belakang truk.
"Besok pagi-pagi benar," kata Jupiter, "waktu Kyoto pergi ke
peternakan tiram dengan mobil boks hijaunya, kita
sudah siap."
"Siap apa?" tanya Pete. "Siap membuntutinya lagi?"
"Tidak, tidak," sahut Jupe cepat. "Sekali ini kita akan memecahkan
kasus ini, membuka misteri yang
menyelubunginya dengan cara yang sederhana dan praktis... tapi jitu!"
Matanya menjelajahi seluruh permukaan meja itu. Ia mencari separuh
roti yang disisakannya tadi. Tidak ada lagi
roti yang tersisa. Piringnya bersih licin. Ia tersentak ketika menyadari
bahwa sisa roti telah dihabiskannya tanpa
sengaja.
"Akan kita gunakan Caesar untuk menjebak Blinky!" serunya.

Bab 13
PENUKARAN BERBAHAYA

AKU tidak cocok untuk tidur di alam terbuka, Jupe menilai dirinya
sendiri ketika ia terbangun dalam kantung

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tidurnya esok paginya. Tubuhnya pegal-pegal. Lidah dan mulutnya terasa


asin.
Ia melihat jam tangannya. Jam enam. Sudah waktunya untuk bersiap-
siap. Ia membuka ritsleting kantung tidurnya.
Sambil menggeliat ia bangun.
Kedua kawannya sudah bangun. Pete berlutut di dekat sangkar kecil
Caesar. Ia memberi jagung pada Caesar. Bob
menawarkan kue donat dan sekotak susu.
Jupe bimbang sejenak. Mengapa tidak, pikirnya. Sebuah donat tidak
akan membuatnya gemuk. Dan saat itu ia
membutuhkan tenaga. Diminumnya susu perlahan-lahan. Minuman itu
membantu menghilangkan rasa asin dari
mulutnya.
Sepuluh menit kemudian anak-anak sudah membereskan perlengkapan
mereka. Jupe membantu Pete membungkus
sangkar Caesar dengan kain katun tipis. Kemudian mereka
mengikatkannya pada boncengan sepeda Jupe. Pete
menggantungkan tas wisata pada setang sepedanya.
Dengan membawa perlengkapan mereka di setang dan boncengan
sepeda, anak-anak bersepeda sambil menjaga
keseimbangan. Perlahan-lahan mereka menyusuri jalan menanjak menuju
pompa bensin. Di tempat itu mereka
menitipkan kantung tidur agar memudahkan perjalanan selanjutnya.
Setelah mengurangi muatan di pompa bensin, anak-anak dapat lebih
cepat mengayuh sepeda mereka ke arah
peternakan tiram. Jupe ingat ada suatu tempat yang cocok untuk
melaksanakan rencananya. Di pinggir jalan,
sepanjang sisi yang berlawanan dengan pantai, terdapat tumbuhan
semak yang lebat. Tumbuhan semak itu masih lebat
sampai pada sebuah tikungan yang menuju peternakan tiram. Sedangkan
pada sisi yang satu lagi terdapat sebuah
selokan lebar. Dengan demikian mobil tidak dapat berjalan menepi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak meminggirkan sepeda mereka, dan menyembunyikannya di


balik semak belukar. Jupe membuka ikatan
sangkar Caesar. Bob mengambil tas wisatanya dari setang sepedanya
sendiri. Mereka bertiga masing-masing
membawa pompa sepeda ke pinggir jalan. Segala peralatan itu ditaruh di
pinggir jalan.
Bob membuka tasnya. Ia mengeluarkan sebungkus balon besar
berwarna-warni dan dengan berbagai bentuk. Balon-
balon itu dibagi tiga sama rata, masing-masing mendapat dua puluh.
Mereka mulai bekerja. Dengan pompa sepeda,
mereka mengisi balon dengan udara. Dalam sekejap terkumpul enam
puluh balon besar yang satu sama lain diikatkan
sehingga membentuk sebuah menara di pinggir jalan itu.
Untungnya tidak ada mobil yang lewat pagi itu. Dan juga angin hanya
bertiup perlahan saja. Jupe bersyukur dengan
kondisi yang memudahkan mereka menyelesaikan pekerjaan itu.
Bob mengeluarkan lagi segulung kain putih yang disiapkannya tadi malam
atas petunjuk Jupe. Anak-anak
membuka dan memasang gulungan itu di pinggir jalan. Dalam huruf-huruf
merah tertulis pada kain itu:
SUMBANGKAN DANA ANDA
UNTUK PERKUMPULAN PENYAYANG UNGGAS.
BELILAH BALON KAMI.
Jupe melihat ke kiri kanan jalan. Tidak tampak satu kendaraan pun
lewat.
"Kau sembunyi di sini, Bob," katanya. "Kau bisa melihat Pete dan aku.
Kau bawa sapu tangan?"
"Ya." Bob mengambilnya dari kantung celana jeansnya. "Akan
kulambaikan seperti ini, Pete," kata Bob. "Ke
depan dan ke belakang. Ini artinya kau boleh membiarkan dia pergi."
Pete mengangguk ragu-ragu. Ia merasa canggung dengan tugas yang
dipikulnya. Ia cuma berharap agar Kyoto tidak

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

menjadi gusar. Ingatan bahwa Kyoto seorang jagoan karate membuat


hatinya ciut kembali. Kalau sampai Kyoto
mengenalinya sebagai anak yang dijumpainya di pangkalan barang
bekas... Kalau sampai Kyoto tahu bahwa Pete
mencoba mengelabuinya... Pete tidak dapat membayangkan apa yang
bakal terjadi.
Ia memakai kaca mata gelapnya. Dengan memakai itu ia merasa lebih
aman. "Bagaimana aku tahu kalau dia
datang?" tanyanya dengan suara agak bergetar.
"Tiga suitan berarti mobil itu terlihat," kata Jupe memberi tahu. "Dua
suitan lagi berarti mobil boks hijau sudah
melewatiku. Oke?"
"Oke."
Jupe menangkap ada keraguan dalam suara Pete. Ia tahu bahwa Pete
memainkan peran yang paling berat. Jupe
sebenarnya ingin agar peran itu dipegangnya sendiri. Namun ia sudah
dikenal oleh Kyoto. Waktu itu Jupiter-lah yang
berbicara dengan Kyoto melalui penerjemah. Kecil sekali
kemungkinannya bahwa Kyoto akan melupakan Jupe,
karena baru beberapa hari yang lalu mereka bertemu.
"Jangan lupa pasang senyum, Pete," katanya, mencoba membesarkan
hati kawannya. "Pasang senyum semanis
mungkin, dan banyak berbicara."
"Bicara apa?"
"Apa saja," sahut Jupe. "Tidak ada pengaruhnya. Ia tidak bisa bahasa
Inggris. Kalau kau ngomong ngaco sekalipun
ia tak akan tahu."
"Oke," ujar Pete. Tapi ia masih merasa canggung.
Jupe melirik jam tangannya. Waktunya hampir tiba. "Siap siaga
sekarang!" katanya memberi aba-aba.
Bob memanjat bukit kecil. Ia bertiarap di balik semak-semak sambil
memegang sapu tangannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe kembali ke tempat mereka menyembunyikan sepeda. Ia berlindung


di balik semak-semak dekat tikungan.
Sambil membawa sangkar, ia dapat merasakan Caesar bergerak-gerak di
dalamnya.
Pete berdiri di pinggir jalan sembari memegangi menara balon.
"Sumbangkanlah dana Anda," gumamnya sambil
melihat spanduk bertuliskan huruf merah. "Dengan membeli balon ini
berarti Anda telah menolong binatang-
binatang." Ia mencari kata-kata yang enak didengar. Lalu ia mendesah.
"Hhh... justru sekarang aku yang butuh
pertolongan. Sebentar lagi aku berhadapan dengan jagoan karate
bersabuk hitam..."
Meskipun pagi itu cukup dingin, keringat dingin Jupe keluar membasahi
pipi dan hidungnya. Ia khawatir
memikirkan keselamatan Pete. Dalam hati ia berdoa agar Pete tidak
grogi sewaktu menjalankan tugasnya. Jupe lalu
memusatkan pandangannya ke jalan. Ia menunggu munculnya mobil boks
hijau.
Lima menit. Sepuluh menit. Ia mulai cemas. Jangan-jangan Kyoto tidak
bekerja hari ini. Jangan-jangan ada suatu
halangan yang membuatnya tidak pergi ke tempat peternakan tiram.
Kalau ingat pada Pete, Jupe berharap mobil boks
hijau itu tidak muncul.
Tiba-tiba yang ditunggu-tunggu muncul. Jupe memasukkan jari telunjuk
dan jempolnya ke mulut. Ia bersuit tiga
kali.
Mobil boks melewatinya. Jupe bersuit lagi, dua kali.
Begitu mobil boks membelok di tikungan, Jupe berlari kencang sambil
membawa sangkar Caesar.
Pete mendengar tiga suitan. Ia membawa menara balon itu ke tengah
jalan. Setelah mendengar lagi suitan dua kali,
direbahkannya menara balon itu melintang menutupi jalan. Dengan
susah-payah ditahannya balon-balon itu supaya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tetap berada dalam posisi rebah.


Kini ia mendengar suara mobil mendekat. Mobil boks itu memperlambat
kecepatannya. Lima meter dari tempat
Pete merebahkan menara balon itu, mobil boks berhenti.
Kyoto melongok ke luar jendela. Ia berteriak pada Pete dalam bahasa
Jepang. Pete acuh tak acuh saja. Ia berlagak
ingin menyingkirkan balon-balon itu dari jalan. Padahal sebenarnya ia
malah mau menjaga agar tidak ada celah yang
dapat dilewati mobil tanpa menabrak kumpulan balon itu.
Kyoto turun dari mobil boksnya. Ia mendatangi Pete. Di muka Pete, ia
berhenti. Ditatapnya Pete dengan pandangan
bertanya-tanya. Ia lalu menendang balon yang terdekat dengannya.
Balon itu berwarna hijau dan berbentuk panjang
seperti sosis. Balon itu mental kembali mengenai hidung Kyoto. Kyoto
mengomel dengan kata-kata yang tidak
dimengerti Pete.
Pete membuka kedua tangannya. Ia mencoba tersenyum, tapi yang
muncul adalah cengiran. "Sumbangkanlah dana
Anda," katanya. "Dengan membeli balon ini berarti Anda menolong
binatang."
Kyoto menggumamkan sesuatu dalam bahasa Jepang.
Pete seolah tidak menghiraukannya. Ia tetap saja nyengir. Banyak-
banyak berbicara, pesan Jupe padanya.
Masalahnya sekarang ia tidak tahu mau bicara apa. Bicara apa saja, ia
teringat pesan Jupe lagi. Tiba-tiba terlintas
sesuatu di benaknya. Syair lagu yang sering dinyanyikan ayahnya di
rumah, pikirnya.
"Kokoh, bagai batu karang," kata Pete pada Kyoto. "Kokoh bagai batu
karang." Ia berdehem. "Tidak goyah
diterjang ombak. Tidak lapuk dibakar terik mentari. Kokoh bagai batu
karang. "
Pete tetap mempertahankan cengirannya. Ia terus nyerocos meski kata-
katanya ngaco dan tidak ada hubungannya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dengan situasi saat itu. Toh Kyoto tidak mengerti, pikirnya.


Kyoto menendang lagi sebuah balon, kali ini balon bulat kuning. Balon itu
mengambang, lalu mendarat di atas
balon-balon lainnya.
"Kita akan terus bertahan," kata Pete sambil menunjuk pada spanduk
putih bertuliskan huruf merah. "Kita akan
berjuang bersama. Bahu-membahu selamanya. Sekokoh batu karang... "
Jupe tinggal sepuluh meter lagi dari belakang mobil boks. Ia terus
berlari kencang sambil membungkuk agar tidak
terlihat. Sepatu karetnya membuat suara langkahnya tidak terdengar.
Bagian yang paling sulit adalah membuka pintu
belakang mobil boks tanpa terdengar. Dalam hati Jupe merasa
beruntung karena Kyoto membiarkan mesin mobilnya
hidup.
"... Bertempur bersama. Setegar batu karang. " Pete setengah berlagu
dengan suara tinggi. Tidak apa-apalah sedikit
sumbang, dalam hati ia berkata. Yang penting bisa menyita perhatian
Kyoto. Sehingga Jupe punya cukup waktu untuk
melakukan tugasnya.
Kyoto merogoh kantungnya. Mau mengambil dompet? Ia mau membeli
balon atau apa? Jantung Pete berdegup
kencang.
Jupe perlahan-lahan memutar gagang pintu belakang mobil boks. Timbul
suara berderak. Derakan itu tidak keras,
tapi seakan terdengar sekeras jeritan di telinga Jupe. Ia membuka
pintu itu.
Dari tempat persembunyiannya di bukit, Bob melihat Jupe melongok ke
dalam mobil boks. Bob menggenggam
sapu tangannya makin erat.
Kini Jupe duduk di belakang mobil boks. Ada kotak terbungkus kain
katun tipis di dalam. Jupe meletakkan sangkar
Caesar di sebelah kotak itu. Diletakkan berdampingan, kedua kotak itu
sukar dibedakan. Bahkan kain katun tipisnya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

pun sama persis. Perlahan-lahan Jupe mengangkat kotak Kyoto. Sambil


mendekap kotak Kyoto di dadanya, Jupe
menggeser sangkar Caesar ke tempat kotak Kyoto semula berada.
"Kokoh bagai batu karang..." Pete terdiam. Tenggorokannya serasa
tersumbat.
Kyoto tidak mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan sebilah pisau
lipat! Terkena sinar matahari pagi, pisau itu
nampak berkilat-kilat dan mengancam.
Pete meneguk ludah.
Jupe meraih pintu belakang mobil boks. Tiba-tiba terdengar suara
letusan. Jupe terlompat. Seolah-olah ada sebuah
bom meledak di kakinya. Merpati dalam kotak yang didekapnya
bersuara. Jupe berdiri mematung, menunggu.
Terdengar suara letusan lagi.
"Kokoh bagai balonku..." Pete mulai ngawur. Ia betul-betul kebingungan.
Kyoto menusukkan pisaunya pada setiap balon di dekatnya. Setelah
balon di sekitarnya meletus semua, ia menarik
tali pengikat seluruh balon itu. Balon-balon yang lain tertarik mendekat
ke arahnya. Lagi-lagi dipecahkannya balon
demi balon yang dekat dengannya.
Pete cuma bisa melongo melihat tindakan Kyoto.
Jupe menutup pintu belakang. Ia menekan pintu itu, untuk meyakinkan
dirinya bahwa pintu sudah tertutup rapat.
Sambil mendekap kotak Kyoto, ia mundur menjauhi mobil boks.
Pete melihat ke tempat Bob bersembunyi. Tidak sabar ia menanti
isyarat yang diberikan Bob. Makin lama
menunggu makin gemetar dia.
Kyoto masih menusuki balon-balon Pete. Sudah hampir setengahnya
pecah sekarang.
Bob melihat Jupe mundur menjauhi mobil boks. Ia melihat pula Jupe
berputar, lalu berlari kencang. Sesaat
kemudian Jupe sudah lenyap di balik semak-semak di tepi jalan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob berdiri, ia melambai-lambaikan sapu tangannya ke depan dan ke


belakang.
"Kita akan terus bertahan," kata Pete dengan suara serak. Ia hampir
putus asa. Kyoto sudah memecahkan balonnya
yang terakhir. Kemudian ia melihat isyarat Bob. Bergegas Pete kabur. Ia
menyelusup ke balik semak-semak terdekat.
Tidak dipedulikannya lagi Kyoto.
Kyoto dengan gusar kembali ke mobil boksnya. Ia masuk sambil
mengumpat-umpat dalam bahasa Jepang.
Pete terduduk di balik semak-semak. Ia tidak menggubris lagi suara
mobil boks Kyoto yang berlalu dari situ. Yang
penting tugasnya sudah beres. Beberapa kali ia menarik napas panjang.
Kepalanya ditelungkupkan di antara kedua
lututnya.
Jupe keluar dari tumbuhan semak tempatnya bersembunyi. Ia mencari-
cari Pete.
"Pete, Pete. Di mana kau?"
Bob berlari-lari menuruni bukit kecil ke arah Jupe. Ia menunjuk-nunjuk
ke suatu tempat di tepi jalan.
Jupe melihat ke arah yang ditunjuk Bob. Ia menguak semak-semak di
situ. Tampaklah olehnya Pete sedang duduk,
lemas. Jupe tahu betapa berbahayanya tugas yang dipikul Pete.
Menghentikan mobil boks Kyoto serta menahannya
cukup lama, agar Jupe bisa menukar sangkar burung merpati itu,
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
"Kau tidak kenapa-kenapa, kan?" tanyanya. Ia menepuk pundak Pete.
"Kau menyelesaikan tugasmu dengan
sempurna, Pete. Kau baik-baik saja, kan?"
Pete menggeleng lambat-lambat. "Hhh," desahnya. "Waktu dia
mengeluarkan pisaunya... jantungku serasa mau
copot!"
Ia menatap Jupe ketika Bob sampai dan bergabung dengan mereka.
"Cukup sekali saja ini terjadi. Tidak berani lagi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

aku begini. Amit-amit!"

Bab 14
NALURI CAESAR

JUPITER membimbing Pete keluar dari semak. Ia merasa tidak enak


karena telah memberikan pekerjaan yang
menegangkan pada Pete. Demikian pula perasaan Bob. Tetapi pada saat
itu pula ia merasa bahwa mereka menang.
"Paling tidak langkah pertama kita berhasil," katanya kemudian. "Kyoto
meneruskan perjalanannya ke peternakan
tiram tanpa sadar bahwa merpati yang dibawanya adalah Caesar."
"Oke," desah Pete. "Langkah pertama berhasil. Lalu apa berikutnya?"
Jupe sudah membuka kain katun tipis dari kotak milik Kyoto. Di baliknya
terdapat sangkar berisi seekor merpati,
sesuai dugaan mereka.
"Tolong bantu aku, Bob," pintanya.
Bersama-sama mereka membuka pintu sangkar. Dengan hati-hati
mereka mengeluarkan merpati pos dari sangkar
itu. Bob memegang merpati itu dengan kedua tangannya. Sementara
Jupe mengeluarkan sepotong pita aluminium dan
kartu Trio Detektif dari kantungnya. Ia melipat kartu dan
membungkusnya dengan pita aluminium. Kemudian
diikatkannya pita aluminium itu pada kaki si merpati.
"Kau mau melepaskannya, Pete?" tanya Jupe. Sengaja ia minta Pete
untuk melakukannya. Ia berharap, dengan
begitu Pete dapat pulih dari perasaan terguncang tadi.
Penyelidik Dua mengiakan. Bob menyerahkan merpati itu padanya. Pete
memegang si merpati dengan tangan
kirinya. Tangan kanannya mengelus-elus merpati itu. "Sudah waktunya
kau kembali," katanya pada si merpati. Ia
mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi. Dibebaskannya merpati itu.
Merpati itu langsung terbang tinggi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"He, lihat," seru Pete. "Merpati itu langsung tahu jalan pulang ke
tempatnya."
Pete benar. Bagaikan roket, merpati itu melesat ke arah selatan.
Hampir dua jam kemudian Trio Detektif tiba di pangkalan barang bekas.
Mereka sempat mampir di pompa bensin
untuk mengambil kantung tidur mereka. Dengan membawa muatan
kantung tidur, perjalanan mereka bersepeda
menjadi lambat.
"Aduuh, dari mana saja kalian?" Begitu Bibi Mathilda menyambut
mereka. "Aku khawatir kalian seharian main di
pantai. Ini, Paman Titus beli sesuatu tadi..."
Paman Titus membeli sekotak besar sekrup bekas dalam berbagai
ukuran. Sekrup-sekrup itu harus dipilih dan
dipisahkan sesuai dengan ukurannya.
Jupe menghela napas. Tapi ia tidak kesal karena harus bekerja. Malah
ini suatu keuntungan baginya. Masih dua jam
sebelum tengah hari. Sambil memisahkan sekrup, mereka dapat
menghabiskan waktu tanpa terasa.
Anak-anak mulai bekerja dengan tidak sabar. Bukan tidak sabar
bekerja, tapi tidak sabar menunggu. Bolak-balik
mereka melihat ke langit. Kuping mereka terpasang, kalau-kalau ada
suara kepakan sayap burung.
Jam sebelas tiga puluh Paman Titus dan Bibi Mathilda pergi belanja.
Jupe tahu, biasanya mereka baru kembali
setelah jam dua. Anak-anak bebas berbuat apa saja di pangkalan itu.
Mereka mulai bekerja dengan santai, sesekali diselingi dengan bercanda.
Makin siang mereka makin santai bekerja.
Lewat tengah hari mereka duduk-duduk saja di meja kerja Jupe yang
terletak di bengkelnya. Kepala mereka
tertengadah. Menunggu.
Jupe sebentar-sebentar melihat jam tangannya.
Pete terlompat ketika mendengar suara kepakan sayap burung.
Seekor burung gereja lewat. Sambil tersipu-sipu Pete duduk kembali.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tentu saja, kita tidak tahu kapan tepatnya Kyoto melepas Caesar."
Jupe berbicara pada dirinya sendiri. "Mungkin
dia makan siang dulu, baru..."
Ia terhenti. Pete sudah berdiri lagi. Begitu pula Bob. Terlihat kini.
Seekor burung yang ramping dengan bulu abu-
abu mengkilat terbang di atas pangkalan.
"Caesar!" seru Pete sambil melambai pada merpati itu. "Caesar,"
panggilnya. "Caesar."
Caesar melihatnya. Burung itu menukik ke arah Pete. Sambil mengepak-
ngepak Caesar mendarat di tengah-tengah
meja kerja Jupe.
Pete yang pertama kali meraihnya. Ia mengangkat Caesar dengan kedua
tangannya. Ditempelkan merpati itu ke
pipinya.
"Caesar," bisiknya. "Kau pintar sekali, Caesar. Kau bisa pulang sendiri ke
sini."
Jupe meneliti kaki Caesar. "Wah," serunya kegirangan. "Lihat! Lihat!"
Dengan hati-hati ia melepas pita aluminium
dari kaki Caesar. Dibukanya lipatan pita aluminium itu. Ia mengambil
isinya. Ditunjukkannya apa yang diperolehnya
dari lipatan pita logam itu.
Sebutir mutiara besar berkilau-kilau.
"Ini dia buktinya!" seru Jupe lagi. Ia memegang mutiara itu dengan
jempol dan telunjuknya. "Teori kita tentang
Kyoto, Parker Frisbee dan merpati berjari dua ternyata benar dan..."
"Serahkan itu padaku!"
Suara itu datang dari suatu tempat di dalam pangkalan.
Trio Detektif menengok ke arah datangnya suara. Wajah mereka pucat
pasi.
Seorang laki-laki berdiri di antara tumpukan barang rongsokan. Ia
memakai kaca mata gelap serta jaket kulit hitam.
Sulit melihat wajahnya karena tertutup brewok serta kumis yang lebat.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Orang itu mendatangi anak-anak perlahan-lahan. Tangan kanannya


terangkat setinggi pinggangnya. Di tangan itu
tergenggam sebuah pistol berlapiskan nikel.
Pete merasa pistol itu dibidikkan ke arahnya. Untuk kedua kalinya ia
merasa jantungnya mau copot hari itu. Tanpa
disadarinya, ia melangkah mundur.
Orang itu terus melangkah. Ia mendekati Jupe. "Serahkan itu padaku!"
bentaknya. "Mutiara itu!"
Kali ini Jupe dapat mengendalikan dirinya. Ia tidak melihat ke arah
pistol. Tapi ia memperhatikan kaki orang itu.
Tanpa ragu-ragu ia memasukkan mutiara ke mulutnya. Dengan lidahnya,
mutiara itu diletakkannya di pinggir
mulutnya, seperti orang mengulum permen.
"Kalau kau berani mendekat, akan kutelan mutiara ini," kata Penyelidik
Satu. Suaranya terdengar seperti agak
menggumam. Tapi kali itu Jupe luar biasa tenangnya.
Tangan orang itu bergetar. Mendadak diterjangnya Jupe. Ia
mencengkeram leher Jupe. Seakan-akan ia ingin
mencegah agar Jupe tidak menelan mutiara itu.
Bob bergerak cepat. Ditariknya bahu orang itu. Ia berusaha melepaskan
cengkeraman orang itu dari leher Jupe.
Pete belum sadar apa yang terjadi. Ia masih mundur selangkah. Hampir
saja ia terjerembap karena tersandung
ember.
Sambil mencengkeram leher Jupe dengan satu tangan, orang itu
memukul Bob dengan tangannya yang satu lagi.
Dada Bob terasa sesak karena terpukul gagang pistol itu. Bob surut ke
belakang, kesakitan. Tapi ia maju lagi.
Ditariknya kerah jaket orang itu.
Jupe memberontak mencoba melepaskan cengkeraman di lehernya. Ia
menutup mulutnya rapat-rapat. Mutiara
masih tersimpan aman dalam mulutnya.
"Menunduk, Bob!" teriak Pete.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Penyelidik Dua baru sadar dari rasa terkejutnya. Bob menunduk


mengikuti petunjuknya. Pete melemparkan ember
sekuat tenaganya. Ember itu melesat dan mendarat tepat di tengkuk
orang itu.
Pistol terlepas dari tangan orang itu. Ia menggeloyor lemas hingga
berlutut. Kaca matanya terlepas.
"Hhh, sial nasibku," katanya pada diri sendiri. Setelah berkata begitu ia
berkedip. (Kedip.) Dan ia terus berkedip-
kedip sampai Jupe memungut pistolnya.
"Pistol ini ada pelurunya?" tanya Penyelidik Satu.
"Tidak. Tidak. Pistol itu kosong. Aku sendiri takut memegang senjata
berpeluru."
Mata kanan orang itu sebentar-sebentar berkedip. (Kedip. Kedip.)
Nyata sekarang bahwa ia tidak bisa
mengendalikan mata kanannya. Kedipan-kedipan itu terjadi karena
gangguan saraf mata kanannya. Dengan lemas ia
bangkit. Didatanginya Jupe. Pete sudah siaga melempar embernya lagi.
"Tidak perlu begitu," katanya melihat gelagat Pete. "Aku mengaku salah.
Aku sedang butuh sekali uang. Ini gara-
gara aku ikut judi di pacuan kuda. Aku jadi berutang banyak. Karena itu
aku harus bisa menghasilkan uang dalam
waktu singkat."
"Ternyata rajawali piaraan Maureen Melody menghalangi rencanamu,"
kata Jupe menambahkan. "Kami sedang
beruntung. Merpati yang kami lepas dari mobil boks Kyoto tadi sampai
dengan selamat ke tempatmu. Berarti kau
memperoleh kartu yang kami ikatkan di kakinya."
Penyelidik Satu itu mengeluarkan mutiara dari mulutnya. Ia
menyimpannya dengan hati-hati dalam kantungnya.
Sebenarnya ia merasa kasihan pada orang itu, yang terlihat sangat
gugup. Brewoknya yang lebat basah oleh keringat.
"Kenapa tidak kau lepas saja itu?" tanya Jupe padanya. "Maksudku
brewok palsu itu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah," Blinky menyetujui.


Ia terlihat lugu dan polos tanpa memakai brewok palsu itu. Sekarang ia
tidak lagi mirip Parker Frisbee. Apalagi
setelah Jupe membantunya melepas jaket hitamnya. Tubuhnya jauh
lebih kurus dari tubuh Parker Frisbee.
Blinky berdiri dengan pasrah sambil berkedip-kedip. Bob dan Pete
mengawasinya. Sementara Jupe masuk ke
kantor untuk menelepon Chief Reynolds di kantor polisi.

Bab 15
LAPORAN PADA MR. SEBASTIAN

"BLINKY mengakui segala perbuatannya, dan Chief Reynolds menahan


ketiga orang itu," ujar Jupe. "Chief
Reynolds menahan Parker Frisbee, Kyoto, dan Blinky. Frisbee dan Kyoto
sudah keluar dengan uang jaminan. Tapi
Blinky lebih suka tinggal dalam penjara untuk sementara ini. Katanya,
dengan mendekam di penjara, ia tidak tergoda
lagi untuk berjudi. Kuduga ia juga takut pada balasan Frisbee dan Kyoto
karena ia ikut nimbrung tanpa diundang
dalam pencurian mutiara dari peternakan tiram itu."
Trio Detektif sedang duduk mengelilingi meja bundar besar di ruang
tamu Hector Sebastian. Mereka menceritakan
kisah tentang mutiara dan merpati. Mr. Sebastian mendengarkan sambil
mengisap pipanya. Sesekali ia mengajukan
pertanyaan yang dianggapnya perlu.
"Bagaimana Blinky bisa tahu kegiatan yang dilakukan Frisbee dan
Kyoto?" tanya Mr. Sebastian.
"Dulunya ia bekerja untuk Parker Frisbee," Bob menjelaskan. "Blinky-lah
yang mengurusi merpati-merpati Frisbee
serta membantu-bantu di tokonya. Ia dipecat karena ketahuan tidak
jujur dalam mengatur uang. Saat itu Blinky sudah

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mencium kecurangan Frisbee. Ia tahu bahwa Frisbee memperoleh


mutiara itu dengan cara yang tidak halal."
"Jadi sesudah Frisbee memecatnya," Pete menambahkan, "Blinky
membayang-bayanginya terus sampai ia paham
betul bagaimana Frisbee melakukan pencurian itu."
"Ya, dengan menaruh merpati pos di belakang mobil boks Kyoto." Hector
Sebastian mengeluarkan pipa dari
mulutnya. Ia batuk-batuk kecil. "Dan Blinky punya ide, yaitu dia sendiri
bisa memanfaatkan cara itu. Untuk itu ia
perlu memiliki beberapa ekor merpati. Begitu kan, Jupe?"
Penyelidik Satu mengiakan. "Ada dua hal yang menguntungkan Blinky.
Pertama, Parker Frisbee seorang pedagang
yang cekatan dan tidak terlalu serakah. Tidak setiap hari ia menitipkan
merpatinya di belakang mobil boks Kyoto.
Hanya pada hari-hari tertentu saja ia menaruh merpatinya di mobil boks
itu. Kadang-kadang di pagi hari. Kadang-
kadang di malam hari. Blinky memanfaatkan kesempatan itu dengan
menyamar sebagai Frisbee dan meletakkan
merpatinya sendiri di mobil boks Kyoto.
"Dan setiap hari Kyoto mengecek mobil boksnya untuk meyakinkan
dirinya. Frisbee sangat berhati-hati. Ia
berusaha agar sesedikit mungkin bertemu muka dengan Kyoto. Ia
membayarnya sebulan sekali dengan meletakkan
amplop berisi uang di bawah kain katun tipis pembungkus sangkar
merpati. Dengan begitu ia tidak harus bertemu
langsung dengan Kyoto..."
"Kecuali jika ada masalah," sela Bob. "Seperti yang terjadi ketika kami
datang membawa Caesar ke toko
perhiasannya. Frisbee harus bicara langsung dengan Kyoto tentang
masalah itu. Itulah sebabnya kami berjumpa
dengan Parker Frisbee yang baru keluar dari rumah Kyoto waktu itu."
"Dan ia mentraktir kalian makan masakan Jepang." Penulis kisah misteri
itu memasukkan lagi pipa ke mulutnya. Ia

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mengepulkan asap sambil memandang langit-langit. "Lalu apa hal kedua


yang menguntungkannya, Jupe?"
"Kyoto berkebangsaan Jepang," sahut Jupe. "Bagi Kyoto, semua orang
Amerika bertubuh pendek, gemuk, dengan
brewok lebat nampak sama saja. Apalagi kalau ia cuma melihat dari jauh
di bawah sinar lampu tamannya yang redup.
Dengan memakai brewok palsu, Blinky dapat mengelabui Kyoto. Blinky
menaruh merpatinya di mobil boks Kyoto.
Dan Kyoto akan mengira dia Frisbee."
"Tetapi Blinky harus tahu persis jadwal Frisbee menaruh merpatinya di
mobil boks Kyoto, kan?" Mr. Sebastian
batuk lagi. Ia meletakkan pipanya di pinggir asbak.
"Tepat," Jupe menyetujui. "Untuk beberapa lama semuanya berjalan
lancar. Blinky tidak menjumpai masalah apa
pun. Merpati-merpatinya membawakan mutiara untuknya. Itu terus
berlangsung sampai rajawali Maureen Melody
mulai membunuhi merpati-merpati Blinky."
"Hmm, kurasa Blinky kenal dengan Miss Melody, atau yah, tahu tentang
dia." Mr. Sebastian mengambil lagi
pipanya. "Blinky kan pernah bekerja pada Frisbee. Dari situ Blinky
menemukan merpatinya terbang melalui hutan
kecil Miss Melody dalam perjalanan kembali ke Santa Monica.
Akibatnya, Blinky meracuni rajawali Miss Melody."
"Kemudian ada persoalan bagi Blinky." Jupe menoleh pada Bob. "Kau saja
yang menceritakan ini, Bob. Kau kan
yang menemukan cat baru di kotak pos Kyoto di Little Tokyo."
"Blinky mendapat kesulitan besar waktu kami bertemu dengannya di
Kedai Kuda Laut." Bob mengambil alih
pembicaraan, "Ia berutang pada bandar judi. Ia mulai putus asa. Dalam
kepanikan ia pergi ke rumah Kyoto untuk
menaruh merpatinya di mobil boks orang Jepang itu. Ternyata mobil
boks Kyoto tidak dijumpainya. Rumah itu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kosong. Kyoto sudah pindah. Blinky makin panik. Satu-satunya jalan ialah
dengan membuntuti Kyoto sewaktu ia
pulang dari bekerja. Waktu itu Blinky membawa merpati berjari dua.
Tapi ia begitu gugupnya sehingga merpati itu
tertinggal sewaktu ia membuntuti mobil boks hijau Kyoto."
"Itulah yang membuatku heran." Mr. Sebastian menyulut lagi pipanya.
Hidungnya berkerut ketika mencium bau
asap tembakau yang tidak sedap itu. "Apa yang dilakukan Blinky
kemudian? Buat apa ia menukar merpati berjari dua
dengan Caesar di pangkalan barang bekas?"
"Kami pun bingung," kata Jupe berterus terang. "Jawabannya baru kami
peroleh setelah Blinky
mengungkapkannya pada Chief Reynolds. Blinky mengikuti Kyoto ke
rumah barunya. Untuk lebih meyakinkan
dirinya, ia mengamat-amati rumah itu sampai malam. Tak lama kemudian
ia melihat Frisbee datang dan meletakkan
sangkar merpatinya di mobil boks Kyoto. Itu sama sekali di luar dugaan
Blinky. Tidak biasanya Frisbee menaruh
merpatinya pada hari itu. Dan itu memang suatu kebetulan, karena
sehari sebelumnya Kyoto mengambil cuti kerja.
"Padahal Blinky saat itu benar-benar panik. Ia butuh uang. Dan waktunya
mendesak. Karena itu ia nekat. Ia
menunggu sampai lampu rumah Kyoto padam. Lalu dicurinya merpati
Frisbee dari mobil boks. Sebelumnya ia sudah
menelepon pelayan Kedai Kuda Laut. Pelayan itu memberi tahu bahwa
kami membawa kotak yang ditinggalkannya.
Jadi Blinky pergi ke pangkalan barang bekas untuk mengambilnya."
"Dan ia tahu tempat tinggalmu dengan bertanya pada seseorang di
sekitar sini. Itu mudah sekali," kata Hector
Sebastian sambil mengepulkan asap dari mulutnya.
"Waktu itu Blinky kebingungan lagi," ujar Pete. "Dalam sangkar besar di
pangkalan ditemuinya merpati berjari
dua. Tapi, Caesar, merpati Frisbee, harus diapakan?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia tidak dapat membebaskannya," kata Jupe. "Sebab kalau dibebaskan,


Caesar akan kembali ke rumah Frisbee
malam itu. Tentu Frisbee akan curiga."
"Jadi karena itu ia tinggalkan Caesar dalam sangkar buatanmu, Jupe,"
ujar penulis kisah misteri itu. "Dan
membawa merpati berjari dua dalam sangkar milik Frisbee. Baru
kemudian ia kembali lagi ke Little Tokyo untuk
menaruh sangkar berisi merpati berjari dua di dalam mobil boks Kyoto.
Hmm, rumit juga."
"Oh, tidak terlalu rumit kukira, Mr. Sebastian," sanggah Jupe dengan
penuh percaya diri. "Sebaliknya, itu
sederhana sekali kalau kita sudah paham persoalannya. Mula-mula Blinky
membuntuti Kyoto sampai di rumah Kyoto.
Ia melihat Frisbee menaruh merpati milik pedagang permata itu, yaitu
Caesar, di mobil boks Kyoto. Blinky mencuri
Caesar, lalu menukarnya dengan merpati berjari dua di pangkalan. Dan
kemudian ia kembali ke Little Tokyo untuk
menaruh merpati berjari dua di mobil boks Kyoto. Sederhana, kan?
"Esoknya Blinky menunggu merpati berjari dua kembali ke rumahnya.
Tapi yang ditunggu-tunggu tidak muncul.
Merpatinya telah dibunuh oleh rajawali Miss Melody."
"Sial nasibnya," komentar Pete.
"Saking kesalnya, Blinky meracuni rajawali Maureen Melody," Bob
melanjutkan. "Ia melakukannya sewaktu
pertama kali kami mengunjungi rumah Miss Melody. Ia melihat kami
membawa Caesar. Pasti waktu itu juga
dilihatnya Edgar Allan Poe membawa sebutir mutiara di paruhnya."
"Tentu darahnya naik ke kepala melihat itu semua." Hector Sebastian
tertawa serak. Tawanya berubah menjadi
batuk. Ditaruhnya lagi pipa di pinggir asbak. "Kasihan Blinky. Ia begitu
sebalnya pada burung murai itu sehingga
dipukulnya sampai mati."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Blinky masih di dalam hutan kecil itu ketika kami pergi," kata Jupe. "Ia
melihat kami masih membawa Caesar.
Dan ketika mengikuti kami, ia menjadi ketakutan sekali. Karena kami
langsung menuju toko perhiasan Parker
Frisbee."
"Aku ingat, mobil hitam Blinky diparkir di tepi jalan waktu kami keluar
dari toko," kata Pete. "Waktu itu kami
masih tetap membawa Caesar."
"Blinky yang malang," komentar Mr. Sebastian. "Ia pasti kebingungan
sekali. Caesar adalah merpati milik Frisbee.
Tetapi kenapa kalian masih membawa-bawanya, pasti ia berpikir begitu."
"Frisbee tidak mengatakan apa-apa pada kami," kata Jupe. "Ia terlalu
cerdik untuk memberi tahu bahwa Caesar
adalah miliknya. Ia berpura-pura tidak tahu siapa pemilik Caesar. Dan
bahkan ia mencoba mengelabui kami dengan
mengatakan bahwa Caesar merpati betina dan merpati betina tidak
diikutsertakan dalam perlombaan."
"Ah, kalau saja Blinky secerdik itu," kata Mr. Sebastian, "ia akan mampu
bersandiwara dengan kepala dingin. Dan
itu akan membuat kasus ini lebih sulit untuk dipecahkan."
"Ia tidak dapat bersandiwara dengan baik. Terlalu gugup orangnya,"
kata Bob. "Ia ingin membuat kita curiga pada
Frisbee. Tapi di lain pihak ia ingin menenangkan Frisbee. Jadi ia
menyamar sebagai Frisbee lalu menodong Jupe di
Bank Amco. Caesar diambilnya dari Jupe dengan paksa. Blinky lalu
membebaskan Caesar dengan harapan Caesar
kembali sendiri ke tempat Frisbee. Jadi Frisbee tidak khawatir karena
kehilangan merpatinya."
"Ya. Blinky waktu itu mengelabuiku," Jupe mengakui. "Tapi itu wajar
saja. Bayangkan, pada jam sembilan malam
di tempat parkir Bank Amco yang gelap. Dan aku seorang diri. Aku
benar-benar mengira ia adalah Frisbee.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Brewoknya yang lebat membuatku tidak ragu lagi. Cuma Frisbee yang
punya brewok selebat itu. Begitu pula waktu
aku diserang di hutan kecil Miss Melody."
"Namun ternyata Blinky salah perhitungan," Bob mengingatkan. "Caesar
adalah burung merpati yang terlatih.
Caesar cepat menyesuaikan diri. Jadi setelah dilepas Blinky, Caesar
bukan kembali ke tempat Frisbee. Tetapi kembali
ke pangkalan barang bekas."
"Ya, aku sendiri tidak menduga bahwa Caesar secepat itu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya yang baru,"
komentar Mr. Sebastian.
"Lalu, kapan kau sadar bahwa itu bukan Frisbee, Jupe?" tanya penulis
kisah misteri itu. "Apa yang
menyebabkanmu berpikiran bahwa itu mungkin Blinky yang sedang
menyamar?"
"Waktu kami menemukan jejak yang mirip dengan kaki Blinky di
kediaman Miss Melody kami sudah mulai
curiga," ujar Jupe. "Tapi aku harus berterima kasih pada Pete yang
memberikan ilham padaku. Ketika kami
mengamat-amati peternakan tiram siang itu, Pete memakai kaca mata
gelap. Tiba-tiba aku sadar. Aku tidak dapat
melihat mata Pete di balik kaca mata gelap itu. Itulah satu-satunya yang
tidak dapat disembunyikan Blinky. Matanya
yang selalu berkedip. Karena itu ia harus memakai kaca mata gelap
untuk menyembunyikannya. Sekalipun pada
malam hari."
Hector Sebastian mengambil pipanya. Hidungnya mengendus-endus.
"Dan bagaimana kabar Maureen Melody
sekarang?" tanyanya. "Ceria seperti murai, kuharap."
Pete tersenyum. "Ya. Sekarang tidak ada lagi yang meracuni rajawalinya.
Tapi ia benar-benar kehilangan Edgar
Allan Poe. Kini tidak ada lagi yang membawakan oleh-oleh mutiara
baginya. Miss Melody tidak mau tahu bahwa itu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

cuma suatu kebetulan. Tampaknya kasus pencurian mutiara ini sama


sekali tidak menarik perhatiannya. Ia masih saja
mengomel karena Ralph Waldo Emerson tidak membawakan mutiara
baginya."
Hector Sebastian mengepulkan asap dari hidungnya. Langsung ia
terbatuk-batuk. "Aku benci pipa ini," katanya.
"Tapi mau tak mau aku harus mengisapnya."
"Kenapa?" Jupe terheran-heran.
"Karena tadi pagi aku makan petai masakan Don," kata Mr. Sebastian.
"Kali ini Don sedang bereksperimen dengan
masakan Melayu dari daerah Asia sana. Aku sendiri tidak tahu dari mana
Don memperoleh bahan-bahannya. Rasanya
lumayan. Tapi baunya minta ampun. Sampai sekarang aku masih
merasakan baunya. Karena itu aku terus mengisap
pipa yang tidak enak ini."
Pete menghirup udara dalam-dalam. Tercium aroma masakan yang sedap
dari dapur. "Bau yang mana?" tanya Pete.
"Oh, bukan yang ini," sahut Hector Sebastian. "Sudah kularang Don
memasak petai lagi. Katanya dia akan
membuat masakan Melayu yang lain lagi. Bukan petai."
Hoang Van Don muncul beberapa menit kemudian. Ia membawa sebuah
nampan dengan tangan kanannya. Asap
mengepul-ngepul dari piring besar berisi makanan.
"Jagung rebus," kata Van Don dengan bangga. "Dipreteli dari
bonggolnya, lalu dicampur dengan kelapa dan gula.
Sederhana tapi sehat dan nikmat."
"Apa ini juga membuat mulut menjadi bau?" tanya Mr. Sebastian.
"Kujamin tidak!" sahut Van Don cepat. "Seratus persen tidak."
"Oke, silakan Anak-anak," Mr. Sebastian menawarkan.
Pete yang nomor satu mencicipi. "He, rasanya tidak kalah dengan
popcorn, " serunya. Ia mengambil dua sendok
besar jagung dan segera makan dengan lahap.
Bob mengikuti jejak Pete. Disendoknya jagung ke dalam piringnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Melihat kedua kawannya, air liur Jupe mengalir juga. Tapi ia ingat berat
badannya.
"Apa jagung ini membuat gemuk?" ia bertanya pada Van Don.
Hoang Van Don tertawa. "Sama sekali tidak, sekalipun kau makan
banyak. Tidak mengandung lemak. Pokoknya
sangat menyehatkan. Makanan asli selalu menyehatkan."
"Menyehatkan bagaimana?" tanya Jupe lagi. "Tampaknya makanan ini
sederhana sekali."
"Tidak percaya?" Van Don balas bertanya pada Jupe. "Lihat saja
burung-burung merpati itu. Mereka makan
jagung. Tidak ada yang kegemukan. Malah mereka kuat sekali terbang
jauh."
Jupe langsung mengisi piringnya penuh-penuh.

TAMAT

Edit & Convert: inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Anda mungkin juga menyukai