Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengalaman manusia sudah berkembang sejak lama. Dapat dicatat dengan
baik ialah sejak tahun 600-an SM, yang mula-mula timbul agaknya ialah
pengetahuan filsafat dan hampir bersamaan dengan itu berkembang pula
pengetahuan sain dan pengetahuan mistik. Perkembangan sain didorong oleh
paham humanisme. Humanisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa
manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah muncul pada
zaman Yunani Lama (Yunani Kuno).

Sejak zaman dahulu, manusia telah menginginkan adanya aturan untuk


mengatur manusia. Tujuannya ialah agar manusia itu hidup teratur. Hidup teratur
itu sudah menjadi kebutuhan manusia sejak dahulu. Untuk menjamin tegaknya
kehidupan yang teratur itu diperlukan aturan. Manusia juga perlu aturan untuk
mengatur alam. Pengalaman manusia menunjukkan bila alam tidak diatur maka
alam itu akan menyulitkan kehidupan manusia. Sementara itu, manusia tidak mau
dipersulit oleh alam. Bahkan, kalau dapat manusia ingin alam itu mempermudah
kehidupannya sehingga harus ada aturan untuk mengatur alam.

Pengetahuan, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan knowledge,


menurut Jujun S. (2005 : 104), pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu, jadi ilmu
merupakan bagian dari pengetahuanyang diketahui oleh manusia di samping
berbagai pengetahuan lainnyaseperti seni dan agama. Ilmu, menurut pendapat di
atas, menunjuk padaterminologi yang bersifat khusus, yang merupakan bagian
daripengetahuan.Pengertian ilmu dan perbedaannya dengan pengetahuan nampak

lebih jelas sebagaimana dinyatakan oleh Rinjin(1997 :5758) bahwa ilmu


merupakan keseluruhan pengetahuan yang tersusunsecara sistematis dan logis dan
bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapipengetahuan yang mempersyaratkan
objek, metoda, teori, hukum, atau prinsip.

1
Ilmu, yang dalam bahasa Inggris dinyatkan dengan science, bukan sekadar
kumpulan fakta, meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai fakta. Selain fakta,
di dalam ilmu juga terdapat teori, hukum, prinsip, dan lain-lain yang diperoleh
melalui prosedur tertentu yaitu metoda ilmiah. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan lewat metoda ilmiah (Jujun S.,2005 : 119). Sedangkan
pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengalaman, intuisi,
pendapat otoritas, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (trial and error)
maupun penalaran.

Ilmu atau sain berisi teori. Teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan
sebab akibat. Sain tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram,
sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah; sain hanya memberikan nilai benar
atau salah. Kenyataan inilah yang menyebabkan ada orang menyangka bahwa sain
itu netral. Dalam konteks seperti itu memang ya, tetapi dalam konteks lain belum
tentu ya.

2
BAB II
BERBAGAI PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN DAN
ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI SUATU SISTEM

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari istilah sain. Berikut ini berbagai

pengertian tentang istilah sain.

1. Istilah ‘science’ dan ‘to know’

Istilah ‘science’ menurut van Laer (1995: 1) sejajar dengan istilah

Latin scientia yang diturunkan dari kata sciere yang berarti mengetahui.

Namun, perlu diketahui bahwa dalam bahasa Inggris tidak ada hubungan

epistimologis antara ‘science’ dan ‘to know’ meski ada hubungan objektif

antara muatan kedua istilah ini. Van Laer (1995: 1) menyatakan hubungan

keduanya dengan “Semua sain mencakup mengetahui, walaupun tidak semua

bentuk ilmu pengetahuan bisa dinyatakan sebagai sain”.

2. Pengetahuan inderawi dan intelektual

Van Laer (1995: 2) menyatakan bahwa dalam diri manusia dan

hewan terdapat banyak ‘fakultas’ pengetahuan inderawi. Fakultas

pengetahuan inderawi ini dibagi menjadi dua, indera eksternal dan internal.

Indera eksternal terdiri dari penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman,

dan peraba. Sedangkan indera internal secara tradisional dibagi atas indera

sentral atau sensitivitas umum, imajinasi, memori indera, dan indera estimasi.

Van Laer (1995: 2) juga berpendapat bahwa secara umum pengetahuan

inderawi berkaitan dengan benda-benda dalam kekongkritan individualnya.

Misalnya pohon atau rumah dengan kualitas-kualitas yang menentukan objek-

3
objek tersebut dapat dipersepsi oleh indera. Pengetahuan yang dicapai oleh indera

menemukan titik kulminasinya pada tingkat inderawi dalam bayangan yang diproduksi

oleh imajinasi yang disebut fantasi.

Pengetahuan intelektual pada umumnya dikaitkan dengan fakultas

pengetahuan tunggal yang supra inderawi. Seseorang disebut intelek jika ia telah

mencapai realitas ekstra mental pada tahap abstrak atau universal. Pengetahuan bagi

seorang intelek tidak terbatas pada objek-objek tertentu dalam kekonkritannya, namun

mampu melampaui individualitas konkrit dan menjangkau alam umum yang

tersembunyi, seolah-olah, di bawah realisasi-realisasi ekstra mental. Seorang intelek akan

mengekspresikan alam dalam suatu bayangan intelektual yang disebut ide atau konsep.

Ide atau konsep merupakan terminal operasi pertama pemikiran manusia. Pada

pengetahuan intelektual, seseorang akan melakukan tindakan penilaian dan menalar.

Penilaian merupakan tindakan yang dilakukan seorang intelek untuk menggabungkan

atau membagi isi yang dikandung oleh konsep sebagai subjek dan predikat, misalnya air

itu cair. Sedangkan menalar yang dilakukan seorang intelek merupakan proses

menurunkan proporsi baru dari proporsi-proporsi lain yang memiliki satu term umum.

3. Pengetahuan saintifik

Tidak semua pengetahuan dapat disebut saintifik. Berikut ini merupakan kriteria yang

harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut saintifik.

a. Harus berada pada tahap intelektual. Persyaratan ini sangat elementer sehingga komentar

apapun akan nampak sangat mengganggu hal yang jelas. Tidak ada masalah beberapa

banyak objek-objek dicapai oleh indera-indera, tetapi persepsi inderawi masih

merupakan pengalaman individual dalam segala kekonkritannya. Oleh karena itu,

bantuan-bantuan yang ada dalam pengetahuan inderawi semacam itu menghalanginya

4
dari pernah mencapai tingkat universalitas yang diimplikasikan oleh pengetahuan

saintifik.

b. Harus pasti, paling tidak jika kepastian itu adalah mungkin mengenai objek yang

dipertimbangkan oleh orang yang mengetahui. Jika kepastian tidak dapat dicapai maka

seseorang harus dipuaskan, minimal untuk sementara, dengan pengetahuan yang semata-

mata mungkin.

c. Harus memberikan suatu kajian mendalam terhadap kausa-kausa dari objek yang sedang

dibahas. Oleh karena itu untuk bisa dikatakan saintifik, pengetahuan tidak bisa dibatasi

semata-mata hanya pada fakta-fakta, tetapi harus mencakup pondasi-pondasi dan kausa-

kausa yang mendukung fakta-fakta itu. Pembahasan itu akan berusaha mengetahui bukan

hanya kausa-kausa itu sendiri, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang kausa-kausa qua

yaitu, memiliki pandangan mendalam tentang proses kerja dari kausa-kausa yang sedang

dibicarakan. Dalam banyak kasus kita mengetahui faktor-faktor yang harus dianggap

aktif dalam suatu proses, yang karenanya kausa-kausanya dalam pengertian yang biasa

dari istilah dari istilah itu; tetapi kita tidak memiliki kajian mendalam terhadap pengaruh

kausa semacam itu, misalnya, kita mengetahui bahwa entah bagaimana massa bumi

‘menyebabkan’ bodi-bodi tertarik olehnya, tetapi kita tidak tahu secara pasti bagaimana

massa menyebabkan efek ini. Pengetahuan dengan kajian mendalam terhadap kausa

semacam itu tentu merupakan sesuatu ideal yang ada dalam pikiran Aristoteles dalam

bukunya, Posterior Analistics.

Istilah ‘knowledge’ dan istilah sain dapat dibedakan berdasarkan pandangan-pandangan

filosofis umum yang dipegang oleh seseorang mengenai nilai, sifat dasar, ruang lingkup,

dan batasan-batasan pengetahuan manusia.

5
4. Berbagai pengertian ‘sain’ dan ‘saintifik’

‘Sain’ dan ‘saintifik’ merupakan dua istilah yang mungkin bisa digunakan dalam

pengertian yang analog untuk mengekspresikan berbagai pengertian.

a. Pengertian subjektif, istilah ‘sain’ dipergunakan untuk menunjukkan:

1) operasi aktual intelek manusia sebagai suatu sarana bagi manusia untuk mengetahui

sarana yang dalam waktu tertentu manusia memahami dan ‘mengetahui’ keadaan situasi-

situasi tertentu dalam pondasinya, dengan kata lain, sebagai suatu sarana dimana

manusia di sini dan sekarang memiliki suatu wawasan saintifik tertentu, misalnya

terhadap term matematika, problem fisik atau problem historik. Oleh sebab itu, apa yang

dimaksudkan di sini adalah sebagaimana orang-orangan kuno menyebutkan ‘science qua

scitur’, ‘sain sebagai sarana mengetahui sesuatu’.

2) pengetahuan habitual yang dimiliki oleh seseorang mengenai kelompok problem atau

suatu bidang data pengalaman yang pasti, dan kelompok habitual untuk menyelesaikan

problem-problem saintifik jenis tertentu. Dalam pengertian ini, seseorang mungkin

memiliki sain kimia, matematika, atau ekonomi. Masih dalam pengertian yang luas, kita

berbicara tentang ‘manusia sain’ atau ‘pemikiran saintifik’ berkenaan dengan seseorang

yang menikmati kemampuan intelektual untuk menyelesaikan problem-problem saintifik

secara umum.

b. Pengertian objektif, istilah ‘sain’ dan istilah ‘saintifik’ dipergunakan untuk menunjukkan

pengertian tentang objek sain dalam pengertian subjektif. Dnegan kata lain, istilah-istilah

ini menunjukkan pengertian yang dipahami secara aktual atau secara habitual oleh

kognisi intelek dan, sebagaimana biasanya, disajikan dalam pemikiran manusia dan siap

untuk penggunaan lebih jauh. Orang-orang kuno menyebut hal ini dengan istilah

‘scientia quae scitur’, ‘sain yang diketahui’. Inilah pengertian’sain’ dalam beberapa

6
kalimat berikut ini: ‘dalam poin ini, sainnya lemah, tetapi dalam masalah itu sainnya

kuat’ dan ‘sainnya tidak jauh melampaui hal itu’.

c. Istilah ‘sain’ juga dipergunakan untuk menunjukkan keseluruhan aktivitas kognitif, baik

yang bersifat intelektual maupun inderawi, sebagai sarana bagi manusia untuk bisa

memperoleh pengetahuan tentang diri dan dunia di sekelilingnya. Dalam pengertian ini,

istilah ‘sain’ sedikit atau banyak sinonim dengan istilah study of science. Dipahami

dengan cara ini, sain bisa ditempatkan sejalan atau bertentangan dengan istilah-istilah

lain yang menunjukkan bidang-bidang lain dari aktivitas manusia, misalnya, keimanan

dan sain, sain dan seni, sain dan teknik. Inilah pengertian istilah ‘sain’ juga dalam

kalimat-kalimat berikut: ‘sain dibatasi oleh persyaratan-persyaratan dari objek-objeknya

dan pemikiran manusia’, ‘sain harus menaati hukum-hukum logika dan hukum batinnya

sendiri’, ‘sain telah menyibakkan banyak rahasia dunia’, ‘sain menghantarkan kepada

Tuhan’, ‘mempromosikan sain’.

d. ‘Sain’ juga dipergunakan sebagai kata benda kolektif yang menunjukkan keseluruhan

bodi dari orang-orang yang dicurahkan kepada sain. Dalam pengertian ini istilah ini

terjadi, misalnya, dalam kalimat-kalimat berikut: ‘sain membutuhkan kebebasan’, ‘sain

memiliki tanggung jawab yang besar atau suatu tugas yang pasti berkaitan dnegan

masyarakat’, ‘sain harus objektif dan tidak berprasangka’.

e. Seringkali istilah ‘sain’ digunakan untuk menunjukkan bidang tertentu dalam bidang

pengetahuan manusia yang menunjukkan hubungan batin tertentu dan bisa dibedakan

dari bidang-bidang lain yang mirip melalui karakteristik-karakteristiknya yang tepat.

Dalam hal ini, istilah ‘sain’ sekaligus menunjukkan sistem tertentu yang ada pada tesis-

tesis yang saling berhubungan dalam bidang khusus pengetahuan yang merupakan hasil

studi sain (sain dalam pengertian yang ke tiga) dalam suatu bidang studi tertentu. Jika

pengertian ini diberikan kepada istilah itu maka dimungkinkan untuk menggunakannya

7
dalam bentuk jamak; misalnya, sain-sain matematik, sain-sain eksperimental, sain-sain

fisik.

f. Akhirnya, istilah ‘sain’ dan ‘saintifik’ bisa digunakan dalam kaitannya dengan sesuatu

yang dalam satu atau lain cara benar-benar dikaitkan dengan sain dalam salah satu

pengertian yang disebutkan di atas. Misalnya, sebuah buku ‘saintifik’ atau sebuah karya

‘saintifik’ adalah buku yang mengkaji sain dalam pengertian yang ke lima; sebuah sikap

‘saintifik’ adalah sikap yang tepat terhadap sain dalam pengertian yang ke tiga; juga

ungkapan semisal ‘instrumen-instrumen saintifik’. Atau ‘manajemen saintifik’.

Orang tidak harus pernah kehilangan pandangan tentang fakta bahwa dalam semua

pengertiannya istilah ‘sain’ mengimplikasikan hubungan tertentu dengan aktivitas

kognitif manusia. ‘sain’ dan ‘saintifik’ adalah konsep yang selalu menuju, minimal

secara implisit, kepada manusia dan aktivitas kognisi intelektual manusia.

Ilmu pengetahuan menurut para ahli mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. Ralp Ross dan Ernest van Den Haag, dalam bukunya The Fabric of Society,

menyatakan bahwa ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif dan

keempatnya serentak terpenuhi.

2. Ashley Montagu dalam bukunya The Cultured Man, memberikan pengertian ilmu

pengetahuan sebagai pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari

pengalaman, studi dan percobaan yang telah dilakukan dipakai untuk menentukan

hakikat prinsip tentang hak yang sedang dipelajari.

3. V. Afayanev, dalam bukunya Marxist Philosophy menyatakan bahwa pengertian ilmu

pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran.

V.Afayanev mencerminkan alam dalam hukum-hukum, konsep, dan kategori-kategori

yang tepat dan benarnya dapat diuji dengan pengalaman praktis,

8
4. Pengertian ilmu pengertahuan menurut Helmy A. Kotto. Ilmu pengetahuan adalah

suatu proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan yang terus menerus sampai dapat

menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri

5. Dadang Ahmad S., merumuskan bahwa pengertian ilmu pengetahuan adalah suatu

proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan yang terus menerus hingga dapat

menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.

6. Definisi ilmu pengetahuan menurut Mappadjantji Amien. Ilmu pengetahuan adalah

sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang

memiliki paradigma, objek pengamatan, metode, dan media komunikasi membentuk

sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan

menemukenali diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah.

7. Pengertian ilmu pengetahuan menurut Syahruddin Kasim adalah pancaran hasil

metabolisme ragawi sebagai hidayah Sang Pencipta yang berasal dari proses interaksi

fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional, empirik dan hakiki

dalam menjelaskan hasanah alam semesta demi untuk menyempurnakan tanggung

jawab kekhalifaan.

Kesimpulannya:

1. Ilmu pada dasarnya pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang

menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia

melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang

sesuatu yg menjadi objek kajian dari ilmu terkait.

2. Ilmu pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera

atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan

9
yang baru dikenalnya, ia akan mendapat pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma

masakan tersebut.

3. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji

dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari

sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai

pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Struktur pengetahuan ilmiah menurut Jujun (2005) adalah:

1. Asumsi

Asumsi adalah sesuatu yang dianggap sudah benar, tetapi perlu didampingi dengan

fakta empiris.

2. Hipotesa

Hipotesa merupakan suatu perkiraan awal yang belum diuji. Biasanya hipotesa

diambil berdasarkan teori-teori umum yang mendukung.

3. Prinsip

Prinsip adalah sesuatu yang mendasari sesuatu yang lain.

4. Teori

Teori adalah suatu penjelasan yang menjelaskan tentang sesuatu. Akan tetapi teori

masih dapat disanggah atau disangkal.

5. Hukum

Hukum adalah teori yang sudah tidak dapat disanggah atau disangkal lagi. Akan

tetapi, apabila terdapat suatu teori yang lebih umum daripada hukum tersebut, maka

hukum tersebut tidak benar lagi dan digantikan oleh teori yang baru tersebut.

10
6. Aksioma/postulat

Postulat atau aksioma merupakan suatu pernyataan yang sudah tidak perlu dibuktikan

lagi. (dianggap sudah benar)

B. Fungsi Ilmu Pengetahuan

1. Ilmu pengetahuan itu menjelaskan (explaining, describing)

Fungsi ilmu pengetahuan dalam menjelaskan memiliki 4 bentuk yaitu

a. Deduktif, yaitu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis umum-

khusus yang telah ditetapkan sebelumnya

b. Probabilistik

Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif dari sejumlah

kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak mutlak) yang

bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti.

c. Fungsional

Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara

menyeluruh

d. Genetik

Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang

sudah sering terjadi sebelumnya.

2. Meramalkan (prediction)

Ilmu pengetahuan harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa atau

kejadian. Misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.

3. Mengendalikan (controlling)

Fungsi ilmu pengetahuan dalam mengendalikan harus dapat mengendalikan gejala alam

berdasarkan suatu teori. Misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan harga.

11
C. Syarat-syarat suatu Ilmu Pengetahuan

1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang

sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat

bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji

objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan

karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau

subjek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan

terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah

harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari

kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode

tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,

ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga

membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu

menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun

secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat

umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya

universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari

kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam

mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat

universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

12
D. Pengertian Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani, "systema" yang berarti sehimpunan bagian

atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.

Idris dan Lisma (1987) menyatakan bahwa sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas

komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsusr-unsur sebagai sumber yang

mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang saling membantu

untuk mencapi suatu hasil (product). Sebagai contoh, tubuh manusia merupakan suatu

sistem yang terdiri atas komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak, urat-urat

darah, syaraf, dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen tersebut mempunyai fungsi-

fungsi sendiri (fungsi yang berbeda-beda) dan satu sama lain saling berkaitan sehingga

merupakan suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi

sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Amirin (1992)

menyatakan bahwa sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang komplek atau utuh.

Kemudian, Bakhtiar (2004) mengemukakan bahwa sistem adalah sejumlah satuan yang

berhubungan satu dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu

kesatuan yang biasanya berusaha mencapai tujuan tertentu. Pada bagian yang sama Bachtiar

menambahkan bahwa sistem adalah seperangkat ide atau gagasan, asas, metode, dan

prosedur yang disajikan sebagai suatu tatanan yang teratur.

Berdasakan kajian terhadap sifat-sifat sistem dapat didentifikasikan ciri-ciri pokok

sistem sebagai berikut:

1. Mempunyai tujuan, sehingga proses kerja sistem mengarah pada tujuan.

2. Mempunyai batas, sehingga dapat dibedakan batas sistem yang satu dengan batas sistem

yang lain

3. Bersifat terbuka, artinya suatu sistem dapat dihubungkan dengan sistem yang lain,

sehingga terbentuk sistem baru yang lebih besar.

13
4. Terdiri dari beberapa bagian yang disebut subsistem atau komponen.

5. Bagian-bagian dari suatu sistem merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu.

6. Terdapat saling berhubungan dan saling ketergantungan baik di dalam sistem (intern

sistem) maupun antara sistem dengan lingkungannya.

7. Melakukan proses kegiatan transformasi, yaitu merubah masukan (input) menjadi suatu

hasil (output).

8. Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan terjadinya

umpan balik, maka dari itu sistem mepunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan

menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Kesimpulannya:

1. Sistem adalah suatu kebetulan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir,suatu

himpunan atau panduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau

keseluruhan yang kompleks atau utuh.

2. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama

berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

3. Sistem merupakan suatu himpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dna

berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

4. Sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk

mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap

sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-

bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan tersebut.

14
Gambar 1. Komponen dan Alur Sebuah Sistem

E. Ilmu Pengetahuan sebagai Suatu Sistem

1. Sains sebagai Suatu Sistem

Jelas bahwa pengetahuan apapun yang diberi nama ‘sain’ harus menunjukkan koherensi

tertentu. Ia harus membentuk suatu keseluruhan koherensi dari benda-benda yang saling

terkait dan bagian-bagiannya yang saling terkait yang ditata secara tepat. Perhitungan satu-

persatu fakta-fakta atau data-data yang tidak terkait, tidak peduli berapa banyak besar nilai

dari masing-masing fakta atau data itu untuk diketahui, tidak menimbulkan suatu sain.

Kemudian kita akan menentukan secara lebih pasti di dalam apa karakter sistematika ini

termuat dan bagaimana ia muncul.

Walaupun memang jelas, tetapi poin ini perlu ditekankan. Sekarang ini orang seringkali

dianggap ‘saintifik’ dan ‘intelektual’ jika mereka mempunyai banyak informasi tentang

hampir semua pokok masalah di dunia ini, walaupun mereka tidak memiliki ide yang paling

cemerlang sama sekali mengenai antar hubungan benda-benda yang diketahui.

Dalam buku The Idea of A University yang dikarang oleh Newman menyatakan,

seorang intelektual, sebagaimana yang sekarang dipahami oleh dunia, adalah orang yang

sarat dengan ‘pandangan’ tentang semua pokok bahasan filsafat, tentang semua masalah masa

kini. Hampir dianggap tidak beruntung jika tidak memiliki suatu pandangan disaat mencatat

15
suatu pertanyaan dari Personil Advent hingga Kolera atau Mesmerisme. Hal ini sebagian

besar dikarenakan keperluan-keperluan literatur periodikal, yang sekarang demikian

menuntut’.

Menurut Newman, sain yang benar harus mengkritik pengetahuan jurnalistik populer

yang berasal dari berbagai surat kabar, majalah mingguan, resensi dan lain-lain. Andaikata

sekarang ini saja ia masih hidup tentu akan menamakan radio, film dan televisi.

2. Sain membicarakan Bidang Pengetahuan Tertentu

Walaupun memiliki berbagai macam kapasitas, tetapi otak manusia tidak mampu

mencapai semua yang hal yang diketahui dalam berbagai kemungkinan aspek. Di masa-masa

awal matematika dan astronomi dianggap sebagai sain yang terpisah karena sifat dasar

karakteristik yang melekat pada metode dan objeknya. Selama masa itu total pengetahuan

yang diakumulasi meningkat dan perkembangan teknik menawarkan sarana-sarana saintifik

baru maka semakin diharuskan untuk membagi bidang yang menonjol yang terbuka bagi

pengetahuan saintifik kedalam bidang-bidang yang pasti, yang masing-masing melahirkan

sain tertentu.

3. Sain diharapkan dinyatakan dalam statement-statement universal.

Suatu usaha dilakukan untuk menemukan aspek-aspek universal dalam fenomena

individual atau menjelaskan yang individual sebagai suatu bentuk konkrit dalam esensi

umum atau khusus yang sifat dasarnya dinyatakan dalam proposisi-proposisi universal. Jadi

kita melihat bahwa kognisi indrawi menjadi bagian dari esensi sain yang hasilnya dinyatakan

dalam statement universal. Prinsip-prinsip yang melandasi bangunan sain yang mungkin bisa

dipinjam dari sain lain dinyatakan dalam proposisi-proposisi universal.

4. Statement sain harus benar atau mungkin benar

Suatu pernyataan adalah benar jika secara objektif ia sesuai dengan realitas yaitu jika ia

mengekspresikan hakikat benda sebagamana adanya terlepas dari pertimbangan pikiran.

16
Suatu pernyataan disebut pasti atau mungkin karena alasan subjektif yaitu karena pikiran

tunduk kepada pernyataan itu secara mantap tanpa rasa takut dan salah. Mengenai pernyataan

saintifik yang ideal adalah pernyataan yang mungkin benar. Jika dalam suatu kasus tertentu

yang ideal itu berada diluar jangkauan maka pernyataan itu paling tidak hal yang harus

mungkin benar.

5. Sain membahas finalitas, kausa, fondasi dan esensi dari obyeknya.

Tidak setiap pernyataan yang universal membentuk suatu sain. Konsep tentang kausa

harus dipahami dalam pengertian yang mungkin paling luas, sehingga konsep tidak boleh

dibatasi pada kausa efisien tetapi diperluas hingga mencakup kausa formal, material dan

final. Kausa material dan kausa final membentuk esensi benda-benda material didalam

kesatuan yang tidak terpisahkan. Sementara itu kausa finalis menyatakan diri dalam finalitas

realitas dalam. Dengan kata lain, pernyataan yang dihasilkan oleh penelitian saintifik otentik

harus merujuk pada kausa efesien dari fenomena-fenomena itu. Esensi benda yang dikaji dari

sifat dan aktivitasnya dan finalitas bathin dari esensi benda-benda itu. Berhubung pernyataan-

pernyataan sain menunjuk kepada esensi benda khusus atau umum maka keniscayaan tertentu

akan diimplikasikan dalam hubungan subjek dan predikat yang diekspresikan. Unsur yang

tidak permanen dalam data pengalaman disingkirkan dari kandungan kognitif melalui

abstraksi intelektual.

6. Statement sain harus ditata secara logis

Tatanan logis merupakan pernyataan esensial bagi sain. Pernyataan dan kesimpulan

mengenai esensi dan kausa dari objek dalam bidang pengetahuan tertentu harus ditata dan

diklasifikasikan sesuai dengan prinsip tertentu dan mengikuti metode tertentu. Suatu unsur

esensial dalam sain itu sendiri haruslah penataan metodologis dan klasifikasi pernyataannya

dari titik pijak awal hingga kesimpulan sesuai dengan tatanan logika misalnya dari yang

17
diketahui hingga yang tidak diketahui. Berbagai macam metode sain bisa dibedakan. Karena

akan dibahas dalam kajian metodologi pemikiran filsafat.

7. Sain harus menjelaskan penelitian dan berbagai argumentasinya.

Sain mensyaratkan adanya hubungan antara pernyataan-pernyataan agar mencapai

penilaian tentang justifikasi pernyataan-pernyataan itu. Kita harus mensyaratkan kepada sain

bahwa problem dan konklusinya harus dihubungkan melalui penjelasan terhadap

penyelidikan, penelitian, argumen-argumen dan demonstrasi yang membawa kepada

konklusinya.

8. Definisi deskriptif tentang sain

Sain merupakan suatu sistem yang ditata secara logis atau minimal secara kemungkinan

benar dan pernyataan universal mengenai esensi, fondasi, kausa dan finalitas dari objek

dalam suatu bidang pengetahuan tertentu berkenaan dengan penyelidikan, argumen dan

demontrasi yang mendasari kesimpulan.

Unsur atau aspek konstitutif terhadap karakter dan hakikat suatu sain adalah sebagai

berikut.

1. Abstraksi.

2. Memiliki karakter keniscayaan.

3. Setiap sain memiliki kawasan studi tertentu yang dikaji dari sudut pandang tertentu.

4. Setiap sain didasarkan pada fondasi tertentu yang memiliki titik pijak tertentu dan pra

anggapan tertentu.

5. Struktur dan karakter logika yang tepat bagi sain-sain menuntun bahwa metode-

metode tertentu harus diikuti.

6. Keselurahan prosedur suatu sain bertujuan untuk menyelidiki objek dalam bidangnya

menurut esensi, fondasi dan kausanya. Dalam penyelidikan ini, seringkali harus

berangkat dari suatu hipotesis dari fondasi dan kausa yang mungkin.

18
7. Dalam satu atau cara lain, setiap sain harus membuktikan kesimpulan-kesimpulannya.

Oleh karena itu, studi tentang demonstrasipun

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan (sain) merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori

yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui

dalam bidang ilmu tertentu. Pengetahuan apapun yang diberi nama ‘sain’ harus

menunjukkan koherensi tertentu. Ia harus membentuk suatu keseluruhan koherensi dari

benda-benda yang saling terkait dan bagian-bagiannya yang saling terkait yang ditata

secara tepat. Perhitungan satu-persatu fakta-fakta atau data-data yang tidak terkait, tidak

peduli berapa banyak besar nilai dari masing-masing fakta atau data itu untuk diketahui,

tidak menimbulkan suatu sain.

B. Saran

Untuk melengkapi perbaikan makalah, berikut ini kami paparkan beberapa saran

untuk perbaikan selanjutnya:

1. Masih banyak pengertian dari para ahli yang belum kami tuliskan, akan sangat

membantu jika para pembaca dapat menambahkan pengertian ilmu pengetahun dari

ahli yang berbeda,

2. Contoh nyata dari ilmu pengetahuan adalah bagian dari sistem belum terlalu jelas

kami tuliskan, akan sangat membantu jika para pembaca dapat menambahkan

beberapa contoh nyata dari ilmu pengetahuan merupakan bagian dari sistem, yang

terdapat dalam kehidupan sehari-hari,

3. Kami mohon agar para pembaca dapat menambahkan jika masih ada materi yang
kurang dari sumber bacaan yang berbeda.

20
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. 1992. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: CV Rajawali.

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat llmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Idris, Zahara dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widia
Sarana.

Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

van Laer, Henry. 1995. Filsafat Sain Bagian Pertama. Ilmu Pengetahuan secara Umum.
Yogyakarta: Lembaga Penterjemah & Penulis Muslim Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai