TAHUN 2014/2015
1
DAFTAR ISI
3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS ‘AISYIYAH SITI FATIMAH SIDOARJO
NOMOR: ........
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RS ‘AISYIYAH SITI FATIMAH SIDOARJO
M E M U T U S KAN :
4
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RS ‘AISYIYAH SITI FATIMAH
SIDOARJO Tentang PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI.RS ‘AISYIYAH SITI FATIMAH
SIDOARJO
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS ‘Aisyiyah
Siti Fatimah Sidoarjosebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan
dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Sidoarjo
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi
pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi
nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan
Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam
pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi
rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar,
khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain
serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan
penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu
dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran
resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik
dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan
profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan,
konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program
pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk
menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun
berobat jalan serta para pengunjung Rumah Sakit ’Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit ’Aisyiyah Siti Fatimah
Sidoarjo
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk
mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang
rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
6
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap
resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang
dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya
pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit ‘Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen/ unit
dengan meliputi kualitas pelayanan, management resiko, clinical governace, serta
kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang
dan tanggung jawab secara jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan
lain secara efektif dan efisien.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS P’Aisyiyah Siti
Fatimah Sidoarjo.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Higiene sebagai bariier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo
Penggunaan bahan single use yang di re-use
D. Batasan Operasional
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Surveilens
2. Kebersihan Tangan
3. APD
7
4. CSSD
5. Dekontaminasi
6. Kewaspadaan Standart dan Berdasarkan Transmisi
7. Management RISK PPI
8. Kohorting
9. Pengelolaan Kebersihan lingkungan
10. Pengelolaan Linen
11. Antibiogram
12. Upaya Kesehatan Karyawan
13. Pemeriksaan Swab dan Kultur
8
lebih keadaan berikut: (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia, (3)
takipneu sesuai usia, (4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis
leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10 %. SIRS dapat terjadi karena infeksi
atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolik. SIRS
yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
2. Rantai penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui
rantai penularan, apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat
dicegah atau dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia, dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: virulensi, patogenesis, jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
biak dan siap ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling umum adalah
manusia, binatang, tumbuhan, tanah, air dan bahan bahan organik. Pada manusia
sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran napas, pencernaan dan vagina
merupakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu
keluar meliputi saluran napas, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit,
membran mukosa, trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak langsung dan
tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makan, minuman, darah (5)
vektor biasanya binatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang
supectibel) dapat melalui saluran pernapsan, pencernaan, perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur,
usia, status gizi, ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter,
implantasi), dilakukan tindakan operasi.
3. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi (vaksin Hepatitis B), promosi kesehatan nutrisi yang
adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau
sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang. Kalau kimia dengan
pemberian clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi
dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
9
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis
B, C dan HIV.
4. Jenis penyakit menular
1. AIDS
Pengertian
Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena
terinfeksi HIV (Human Imunodefisiency Virus).
Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe, tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2
(HIV-2)
1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
b. Pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah
kontak.
c. Patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas
terhadap masuknya HIV. Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap
virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.
Cairan vagina
10
ASI
Air mata
Air liur
Air seni
Air ketuban
Dan cairan cerebrospinal
Gejala dan tanda
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam
waktu 5 sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru
AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala seperti:
Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak
erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1 meter.
11
3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak
erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) seperti
membersihkan kotoran, bahan atau produk lain.
7. Ditemukan leukopeni.
12
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari setelah
awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula
1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen serum yang
diambil pada hari ke stelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,mis
titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
Pencegahan
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan
komplikasi yang terinfeksi.
Macam obat:
1. Amantadine
2. Rimatadine
3. Oseltamivir (tamiflu)
4. Zanavir (relenza)
3. TUBERKULOSIS (TBC)
Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman/ basil tahan asam (BTA) yakni micobacterium
tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap. Beberapa jenis
micobakterium lain juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).
Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit, otak, ginjal,
tulang dan paling sering paru.
Epidemiologi
13
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India
dan Cina, diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten. Di indonesia
diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian setiap tahun.
Faktor resiko
Cara penularan
Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis
positif memerlukan waktu antara 2-10 minggu. Resiko menjadi TB paru dan TB
ekstrapulmoner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan
kedua. Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi
seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.
Masa penularan
Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, virulensi kuman,
terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin, dan tindakan medis beresiko tinggi
seperti intubasi dan bronkoskopi.
Gejala klinis
14
Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda
DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi oleh pengawas minum
obat. Untuk pasien baru TB BTA (+), WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat
setiap hari selama 2 bulan berturut-turut terdiri rif, inh, pza,dan etambutol diikuti
inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.
Pencegahan
Adalah salah satu tipe bakteri stapylococus yang ditemukan pada kulit dan hidung
dan kebal terhadap antibiotika. Jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan
AIDS.
Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah, jika
daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala. Bakteri yang dibawa si
pasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan
menyentuh barang yang terkontaminasi. Stapylococcus menimbulkan gejala seperti
infeksi kulit, jerawat, bisul, abses atau gigitan serangga, ini biasa menyebabkan
bengkak, merah dan nyeri. Bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan
menimbulkan infeksi di tulang, sendi, aliran darah, jantung dan paru yang bias
mengancam jiwa.
Penyebaran MRSA
1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang
MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
15
Tanda dan gejala
1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur
untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri
tersebut kemudian terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus
tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur yang
sama juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa
MRSA (Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atau selaput lendir hanya diswab
tidak dibiopsi.
Pengobatan MRSA
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti
menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang
tahan terhadap antibiotik banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa
antibiotik berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.
Tindakan pencegahan
16
Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewasp Masa petugas Tindakan
inkubasi selama/ adaan diliburkan/
virus yang tindakan
shedding perlu
1. Surveilens dijalank
Adalah suatu pengamatan yang sistematis, an
efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang
mengeluarka
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :
n cairan
1. Padatubuh
saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda-tanda tidak dalam masa inkubasi infeksi
Acinetoba Luka bakar Flora
tersebut. N kulit Standar
cter yang terjadidi2x24
2. Inkubasi manusia,
jam setelahmukus dan
pasien dirawat di rumah sakit. Apabila tanda- tanda infeksi
baumanii hydroterapi
sudah timbul sebelummenbran dan tanah.
2x24 jam kontak
sejak mulai dirawat, maka perlu diteliti masa inkubasi dari
infeksi tersebut. Bertahan di tempat
Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral melalui Standar Libur di area Vaksinasi
A hari kadang2 sp 6 feses perawatan/ hepatitis a
bulan pengolahanma
(prematur) kanan,i
minggu setelah
sakit kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mgg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi smp HbsAg atau
D: 3-7 HbsAg tdk utuh kontak HbeAg negatif. HbeAg,tidak
mgg positif dgn darah, semen, perlu divaksin
4. 25hr) viruswaktu
Bekerja purna berada langsung dgn Restriksi sp
dlm saliva 6- sekret sal napas, yi 9hr stlh onset
7hr sbl saliva, hidung dan parotitis.
parotitis sp mulut Petugas renyan
9hr stl onset : 12hr paska
Px ekspos
immunokom pertama sp 25
promls hr stlh ekspos
terakhir
Parvovirus 6-10hr Menular sblm Kontak dgn droplet Transmis Tidak perlu
/B19 bercak merah besar, muntahan i drolpet restriksi
sp 7hr stlh
B. Uraian Tugas :
onset
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn sekresi Transmis Vaksin
B.1. Direktur. sangat sal napas, droplet i droplet direkomen
Membentukmenular besar
Komite dan TIM kontak
PPIRS dekat surat
dengan spkeputusan
5 hr umur 11-64 th
menerim petugas dgn
Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upya
a pertusis:
PPI
antibioti restriksi fase
20 k catarrhal sp mg
3 stl onst / 5 hr
stlh tx
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyeli Nonparal Sal napas Kontak cairan sal Transmis Imunisasi
tis itik: 3- 1mgg stlh napas, benda i kontak direkomendasi
Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk anggaran
6hr; gejala terkontaminasi fese kan
yang dibutuhkan.
paralitik muncul, dlm
Menentukan kebijakan PPI
7-12hr feses bbrp
Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
mgg-bulan
Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan
stlh gejala
penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat
Mengesahkan Kontak dgn droplet Transmis
SPO untuk PPIRS. 5hr stlh bintik
bintik menular saat nasofaring px i droplet keluar :
merah
B.2. bintik
IPCO ketua merah
komite PPI dan petugas rentan
timbul keluar, virus kontak 7hr stl ekspos
B.2.1 Kriteria IPCO ;
14-16hr lepas 1mgg dgn pertama sp
stlh
- Ahli atau sblm
doktersmp
yang5-berminat dalam PPI cairan sal 21hr stl ekspos
ekspos 7hr stl onset, napas terakhir
- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
congenital
- memiliki rubella bisaleadership.
kemampuan
melepas virus
Tugas IPCO sbb;
berbulan-
bertahun2
Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmis Batasi kontak
Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
(infeksi (terserin dapat terkontaminasi saat i kontak dgn pasien
Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
virus g mengeluarka merawat pasien erat dhn rawat dan
respiratori Bekerjasama
4-6hr) n dengan
virus perawat
atau PPI memonitordroplrt
menyentuh kegiatan surveilens
lingkunganinfeksi dan deteksi
k) dini KLB.
selama 3-8hr. benda mati, atau bila ada KLB
Membimbing
Tp pddanbisa
mengajarkan
transmisi praktek dan aerosol
RSV bila prosedur PPI
RSVyangRestriksi
berhubungan dengan
prosedur terapi.
anak 3-4mgg menyentuh mata partikel sampai gejala
Turut memonitor cara kerja
atau tenaga
hidung kesehatan kecil
lain dalam merawat
akut hilang
pasien.
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
B.2 IPCN
petugas, kontak, pasien dan
B.2.1Kriteria IPCN :
mungkn dapat pengolahan
karier nares airbone makanan bila
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
anterior, petugas
- Memiliki tangan,
komitmen di bidang PPI dengan lesi
axilla, kulit basah
- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.
perineum, tidak perlu
- Memiliki nasofaring,
kemampuan leadership,inovatif dan confident retriksi bila
orofaring kolonisasi
- Bekerja purna waktu.
Streptococ Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
A terinfeksi & rektum, vagina berdasar perawatan
21
mensekresi transmisi pasien &
pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi petugas
B.2.2 Uraian tugas :
dg kolonisasi
Salmonell Orang- orang lewat
Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi
a, fekal oral air/
diruang perawatan.
Shingella makanan
Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam menjalankan
terkontaminasi
kewaspaan isolasi.
Sypilis Kontak langsung Kontak
Melaksanakan surveilens
dginfeksi dan melaporkan
lesi primer atau kepada panitia PPIRS.
Melaksanakan pelatihansekunder
PPIRS. sypilis
Tuberkolo Sp 1 bl Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki
sis minum OAT nuklei kontak terbukti non terexpose perlu
kesalahan.
(mengelu infeksius tes mantoux bila
Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
arkan c indurasinya> 10
Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI
tubuh mm perlu
audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan menggunakan daftar
infeksius profilaksis INH
tilik. ) sesuai
Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional. rekomendasi
Membuat laboran surveilens. lokal
Varicella Sp lesi kering Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi
Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
& berkusta kontak, kontak sp 21 varicella
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
standar hari paska
penggunaannya.
kontak, beri
Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
imuno globulin
Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
IV paska
kemampuan SDM PPIRS. kontak,
Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepadaimunisasi
direktur.
Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadappaska
petugas tindakan tindakan
yang menyimpang dari SPO. pajanan dalam
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi4bila
hariada KLB.
Vibrio Kontak feces
Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
kolera
Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan
Zoster Tutupi
dilaksanakan lesi, kesehatan rumah sakit.
oleh petugas Retriksi
*lokal jangan sampai lesi
Membuat SPO PPI
kontak dg mengering dan
Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
pasien rawat mengelupas
* Jangan Retriksi
menyeluru B.4 . IPCLN
kontak dg sampai semua
h atau pasien lesi kering dan
B.4.1 Kriteria IPCLN :
orang mengelupas
immuno - Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.
komproma 22
is
* paska Jangan Dari hr ke 10
(person pasien rawat pertama sp hari
yang ke 21 atau hr
rentan) 28 bila di beri
lagi atau
- Memiliki komitmen di bidang PPI sampailesi
kering dan
- Memiliki kemampuan leadership
mengelupas
B.4.1.1 Tugas IPCLN :
C. Distribusi Tenaga.
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif
dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
QMR,IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap,
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
ICU,House keeping (CS).
BAB III
24
STANDART FASILITAS
2. Standart Fasilitas.
No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1
B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10
B. Fasilitas pelayanan .
5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi
(cmplience kebersihan tangan )
25
BAB IV
27
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict tes
pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada
setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan
penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan buku expedisi
ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil
sterilisasi
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis
pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan
deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan
untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai
SPO kultur
28
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan
yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang
tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan TB,Hepatitis B setiap
tahun
Sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada
direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan dilakukan
renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
kebisingan,debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi,alat
penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes
kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding
ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan
29
Selesai
renovasi
Diamkan
selama 1 bln
dan uji swab
Lakukan swab
ulang
30
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru staf
pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan
BAB V
LOGISTIK
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika batuk,pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian
31
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
32
7. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas
34
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
35
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. SISTEMPENCATATANDANPELAPORAN
- Rahasia
- Independen
- Tepatwaktu
- Berorientasipadasistem
- Tingkatrisiko rendahdanmoderat:investigasisederhanaolehbagian/unityang
terkaitinsiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risikotinggidan ekstrim: RootCause Analysis (RCA)yang dikoordinasi oleh
komite keselamatan pasien.
a. Bilainsidenkeselamatanpasienyangterjadimempunyaitingkatrisikomerah(ekstrim)
makakomitekeselamatan pasiensegeramelaporkankejadian tersebutkepadadireksiRS Siti
Fatimah Sidoarjo dan Yayasan(kantor YAKKUM).
37
b. Bilainsidenkeselamatanpasienyangterjadimempunyaitingkatrisikokuning(tinggi)
makakomitekeselamatan pasiensegeramelaporkankejadian tersebutkepadaDireksiRS Siti
Fatimah Sidoarjo .
c. Komite keselamatan pasien RS Siti Fatimah Sidoarjo melakukan rekapitulasi laporan
insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiaptiga bulan kepadadireksiRS Siti
Fatimah Sidoarjo
C. ANALISIS AKARMASALAH
2) Unit CSSD :
a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya
baik
b). - maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
39
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap ruangan
,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem
informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat
senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan
yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut
AngkaKejadianInfeksiKulitkarenaJarumInfusperBulan
x 100
Jumla h haridirawatpasienyangterpasangivlinedalambulanitu
BAB IX
PENUTUP
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga
tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan pengunjung Rumah sakit.,sehingga
dapat merubah perilaku yang sehat,penyaiapan sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan
dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit
Panti Rahayu Purwodadi,lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Direktur
41
Dr Sunarima MKes
3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang
Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan.
42