Anda di halaman 1dari 5

Apa itu Fluoroskopi: Gambaran Umum,

Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan


Definisi dan Gambaran Umum
Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh dokter untuk mengambil
gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat video pergerakan berbagai bagian
tubuh di layar fluoresen secara langsung. Tindakan ini menggunakan teknologi sinar-X dan
bahan pewarna pembanding, yang membuat bagian tubuh menjadi tidak tembus pandang
dan terlihat dengan lebih jelas. Fluoroskopi umumnya digunakan untuk mendiagnosis
penyakit dan juga sebagai tindakan intervensi dalam bidang ortopedi, gastroenterologi, dan
kardiovaskuler.

Siapa yang harus menjalani Fluoroskopi dan apa hasil yang diharapkan
Fluoroskopi biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit dalam bidang:

 Gastroenterologi – Fluoroskopi yang dilakukan untuk memantau bagian perut dan usus
biasanya menggunakan barium sebagai agen pembanding untuk menilai kondisi organ
pencernaan dan melihat pergerakannya, yang mencakup kerongkongan, lambung, usus
besar, dan usus kecil untuk menemukan penyebab gejala gangguan pencernaan,
seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri perut, atau gangguan pencernaan. Tindakan ini
juga dapat digunakan untuk menemukan polip, tumor, atau untuk memastikan keberadaan
sindrom kelainan penyerapan.
 Ortopedi – Fluoroskopi paling umum digunakan dalam bidang ortopedi untuk melihat
proses penyembuhan dari tulang yang rusak untuk memastikan bahwa tulang tersebut telah
kembali ke posisi dan susunan yang benar selama penyembuhan. Fluoroskopi juga
digunakan untuk membantu proses pemasangan implan.
 Perawatan Kardiovaskuler – Fluoroskopi kardiovaskuler biasanya dilakukan ketika diduga
ada penyumbatan pembuluh darah; tindakan ini dapat membantu proses masuknya kateter
dan pergerakannya yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.

Fluoroskopi diharapkan dapat memberikan informasi yang tidak bisa didapatkan oleh dokter
melalui tes lain. Informasi ini digunakan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
pengobatan atau untuk menentukan apakah perlu dilakukan tindakan lebih lanjut dalam hal
melakukan tindakan yang memakai monitor.

Cara Kerja Fluoroskopi


Fluorosokopi adalah uji pencitraan rutin yang biasanya membutuhkan waktu 45 menit – 1
jam, walaupun durasi setiap fluoroskopi dapat beragam, tergantung pada bagian tubuh yan g
diperiksa. Proses fluoroskopi biasanya dimulai dengan pemberian zat warna pembanding.
Apabila fluoroskopi digunakan untuk pencitraan saluran pencernaan, proses ini dapat
menyebabkan sedikit ketidaknyamanan karena pasien harus menelan zat pewarna tersebut.
Saat zat pewarna tersebut mengalir melalui saluran pencernaan, dokter akan mendapatkan
gambar yang jelas dari kerongkongan, perut, usus kecil, dan usus besar. Zat warna
pembanding juga dapat digunakan untuk pemeriksaan rektum, namun zat tersebut tidak
ditelan oleh pasien, melainkan dimasukkan ke tubuh melalui tabung enema.

Fluoroskopi membutuhkan persiapan yang sederhana. Setelah pasien tiba di tempat


pencitraan, ia akan diminta untuk menggunakan pakaian laboratorium. Kemudian, tindakan
dilanjutkan dengan memberikan obat bius atau obat penenang. Ada beberapa aturan yang
harus diikuti mengenai pemberian obat bius dan peraturan ini biasanya dikirim ke pasien
beberapa hari sebelum fluoroskopi. Daftar peraturan ini harus terus ditinjau dan diikuti.

Setelah persiapan selesai dilakukan, pemindaian fluoroskopi akan dimulai. Ada dua jenis
peralatan yang dapat digunakan dalam tindakan ini, yaitu sistem tetap dan alternatif
berjalan. Sistem tetap digunakan dalam laboratorium pencitraan yang tetap, sedangkan unit
fluoroskopi C-arm berjalan memberikan fleksibilitas dalam lokasi pelaksanaan fluoroskopi.

Tindakan fluoroskopi pada dasarnya menggunakan sinar-X, yang menghasilkan gambar


dari lapisan tubuh saat melewati tubuh dengan kecepatan maksimum 25-30 frame setiap
detiknya, sehingga video dari tubuh dapat dibuat. Hasil dari fluoroskopi akan diproses
dengan peralatan khusus yang membantu memperjelas dan mencerahkan gambar sebelum
gambar tersebut dipindahkan ke layar fluoresen. Model peralatan yang lebih baru dapat
menghasilkan gambar digital.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Fluoroskopi


Seperti sebagian besar tindakan medis, fluoroskopi memiliki risiko yang kebanyakan
disebabkan oleh radiasi. Inilah alasan mengapa tindakan ini tidak disarankan bagi wanita
hamil, karena fluoroskopi memiliki efek radiasi yang dapat membahayakan janin. Sebagai
peraturan, tindakan pencitraan ini hanya boleh dilakukan apabila manfaat yang diharapkan
melebihi kemungkinan risikonya.

Sebisa mungkin, ahli medis akan menggunakan radiasi dalam dosis rendah untuk
mengurangi risiko. Namun, dosis radiasi akan bergantung pada kondisi pasien. Dalam
kasus di mana fluoroskopi digunakan untuk membantu tindakan yang membutuhkan waktu
yang lama (misalnya dalam tindakan intervensi yang membutuhkan pemasangan cincin),
dosis radiasi akan disesuaikan, sehingga ada kemungkinan pasien akan mendapatkan
radiasi dalam dosis yang tinggi.

Risiko fluoroskopi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu deterministic dan stochastic.
Risiko ini meliputi:

 Cedera pada kulit dan jaringan, seperti luka bakar


 Katarak akibat radiasi
 Kanker

Selain radiasi, ada juga elemen lain dari tindakan ini yang bisa menyebabkan efek yang
tidak diinginkan, seperti komplikasi yang terjadi akibat obat bius atau obat penenang.
Untuk mengurangi risiko dari fluoroskopi, ahli medis harus memeriksa:

 Jumlah kumulatif dari radiasi yang mengenai pasien


 Ukuran medan sinar-X, yang dapat dikurangi agar sinar-X hanya akan berada dalam
area target gambar dan tidak mengenai bagian tubuh di sekitarnya
 Posisi pasti dari sinar-X agar sinar-X tidak harus dipancarkan lagi
 Filtrasi sinar-X, yang sangat penting terutama dalam tindakan yang lama
 Fitur last-image hold khusus untuk melihat gambar berulang kali tanpa harus terus menerus
memancarkan sinar-X pada pasien

Rujukan:
 Rockville, MD. Food and Drug Administration. Public Health Advisory: Avoidance of Serious
X-Ray-Induced Skin Injuries to Patients During Fluoroscopically-Guided Procedures. Center
for Devices and Radiological Health, FDA. 1994.
 Wagner LK, Eifel PJ, Geise RA. Potential biological effects following high X-ray dose
interventional procedures. J Vasc Interv Radiol. 1994 Jan-Feb. 5(1):71-84.

 Huda W, Peters KR. Radiation-induced temporary epilation after a neuroradiologically


guided embolization procedure. Radiology. 1994 Dec. 193(3):642-4.

Pada prinsipnya, fluoroskopi dapat digunakan untuk banyak tipe pemeriksaan, dan
prosedur medis, seperti:
Prosedur Ortopedik

Prosedur ortopedik dapat dikerjakan menggunakan fluoroskopi, misalnya :


 Manipulasi terhadap tulang yang patah, untuk reduksi fraktur
 Insersi implan
 Memeriksa kesesuaian posisi, atau arah
 Memandu pergantian persendian
Prosedur Gastroenterohepatologi

Prosedur gastroenterohepatologi yang dapat memanfaatkan fluoroskopi diantaranya


:
 Investigasi gastrointestinal : Menggunakan zat kontras, seperti barium, yang
dimasukkan kedalam intestin, untuk melihat dan mempelajari lapisan mukosa usus,
serta pergerakannya
 Biopsi Hepar
Prosedur Urologi

Prosedur urologi yang dapat memanfaatkan fluoroskopi adalah :


 Bedah Urologi
 Retrograd uretrografi
Prosedur Kardiovaskuler

Prosedur kardiovaskuler yang dapat memanfaatkan fluoroskopi adalah :


 Prosedur kardiovaskular, dan intervensi radiologi
 Insersi kateter
 Monitoring progres kateter, seperti apakah kateter berhasil membuka suatu blokade,
atau sumbatan dalam pembuluh darah, saluran empedu, atau sistem berkemih
 Memasukkan stent, apakah telah mencapai tempat semestinya, apakah
kedudukannya benar, membuka pembuluh darah yang menyempit, atau tersumbat
 Angiografi, untuk memvisualisasi pembuluh darah dan organ dalam
Prosedur Lainnya
Prosedur lainnya yang dapat memanfaatkan fluoroskopi adalah :
 Diskografi
 Artrografi
 Histerosalpingografi
 Fistulografi

1. Bai, T., Zhu, J., Yin, Y., Lu, J., Shu, H., Wang, L., & Yang, B. (2014). How does
four-dimensional computed tomography spare normal tissues in non-small cell lung
cancer radiotherapy by defining internal target volume? Thoracic Cancer, 5(6), 537-
542. doi: 10.1111/1759-7714.12126

2. Balter, S., Hopewell, J. W., Miller, D. L., Wagner, L. K., & Zelefsky, M. J. (2010).
Fluoroscopically guided interventional procedures: a review of radiation effects on
patients' skin and hair. Radiology, 254(2), 326-341. doi: 10.1148/radiol.2542082312

3. Huda, W., & Peters, K. R. (1994). Radiation-induced temporary epilation after a


neuroradiologically guided embolization procedure. Radiology, 193(3), 642-644. doi:
10.1148/radiology.193.3.7972801

4. Panchbhavi, V. K., Mays, M. M., & Trevino, S. (2012). Accuracy of intraoperative


fluoroscopy with and without laser guidance in foot and ankle [Abstract]. Foot Ankle
Int, 33(5), 415-419. doi: 10.3113/fai.2012.0415

5. Shope, T. B. (1996). Radiation-induced skin injuries from fluoroscopy.


RadioGraphics, 16(5), 1195-1199. doi: 10.1148/radiographics.16.5.8888398

6. The U.S. Food and Drug Administration. (Feb 2017). Fluoroscopy, from
https://www.fda.gov/radiation-
emittingproducts/radiationemittingproductsandprocedures/medicalimaging/medicalx-
rays/ucm115354.htm

7. The World Health Organization. (2017). Diagnostic Imaging: Fluoroscopy, from


http://www.who.int/diagnostic_imaging/imaging_modalities/dim_fluoroscopy/en/

8. Valentin, J. (2000). Avoidance of radiation injuries from medical interventional


procedures [Abstract]. Ann ICRP, 30(2), 7-67. doi: 10.1016/s0146-6453(01)00004-5

9. Wagner, L. K. (2007). Radiation injury is a potentially serious complication to


fluoroscopically-guided complex interventions. Biomedical Imaging and Intervention
Journal, 3(2), e22. doi: 10.2349/biij.3.2.e22
10. Wang, J., & Blackburn, T. J. (2000). The AAPM/RSNA Physics Tutorial for
Residents. RadioGraphics, 20(5), 1471-1477. doi:
10.1148/radiographics.20.5.g00se181471

Fluoroskopi dikontraindikasikan secara relatif pada wanita hamil. Relatif, dalam arti bahwa
berpotensi memberikan efek buruk radiasi Xray terhadap perkembangan fetus atau cacat
lahir. Karenanya, dalam suatu intervensi klinis, potensial risiko ini harus melebihi aspek
manfaat yang diperlukan

Anda mungkin juga menyukai