MANUSIA
Disusun utuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu :Dr. Sunarti, M.Pd.
Disusun Oleh :
Afifah Rizki Yunitasari (11144600103)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkah,rahmat,dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “ PENGARUH NARKOBA TERHADAP SISTEM SARAF MANUSIA “ ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan
Makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.
Dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran
Penulis harapkan untuk membantu dalam perbaikan. Semoga Makalah ini berguna bagi
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya, tergantung dari sejauh mana
remaja mampu mengendalikan luapan emosi saat merasa tersinggung oleh seseorang di
sekitarnya; menempatkan diri dengan wajar dalam relasinya dengan teman sebaya;
memperoleh tokoh idola untuk pencapaian identitas diri yang mantap, baik dalam kelompok
rekan sebaya (peer) atau dalam keluarga; menerima diri apa adanya; mengendalikan
intensitas emosi yang kurang menguntungkan karena keterbatasan tersebut dengan
mengompensasi melalui pencapaian prestasi sekolah/sosialnya.
Selain itu sejauh mana mampu mengendalikan melambungnya ambisi dan angan-
angan karena meningkatnya kebutuhan perkembangan sosialisasi; mengenali dan mendapat
peluang melatih pengendalian kebutuhan biologis baru, dalam hal ini dorongan seksual, tanpa
mengurangi pemanfaatan lingkungan pergaulan guna mencapai kemampuan sosialisasi
seoptimal mungkin; serta merasa memperoleh pengertian dan dukungan orangtua dan
keluarga dalam kondisi kerentanan oleh krisis identitas tersebut.
Hambatan dalam proses sosialisasi merupakan manifestasi kelemahan fungsi
kepribadian yang menyebabkan labilitas emosional sehingga tingkat toleransi stres pun relatif
rendah. Ia mudah menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah ketekunannya dalam
belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap pengaruh penyalahgunaan
narkoba.
Para remaja tersebut hanya ingin mengikuti sebuah metode yang lagi berkembang dan
ingin disebut sebagai anak gaul. Sebab lainnya yaitu tipisnya iman para remaja dan
kurangnya pengetahuan remaja tentang agama yan disebabkan kendala orang tua yang tak
mengenalkan agama secara mendalam kepadapara remaja tersebut.Penggunaan obat terlarang
tersebut mendorong maraknya penggunaan narkoba. Maraknya penggunaan narkoba saat ini
tidak hanya trendy di kalangan parapemuda yang sudah tidak menduduki bangku sekolah
lagi, saat ini penggunaannarkoba telah merajalela di kalangan para pelajar, orang dewasa dan
bahkan pada usialanjut. Semua itu dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai bahaya
narkoba dankurangnya sosialisasi dampak-dampak penggunaan narkoba bagi kesehatan.
Olehkarena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai dampak
penggunaannarkoba terhadap sistem saraf manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Narkoba?
2. Apakah Pengertian Sistem Saraf?
3. Bagaimanakah Pengaruh Narkoba Terhadap Sistem Saraf?
4. Bagaimana Cara Mencegah dan Cara Pengobatannya?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian Narkoba.
2. Menjelaskan pengertian sistem saraf.
3. Menjelaskan pengaruh narkoba terhadap sistem saraf.
4. Menjelaskan bagaimana mencegah dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda
dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari.Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti
zat-zat adiktif penghancur syaraf.Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain "narkoba", istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.Narkoba
adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seseorangseperti perasaan, pikiran,
suasana hati serta prilaku seseorang jika masuk kedalamtubuh manusia baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, disuntik, intravena danlain-lain sebagainya.Semua istilah ini,
baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompoksenyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurutpakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah
senyawa-senyawa psikotropika yangbiasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untukpenyakit tertentu.Namun, kini narkoba mengalami
pergeseran arti dan umumnyamengacu pada pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang
semestinya.
Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu
narkoba itu pada umumnya masih berusia muda. Artinya usia tersebut ialah usia produktif
atau usia pelajar. Seseorang yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok.Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal
yang wajar di kalangan pelajar saat ini.Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,
apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
2. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah.Morfin merupaakan
alkaloidautama dari opium.Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halusberwarna putih atau
dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan caradihisap dan disuntikkan.
3. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakanjenis
opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir-akhir ini.Heroin, yang
secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadimengantuk dan
perubahan mood yang tidak menentu.Walaupun pembuatan,penjualan dan pemilikan heroin
adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersediabagi pasien dengan penyakit kanker
terminal.
4. Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantunganopioid.Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid
danketergantungan opioid.Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,termasuk
meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), danpropocyphene
(Darvon).Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantunganopioid.Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid
danketergantungan opioid.Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone(Trexan),
nalorphine, levalorphane, dan apomorphine.Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran
agonis dan antagonis telah disintesis,dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol
(Stadol), dan buprenorphine(Buprenex).Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
buprenorphine adalah suatupengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid.
B. KOKAIN
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalah gunakan dan merupakan zat yang
sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar
Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini
biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Saat
ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata,
hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek
adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam
18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu,
dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari. Gejala putus Kokain juga dapat
disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya
dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam ( Valium ).
C. GANJA
Tanaman ganja biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan digulung
menjadi rokok disebut joints. Bentuk yang paling poten berasal dari tanaman yang berbunga
atau dari eksudat resinyang dikeringkan dan berwarna coklat-hitam yang berasal dari daun.
D. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan narkotika,
yang bersifatatau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat
yangmenyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Zat atau obat yang dapat
menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan
perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir,
perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung
lama tanpa pengawasan dan pembatasan kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam
penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan
kematian. Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu:
a. Ecstasy
Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-
kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata
membesar dan jantung berdegup lebih kencang, dan timbul rasa mual. Bisa juga pada
awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi
fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita
menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa
kosong dan rileks.
.
b. Sabu-Sabu
Sabu-sabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara
membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang
lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang
didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada
waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Shabu dengan
pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), Menjadi
sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif,
dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang
berbeda. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam
jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis.
Hal itu merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak
lagi bertambah. Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan.
Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu.
Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.
Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat
manusia,Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :
1) Depresant yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat.
2) Hallusinogen yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan.
Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal
harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain
seperti air.
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann yang
merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong
(neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh
karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan
traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan
neuroglia.Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu
sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu
didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti
cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan
yaitu otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari
sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah
serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah akson dari sel
saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada
membran sels araf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan
fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran
yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap
K+.
Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi
lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat,
arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasiakan merangsang membran
disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan
ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai
potensial aksi yang terjadi
akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah mengalami
perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi, telensefalon lebih
dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus olfaktori. Suatu
refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, misalnya
hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan dopamin. Dopamin
merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan penting dalam merambatkan
impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan dopamin tidak dihasilkan. Apabila
impuls saraf sampai pada bongkol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan
mendekati membran presinapsis. Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte
tidak dapat melepaskan isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak
dapat menyebrang ke membran post sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya
depolarisasi pada membran post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf
tidak bisa merambat ke sel saraf berikutnya. Pengaruh lainnya yaitu merusak organ-organ
tubuh terutama otak, dan syaraf yang mengatur pernafasan. Banyak yang meninggal karena
sesak nafas, dan tiba-tiba berhenti bernafas karena saraf yang mengendalikan pernafasan
sudah rusak dan tidak ada lagi instruksi untuk bernafas, sehingga pernafasannya putus atau
berhenti, paranoid, otak sulit digunakan untuk berpikir dan konsentrasi, nafsu makan
menurun, memiliki rasa gembira yang berlebihan, denyut jantung cepat, Pupil mata melebar,
Tekanan darah meningkat, berkeringat atau merasa dingin, sering mual atau muntah.
Gangguan detak jantung, perdarahan otak, Hiperpireksia atau syok pada pembuluh darah
jantung yang berakibat meninggal.
Hampir semua obat adiktif, secara langsung atau tidak langsung, menyerangsistem
imbalan otak dengan membanjiri sirkuit dengan dopamin. Akibatnya, dampak kimia di sirkuit
pahala berkurang, mengurangikemampuan pelaku untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya
membawa kesenangan. Penurunan ini memaksa mereka kecanduan dopamin untuk
meningkatkan konsumsi obat dalam rangka upaya untuk membawa hormon "merasa-baik"
mereka ke tingkat normal, efek yang dikenal sebagai toleransi. Pengembangan toleransi
dopamine akhirnya dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam neuron dan sirkuit otak,
dengan potensi untuk sangat membahayakan kesehatan jangka panjang dari otak.
Sebagai orang yang berkembang menjadi ketergantungan obat, ia memasuki keadaan
allostatic baru, yang didefinisikan sebagai perbedaan dari tingkat
normal perubahan yang bertahan dalam keadaan kronis. Kecanduan obat-obatan dapat
menyebabkan kerusakan otak dan tubuh sebagai suatu organisme memasuki keadaan
patologis.
Setelah seseorang telah beralih dari penggunaan obat untuk kecanduan, perilaku
menjadi benar-benar diarahkan mencari obat, meskipun pecandu laporan euforia ini tidak
intens seperti dulu. Meskipun tindakan yang berbeda selama penggunaan obat akut, jalur
akhir dari kecanduan adalah sama. Aspek lain dari kecanduan narkoba merupakan respon
menurun menjadi rangsangan biologis normal, seperti makanan, seks, dan interaksi sosial.
Melalui pencitraan otak fungsional pasien kecanduan kokain, para ilmuwan telah mampu
memvisualisasikan aktivitas metaboli meningkat pada cingulate anterior dan korteks
orbitofrontal (daerah korteks prefrontal) di otak subjek tersebut. Hiperaktifitas daerah ini dari
otak pada subyek kecanduan terlibat dalam motivasi lebih intens untuk menemukan obat
daripada mencari manfaat alami, serta kemampuan pecandu menurun untuk mengatasi
dorongan ini. Brain imaging juga telah menunjukkan kecanduan kokain-subyek mengalami
penurunan aktivitas, dibandingkan non-pecandu, di korteks prefrontal.
D. Pencegahan dan Pengobatan
Masalah pencegahan narkoba adalah masalah yang kompleks yang pada umumnya
disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor lingkungan dan faktor ketersediaan,
menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkobayang efektif memerlukan
pendekatan yang terpadu dan komprehensif. Oleh karena itu peranan semua sektor terkait,
termasuk para orang tua, para guru, tokoh-tokoh masyarakat dan agama, kelompok remaja
dalam pencegahan narkoba sangat penting.
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan
membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tigatingkat
intervensi, yaitu:
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran
informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, teman sebaya, dan
instansi pemerintah. Dalam hal ini sebelum penyalahgunaan narkoba terjadi hendaknya
keluarga, teman sebaya dan suatu instansi pemerintah melakukan sosialisasi tentang dampak
dari penggunaan narkoba, sehingga yang diberikan sosialisasi menjadi tahu dampaknya dan
akan menghindari narkoba.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (Fase ini
meliputi: Fase penerimaan awal antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1-3 minggu untuk
melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses
penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk
mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar
mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di
masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok
dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif.
Dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba, dapat mencegahnya melalui berbagai pihak,
yaitu:
1. Dari diri sendiri
-Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
-Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
-Komunikasi yang baik
-Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok
2. Peran Keluarga
- Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang dankomunikasi
terbuka.
- Mengasuh, mendidik anak yang baik.
- Menjadi contoh yang baik bagi anaknya
- Menjadi pengawas yang baik untuk anaknya
- Keluarga atau orangtua memberitahu sedini mungkin kepada anaknya tentang bahayanya
menggunakan narkoba..
Pengobatan Narkoba:
1. Pengobatan adiksi (detoks)
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak,
makanmakanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya
darinarkoba.Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan
bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akanhilang.
Empat Cara Alternatif Menurunkan Risiko terhadap Bahaya Narkoba
1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
3. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
4. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
Cara penyembuhan terhadap pecandu narkoba:
1. Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain)
daritubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai
ataudengan penurunan dosis obat pengganti.Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat
jalan atau dirawat di rumah sakit.Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus
selama satu sampai tigaminggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.
2. Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh
secarafisik memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan
kangenterhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang
pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu
dan terjerumus lagi.Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan
danpergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkanmantan
pecandu ke pusat rehabilitasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain
yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza
yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Narkoba adalah zat
kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seseorang seperti perasaan, pikiran, suasana
hati serta prilaku seseorang jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan,
diminum, dihirup, disuntik, intravena dan lain-lain sebagainya.
2. Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus dan
dibedakan menjadi dua sel, yaitu sel neuron dan sel neoroglia.
3. Penggunaan narkoba memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, misalnya hilangnya
koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan neurotransmitter yang terdapat
di otak yang berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya
4. Peranan semua sektor terkait, termasuk para orang tua, para guru, tokoh-tokoh masyarakat
dan agama, kelompok remaja dalam pencegahan narkoba adalah sangat penting.
B. SARAN
1. Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.
2. Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
3. orang tua harus memberikan perhatian yang lebih pada anak jangan dan jalin komunikasi
yang baik dengan anak agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
4. Perlu peningkatan kerja sama antara masyarakat dengan aparat untuk memberantas
peredaran narkoba.
5. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada penyalahgunaan
narkoba.