Anda di halaman 1dari 28

Praktek Profesi Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur

hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel

hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Sylvia A.Price:2012).

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan

fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian

besar fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-

sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut

yang menggantikan sel-sel normal. Perubahan ini menyebabkan sirkulasi intra

hepatic tersumbat (Baradero, 2008).

2. ANATOMI FISIOLOGI

Hati merupakan organ terbesar didalam tubuh, beratnya sekitar 1500 gram.

Letaknya dikuadaran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh

tulang rusuk (costae). Hati dibagi menjadi 4 lobus dan setiap lobus hati terbungkus

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan

membagi massa hati menjadi unit-unit kecil, yang disebut lobulus. Sirkulasi darah

kedalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaraan fungsi hati. Hati

menerima suplai darahnya dari dua sumber yang berbeda. Sebagian besar suplai darah

dating dari vena porta yang mengalirkan darah yang kaya akan zat-zat gizi dari traktus

gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk kedalam hati lewat arteri

hepatika dan banyak mengandung oksigen. Kedua sumber darah tersebut mengalir

kedalam kapiler hati yang disebut sinusoid hepatik. Dengan demikian, sel-sel hati

(hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan arterial. Dari sinusoid darah

mengalir ke vena sentralis di setiap lobulus, dan dari semua lobules ke vena hepatika.

Vena hepatika mengalirkan isiya kedalam vena kava inferior. Jadi terdapat dua

sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan

keluarnya. Disamping hepatosit, sel-sel fagositosis yang termasuk dalam system

retikulo endotelial juga terdapat dalam hati. Organ lain yang mengandung sel-sel

retikulo endoteliala dalah limpa, sum-sum tulang, kelenjar limfe dan paru-paru.

Dalam hati, sel-sel ini dinamakan selkupfer. Fungsi utama selkup fer adalah memakan

benda partikel (seperti bakteri) yang masuk kedalam hati lewat darah portal. Fungsi

metabolik hati:

a. Metabolisme glukosa

Setelah makan glukosa diambil dari darah vena porta oleh hati dan diubah menjadi

glikogen yang disimpan dalam hepatosit. Selanjutnya glikogen diubah kembali

menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan kedalam aliran darah untuk

mempertahankan kadarglukosa yang normal. Glukosa tambahan dapat disintesis

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

oleh hatilewat proses yang dinamakan glukoneogenesis. Untuk proses ini hati

menggunakan asam-asam amino hasil pemecahan protein atau laktat yang

diproduksi oleh otot yang bekerja.

b. Konversi ammonia

Penggunaan asam-asam amino untuk glukoneogenesis akan membentuk ammonia

sebagai hasil sampingan. Hati mengubah amonia yang dihasilkan oleh proses

metabolik ini menjadi ureum. Amonia yang diproduksi oleh bakteri dalam

intestinum juga akan dikeluarkan dari dalam darah portal untuk sintesisureum.

Dengan cara ini hati mengubah amonia yang merupakan toksin berbahaya menjadi

ureum yaitu senyawa yang dapat diekskresikan kedalam urin.

c. Metabolisme protein

Organ ini mensintesis hamper seluruh plasma protein termasuk albumin, faktor-

faktor pembekuan darah protein transport yang spesifik dan sebagian besar

lipoprotein plasma. Vitamin K diperlukan hati untuk mensintesis protombin dan

sebagian factor pembekuan lainnya. Asam-asam amino berfungsi sebagai unsure

pembangun bagi sintesis protein.

d. Metabolisme lemak

Asam-asam lemak dapat dipecah untuk memproduksi energi dan benda keton.

Benda keton merupakan senyawa-senyawa kecil yang dapat masuk kedalam aliran

darah dan menjadi sumber energy bagi otot serta jaringan tubuh lainnya.

Pemecahan asam lemak menjadi bahan keton terutama terjadi ketika ketersediaan

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

glukosa untuk metabolism sangat terbatas seperti pada kelaparan atau diabetes

yang tidak terkontrol.

e. Penyimpanan vitamin dan zatbesi

f. Metabolismeobat

Metabolisme umumnya menghilangkan aktivitasi obat tersebut meskipun pada

sebagian kasus, aktivasi obat dapat terjadi. Salah satu lintasan penting untuk

metabolism obat meliputi konjugasi (pengikatan) obat tersebut dengan sejumlah

senyawa, untuk membentuk substansi yang lebih larut. Hasil konjugasi tersebut

dapat diekskresikan kedalam feses atau urin sepertiekskresi bilirubin.

g. Pembentukan empedu

Empedu dibentuk oleh hepatosit dan dikumpulkan dalam kanalikulus serta saluran

empedu. Fungsi empedu adalah ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai

pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam-garam

empedu.

h. Ekskresi bilirubin

Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel-sel

pada sistemretikuloendotelial yang mencakup sel-sel kupferdarihati. Hepatosit

mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya

lewat konjugasi menjadi asamg lukuronat yang membuat bilirubin lebih dapat

larut didalam larutan yang encer. Bilirubin terkonjugasi diekskresikan oleh

hepatosit kedalam kanalikulus empedu didekatnya dan akhirnya dibawa dalam

empeduke duodenum. Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika

terdapat penyakit hati, bila aliran empedu terhalang atau bila terja dipenghancuran

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

sel-sel darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran empedu, bilirubin

tidak memasuki intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak terdapat

dalam urin

(Smeltzer & Bare, 2001).

3. ETIOLOGI
Etiologi sirosis hepatis belum secara pasti diketahui, namun beberapa faktor

penyebab yang diduga sebagai penyebab utama sirosis hepatis meliputi

a. Faktor keturunan dan malnutrisi

Kekurangan protein menjadi penyebab timbulnya sirosis hepatis. Hal ini

dikarenakan beberapa asam amino seperti metionin berpartisipasi dalam

metabolismee gugus metil yang berperan dalam mencegah perlemakan hati

dan sirosis hepatis.

b. Hepatitis virus

Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab

sirosis hati. Hepatitis virus yang telah menginfeksi sel hati semakin lama akan

berkembang menjadi sirosis hepatis

c. Penyakit Wilson

Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang

muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak dan

terdapat cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser

Fleischer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dari

seruloplasmin. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, mungkin ada

hubungannya dengan penimbunan tembaga dalam jaringan hati.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

d. Zat hepatotoksik

Beberapa zat kimia dan obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan

berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan

berupa sirosis hepatis. Zat hepatotoksik yang sering menyebabkan sirosis

hepatis adalah alkohol. Efek yang nyata dari etil alkohol adalah penimbunan

lemak dalam hati.

e. Hemokromatosis

Kelebihan zat besi juga akan semakin memperberat kerja hati sehingga hati

tidak dapat mengolah zat besi yang dapat diabsorbsi tubuh tetapi zat besi akan

tertimbun dalam jumlah banyak yang dapat menyebabkan sirosis hepatis

f. Sebab-sebab lain

a) Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak.

Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksia.

b) Obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis

biliaris primer.

c) Penyebab sirosis hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan sebagai sirosis

kriptogenik.

(Baradero, 2008)

4. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, sirosis hepatis diklasifikasikan menjadi 4 macam,

yaitu:

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

a. Sirosis Laennec.

Sirosis ini disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal sirosis

ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil dan

nodular.

b. Sirosis pasca nekrotik.

Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin biasanya berasal

dari hepatitis virus. Hepar mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa.

c. Sirosis bilier.

Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus koledukus

komunis (duktus sistikus).

d. Sirosis jantung.

Penyebabnya adalah gagal jantung kanan (gagal jantung kongestif).

(Baradero, 2008)

Berdasarkan stadiumnya, sirosis hepatis diklasifikasikan menjadi 2 macam,

yaitu :

1. Sirosis hepatis kompensata

Sirosis hepatis kompensata disebut juga sirosis hepatis stadium awal. Pada

sirosis hepatis kompensata, tubuh masih dapat mengkompensasi adanya kerusakan

dan fibrosis pada hati. Gejala sering tidak jelas dan seringkali ditemukan secara

kebetulan karena keluhan yang tidak khas. Sirosis baru dicurigai setelah

ditemukan hepatomegali atau splenomegali, spider nevi, dan eritema palmar. Pada

saat sirosis ini ditegakkan, varises esophagus sudah ditemukan pada 30%

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

penderita. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan USG dan pemeriksaan

laboratorium, bila tidak jelas dapat dilakukan biopsy hati.

2. Sirosis hepatis dekompensata

Sirosis hepatis dekompensata disebut juga sirosis hepatis stadium lanjut.

Gejala-gejala yang dirasakan lebih jelas. Penderita sering merasakan keluhan

muntah darah, asites, demam, dan icterus. Hepatosplenomegali sering ditemukan,

begitu pula dengan spider nevi dan eritema palmar. Pada saat diagnosis

ditegakkan, varises esophagus ditemukan pada 60% penderita. Pada sirosis hepatis

ini, dapat terjadi berbagai manifestasi ekstrahepatik, misalnya sindrom

hepatopulmonar, hipertensi hepatopulmonar, sindrom hepatorenal.

(Soemoharjo, 2008)

5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang muncul pada penderita sirosis hepatis tergantung pada

tingkat keparahan penyakit. Tanda dan gejala yang umum muncul meliputi:

a. Ikterus karena akumulasi bilirubin dalam darah.

b. Warna urin dan feses lebih gelap akibat bercampur dengan darah dan kadar

bilirubin yang tinggi.

c. Edema pada perut (asites) dan tungkai akibat hilangnya albumin dalam dalam dan

retensi garam dan air.

d. Pruritus akibat penumpukan bilirubin di bawah kulit.

e. Hepatomegali akibat perlemakan dan pengerasan pada hati, splenomegali akibat

penumpukan suplai darah pada spleen.


MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

f. Hipertensi portal akibat adanya peningkatan resistensi terhadap aliran darah

melalui hati.

g. Penurunan kesadaran akibat penumpukan zat toksik dalam otak dan berkurangnya

suplai oksigen.

h. Perdarahan saluran cerna bagian atas akibat hipertensi portal dan rapuhnya

pembuluh darah.

i. Spider nevi akibat peningkatan pigmentasi.

j. Eritema palmar akibat rapuhnya pembuluh darah sehingga mudah pecah.

k. Anoreksia akibat asites menekan gaster.

l. Kelelahan dan kelemahan akibat anemia.

m. Sesak nafas akibat asites menekan paru-paru.

n. Ginekomastia dan atrofi testis akibat gangguan metabolismee hormon.

6. KOMPLIKASI

Komplikasi sirosis hepatis yang dapat terjadi antara lain:

a. Perdarahan

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada

sirosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat

perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau hematemesis,

biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna

kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan

asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak duodeni.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

b. Koma hepatikum

Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak,

sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum

mempunyai gejala karakteristik yaitu kehilangan kesadaran penderita. Koma

hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Koma hepatikum primer disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan

fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolismee tidak dapat

berjalan dengan sempurna.

b) Koma hepatikum sekunder ditimbulkan bukan karena kerusakan hati

secara langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan,

akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia

nitrogen.

c. Ulkus peptikum

Timbulnya ulkus peptikum pada penderita sirosis hepatis lebih besar bila

dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan diantaranya

adalah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang

menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain adalah timbulnya defisiensi

makanan.

d. Karsinoma hepatoseluler

Kemungkinan timbulnya karsinoma pada sirosis hepatis terutama pada bentuk

postnekrotik adalah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah

menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang

multiple.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

e. Infeksi

Setiap penurunan kondisi badan akan mudah terkena infeksi, termasuk

penderita sirosis hepatis. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis,

diantaranya adalah peritonitis bacterial spontan, bronchopneumonia,

pneumonia, TBC paru-paru,glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis,

perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.

f. Sindrom hepatorenal

Sindrom inidiakibatkan oleh vasokonstriksi dari arteri ginjal besar dan kecil

sehingga menyebabkan menurunnya perfusi ginjal yang selanjutnya akan

menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Diagnose sindrom

hepatorenal ditegakkan ketika ditemukan cretinine clearance kurang dari 40

ml/menit atau saat serum 15 creatinine lebih dari 1,5 mg/dl, volume urin

kurang dari 500 mL/hari, dan sodium urin kurang dari 10 mEq/L.

g. Sindrom hepatopulmonal

Pada sindrom ini dapat timbul hidrotoraks dan hipertensi portopulmonal.

7. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya proses yang berlangsung terus mulai dari hepatitis virus

hingga sirosis hepatis belum jelas diketahui. Patogenesis yang mungkin terjadi yaitu

secara mekanis, imunologis, atau kombinasi keduanya.

1. Mekanis

Pada daerah hati yang mengalami nekrosis, kerangka retikulum lobulus hepar

yang mengalami kolaps akan berlaku sebagai kerangka untuk terjadinya

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

daerah parut yang luas. Dalam kerangka jaringan ikat ini, bagian parenkim

hati yang bertahan hidup berkembang menjadi nodul regenerasi.

2. Imunologis

Sirosis hepatis dikatakan dapat berkembang dari hepatitis akut jika melalui

proses hepatitis kronik aktif terlebih dahulu. Mekanisme imunologis

mempunyai peranan penting. Proses respon imunologis pada sejumlah kasus

tidak cukup untuk menyingkirkan virus atau hepatosit yang terinfeksi, dan sel

yang mengandung virus ini merupakan rangsangan untuk terjadinya proses

imunologis yang berlangsung terus sampai terjadi kerusakan sel hati. Faktor

genetik dan lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan sel hati dapat

menyebabkan sirosis melalui respon yang saling berhubungan, yaitu reaksi

sistem imun, peningkatan sintesis matriks dan abnormalitas perkembangan sel

hati yang tersisa. Perlukaan terhadap sel hati dapat menyebabkan kematian sel,

yang kemudian diikuti terjadinya jaringan parut (fibrosis) atau pembentukan

nodul regenerasi. Hal tersebut selanjutnya akan menyebabkan gangguan

fungsi hati, nekrosis sel hati dan hipertensi portal. Hipertensi portal

mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun

menurun. Hal ini meningkatkan aktivitas plasma renin sehingga aldosterone

juga meningkat. Dengan peningkatan aldosterone, maka terjadi retensi natrium

dan air yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan yang bermanifestasi

pada adanya edema dan asites.

Patofisiologi yang terjadi pada sirosis hati berdampak pada gangguan fungsi

hati dari fungsi normalnya, yaitu (Baradero, 2008):

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

Fungsi normal Gangguan fungsi


Mempertahankan Vena-vena gastrointestinal menyempit, terjadi
sirkulasi portal dan inflamasi hepar, fungsi gastrointestinal
gastrointestinal terganggu, sehingga menunjukkan tanda-tanda
gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Metabolisme Glikogenesis meningkat, glikogenolisis dan
karbohidrat glikoneogenesis meningkat yang menyebabkan
gangguan metabolisme glukosa.
Metabolisme lemak a. Sintesis asam lemak dan trigliserida
meningkat yang mengakibatkan hepar
berlemak yang akhirnya menjadi
hepatomegali.
b. Oksidasi asam lemak menurun menyebabkan
penurunan produksi energi sehingga berat
badan menurun.
Metabolisme protein a. Produksi albumin menurun mengakibatkan
penurunan tekanan osmotik koloid sehingga
menyebabkan edema dan asites.
b. Produksi faktor pembekuan darah menurun
yang mengakibatkan gangguan pembekuan
darah sehingga mudah mengalami
perdarahan dan anemia.
c. Sintesis protein secara umum menurun
sehingga mengganggu sistem imun dan
menyebabkan infeksi dan penyembuhan
melambat.
Detoksifikasi zat-zat a. Metabolisme steroid seks pria (estrogen,
endogen progesterone, dan testosterone) menurun,
sehingga mengakibatkan sifat-sifat kepriaan
menurun yang ditandai dengan ginekomastia
dan atrofi testis, sifat kewanitaan pada wanita
MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

menurun karena testosterone meningkat.


b. Metabolisme aldosterone yang menurun
mengakibatkan terjadinya retensi natrium
yang berakibat pada retensi air, edema dan
asites, serta ekskresi kalium dan hidrogen
meningkat dan mengakibatkan hipokalemia
dan alkalosis.
c. Metabolisme ammonia turun yang
mengakibatkan ammonia meningkat,
selanjutnya menimbulkan ensefalopati
hepatik, gangguan neurologis, yang akhirnya
mengganggu koordinasi otot, orientasi
menurun, ingatan menurun, disorientasi, dan
akhirnya koma.
d. Metabolisme obat-obatan menurun yang
mengakibatkan toksisitas obat dan efek
samping obat meningkat.
Metabolisme dan Penyimpanannnya menurun sehingga produksi
penyimpanan eritrosit menurun dan mengakibatkan anemia.
vitamin dan mineral
Produksi dan Obstruksi pengeluaran empedu mengakibatkan
ekskresi empedu absorpsi lemak menurun, sehingga absorpsi
vitamin K menurun. Akibatnya faktor-faktor
pembekuan darah menurun dan menimbulkan
perdarahan.
Metabolisme a. Bilirubin tak terkonjugasi meningkatkan
bilirubin yang menyebabkan ikterik dan pruritus.
b. Bilirubin terkonjugasi meningkat yang
menyebabkan peningkatan bilirubin dalam
urine, ikterik, dan pruritus.
(Baradero 2008)
MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

8. WOC

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan laboratorium
 Darah lengkap : hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht) dan sel darah

merah mungkin menurun karena perdarahan

 Kenaikan kadar serum glutamic oksaloasetic transaminase (SGOT)

dan serum glutamic piruvic transaminase (SGPT)

 Albumin serum menurun

 Hipokalemi dan hiponatremia (pada pemeriksaan kadar elektrolit)

 Pemanjangan masa protrombin

 Glukosa serum : hipoglikemi

 Fibrinogen menurun

 Blood urea nitrogen (BUN) meningkat

2) Pemeriksaan diagnostik

 Radiologi

 Esofagoskopi

 Ultrasonografi

 Sidikan hati

 Tomografi komputerisasi

 Endoscopie cholangio pancreatography

 Angiografi

 Pemeriksaan cairan asites

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

10. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien dengan sirosis hepatis dapat dilakukan sesuai

dengan kondisi yang dialami klien, yaitu:

1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang cukup dilakukan kontrol yang

teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP),

lemak secukupnya.

2. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui, seperti:

 Alkohol dan obat-obatan, dianjurkan menghentikan penggunaannya.

 Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung

besi/terapi kelas 1 (desferioxamine).

 Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid

3. Terapi terhadap komplikasi yang timbul

 Asites, diberikan diet rendah garam, bila perlu dikombinasikan dengan

furosemide.

 Perdarahan varises esofagus (hematemesis, melena)

a) Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk

mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung.

b) Bila perdarahan banyak, berikan dextrosa/salin dan transfusi darah

secukupnya.

 Ensefalopati

a) Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCl pada

hipokalemia.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

b) Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet

sesuai.

c) Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan

pada varises.

d) Pemberian antibiotik campisilin/sefalosporin pada keadaan infeksi

sistemik.

e) Transplantasi hati

 Peritonitis bakterial spontan dan penyakit infeksi lain, diberikan

antibiotik pilihan seperti cefotaxim,amoxicilin, aminoglikosida.

 Sindrom hepatorenal/nefropati hepatik, keseimbangan cairan dan

garam diatur dengan ketat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor register, diagnose medis.

b. Keluhan utama

biasanya pasien mengeluh mual, anoreksia, kaki bengkak, nyeri abdomen, dan

mudah memar.

c. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

sirosis hepatis terjadi karena berbagai penyebab sehingga perlu dikaji lebih

lanjut pola hidup/kebiasaan pasien yang erat kaitannya dengan terjadinya

sirosis hepatis.

b) Riwayat kesehatan dahulu

biasanya pasien dengan sirosis hepatis pernah mengalami penyakit

hepatitis, riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit lain yang erat

kaitannya dengan fungsi hati.

c) Riwayat kesehatan keluarga

d. Pola Gordon
a. Persepsi terhadap kesehatan – : Biasanya klie selalu memeriksakan
manajemen kesehatan kesehatannya ke puskesmas
ataupun kerumah sakit.
b. Pola aktivitas dan latihan : Biasanya aktivitas terganggu
c. Pola istirahat dan tidur : Biasanya tidur klien cukup
sebelum sakit dan untuk tidur
biasanya susah untuk tidur
d. Pola nutrisi : Biasanya pola makan terganggu
karena perut tidak menerima dan
terjadi mual dan muntah jika
makanan tersebut dimakan.
e. Pola eliminasi : Biasanya pola eliminasi tidak ada
terjadinya gangguan, normal
f. Pola kognitif – perceptual : Biasanya indra penciuman
perabaan tidak ada masalah
g. Pola konsep diri : Biasanya pada pasien ini konsep
dirinya terganggu karena
perubahan hidupnya
MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

h. Pola koping : Biasanya pasien stres terhadap


penyakitnya, serta biasanya pasien
metode yang digunakan adalah
berdo’a. Efek penyakit terhadap
tingkat stress pasien merasa cemas
karena memikirkan penyakitnya.
Ekspresi wajah pasien tampak
lemah.

i. Pola seksualitas – reproduksi : Biasanya Pasien tidak ada masalah


dengan pola seksualitas ini . Area
genitalia biasanya tidak ada
masalah.

j. Pola peran – hubungan : Biasanya klien ada yang


bekeluarga dan ada yang belum
berkeluarga. Peran hubungan nya
biasanya baik

k. Pola nilai dan kepercayaan : Biasanya pasien berdoa sesuai


dengan kepercayaan masing-
masing.

e. Pemeriksaan Fisik

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

Gambaran

Tanda Vital Biasanya normal

Tinggi badan Biasanya normal

Berat badan Berat badan biasanya menurun

LILA

Kepala :

Rambut Biasanya rambut beruban atau hitam dan tidak


rontok, rambut bersih dari ketombe dan tidak
ditemukan benjolan.
Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, diameter pupil tidak
normal, kesulitan untuk melihat objek ada, alis
mata simetris kiri dan kanan dan refleks cahaya
kadang-kadang ada kadang tidak

Hidung Biasanya hidung simetris, tidak terdapat cuping


hidung, tidak ada edemaan lesi, keadaan septum
ditengah serta sekret kadang-kadang ada atau tidak
ada.

Mulut Biasanya membran mukosa pucat

Telinga Biasanya simetris kiri dan kanan.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

Leher Biasanya leher tidak dapat pembengkakan, tidak


ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.

Dada I : biasanya pernapasan teratur, pergerakan rongga


dada simetris kiri dan kanan serta tidak ada retraksi
Paru
iga.

P: biasanya premitus kiri dan kanan sama

P:biasanya terdengar sonor

A:biasanya bunyi nafas vesikuler dan tidak


ditemukan bunyi tambahan

Jantung I : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

P : Biasanya ictus cordis teraba

P : Biasanya batas-batas jantung terdengar

A: Biasanya terdengar bunyi jantung beraturan


tanpa terdengar suara tambahan

Abdomen I: biasanya perut tampak buncit,acites

A: bising usus terdengar aau tidak

P: Biasanya perut teraba keras seperti papan

P: Biasanya terdengar pekak

Ekstremitas Biasaya ekstremitas atas dan bawah simetris,

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

biasanya odem padaekstermitas bawah.

Integumen Biasanya kulit pasien

neurologi Biasanya perubahan mental, bicara lambat/tidak


jelas, penurunan kesadaran

Payudara Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada


benjolan

Genitalia Biasanya Tidak ada kelainan

Rectal Biasanya tidak ada kelainan

f. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi (foto rontgen sinar X).

2. Pemeriksaan laboratorium (tes darah lengkap, tes faal hati,

pemeriksaan kadar elektrolit, tes faal ginjal, pemeriksaan cairan

ascites).

3. Pencitraan (MRI, CT scan, esofagoskopi, USG, angiografi, endoskopi)

2. DIAGNOSA

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

3. INTERVENSI
Diagnosa Rencana Keperawatan
keperawatan NOC NIC Aktifitas
Keperawatan
Ketidakefektif  Status pernafasan :  Manajem 1.buka jalan nafas
an pola nafas ventilasi en jalan dengan teknik chin
b.d penurunan - Frekuensi nafas lift atau jaw trust,
ekspansi paru pernafasan sebagaimana
- Irama pernafasan mestinya.
- Kedalaman 2. posisikan pasien
inspirasi untuk
- Kapasitas vital memaksimalkan
ventilasi
 Ventilasi mekanik 3.motivasi pasien,
- Kegelisahan untuk bernafas
- Kurang istirahat pelan, dalam dan
- Tingkat berputar
pernafasan 4. posisikan untuk
spontan meringankan sesak
- Irama pernafasan nafas
spontan 5. identifikasi
- Ketidaknyamanan kebutuhan aktual /
potensial pasien
untuk memasukkan
alat membuka jalan
nafas.

1.monitor
 Monitor kecepatan, irama,
pernafasa kedalaman dan

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

n kesulitan bernafas
2. monitor pola
nafas
3. monitor sekresi
pernfasan asien
4. monitor
kelelahan otot-otot
diapragma dengan
pergerakan
parasoksial
5. monitor suara
nafas tambahan
seperti ngorok, atau
mengi
6. berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan
(misalnya,
nebulizer)
7. posisikan pasien
miring ke samping
sesuai dengan
indikasi untuk
mencegah aspirasi.
Kerusakan Integritas jaringan : kulit Pengecekan kulit 1. periksa kulit dan
integritas kulit dan membran mukosa selaput lendir
b.d gangguan - Elastisitas terkait dengan
metabolisme - Wajah pucat adanya edema,
- Suhu kulit ektrim atau drainase
- Penebalan kulit 2. amati warna,
- Perfusi jaringan kehangatan,
MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

- Keringat bengkak, pulsasi,


tekstur, edema, dan
ulserasi pada
ekstremitas
3. monitor infeksi,
terutama darai
daerah edema
4 ajarkan anggota
keluarga mengenai
tanda-tanda
kerusakan mulit,
dengan tepat

Intoleransi  Toleransi terhadap Terapi aktivitas 1.pertimbangkan


aktivitas b.d aktifitas kemampuan klien
ketidakseimba - Saturasi oksigen dalam berpatisipasi
ngan antara ketika beraktivitas melalui aktifitas
suplai dan - Frekuensi nafas spesifik
kebutuhan ketika beraktifitas 2. bantu klien untuk
oksigen. - Frekuensi nadi mengekspolrasi
ketika beraktivitas tujuan personal dari
- Kekuatan tubuh aktifita-aktifitas
bagian atas yang biasa
- Kekuatan otot dilakukan
bagian bawah 3. bantu klien untuk
 Daya tahan tetap fokus pada
- Melakukan kekuatan
aktivitas rutin dibandingkan
- Konsentrasi dengan kelemahan
- Daya tahan otot 4. identifikasi
- Aktifitas fisik strategi untuk
MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

 Energi psikomotor meningkatkan


- Menunjukkan afek partisipasi terkait
yang sesuai dengan aktifitas
dengan situasi yang diinginkan
- Menunjukkan 5. intruksikan klien
konsentrasi dan keluarga untuk
- Menunjukkan mempertahankan
kemampuan untuk fungsi dan
menyelesaikan kesehatan terkait
tugas sehari-hari dengan peran dalam
beraktivitas
6. berikan pujian
positif karena
kesediaanya
7. bantu klien untuk
meningkatkan
motivasi diri dan
penguatan
8. monitor respon
emosi, fisik, sosial
dan spiritual
terhadap aktivitas.

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Praktek Profesi Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018/2019

DAFTAR PUSTAKA

Baradero. 2008. Klien gangguan hati : seri asuhan keperawatan. Jakarta : EGC

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses

penyakit. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan medical bedah 2.(Edisi 8).

Jakarta : EGC

Nanda international Inc. Diagnosis Keperawatan : definisi & klasifikasi 2015-2017, editor T.

Heather Herdman, Jakarta : EGC,2015

Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th edition, copy right 2013

Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition, copy right 2013

MUHYI URFANI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Anda mungkin juga menyukai