Anda di halaman 1dari 10

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

A. DEFINISI
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali
menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie Effendi, 1995).
Dengue Haemoragic Fever ( DHF ) merupakan suatu infeksi akut
yg disebabkan oleh adanya arbovirus (arthropodbom virus) & ditularkan
melalui gigitan dari nyamuk Aedes (Aedes albopictus & Aedes aegypti)
(ngastiyah, 2005).
DHF ( Dengue Haemoragic Fever ) Suatu penyakit infeksi yg
umumnya disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis yaitu
demam, nyeri otot & juga adanya nyeri sendi yang disertai dengan adanya
lekopenia, ruam, trombositopenia, limfadenopati, & diastesis haemoragic
(Suhendro, dkk, 2007).
Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit demam akut
yang umumnya di sebabkan oleh 4 type serotipe virus dengue & ditandai
dengan adanya 4 gejala klinis utama yakni demam yg tinggi, manifestasi
sebuah perdarahan, hepatomegali, dan beberapa tanda kegagalan sirkulasi
hingga timbulnya sebuah renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai
akibat dari adanya suatu kebocoran plasma yg dapat menyebabkan sebuah
kematian.(Abdul Rohim,dkk,2002)

B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam golongan
genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus ialah suatu virus
dengan diameter sekitar 30 mm yg terdiri dari asam aribonukleat
rantai tunggal dengan berat molekul mencapai 4 x 106. Terdapat 4
type serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
ygkeseluruhannya dapat menyebabkan terjadinya demam dengue. Ke
4 type serotipe ini bisa ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotipe terbanyak ditemukan (Suhendro, 2007). Virus
Dengue merupakan family flaviviridae dengan 4 serotipe ( DEN 1, 2,
3, 4 ). Yang terdiri dari genom RNA stranded yg dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan adanya asam nukleat untuk
bereplikasi, sehingga akan mengganggu pada proses sintesis protein
sel pejamu.
2. Vektor
Virus dengue dengan serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor yakni nyamuk aedes aegypti, aedes polynesiensis, nyamuk
aedes albopictus, dan beberapa spesies lain yg merupakan sebuah
vektor yg kurang berperan berperan. Infeksi yang di timbulkan dari
salah satu serotipe akan memunculkan adanya antibodi seumur hidup
pada serotipe yg bersangkutan namun tidak ada perlindungan terhadap
serotipe dari jenis yg lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000).
3. Host
Apabila seseorang mendapatkan sebuah infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan suatu imunisasi yg spesifik namun
tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk bisa terinfeksi
kembali pada virus dengue yg sama typenya atauupun virus dengue
dari type lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat saja terjadi
jika seseorang yg pernah memperoleh infeksi virus dengue type
tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau bisa
lebih. Misalnya terjadi pada bayi yg mendapat infeksi virus dengue
untuk pertama kalinya apabila ia telah mendapatkan sebuah imunitas
terhadap dengue dari ibunya melalui tali plasenta. (Soedarto, 1990 ;
38).
C. KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi (WHO, 1986) :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji
torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat
lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan
ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.

D. PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang
terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpha (splenomegali). (Tjokronegoro Arjatmo, Utama
Hendra, 1996). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor
yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

PATHWAYS

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan Lab, antara lain pemeriksaan darah dan urine serta
pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
 Ig G dengue positif
 Trombositopenia
 Hemoglobin meningkat > 20%
 Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
(Mansjoer, A. 2000)

F. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis,
sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28
mEg/l, Cl- 109 mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,
pernapasan). Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,
eukinin, dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter).
10. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).

G. DATA YANG DIKAJI


Data Subyektif :
 Lemah
 Panas/demam
 Sakit kepala
 Anoreksia (tidak nafsu makan) : mual, muntah, haus, sakit sakit
saat menelan.
 Nyeri ulu hati
 Nyeri pada otot dan sendi
 Pegal-pegal pada seluruh tubuh
 Konstipasi (sembelit)

Data Obyektif
 Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan (flushing)
 Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang-
kadang)
 Tampak bintik merah pada kulit (ptekie), uji torniquet positif,
epistaksis (perdarahan hidung), ekimosis, hematoma, hematemesis,
melena
 Hiperemia pada tenggorokan
 Nyeri tekan pada epigastrik
 Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
 Pada renjatan (derajat IV) : nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses penyakit
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No NOC NIC
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan NIC - Thermoregulation
keperawatan selama 3x24 jam, pasien 0800
dengan hipertermi diharapkan dapat Monitor suhu maksimal 4
teratasi dengan kriteria hasil : jam sekali
NOC - Temperature Regulation Monitor TTV
3900 (TD,N.Suhu,RR)
Suhu dalam rentang normal (36- Monitor intake dan output
37) cairan.
Nadi dan RR dalam rentang normal Selimuti pasien
(nadi 60-100x/menit.RR:16- Tingkatkan sirkulasi udara
24X/Menit) Catat adanya fluktasi
Tidak ada perubahan warna tekanan darah
kulit,dan tidak pusing tidak merasa
mual

2 Setelah dilakukan tindakan NIC - Nutrition Management


keperawatan selama 3x24 jam, pasien Catat status nutrisi pasien
dengan ketidakseimbangan nutrisi pada penerimaan,catat turgor
kurang dari kebutuhan tubuh kulit.BB,Intergritas mukosa
diharapkan dapat teratasi dengan oral,kemampuan
kriteria hasil : menelan,riwayat
NOC - Nutritional Status (status mual/muntah/diare
nutrisi) : Pastikan pola diet biasa
Intake nutrisi meningkat sesuai pasien
dengan diit Awasi masukan dan
Intake makanan dan pengeluaran nutrisi dan BAB
cairan meningkat sesuai dengan diet secara periodik
Menunjukkan perubahan Selidiki adanya anoreksia
prilaku/pola hidup untuk
menigkatkan/mempertahankan BB.

3 Setelah dilakukan tindakan Fluid Management :


keperawatan selama 3x24 jam, pasien Monitor BB setiap hari
dengan resiko kekurangan volume Set tetesan infus permenit
cairan diharapkan dapat teratasi Tingkatkan oral intake
dengan kriteria hasil : Monitor hasil lab yang
Balance Fluid: relevan (BUN, HMT, albumin)
Tekanan darah dalam batas normal Monitor status hemodinamik
Intake output 24 jam seimbang Monitor TTV
Tidak ada suara nafas tambahan Monitor tanda dan gejala
Tidak ada asites retensi cairan
Tidak ada edema Berikan diet
Tidak gelisahh/cemas
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC
Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi.
Jakarta : Insan Utama.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC

Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC

Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI
Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC)
Fourth Edition. United State of America : Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

Oleh:
Romiyati, Amd. Kep

Rumah Sakit Umum An Ni’mah Wangon


Jl. Raya Klapagading Kulon – Wangon 53176
Banyumas – Jawa Tengah
2018

Anda mungkin juga menyukai