Anda di halaman 1dari 12

KOMPETENSI SOSIAL GURU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada Pasal 4
ayat 1, menyatakan “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai cultural, dan kemajuan bangsa”. Pernyataan ini menunjukan bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, tidak dapat diurus
dengan paradigma birokratik. Karena jika paradigma birokratik yang dikedepankan,
tentu ruang kreatifitas dan inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya
pada satuan pendidikan sesuai semangat UUSPN 2003 tersebut tidak akan terpenuhi.
Penyelenggaraan pendidikan secara demokratis khususnya dalam memberi
layanan belajar kepada peserta didik mengandung dimensi social, oleh karena itu
dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik mengedepankan sentuhan social.
Standar kompetensi merupakan sebuah terobosan yang dikeluarkan oleh
kementrian pendidikan dan kebudayaan yang berusaha untuk memberikan gambaran
mengenai hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berujung untuk
meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan
keprofesionalitasan guru atau pembimbing.
Dan hal ini telah tercantum dalam undang-undang guru dan dosen yang
menyebutkan bahwasanya seorang guru harus memiliki 4 kemampuan atau
kompetensi diantaranya kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian,
bahkan ada rumusan yang lebih banyak lagi dengan menambahkan dengan
kompetensi leadership yang tentunya bagi kita mahasiswa jurusan keguruan haruslah
dapat memahami dan memiliki kelima kompetensi tersebut sebelum kita benar-benar
menjadi seorang pendidik.
Bagaimana kompetensi-kompetensi tersebut dijelaskan, dalam makalah ini
penyusun akan mengulas dan menjelaskan salah satu kompetensi tersebut yaitu
kompetensi social.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kompetensi sosial?
2. Apa pentingnya kompetensi guru?
3. Apa aspek-aspek kompetensi sosial guru?
4. Apa saja indikator kompetensi sosial guru?
5. Bagaimana karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial?
6. Apa peran guru di masyarakat?
7. Bagaimana cara mengembangkan kompetensi sosial guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kompetensi sosial.
2. Mengetahui pentingnya kompetensi sosial guru.
3. Mengetahui aspek-aspek kompetensi sosial guru.
4. Mengetahui indikator-indikator kompetensi sosial guru.
5. Mengetahui karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial.
6. Mengetahui peran guru di masyarakat.
7. Mengetahui cara mengembangkan kompetensi sosial guru.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Sosial


Menurut Buchari Alma (2008:142), kompetensi sosial adalah kemampuan guru
dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah.[1] Seorang guru harus berusaha mengembangkan
komunikasi dengan orang tua peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah
yang berkelanjutan. Dengan adanya komunikasi dua arah, peserta didik dapat
dipantau secara lebih baik dan dapat mengembangkan karakternya secara lebih efektif
pula.
Sedangkan menurut Spencer dan Spencer, kompetensi social adalah karakter
sikap dan peilaku atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul
kerja sama dengan orang lain yang relative bersifat stabil ketika menghadapi
permasalahan di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep
diri, motivasi internal serta kapasitas oengetahuan social.[2]
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar[3]. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang
guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
dan orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi sosial di atas, dapat disimpulkan
bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran
serta masyarakat sekitar.

B. Pentingnya Kompetensi Sosial


Kompetensi social terkait dengan kemampuan guru sebagai mahluk social dalam
berinteraksi dengan orang lain. Sebagai mahluk social guru berperilaku santun,
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan
menarik dengan peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana
pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.
Kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan social guru tampak ketika
bergaul dan melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan
kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.[4]
Al-Ghazali memandang bahwasanya guru mengemban tugas sosiopolitik yaitu
guru memiliki tugas untuk membangun, memimpin dan menjadi teladan yang
menegakan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan masyarakat Oleh
karena itu seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin[5]. Berkenaan dengan tanggung
jawab guru harus mempertanggung jawabkan segala tindakanya dalam pembelajaran
di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat, berkaitan dengan wibawa seorang
guru harus dapat mengambil keputusan secara mandiri terutama dalam berbagai hal
yang berkaitan dengan pembelajaran, serta bertindak sesuia dengan kondisi peserta
didik dan lingkunganya.
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki
kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian
sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya.
Ungkapan yang sering digunakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan
ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa
dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Untuk
itu, guru haruslah mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat
tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Apabila ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka haruslah
ia menyikapinya dengan hal yang tepat sehingga tidak terjadi benturan nilai antara
guru dengan masyarakat. Apabila terjadi benturan antara keduanya maka akan
berakibat pada terganggunya proses pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru
haruslah memiliki kompetensi sosial agar nantinya apabila terjadi perbedaan nilai
dengan masyarakat, ia dapat menyelesaikannya dengan baik sehingga tidak
menghambat proses pendidikan.[6]

C. Aspek-Aspek Kompetensi Sosial


Gullotta dkk (1990) mengemukakan beberapa aspek kompetensi sosial, yaitu[7]:
1. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan sosial dalam
menjalin dan menjaga hubungan interpersonal positif. Kapasitas kognitif meliputi
harga diri yang positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial,
dan keterampilan memecahkan masalah interpersonal.
2. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan privasi. Kebutuhan
sosialisasi merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan
menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan kebutuhan privasi adalah keinginan
untuk menjadi individu yang unik, berbeda, dan bebas melakukan tindakan tanpa
pengaruh orang lain.
3. Keterampilan sosial dengan teman sebaya, merupakan kecakapan individu dalam
menjalin hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok.

D. Indikator Kompetensi Sosial


Kompetensi social menurut Slamet PH (2006) terdiri dari Sub-Kompetensi:[8]
1. Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memilikikemampuan
mengelola konflik dan benturan.
2. Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya.
3. Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis, dan lincah.
4. Melaksanakan kominikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif dan
menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orangtua peserta didik dengan
kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki peran dan tanggungjawab
terhadap kemajuan pembelajaran.
5. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan lingkungan
yang berpengaruh terhadap tugasnya.
6. Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dalam system nilai yang berlaku di
masyarakat sekitarnya.
7. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya: partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, penegakan hokum, dan profesionalisme).
Pada kompetensi social masyarakat adalah perangkat perilaku yang merupakan
dasar bagi pemahaman diridengan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan
social serta tercapainya interaksi social secara objektif dan efisien. Ini merupakan
penghargaan guru di masyarakat, sehingga mereka mendapatkan kepuasan diri dan
menghasilkan kerja yang nyata dan efisien, terutama dalam pendidikan nasional.
Kompetensi social mencakup perangkat perilaku yang menyangkut:
a. Kemampuan interaktif; yaitu kemampuan yang menunjang efektifitas interaksi
dengan orang lain seperti keterampilan ekspresi diri, berbicara efektif, memahami
pengaruh orang lain terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lai, mencapai rasa
aman bersama orang lain.
b. Ketrampilan memecahkan masalah kehidupan, seperti mengatur waktu, uang,
kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan dan sebagainya.
Dari sub-ranah diatas, dijabarkan menjadi indicator-indikator untuk menilai
kemampuan social guru, yaitu:[9]
1. Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame pendidik.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan tenanga kependidikan
4. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/ wali peserta
didik.
5. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif masyarakat sekitar.
6. Menguasasi langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/ materi bidang studi.
Menurut Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat empat indikator
untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu:[10]
1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin,agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
Dengan demikian, indicator kemampuan social guru adalah mampu
berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, orang tua dan wali murid, masyarakat dan lingkungan sekitar, dan
mampu mengembangkan jaringan.

E. Karakteristik Guru yang Memiliki Kompetensi Sosial


Menurut Musaheri, ada dua karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial,
yaitu[11]:
1. Berkomunikasi secara santun
Les Giblin menawarkan lima cara terampil dalam melakukan komunikasi dengan
santun, yaitu:
a. Ketahuilah apa yang ingin anda katakana
b. Katakanlah dan duduklah
c. Pandanglah pendengar
d. Bicarakan apa yang menarik minat pendengar
e. Janganlah membuat sebuah pidato.
2. Bergaul secara efektif
Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan secara efektif
dengan siswa. Dalam bergaul dengan siswa, haruslah menggunakan prinsip saling
menghormati, mengasah, mengasuh dan mengasihi.
Ada 7 kompetensi sosial yang harus dimiliki agar guru dapat berkomunikasi
dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat, yakni[12]:
1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
4. Memiliki pengetahuan tentang estetika.
5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

F. Peran Guru di Masyarakat


Guru merupakan kunci penting dalam menjalin hubungan antara sekolah dengan
masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan
beberapa hal sebagai berikut[13]:
1. Membantu sekolah dalam melaksanakan tekhnik-tekhnik hubungan sekolah dan
masyarakat.
2. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat karena pada dasarnya guru adalah
tokoh milik masyarakat.
3. Guru merupakan teladan bagi masyarakat sehingga ia harus melaksanakan kode
etiknya.
Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai Petugas Kemasyarakatan
Guru memegang peranan sebagai wakil masyarakat yang representatif sehingga
jabatan guru sekaligus merupakan jabatan kemasyarakatan. Guru bertugas membina
masyarakat agar mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Guru sebagai Teladan di Masyarakat
Dalam kedudukan ini, guru tidak lagi dipandang sebagai pengajar di kelas, akan
tetapi diharapkan pula tampil sebagai pendidik di masyarakat yang seyogyanya
memberikan teladan yang baik kepada masyarakat.
3. Guru Memiliki Tanggungjawab Sosial
Peranan guru di sekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pembelajaran,
akan tetapi harus memikul tanggungjawab yang lebih besar, yakni bekerjasama
dengan pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu,
guru harus lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah.

G. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru


Kemasan pengembangan kompetensi sosial untuk guru, calon guru (mahasiswa
keguruan), dan siswa tentu berbeda. Kemasan itu harus memerhatikan karakteristik
masing-masing, baik yang berkaitan dengan aspek psikologis maupun sistem yang
mendukungnya. Untuk mengembangkan kompetensi sosial seorang pendidik, kita
perlu tahu target atau dimensi-dimensi kompetensi ini. Beberapa dimensi ini,
misalnya, dapat kita saring dari konsep life skills. Dari 35 life skills atau kecerdasan
hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial,
yaitu[14]:
1. Kerja tim 9. Toleransi
2. Melihat peluang 10. Solusi konflik
3. Peran dalam kegiatan kelompok 11. Meneria perbedaan
4. Tanggung jawab sebagai warga 12. Kerjasama
5. Kepemimpinan 13. Komunikasi
6. Relawan sosial 14. Berempati
7. Kedewasaan dalam berelasi 15. Berbagi
8. Kepedulian kepada sesame
Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik. Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan
dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan
masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah
antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung
ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode
pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat mengembangkan
kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang
peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut memecahkan berbagai
permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan dalam
RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar.
Dalam kompetensi sosial ini terdapat sub kompetensi, diantaranya adalah:
seorang guru harus mampu bergaul secara efektif dengan peserta didik, mampu
begaul secara efektif dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang lain, dan yang
terakhir adalah mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitanya.
Seorang guru yang memiliki kompetensi sosial akan diterima baik di
lingkungan masyarakat sekitar. Hal tersebut terjadi karena dengan penguasaan
kompetensi sosial bagi guru, maka ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan
masyarakat, dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan
masyarakat dimana ia bertugas, serta mampu mengatasi masalah sosial yang timbul di
masyarakat. Seorang guru juga menjadi teladan bagi masyarakat. Oleh sebab itu
kompetensi sosial perlu dimiliki oleh setiap guru agar nantinya ia mampu beradaptasi
dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Apabila guru bisa beradaptasi dengan baik
dan tidak ada pertentangan di dalam masyarakat, maka tujuan pendidikan pun akan
mudah untuk dicapai.
Kelima belas kecerdasan hidup dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik. Topik-topik tersebut dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang
dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan
kehidupan masyarakat kita.
Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain:
diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke
masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode
pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat mengembangkan
kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang
peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut memecahkan berbagai
permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
[1] Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter: Strategi Membangun Kompetensi
dan Karakter Guru, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), hal 124.
[2] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama,
2013)., hal 225
[3] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hal 173.
[4] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm 38
[5] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), hal 174.
[6] Ibid.
[7] Afdhol Abdul Manaf, Kompetensi Sosial Guru,
http://afdholhanaf.blogspot.com/2013/09/ kompetensi-sosial-guru-oleh-
afdhol_24.html, diakses tanggal 11 Oktober 2014, pukul 13.20 WIB
[8] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm 38
[9] Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung:
Alfabeta, 2013). hlm. 27.
[10] Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
[11] Afdhol Abdul Manaf, Kompetensi Sosial Guru,
http://afdholhanaf.blogspot.com/2013/09/ kompetensi-sosial-guru-oleh-
afdhol_24.html, diakses tanggal 11 Oktober 2014, pukul 13.20 WIB
[12] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), hal 176.
[13] Ibid, hal 175.
[14] Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com

Anda mungkin juga menyukai