Anda di halaman 1dari 36

PENIRISAN TAMBANG

I. PENDAHULUAN
II. SISTEM HIDROLOGI
III. IKLIM DAN CUACA
a. Metode Pehitungan curah hujan
IV. MEKANIKA TANAH
V. METODE PENIRISAN (DEWATERING)
a. Open Pump
b. Alur Dangkal
c. Predrain
d. Metode Cut off
e. Metode Elektrolisis
VI. SISTEM POMPA
VII. PERENCANAAN PROSES DEWATERING
a. Dewatering Well
b. Submersible Pump
c. Setlement Pond
d. Sump Pump
e. Stand Pipe Pizometer
f. Stand Pipe Inclinometer
VIII. UJI PEMOMPAAN
IX. SUMUR UJI
X.
PENIRISAN TAMBANG

I. PENDAHULUAN

Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah selama Konstruksi


berlangsung selain itu juga diperuntukkan pencegahan kelongsoran akibat
adanya aliran tanah pada galian atau bisa dipaparkan sebagai proses
pemisahan antara cairan dengan padatan.

Proses dewatering tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap,
yaitu dengan jalan :

1. Thickening, Yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan


cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral
tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu
(% solid = 50%)
2. Filtrasi, Adalah merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan
jalan
menyaring (dengan filter) sehingga didapat solid factor sama dengan empat (%
solid = 100%).
3. Drying, Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan
pemanasan,
sehingga padatan itu betul-betul bebas dari cairan atau kering (% solid = 100%).

Tujuan diadakannya proses dewatering antara lain adalah untuk:


1. Mencegah rembesan
2. Memperbaiki kestabilan tanah
3. Mencegah pengembungan tanah
4. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar
5. Pengeringan lubang galian
6. Mengurangi tekanan lateral

Selain itu, terdapat faktor penentu dalam pemilihan dewatering antara lain:
1. Sifat tanah
2. Air tanah
3. Ukuran dan dalam galian
4. Daya dukung tanah
5. Kedalam dan tipe pondasi
6. Design dan fungsi dari struktur
7. Rencana pekerjaan
Keuntungan dan kerugian dilakukannya proses Dewatering:

Keuntungan :
1. Muka air tanah turun
2. Longsor kurang
3. Lereng lebih curam
4. Tekan tanah berkurang

Kerugian :
1. Mata air sekeliling turun
2. Permukaan tanah turun

Jenis dewatering dilihat dari waktu dan kegunaannya dapat dikelompokkan


menjadi :
1. Dewatering sementara
2. Dewatering tetap/sementara

Metode dewatering
1. Metode pemompaan terbuka
2. Metode alur dangkal
3. Metode predrainase
4. Metode cut off
5. Metode osmose elektries

II. SISTEM HIDROLOGI

PENGERTIAN AIR TANAH

Menurut Herlambang air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat
didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air
tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil,
sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti
lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air
disebut akuifer. Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal),
dari titik /daerah imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga
membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan
tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali secara
alami di titik/daerah luah (discahrge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air,
topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer.

Jika jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah
rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta
pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi
demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation) , dan penambangan air tanah
terjadi.

Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang
selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke
atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan
membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan
penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat
dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-
komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis
batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada
di permukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap
aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi
terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

Pengertian Hidrologi

Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi
menjadi lebih jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas
maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap
lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.

Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas.
Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:

1. asal mula dan proses terjadinya air


2. pergerakan dan penyebaran air
3. sifat-sifat air
4. keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di
alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-
perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan
di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain
sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam
atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam
jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai
empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau
mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan
curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.

Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi
dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Akibat panas yang bersumber pada matahari, maka terjadilah:

1. Evaporasi yaitu penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan
permukaan tanah.
2. Transpirasi yaitu penguapan dari permukaan tanaman.

Uap air hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian
beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang
diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun. Air
hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya
sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi istilah intersepsi. Besarnya
intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi
biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-
hujan berikutnya.
Air hujan yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah),
sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor) kemudian terkumpul
pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.

Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub
surface flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang menjadi
bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air soil.

Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya
akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah (ground water
flow) akan menjadi sesuai dengan hokum-hukum fisika. Air yang mengalir itu pada
suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut menjadi
depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/cekungan), saluran
dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah.

Gambar siklus hidrologi

Sirkulasi air yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan
kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju
(sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi
dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi
oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.


kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh
sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk
melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang
sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke
angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya
15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang
paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses
semuanya itu disebut Evapotranspirasi.

Gambar evepotransportasi
INFILTRASI; Pergerakan air kedalam tanah melalui celah-celah atau pori-pori tanah
ataupun batuan menuju muka air tanah.

Air dapat bergerak akibat aksi kapiler dan air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air
permukaan.

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona
jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air
permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration)
dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan
menjadi air tanah.

Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air
permukaan, demikian sebaliknya.

Infiltrasi system
III. IKLIM DAN CUACa
a. Metode Pehitungan curah hujan

A. CURAH HUJAN
Curah hujan atau presipitasi merupakan elemen dari hidrometeor, yaitu kumpulan
partikel-partikel cair atau padat yang jatuh atau melayang di dalam atmosfer yang
merupakan hasil dari proses kondensasi uap air di udara (awan). Intensitas curah
hujan merupakan fungsi dari besarnya curah hujan yang terjadi dan berbanding
terbalik dengan waktu kejadiannya. Artinya besarnya curah hujan yang terjadi akan
semakin tinggi intensitasnya bila terjadi pada periode waktu yang semakin singkat,
demikian pula sebaliknya atau dapat di sajikat dalam bentuk persamaan :
I = P. t
-1
,
Dimana : I : intensitas curah hujan
P : Presipitasi / jumlah curah hujan; dan
t : periode waktu
Secara definisi satuan milimeter dalam pengukuran curah hujan adalah banyaknya
curah hujan yang tertampung pada luasan 1 m2 dengan ketinggian 1 milimeter. Hal
ini berarti bahwa dalam 1 m2 dapat tertampung volume curah hujan sebanyak 1 dm

atau 1 liter. Maka untuk suatu wilayah dengan luas 1 Ha dengan asumsi terjadi hujan
merata dengan intensitas 1 mm maka akan terkumpul volume air sebanyak 10 m
dan bertambah seiring dengan semakin luas dan atau semakin banyaknya curah hujan
yang jatuh dan akan menuju ke suatu tempat yang lebih rendah.
Ada perbedaan jenis dan sifat hujan yang terjadi pada saat musim hujan dan musim

FASE PERTUMBUHAN CUMULUS


Pada saat periode musim hujan, pertumbuhan awan yang terbentuk pada umumnya
merupakan hasil dari proses adveksi, dimana jenis awan-awan yang terbentuk adalah
awan menengah (2.000-6.000 m) atau stratiform dengan pertumbuhan horizontal
luas dan merata. Biasanya curah hujan dari jenis awan ini awal dan akhir
kejadiannya tampak jelas, merata dan berlangsung lama (> 2 jam). Sedangkan pada
saat periode musim kemarau, pertumbuhan awan terbentuk dari proses konveksi atau
kenaikan massa udara secara vertikal dan menghasilkan jenis awan rendah

cumuloform, dengan dasar awan yang terlihat jelas ( 300 m) dan tinggi menjulang
seperti gumpalan. Awal dan akhir hujan tidak jelas karena terjadi secara tiba-tiba (< 1
jam) dengan intensitas yang tinggi dan dengan diameter titik air yang lebih besar
sehingga terkadang terpaannya dapat dirasakan memerihkan wajah. Dalam
pertumbuhannya, awan rendah cumuloform atau Cumumus Nimbus (Cb) mengalami 3
fase pertumbuhan, yaitu :
1. Fase tumbuh (tingkat Cumulus)
Pada tinngkat cumulus terdapat arus udara naik (up draft) di dalam awan dengan
kecepatan antara 1-2 m/dt di dekat dasar awan, dan lebih dari 10 m/dt di bawah puncak
awan. Puncak awan pada fase cumulus ini kadang-kadang terlihat sebagai deretan
tower-tower yang menjulang.

2. Fase dewasa
Fase dewasa dimulai apabila presipitasi mencapai permukaan tanah, dimana di dalam
awan terjadi up draft dan down draft secara bersamaan dan di dasar awan cumuloform
ini (Cb) biasanya diiringi ole terjadinya terdapat lepasan listrik udara (petir) dan arus
angin secara mendadak yang disebut squall dengan kecepatan lebih dari 10m/dt yang
dapat menyebabkan kerusakan di daerah permukaan.

3. Fase punah
Fase punah terjadi bila di dalam awan telah melemah/hilangnya up draft, yang
mengakibatkan turunnya daerah puncak awan dan mulai meleburnya daerah dasar
awan sehingga terlihat lebih tinggi dan merata.

Analisis Curah Hujan


Analisis curah hujan merupakan bagian dari hidrologi yang berarti suatu rangkaian
proses pengolahan data (curah hujan) diawali dengan suatu proses identifikasi kondisi
meteorologi, stasiun penakar atau pengukur, analisa data tercatat secara kualitas dan
kuantitas yang dilanjutkan dengan perhitungan distribusi frekuensi yang dipilih dan
selanjutnya didapat suatu nilai intensitas curah hujan untuk periode ulang tertentu
(Soemarto, 1995)

Curah hujan yang turun pada daerah studi di catat atau diukur pada stasiun-stasiun
pengamatan merupakan curah pada titik-ritik tertentu (point rain fall) dan harus di ubah
menjadi curah hujan areal atau rata-rata. Menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada
suatu areal studi, yang sering digunakan ada 3 (tiga) cara yaitu cara tinggi rata-rata
(arithmetic mean), cara Polygon Thiessen dan cara garis ishoyet. Penulis hanya
menggunakan cara Polygon Thiessen untuk menentukan curah hujan rata-rata di areal
studi (rerata), sebagai berikut:

Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average) yang memberikan bobot tertentu
untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap mewakili
hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut merupakan factor koreksi
(correction factor) bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.

Luas masing-masing daerah tersebut diperoleh dengan cara berikut masing-masing


penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-
garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung diantara dua buah pos penakar.

Gambar 21 Daerah Pengaruh Metode Polygon Thiessen

Misalnya Al adalah luas daerah pengaruh pos 1, A2 luas daerah pengaruh pos penakar 2
dan seterusnya. Jumlah A1+A2+....An = A adalah jumlah luas seluruh areal yang dicari
tinggi curah hujan rata-ratanya. Jika pos penakar 1 menakar tinggi hujan dl, pos penakar
2 menakar d2 dan pos penakar n menakar dn, maka:

A1 d 1  A2 d 2  ...........  AN d N
d
A1  A2  A3 .........  AN

N
A1 d 1 N A1 d 1
 
N 1 Ai N 1 A

Cara ini memberikan koreksi yang lebih terhadap kedalaman hujan sebagai
fungsi luas daerah yang dianggap diwakilidibandingkan dengan cara rata-rata al
jabar (Soewarno, 1995).

3.2.1 Analisis Hidrologi


1. Curah hujan daerah
Curah hujan daerah harian maksimum tahunan dihitung dengan menggunakan data
dari 3 stasiun pengamat curah hujan yang ada, Perhitungan ini dilakukan dengan metode
Polygon Thiessen
Untuk mendapatkan curah hujan maksimum harian rata-rata dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. menentukan di salah satu pos hujan saat terjadi curah hujan harian maksimum
2. mencari besamya curah hujan pada tanggal yang sama untuk stasiun yang lain
3. menghitung rata-rata hujan dengan metode Thiessen (Persamaan 1 s.d 2)
4. menghitung curah hujan maksimum rata-rata (seperti langkah 1) pada tahun yang sama
untuk pos lain
5. mengulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun
6. mengambil salah satu data tertinggi pada setiap tahu dari data Thiessen
7. data curah hujan yang terpilih ini merupakan basin rainfall

2. Curah hujan perencanaan


Untuk menghitung besamya curah hujan perencanaan adalah sebagai berikut:
1. menganalisis data curah hujan dengan analisis statistik dengan menggunakan Distribusi
Gumbel dan Distribusi Log Pearson III
Distribusi Gumbel :
 Hitung nilai rerata dengan persamaan
1 n 
X    Xi 
n  i 1 

 Hitung nilai standar deviasi dengan persamaan:

 Xi  X 
n
2

S i 1

n 1
 Hitung reduse variant
  Tr  1  
Yt   ln  ln   
  Tr  
 Hitung faktor frekuensi
Yt  Yn
K
Sn
 Hitung Xt (nilai curah hujan) dengan persamaan:
Xt  X  S .K
Distribusi Log Person Type III
 Hitung nilai rerata dengan persamaan:

log X 
1
log Xt 
n
 Hitung standar deviasi dengan persamaan

S 
log Xi  log X  2

n 1
 Hitung koefisien kepercayaan dengan persamaan

Cs  n
n
log Xi  log X  3

i 1 (n  1)( n  2)( n  3)

 Hitung logaritma Xt dengan persamaan

Log Xt  log X  K .S

 Hitung anti logaritma Xt (nilai curah hujan rencana) dengan persamaan


Xt  anti log x
2. menentukan jenis distribusi yang digunakan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat
G
(Oi  Ei) 2
Xn2  
i 1 Ei
3. menghitung curah hujan perencanaan berdasarkan distribusi yang terpilih

3. Analisis Debit banjir Perencanaan


Untuk menganalisis debit banjir perencanaan digunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu, dengan parameter sebagai berikut:
o Intensitas curah hujan
Dihitung dengan menggunakan persamaan Mononobe
23
R  24 
R f  24  
24  T 
23
R  24 
R f  24  
24  T 
RT  T .R f  (T  1).RT 1

o Curah Hujan Efektif


untuk menghitung curah hujan efektifadalah sebagai berikut:
1. menentukan jenis koefisien pengaliran
2. menghitung curah hujan efektif menggunakan Persamaan
RN  f .R
o Hidrograf satuan
Dianalisis menggunakan Persamaan
 Persamaan Umum Hidrograph Nakayasu
1 Ro
QP  x Ax
36 0.3Tp  T0.3
 Untuk 0 < t < Tp

 t 
Qd  QP *   2, 4
 Tp 
 Untuk Tp < t < (Tp + T0,3)
t Tp

Qq  QP x 0.3 T0.3

 Untuk (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2.5 T0.5)


t Tp 0.5T0.3

Qd  QP x 0.3 1,5T0.3

 Untuk t > (Tp + 2,5 T0,3)


t Tp 1.5T0.3

Qd  Qp x 0,3 2T0.3

IV. MEKANIKA TANAH

V. MACAM-MACAM PENIRISAN TAMBANG TERBUKA

1. Mine Drainage
Upaya utk mencegah aliran air msk ke lokasi penggalian. Hal ini umumnya dilakukan utk
penanganan air tnh dan air dr sumber air perm.

a. Metode Siemen

Pd tiap jenjang (bench) dr kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran 8 inch, disetiap pipa tsb
dibag ujung bwh dibor lb2 (perporasi), dimana pipa berlb2 berhub dgn air tnh, shg di pipa bag
bwh akan terkumpul air yg selanjutnya dibuang.

- Sistem Ring

Dibuat bbrp sumur dlm suatu daerah penggalian ta, dimana sumur2 tsb membtk suatu rangkaian
yg teratur dan kmd sumur2 tadi dirangkai 1 dgn lain oleh suatu pipa induk yg dilengkapi pompa.

- Sistem Stagered Ring

Menurut teori tek atmosfer dpt menghisap air dgn kedlmn 10,33 m ttp krn ada hambatan (rugi
gesekan) pd system pompa, mk maks hisapan adl 6-7 m. Utk menghisap air pd kedalaman yg
lebih dlm mk digunakan bbrp thp pemompaan. Cara ini adl gabungan dr bbrp cara system ring
dgn tuj mendpt hsl pompa maks.

b. Metode Elektro Osmosis

Bilamana lap tnh terdiri dr tnh lempung, mk pekerjaan pemompaan akan susah dilakukan krn ada
sifat kapilaritas yg terdpt pd jenis tnh lempungan. Met ini menggunakan batang anoda serta
katoda, bilamana elemen2 dialiri listrik mk air pori yg terkandung dlm bat akan mengalir menuju
katoda (lb sumur) yg kemudian terkumpul dan dipompa keluar.

c. Metode Pemotongan/ Penggalian Air Tnh

Utk mengamati kondisi air tnh dimana lap tanah digali hingga sebatas akuifer. Dgn terpotongnya
aliran air tnh ini mk daerah hilir akan mjd tidak kedap air / dgn cara disemen.

d. Met Kombinasi dg Lb Bukaan Bwh Tnh

Dgn cara membuat lb bukaan mendatar didlm tnh guna menampung aliran air dr perm. Bbrp lb
sumur atau 1 lb sumur dibuat utk menyalurkan air perm ke dlm terowongan bwh tnh tsb. Cara ini
efektif krn air akan mengalir sendiri scr g sehingga tdk memerlukan pompa.

2. Mine Dewatering

Upaya utk mengeluarkan air yg telah msk ke lokasi penggalian terutama penanganan air hjn.

a. Sistem kolam terbuka


Air dipompa keluar dan pemasangan jml pompa tergantung pd kedalaman penggalian. Bisa 1
unit, 2, 3>. Kapasitas pompa hrs disesuaikan dgn debit air yg msk ke daerah ta tsb ttp apabila
kondisi sedemikian resikonya pompa hrs dihidupkan scr terus-menerus. Apabila kapasitas pompa
> dr debit air mk penggunaan pompa bisa scr periodic shg pompa tdk merasa kelelahan.

b. Sistem Adit

Utk tamka dgn system opencut yg mpy jenjang majemuk (Multiple benches). Di setiap jenjang
dibuat adit, dan dr adit ini air buangan diteruskan ke shaft dan dr shaft dialirkan lg ke adit akhir
di bag bwh kmd langsung dibuang keluar.

c. Cara Paritan

Bbrp lb paritan dibuat pd lok ta guna menampung aliran air limpasan, shg tdk mengganggu
pekerjaan ta. Paling umum digunakan adl saluran dgn btk trapezium dgn kemiringan sisinya 1:1
(45).

Geometri Saluran Penirisan :

Qsl = K x F R 2/3 x S ½ m3/detik

Qsl : debit air yg mengalir pd saluran(M3/s)

K : faktor kekerasan saluran

F : Luas penampang saluran (M2)

R : Jari2 hidraulik (=F/O) (M)

O : Keliling penampang saluran (M)

S : Kemiringan dsr saluran (%)

d. Cara Pit

VI. Pembuatan sumuran di daerah penambangan adl utk menampung limpasan air ta yg terdpt di lokasi
penggalian. Utk menyalurkan air limpasan tsb cibuat bbrp paritan menuju ke tempat penampungan
(pit). Bila pekerjaan ta berlangsung dlm bbrp waktu lama mk utk itu diperlukan pompa utk
mengeluarkan air dr tempat penampungan tsb. Letak pompa 1 m di atas dsr galian, sedang lb sumuran
diperkuat dgn material kayu, semen, batu dll agar tdk longsor. Pd dsr sumur biasa diberi hamparan
batu kerikil setebal 0,5 m. Uk dr lb sumur tergantung pd perkiraan maks inflow, lamanya waktu
pengisisan air serta kapasitas pompa yg dipergunakan. Pd sumur semi permanen, pompa air diletakan
pd platform khusus/ pontoon
VII. METODE PENIRISAN (DEWATERING)
a. Open Pump
b. Alur Dangkal
c. Predrain
d. Metode Cut off
e. Metode Elektrolisis

Ada 3 metode dewatering yang dapat dipilih , yaitu :

1. Open pumping

Metode ini masih dianggap sebagai teknik yang umum diterima dimana kolektor digunakan
untuk mengumpulkan air permukaan (khususnya air hujan) dan rembesan dari tepi galian.
Tentu saja posisi kolektor akan mengikuti terus elevasi galian. Fungsi kolektor adalah untuk
membuang air keluar galian.

Metode open pumping dipilih bila :

 Karakteristik dari tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi
 Debit rembesan air tidak besar
 Sumur / selokan untuk pemompaan tidak mengganggu atau merugikan pada tanah /
bangunan yang akan dilaksanakan

2. Predrainage

Prinsip metode predrainage adalah menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum pekerjaan
galian dimulai. Metode predrainage dipilih, bila :

 Karakteristik dari tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan
banyak celah
 Debit rembesan cukup besar dan tersedia saluran pembuangan air
 Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide
 Tidak mempunyai efek mengganggu bangunan disekitarnya.

Ada 2 sistem predrainage, yaitu :

1. Single Stage Predrainage


2. Multi Stage Predrainage

Ada 2 jenis metode dewatering predrainage, yaitu :

1. Well Points
2. Pompa Dalam (Submersible Pump)

3. Cut Off
Prinsip metode cut off adalah memotong aliran bidang air tanah melalui cara mengurung daerah
galian dengan dinding. Metode ini perlu memperhitungkan dalamnya “D” tertentu agar tidak
terjadi rembesan air masuk ke dalam daerah galian.

Dinding cut off dapat menggunakan :

 Stell sheet pile (tidak dipakai sebagai struktur dinding permanen)


 Concrete diaphragma wall (sebagai struktur dinding permanen)
 Concrete secant pile (dapat dipakai sebagai dinding permanen)

Metode cut off dipilih, bila :

 Kondisi sama dengan pemilihan predrainage


 Dinding cut off difungsikan juga sebagai penahan tanah atau sebagai dinding basement
 Penurunan MAT akan mengganggu / merugikan lingkungan sekitarnya

Pekerjaan Dewatering dan Metodenya


4/23/2013 10:58:00 am Pasca Regal Tjerita
Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu,
sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan
pengeringan (dewatering) agar air tanah yang ada tidak mengganggu proses pelaksanaan
basement. Masalah galian dalam lebih kritis bila kondisi tanah merupakan tanah lunak
atau pasir lepas dalam kondisi muka air tanah yang tinggi.

Sesungguhnya masalah dewatering dapat diartikan dalam 2 tinjauan. Yang pertama adalah
pengeringan lapangan kerja dari air permukaan (misalnya air hujan atau air banjir yang masuk
area galian). Yang kedua adalah karena peristiwa rembesan yang mengakibatkan air
berkumpul di area galian dan mengganggu pekerjaan.

Metode dewatering yang dipilih tergantung beberapa faktor, antara lain :

 Debit rembesan air


 Jenis tanah
 Kondisi lingkungan sekitarnya
 Sifat tanah
 Air tanah
 Ukuran dan dalam galian
 Daya dukung tanah
 Kedalam dan tipe pondasi
 Design dan fungsi dari struktur
 Rencana pekerjaan

Tujuan dari dewatering adalah :

1. Menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya air
tanah diturunkan elevasinya 0,5 – 1 m dibawah dasar galian
2. Mencegah erosi buluh. Pada galian tanah pasir (terutama pasir halus dibawah muka air
tanah) rembesan air kedalam galian dapat mengakibatkan tergerusnya tanah pasir
akibat aliran air
3. Mencegah resiko sand boil. Pada saat dilaksanakan galian, maka perbedaan elevasi air
didalam dan diluar galian semakin tinggi
4. Mencegah resiko terjadinya kegagalan upheave. Bila tekanan air dibawah lapisan tanah
lebih besar daripada berat lapisan tanah tersebut maka lapisan tanah tersebut dapat
terangkat atau mangalami failure
5. Mencaga gaya uplift terhadap bangunan sebelum mencapai bobot tertentu. Pada
bangunan-bangunan yang memiliki basement, maka pada saat bobot bangunan masih
lebih kecil daripada gaya uplift dari tekanan air, dewatering harus tetap dijalankan
hingga bobot mati dari bangunan melebihi gaya uplift tersebut.
6. Mencegah rembesan
7. Memperbaiki kestabilan tanah
8. Mencegah pengembungan tanah
9. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar
10. Pengeringan lubang galian
11. Mengurangi tekanan lateral
VIII. SISTEM POMPA
IX. PERENCANAAN PROSES DEWATERING
a. Dewatering Well
b. Submersible Pump
c. Setlement Pond
d. Sump Pump
e. Stand Pipe Pizometer
f. Stand Pipe Inclinometer
Perencanaan Saluran Terbuka

Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh wilayah
tangkapan hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya
merupakan suatu poligon tertutup dengan pola yang sesuai dengan topografi dan mengikuti
kecenderungan arah gerak air. Dengan pembuatan catchment area maka diperkirakan
setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Pembatasan
catchment area dilakukan pada peta topografi, dan untuk merencanakan sistem
penyalirannya dianjurkan menggunakan peta rencana penambangan dan peta situasi
tambang.

2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke
tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.

tc = HL …………………....................... (3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)

3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah bentuk
trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah dalam
perawatannya, dan stabilitas kemiringan lerengnya dapat disesuaikan dengan keadaan
daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan Rumus
Manning. Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan
perhitungan geometrinya sebagai berikut :
X. Table 3.3

Perhitungan geometri dari beberapa bentuk saluran terbuka

Dimensi Penampang basah

Tinggi
Lebar muka Faktor
Penampang atas (B) air (y) kemiringan (x) Luas (A) Keliling (D) Jari-jari hidrolis (R)

b y b.y b + 2h

- (b. y)/ (b+2y)

1:1 → x : h

1:1,5→x=1,5y
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2
b + 2x y 1:2→x=2y (b+x)y b+2y (1+x2)

Ф=cos-1((d- лD (1- (лD(1-Ф/180)+4(d-


0,5D)/0.5D) Ф/180)+ 0,5D)ztgФ)/4лD(1-Ф/180)
2(d- (d-0,5D)2 Л.D(1-
0,5D)tgФ d tgФ Ф/180)
Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan

Bahan Kemiringan dinding saluran

Batu/cadas Hampir tegak lurus

Tanah gambut/peat ¼:1

Tanah berlapis beton ½:1

Tanah bagi saluran yang lebar 1:1

Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1

Tanah berpasir lepas 2:1

Lempung berpori 3:1

Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka

Kemiringan rata-rata dasar saluran Kecepatan rata-rata

(%) (m/det)

Kurang dari 1 0,4

1-2 0,6

2-4 0,9

4-6 1,2

6-10 1,5

10-15 2,4

4. Air limpasan (run off)


Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah
menuju sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan hubungan antara curah
hujan (CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan (RO), infiltrasi (I), dan perubahan
permukaan air tanah (dS), sebagai berikut :

CH = I + ET + RO ± dS …………………....................... (3.9)

Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang
berasal dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari banyak faktor,
yang paling berpengaruh yaitu :

1. Kondisi penggunaan lahan


2. Kemiringan lahan
3. Perbedaan ketinggian daerah

Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien air
limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum ditentukan dengan
menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :

Q = 0,278 × C × I × A …………………....................... (3.10)


Keterangan:
3
Q = Debit air limpasan maksimum (m /detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
2
A = Luas daerah tangkapan hujan (km )

Penggunaan Rumus Rasional mengasumsikan bahwa hujan merata di seluruh daerah


tangkapan hujan, dengan lama waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi.

Jenis Material

Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyebaran air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien
materialnya masing-masing. Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:
Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning
XII.

Tipe dinding saluran n

Semen 0,010 – 0,014

Beton 0,011 – 0,016

Bata 0,012 – 0,020

Besi 0,013 – 0,017

Tanah 0,020 – 0,030

Gravel 0,022 – 0,035

Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040

XIII.
XIV. Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran

No Material
Nilai Kecepatan aliran (m/det)

n Air jernih Air keruh

1 Pasir halus koloida 0.020 0.457 0.672

2 Lanau kepasiran non koloida 0.020 0.534 0.762

3 Lanau non koloida 0.020 0.610 0.914

4 Lanau alluvial non koloiada 0.020 0.610 1.067

5 Lalau kaku 0.020 0.672 1.067

6 Debu vulkanis 0.020 0.672 1.067

7 Lempung kompak 0.025 1.143 1.525

8 Lanau alluvial, koloida 0.025 1.143 1.524


9 Kerikil halus 0.025 0.672 1.524

10 Pasir kasar non koloida 0.030 1.143 1.524

11 Pasir kasar koloida 0.025 1.129 1.829

12 Batuan D 20 mm 0.028 1.340 1.9

13 Batuan D 50 mm 0.028 1.980 2.4

14 Batuan D 100 mm 0.030 2.810 3.4

15 Batuan D 200 mm 0.030 3.960 4.5

16 Tanah berumput 0.030 - 2

17 Pasangan batau 0.017 - 5

18 Tembok diplester 0.010 - 5

Perencanaan Sump

Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung air limpasan,
yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsih sebagai
pengendap lumpur. Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang
disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.

Perencanaan Sistem Pemompaan

1. Tipe sistem pemompaan


Sitem pemompaaan dikenal ada beberapa macam tipe sambungan pemompaan yaitu :
a. Seri
Dua atau beberapa pompa dihubungkan secara seri maka nilai head akan bertambah
sebesar jumlah head masing-masing sedangkan debit pemompaan tetap.
b. Pararel
Pada rangkaian ini, kapasitas pemompaan bertambah sesuai dengan kemampuan debit
masing-masing pompa namun head tetap. Kemudian untuk kebutuhan pompa ada dua hal
yang perlu untuk diperhatikan
2. Batas Kapasitas Pompa
Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada kondisi berikut ini :
a. Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat pemasangan.
b. Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
c. Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
d. Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang dipakai untuk mengerjakan bagian-
bagian pompa
e. Pembatasan pada performansi pompa.

3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi untuk pembangunan
instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti
direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Julang
total pompa dapat ditulis sebagai berikut :

Ht=hc+ hv+hf+ hI …………………....................... (3.11 )


Keterangan :
Ht = Julang total pompa (m)
hc = Julang statis total (m)
hv = Velocity head (m)
hf = Julang gesek (m)
hI = Jumlah belokan (m)

a. Julang statis (static head)


Adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi antara tempat
penampungan dengan tempat pembuangan.

hc = h2 – h1 …………………....................... (3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
b. Julang kecepatan (velocity head)
Julang kecepatan adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui
pompa.

hv = ( v22 ×g ) …………………....................... (3.13)


Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)

c. Julang kerugian gesek dalam pipa


Untuk menghitung julang kerugian gesek didalam pipa dapat dipakai salah satu dari
dua rumus berikut ini :
V = C . Rp. Sq …………………....................... (3.14)
Atau
hf = λ. LD . v22g …………………....................... (3.15)
Keterangan :
v = Kecepatan rata-rata aliran didalam pipa (m/dtk)
C,p,q = Koefisien-koefisien
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik
hf = Julang kerugian gesek dalam pipa (m)
λ = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitas (ms-2)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)

Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan
berbagai rumus empiris.

i. Rumus Darcy

Dengan cara Darcy, maka koefisien kerugian gesek (λ) dinyatakan sebagai berikut:
λ = 0,020 + 0,0005D …………………....................... (3.16)

Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah dipakai selama
bertahun-tahun, harga koefisien kerugian gesek (λ) akan menjadi 1,5 sampai 2 kali harga
barunya.
ii. Rumus Hazen-Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang
relatif sangat panjang.

V = 0,849CR0,63S0,54 …………………....................... (3.17)


Atau
Hf = 10,666.Q1,85x LC1,85 D4,85 …………………....................... (3.18)
Keterangan :
hf = Julang kerugian (m)
v = Kecepatan rata-rata didalam pipa (m/s)
C = Koefisien (table 3.9 )
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (S=hfL )Q = Laju Aliran ( m3/s)
L = Panjang pipa

Tabel 3.8

Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)

Jenis Pipa C

Pipa besi cor baru 130

Pipa besi cor tua 100

Pipa baja baru 120-130

Pipa baja tua 80-100

Pipa dengan lapisan semen 130-140

Pipa dengan lapisan terarang batu 140


d. Julang kerugian dalam jalur pipa

Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk
penampang atau arah aliran berubah. Kerugian ditempat-tempat transisi yang demikian ini
dapat dinyatakan secara umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g …………………....................... (3.19)
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)

Cara menentukan harga koefisien kerugian (f) untuk berbagai bentuk transisi pipa
akan diperinci seperti dibawah ini:

Jika kecepatan aliran (v) setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian dari rumus
(3.17) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa menurut Weisbach adalah sebagai berikut:
f = 0,5 ………………..……………………………………………………. (i1)
f = 0,25 ……………..………………………………………………………. (i2)
f = 0,06 (untuk r kecil) sampai …………...………………………………. (i3)
f = 0,005 (untuk r besar) ……..……………………………………………. (i4)
f = 0,56 …………...………………………………………………………… (i5)
f = 3,0 ( untuk sudut tajam) sampai
f = 1,3 (untuk sudut 45) …………………...………………………………. (i6)
f = fi + 0,3 cos θ + 0,2 cos 2θ, dimana fi adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan
mengambil harga (i1) sampai (i6) sesuai dengan bentuk yang dipakai.

Bila ujung pipa isap yang berbentuk lonceng dan tercelup dibawah permukaan air maka
harga f berkisar antara 0,2 sampai 0,4. Terdapat dua macam belokan, yaitu belokan
lengkung dan belokan patah. Untuk belokan lengkung digunakan rumus:

f = [0,131 + 1,847 (D/2R)3,5] (θ90 )0,5 ………......................... (3.20)


Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai untuk belokan patah
adalah:

f = 0,946 sin2.θ/2 + 2,047 sin4.θ/2 .…………......................... (3.21)


keterangan :

f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
θ = Sudut belokan

e. Daya poros dan efisiensi pompa


e.i Daya air
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan waktu.
Daya air (Pw) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus:

Pw = γ. Q . H …………......................... (3.22)

Keterangan:
γ = Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)

e.ii Daya poros


Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan daya air
ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya poros (P) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
P = Pwηρ …………………....................... (3.23)
Keterangan:

ηρ = Efesiensi pompa

P = Daya poros
Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari pabrik
pembuatnya.
Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi penambangan, kolam
pengendapan ini dibuat dari lokasi terendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air
akan masuk ke settling pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui
saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah penambangan
sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai
atau laut sebagai tempat pembuangan akhir. Selain itu juga tidak menimbulkan
pendangkalan sungai akibat dari partikel padatan yang terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu berupa
kolam berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat bermacam-macam
bentuk disesuaikan dengan keperluan dan keadaan lapangannya. Walaupun bentuknya
dapat bermacam-macam, namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting
yang terbentuk karena proses pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut
adalah :

1. Zona masukan (inlet)

Merupakan tempat masuknya air lumpur kedalam settling pond dengan anggapan
campuran padatan-cairan yang masuk terdistribusi secara seragam.

2. Zona pengendapan (settlement zone)

Merupakan tempat partikel padatan akan mengendap. Batas panjang zona ini adalah
panjang dari kolam dikurangi panjang zona masukan dan keluaran.

3. Zona endapan lumpur (sediment)

Merupakan tempat partikel padatan dalam cairan (lumpur) mengalami sedimentasi dan
terkumpul di bagian bawah kolam.
4. Zona keluaran (outlet)

Merupakan tempat keluaran buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini kira-kira sama
dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung kolam pengendapan.

Ukuran Settling Pond


Untuk menentukan dimensi settling pond dapat dihitung berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak lebih dari 9 x 10-6
m, karena akan menyebabkan pendagkalan dan kekeruhan sungai.
2. Kekentalan air
3. Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
4. Kecepatan pengendapan material dianggap sama
5. Perbandinga dan cairan padatan diketahui

Luas settling pond dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


A = QtotalV ….…………………....................... (3.24)
Keterangan:
A = Luas settling pond (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk settling pond (m3/detik)

V = Kecepatan pengendapan (m/dtk)

Perhitungan Prosentasi Pengendapan

perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui kolam


pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsih untuk mengendapkan partikel padatan
yang terkandung dalam air limpasan tambang. Untuk perhitungan, diperlukan data-data
antara lain (%) padatan dan persen (%) air yang terkandung dalam lumpur
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepan (V) sejauh (h)
adalah:
tv = hV(detik) …………………....................... (3.25)
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan kecepatan
(Vh) adalah:
Vh = QtotalA …………………....................... (3.26)
Th = PVh (detik) …………………....................... (3.27)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika (tv) tidak
lebih besar dari (th).
Persentase pengendapan = th(th+tv) x 100% ……………..................... (3.28)

XVI. UJI PEMOMPAAN


XVII. SUMUR UJI

Anda mungkin juga menyukai