(a) (b)
Baut batuan dapat digunakan sebagai penyangga permanen dan penyangga sementara. Hal
ini tergantung dari kebutuhan dan jenis lubang bukaan. Untuk terowongan teknik sipil dan
kepentingan transpotasi dapat digunakan sebagai penyangga permanen, sedangkan untuk
lubang bukaan tambang bawah tanah (umumnya pada tambang batubara dengan sistem
penambangan longwall) digunakan sebagai penyangga sementara (Gambar 11.1b)
Sejak ditemukannya baut batuan sebagai penyangga, fungsi dan peran baut batuan telah
menjadi objek analisis yang bertujuan untuk mengerti lebih baik dan memperbaiki cara
11 - 1
kerjanya. Baut batuan banyak digunakan untuk menstabilkan massa batuan, khususnya di
industri pertambangan.
Adapun beberapa alasan mengapa baut batuan telah digunakan secara meluas sebagai
penguatan batuan adalah :
- Fleksibel ; dapat digunakan pada bentuk geometri terowongan yang bervariasi.
- Umumnya mudah digunakan.
- Harganya relatif murah.
- Pemasangannya dapat sepenuhnya dengan mekanisasi.
- Kerapatannya (jumlah baut batuan per-satuan luas) dengan mudah dapat disesuaikan
dengan sistem penyanggaan yang lain, misalnya mesh kawat, beton tembak dan selimut
beton. Pada sistem penggalian bawah tanah NATM (New Austrian Tunnelling Method)
sistem baut batuan dikombinasikan dengan beton tembak dan selimut beton untuk
penyanggaan permanen.
Penggunaan baut batuan untuk menjaga kestabilan atap dan dinding lubang bukaan,
tergantung kepada kuat ikat (anchoring capacity) baut batuan dengan batuan, selain
tegangan dasar (yield strength) dari baut batuan tersebut. Persyaratan yang harus dipenuhi
untuk pengikatan (anchoring) baut batuan adalah :
- Pengikatan harus kuat.
- Batuan tempat pengikat harus kuat dan kontinyu.
- Panjang baut batuan harus cukup untuk menciptakan pre-compression zone sekitar
lubang bukaan untuk mengatasi stress failure. Baut batuan harus terikat dibelakang
daerah tarikan (tension zone).
11 - 2
11.2. JENIS BAUT BATUAN
Bermacam-macam baut batuan telah digunakan saat ini diseluruh dunia. Banyak
diantaranya hanya memperlihatkan perbedaan yang kecil didalam rancangannya, namun
konsep dasarnya sama.
Jenis-jenis baut batuan akan dibedakan berdasarkan cara pengikatannya yaitu :
1. Baut batuan dengan cara pengikatan mekanis (slot bolt & wedge bolt dan expansion
shell anchor).
2. Baut batuan dengan cara pengikatan yang menggunakan zat kimia (Grouted bolt)
3. Baut batuan dengan cara pengikatan geser, (split set dan swellex)
4. Baut kabel batuan (flexirope)
Baut ini diaplikasikan, dengan sedikit pengecualian untuk batuan dengan kekerasan yang
sedang sampai keras. Dan tidak direkomendasikan untuk batuan yang sangat keras, karena
ada kemungkinan terjadi gelinciran dari sel penjangkaran baut tersebut.
Data teknik dari jenis batuan ini dapat dilihat dalam tabel 11.1. Dan contoh dari baut
batuan ini dapat dilihat pada gambar 11.2.
Tabel 11.1. Data teknik baut batuan dengan cara pengikatan mekanis
Kualitas steel 700 N/mm2
Diameter baut 16 mm
Beban batas (yield load) steel 140 kN
Beban ultimat (ultimate load) steel 180 kN
Regangan aksial ultimat steel 14 %
Berat baut tanpa face plate dan mur 2 kg/m
Panjang baut Bervariasi
Diameter lubang bor yang dianjurkan 35 – 38 mm
11 - 3
A
11 - 4
Keuntungan :
- Harga relatif tidak mahal
- Baut memberikan aksi penyanggaan dengan segera setelah dipasang.
- Dengan pemutar baut (rotating the bolt) suatu teori diaplikasikan oleh kepala baut dan
mengumpulkan tarikan dalam baut.
- Dengan post-grouting, baut dapat menyediakan penguatan yang permanen.
- Pada batuan keras, pembebanan baut yang tinggi dapat dicapai.
- Sistem serba guna untuk penguatan batuan, dengan asumsi untuk kondisi batuan yang
keras.
- Lebih dapat terdeformasi dari roda baut dengan pengikatan sepenuhnya (resin, semen) :
kekakuan 3,5 – 8,5 t/cm
Kerugian :
- Terbatas untuk pengunaan batuan yang sedang – keras.
- Sukar untuk memasangnya secara terandalkan
- Harus dipantau dan diuji ketegangannya yang tepat
- Kehilangan kapasitas dukung (bearing) akibat getaran hasil peledakan atau ketika
batuan jatuh di sekelilng permukaan lubang bor disekitar plat, untuk batuan yang
mempunyai tegangan tinggi.
Semen atau resin digunakan sebagai bahan pengikat. Baut batuan rebar yang digunakan
dengan resin menciptakan suatu sistem yang biasa digunakan untuk baut batuan
tertegangkan (tensioned rockbolt) tetapi baut batuan batang ulir dengan zat pengikat semen
dapat juga digunakan untuk baut batuan tanpa tertegangkan (untensioned bolt). Kedua
sistem ini digunakan baik untuk penyanggaan sementara, maupun penyanggaan permanen
11 - 5
untuk berbagai kondisi batuan. Baut batuan batang ulir terutama digunakan dalam aplikasi
rekayasa sipil untuk pemasangan yang permanen.
Jenis baut batuan dengan pengikatan resin dan semen adalah Grouted Rockbolt-Rebar dan
Grouted Rockbolt-Dywidag Steel (Gambar 11.3). Keuntungan dan kerugian dari baut
batauan ini juga dapat dilihat pada Tebel 11.2. Kemudian Data teknis dari masing-masing
baut batuan ini dapat dilihat pada Tabel 11.3.
a. Grouted Rockbolt-Rebar
11 - 6
Tabel 11.2. Keuntungan dan kerugian dari baut batuan Grouted Rockbolt-Rebar dan
Grouted Rockbolt-Dywidag Steel
Tabel 11.3. Data Teknik Grouted Rockbolt-Rebar dan Grouted Rockbolt-Dywidag Steel
Grouted Rockbolt-Dywidag
Data Teknis Grouted Rockbolt-Rebar
Steel
Kualitas steel 570 N/mm2 1180 N/mm2
Diameter baut 20 mm 20 mm
11 - 7
11.2.3. Baut Batuan Dengan Pengikatan Geser
Baut batuan dengan pengikatan geser merupakan baut batuan yang paling banyak
berkembang dalam teknik penguatan batuan. Dua tipe baut batuan dengan pengikatan geser
yang tersedia, yaitu split set dan swellex (Gambar 11.4).
a. Swellex
b. Split set
Gambar 11.4. Split Set Dan Swellex
11 - 8
Untuk kedua tipe sistem baut batuan ini, tahanan geser untuk menggelincirkan batuan pada
besi paja (untuk swellex) dikombinasikan dengan ikatan mekanik (mechanical interlock)
ditimbulkan oleh kekuatan radial pada dinding lubang bor sepanjang baut. Baut batuan
dengan pengikatan geser mirip dengan baut batuan dengan pengikatan mekanik dalam
pengertian bahwa pemasangan dan operasinya tidak diganggu oleh kondisi batuan yang
basah. Untuk pemasanga secara permanen masalah yang mungkin timbul adalah korosi.
Meskipun sistem ini sudah dijelaskan di atas, keduanya memiliki beberapa berbedaan yang
utama. Hal ini berhubungan dengan mekanisme pengikatan dan aksi penyanggaan, sebagai
mana prosedur pemasangan. Sebenarnya, hanya Split set yang merupakan baut batuan
dengan pengikatan geser dan kadang-kadang disebut sebagai Split set friction stabilizer.
Mekanisme pengikatan baut batuan split set timbul dari kekuatan geser dari pembebanan
yang mendekati batas beban maksimum dari baut batuan, saat baut batuan akan tergelincir,
baut batuan dapat mengalami perpindahan yang besar.
Mekanisme dari pengikatan baut batuan swellex tergantung dari kekuatan geser dan
dikombinasikan dengan ikatan mekanik. Pengikatan swellex ditimbulkan oleh kekuatan
geser pembebanan. Ikatan mekanik antara baut batuan dan batuan mencegah lepasnya baut
dari batuan. Sifat dari baut batuan swellex ini menunjukkan bahwa kekuatan dari baut ini
harus dimanfaatkan secara penuh.
Kedua tipe baut batuan dengan pengikatan geser digunakan dalam industri pertambangan.
Namun pada aplikasi rekayasa sipil sangat terbatas, tetapi swellex makin bertambah
penggunaannya dalam pekerjaan pembuatan terowongan. Data teknis serta keuntungan dan
kerugian dari masing-masing baut ini dapat dilihat pada Tabel 11.4 dan Tabel 11.5.
11 - 9
Tabel 11.4. Data Teknik Baut Batuan Swelex dan Split set.
Tabel 11.5. Keuntungan dan kerugian dari baut batuan Swelex dan Split set.
11 - 10
11.2.4. Baut Kabel Dengan Pengikatan Yang Memakai Zat Kimia.
Baut kabel ini telah digunakan untuk penguatan struktur dalam batuan sejak 20 atau 30
tahun yang lalu. Kabel diperkenalkan untuk industri tambang untuk maksud yang sama
lebih dari 15 sampai 20 tahun yang lalu.
Penggunaan baut kabel yang tak tertegangkan dengan pengikatan sepenuhnya pada industri
tambang tumbuh dengan cepat. Penggunaan utama baut kabel adalah pada sistem
penyanggaan sementara (STILLBORG, 1985).
Jenis kabel yang biasa digunakan adalah kabel untuk penguatan 15,2 mm 7-wire steel
strand biasanya dipasang dalam 2 unit. Kabel tersebut dikembangkan untuk pra-tegang
elemen-elemen beton. Kabel itu sering dimodifikasi oleh pemasok lokal untuk
memperbaiki unjuk kerja kabel tersebut sebagai elemen penguat didalam batuan.
Kabel yang fleksibel sebagai pengganti rebar atau threadbar dalam sistem penguatan
batuan. Hal ini disebabkan antara lain ; variasi panjang baut, sehingga kabel dapat
dipasang untuk panjang yang berbeda dari suatu terowongan yang sempit, sangat murah,
daya dukung yang besar, mekanisasi panjang baut yang bervariasi menunjukkan tidak ada
masalah.
Keuntungan :
- Tidak mahal
- Merupakan sistem penguatan yang baik dan tahan lama
- Dapat dipasang pada berbagai ukuran panjang dalam daerah yang sempit
11 - 11
- Sistem ini memberikan pembebanan baut yang sangat tinggi dalam variasi kondisi
batuan sebaik tahanan terhadap korosi dalam instalasi permanen.
Kerugian :
- Penarikan baut kabel hanya dimungkinkan kalau prosedur instalasi khusus digunakan.
- Penggunaan semen standart membutuhkan beberapa hari sebelum kabel mendapat
pembebanan.
Face plate dapat digunakan bila permukaan batuan halus dan rata, baut dipasang tegak
lurus pada permukaan batuan. Jika dudukan hemisperical dipasang dengan mur pada
11 - 12
gambar 11.5, baut dapat dipasang tegak miring pada permukaan batuan tanpa memberikan
tegangan tarikan awal yang tidak diinginkan pada batuan. Keuntungan lain dari dudukan
hemisperical, mur akan menempatkan plate dengan arah terbalik. Ini akan menghasilkan
tegangan yang lebih baik pada baut batuan. Sedangkan pada Face plate yang berbentuk
datar hanya didukung pada beberapa titik dengan tegangan tinggi di permukaan batuan.
Pada tekanan yang cukup tinggi, batuan dapat hancur pada titik-titik tersebut. Tegangan
dalam baut batuan akan turun. Pemasangan dari satu sampai dua mm akan mengurangi
tegangan pada baut 20 – 70 %. Baut harus dikencangkan lagi. Kekurangan dan kelemahan
pada face plate ini dapat dikurangi atau diperkecil oleh bel plate berbentuk segitiga atau
dome, yang memiliki daerah dukung yang lebih luas. Pelat-pelat ini juga memberikan
fleksibitas yang lebih besar pada sistem baut batuan. Jika baut diberi tegangan awal dan
kemudian disemen penuh, tegangan dalam baut akan terjaga dan aksi kerja baut tidak
tergantung lagi pada permukaan pelat. Bila digunakan baut tak tertegangkan (misalnya
rebar disemen penuh), sebuah face plate sederhana dapat digunakan. Hal ini untuk
memastikan adanya pengikatan permukaan yang memadai. Hal ini juga untuk mencegah
pelepasan batang pada permukaan batuan pada lubang bor. Lebih jauh face plate dapat
memberikan dukungan pada permukaan batuan jika mur telah terikat kuat pada batangnya,
11 - 13
sehingga kedudukan face plate menjadi kuat . Beberapa grouted rockbolt dapat dipasang
tanpa face plate.
Mesh (jaringan) harus ditempelkan pada batuan dengan interval 1- 1 ½ meter. Grouted pin
pendek dapat dipasang diantara baut batuan. Pada spasi tersebut chailink mesh dapat
menahan batuan lepas. Chailink mesh dapat dikombinasikan dengan wire rope.
Gambar 11.7. Chailink Mesh dan Baut Batuan di PT. Freeport Indonesia
Weld mesh terdiri dari atas kabel baja yang diatur dengan pola segi empat atau buju
sangkar dan dipatri pada tiap titik perpotongannya. Weld mesh digunakan untuk
memperkuat beton tembak (shotcrete) dan lebih kaku dari Chailink mesh (Gambar 11.8)
Chailink mesh kurang cocok untuk beton tembak. Umumnya weld mesh diikatkan pada
11 - 14
batuan dengan plate washer kedua dan mur yang ditempatkan pada baut batuan, sebagai
alternatif disematkan pada batuan bersama baut pendek dan plate washer. Umumnya tipe-
tipe yang dipakai adalah wire set ukuran 4,2 mm dengan interval 110 mm digunakan untuk
penguatan beton tembak.
Gambar 11.8. Weld Mesh dan Baut Batuan di PT. Freeport Indonesia
Ada dua tipe dasar pada beton tembak. Beton tembak campuran kering dimana campuran
semennya kering dan air ditambahkan pada penyemprot (nozzle). Beton tembak campuran
basah pada dasarnya memiliki komponen yang sama dengan campuran kering, tetapi
airnya telah dicampurkan di dalam mixer. Dalam penggunaan campuran basah beberapa
pemercepat harus ditambahkan pada penyemprot. Tipe yang paling sering digunakan
adalah beton tembak campuran kering.
11 - 15
Kualitas penempatan beton tembak tergantung atas bahan-bahan yang digunakan dan
rancangan pencampuran. Bagaimanapun hal ini berhubungan dengan metode penempatan,
juga bahan, keterampilan dan keputusan diantara operator.
Tipe persentase pencampuran komponen kering dengan berat :
Semen 15 – 20 %
Aggregate kasar 30 – 40 %
Aggregate halus atau pasir 40 – 50 %
Accelerator 2–5%
Perbandingan berat air terhadap semen untuk beton tembak campuran kering ditempatkan
pada interval 0,3 – 0,5 dan diatur oleh operator supaya sesuai dengan kondisi daerahnya.
Penambahan fiber besi baja dengan panjang 50 mm dan diameter 0,4 – 0,8 mm telah
ditemukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kekerasan, daya tahan, tegangan geser
dan flexural dari beton tembak, dan untuk mengurangi formasi keretakan. Fiber besi baja
ditambahkan menurut spesifikasi dari pembuatnya.
Gambar 11.8. Rincian aplikasi penguatan beton tembak yang dikombinasikan dengan baut
batuan.
Dalam penggunaan beton tembak, penyemprot harus dijaga tetap tegak lurus terhadap
permukaan batuan jika mungkin, dan dipertahankan jaraknya tetap 1 m. Lapisan beton
tembak permanen ketebalannya antara 110 – 500 mm, dimana ketebalannya ditempatkan
11 - 16
pada sejumlah lapisan. Rincian dari aplikasi penguatan beton tembak yang dikombinasikan
dengan penguatan baut batuan dapat dilihat pada gambar 11.8.
Gambar 11.9. Rock straps dengan Baut Batuan di Unit Pertambangan Ombilin (Sumbar).
11 - 17
2. Panjang minimum Bolt; adalah lebih besar dari 2 kali spasi Bolt, 3 kali lebar kritis blok
batuan yang tak stabil, atau untuk span < 6 m (20 ft), panjang Bolt adalah 3/2 span;
span 18 – 30 m (60 – 110 ft), panjang bolt adalah 5/4 span
3. Spasi maksimum Bolt; adalah 3/2 panjang Bolt, atau 1-3/2 lebar kritis blok batuan yang
tak stabil, atau jika lebih besar dari 2 m maka akan membuat kesulitan pemasangan
chainlink atau weld mesh
4. Spasi minimum Bolt; adalah 0.9 m (3 ft)
Spasi Bolt8); Sb
Sb = Cb/SF γht ................................................................................................. (11.3)
Dimana:
SF = Faktor keselamatan
11 - 18
Tabel 11.8. Karakterisitik Bolt; Steel-Rods (after Gerdeen et al,1977)8)
yield load besi
diameter (mm) Beban muat puncak
(Ly)
inch Mm ton tonnes ton tonnes
Steel Rod; Grade 40
5/8” 16 6.2 5.6 11.8 9.8
¾” 19 8.8 8 15.4 14
7/8” 22 12 11.9 21 19.1
1.0” 25 15.8 14.4 27.6 25.1
1 1/8” 29 20 18.2 35 38.8
1 3/8” 35 31.2 28.4 54 49.1
Grade 60
5/8” 16 9.3 8.5 13.9 12.6
¾” 19 13.2 12 19.8 18
7/8” 22 18 16.4 27 24.5
1.0” 25 23.7 21.5 35.5 32.3
1 1/8” 29 30 27.3 45 40.9
1 3/8” 33 46.8 42.5 70 63.6
11 - 19
Tabel 11.9. Rekomendasi Data Untuk Anchorage (after Gerdeen et al,1977)8)
Kebutuhan Diameter
UCS Bond Factor (BF)
cm/t Bolt Hole
(MPa) (inch/ton) mm mm
(inch) (inch)
3.5-7 3.75 11.48 0.75 19 1 25
Mudstone 3 8.38 1 25 1.25 32
Siltstone 2.5 6.99 1.25 32 1.5 38
11-50 2.5 6.99 0.75 19 1 25
Coal 2 5.59 1 25 1.25 32
Shale 1.67 4.67 1.25 32 1.5 25
25-70 1.88 5.25 0.75 19 1 32
Sandstone 1.5 4.19 1 25 1.25 38
Limestone 1.25 3.49 1.25 32 1.5
Tabel 11.10. Esitmasi Kapasitas Minimum untuk Ukuran Standard di Post Tambang (after
Unal, 1983)8)
11 - 20
Data-data teknis yang diperlukan untuk merancang penyanggaan dengan baut batuan
adalah :
1. Diameter baut
Ditentukan berdasarkan tegangan leleh dari material baut dan yield load dari baja.
Tegangan leleh dan yield load baja dapat dilihat pada tabel 11.8.
Rn
d ......................................................................(11.12)
0,785 a
Keterangan :
d = diameter baut batuan (mm)
R = yield load dari baja (ton)
σ = tegangan leleh baja (kg/cm²)
n = faktor keamanan (2-4)
2. Panjang Baut
Panjang baut lebih besar dari tinggi beban yang harus disangga atau ditambah 0,5.
l = ht + 0,5 ……………………………….. ………………………….(11.13)
Keterangan :
l = panjang baut (m)
ht = tinggi beban (m)
4. Jumlah Baut
Lhcn
m .........................................................................................(11.15)
0,785d 2
Keterangan :
m = jumlah baut
h = tinggi beban (m) = h
σ = tegangan izin (tegangan dasar) baja (ton/m²)
γ = density batuan (ton/m3)
11 - 21
5. Spasi Baut
Ditentukan dengan persamaan dari Unal.
Cb
Sb ...........................................................................................(11.16)
1,5h
Keterangan :
Sb = spasi baut (jarak baut)
Cb = kapasitas baut (diambil dari yield load baja (ton)
Spasi baut sangat tergantung pada kondisi batuannya. Semakin buruk massa
batuannnya maka semakin rapat spasi bautnya.
6. Beban maksimum baut yang dapat disangga oleh baut batuan. Hal ini tergantung pada
tegangan izin dan diameter baut yang digunakan.
R max d 2 ........................................................................................(11.17)
4
Keterangan : Rmax = tegangan maksimum baut batuan
11 - 22
3.6.2. Pemasangan Baut Batuan (Rock Bolt)
Pemasangan baut batuan dan baut kabel harus diorganisasikan dengan suatu prinsip bahwa
pemasangan tersebut adalah satu bagian yang terintegrasi dalam siklus penggalian dan
memberikan penyanggaan sementara kepada batuan. Semenjak banyak jenis baut batuan
dapat digunakan dalam suatu sistem penyanggaan permanen, adalah penting
mempertimbangkan sistem penyanggaan sementara sebagai bagian dari, pemasangan
tambahan, sistem penyanggaan jangka panjang yang akan datang.
Pada umumnya pemasangan baut batuan dan baut kabel adalah pekerjaan yang mudah.
Disamping pemasangan manual, saat ini, pemasangan mekanis yang menggunakan alat
pemasang baut batuan dan baut kabel mekanis telah dikenal. Alat ini mampu melakukan
pemasangan baut batuan yang lengkap. Disamping itu faktor keamanan dan keselamatan
kerja relatif lebih terjamin daripada pemasangan manual.
Teknik pemasangan baut batuan dan baut kabel tergantung pada jenis baut batuan yang
akan dipasang. Teknik pemasangan ini harus selalu disesuaikan dengan batasan dan
kondisi tempat pemasangan. Sebelum pemasangan baut batuan/baut kabel, kegiatan
“scaling” harus terlebih dahulu dilakukan. Untuk mencegah kecelakaan karyawan karena
kejatuhan blok batuan.
Baut ini sangat peka terhadap diameter lubang bor. Pada pemasangan kedalam lubang bor,
“face plate” harus sampai kontak dengan batuan. Mur pada baut dapat diputar sampai
tenaga putaran yang diinginkan dicapai; hal ini dapat dilakukan dengan suatu alat
otomatik. Tenaga putaran yang direkomendasikan adalah 135 – 349 Nm (110 – 250 ft-lb)
atau 4,5 kN (1100 lb) beban diatas atau dibawah 50% batas dari beban batas (yield load)
11 - 23
baut batuan atau kapasitas penjangkaran (PENG, 1978). Bila tenaga putar diaplikasikan
pada baut, suatu tegangan berkembang pada baut tersebut dan sel berkembang mlawan
lubang bor. Hubungan tenaga putar tegangan dapat berubah untuk suatu penerapan tenaga
putar spesifik. Meskipun demikian, suatu hubungan linier antara tegangan abut batuan dan
tenaga putar adalah:
P = C . T …………………………….(3.9)
dimana : P = tegangan baut batuan (N atau lb)
T = tenaga putar (Nm atau ft-lb)
C = konstanta, sebagai pegangan (rule of thumb)
C = 50 untuk baut batuan dengan diameter 16 mm
C = 40 untuk baut batuan dengan diameter 19 mm. (PENG,1978).
Selain dari ukuran lubang bor, jenis batuan dan ke integritasan batuan di daerah
penjangkaran/penikatan akan mempengaruhi gaya cengkraman (gripping force). Pada
kondisi batuan yang kerap beban yang tinggi dapat di capai oleh baut batuan. Jika baut
batuan pada jarak 11-20 m dari daerah peledakan, baut batuan dapat kehilangan
tegangannya dan harus ditegangkan kembali.
Pada baut batuan yang lemah, keefektifan dari baut batuan dikurangi oleh batuan yang
lemah yang “loose” diseluruh baut. Rekahan yang berisi lempung juga akan berbahaya.
Sedangkan untuk batuan yang sangat lemah seperti lanau atau “mudstone” yang
terkekarkan, pembautan batuan tidak direkomendasikan.
Pemasangan baut batuan dan keefektifannya tergantung juga pada kondisi air dalam lubang
bor jika baut batuan digunakan sebagai penyangga sementara. Penyemenan diperlukan
untuk penyanggaan permanen.
Waktu pemasangan untuk satu baut jenis ini (an expansion anchored rock bolt) dengan
panjang 2 m pada umumnya adalah 75 detik, tidak termasuk waktu pemboran.
3.6.2.2. Pemasangan baut batuan dengan cara pengikatan yang memakai zat kimia.
11 - 24
Pemasangan baut batuan yang memaki semen dan resin pada dasanya sama saja.
Penempatan semen atau resin dapat dilakukan dengan pemompaan atau dengan
penggunaan dodol (contridge).
Jika digunakan semen, suatu perbandingan berat air/semen yang umum digunakan adalah
antara 0.30 dan 0.35. penambahan zat “additive” dapat dilakukan untuk mempercepat
semen tersebut menempati tempatnya dalam lubang bor dengan baik.
Penggunaan dodol, prosedur pemasangannya dapat dilihat pada gambar 3.14 dan gambar
3.15.
Penegangan baut batuan dapat dilakukan dengah memutar mur atau dengan penarikan
langsung. Jika penegangan dilakukan pada beban yang tinggi ± 110 kN (± 11 ton),
penegangan dengan penarikan langsung direkomendasikan.
Umumnya penegangan baut batuan yang menggunakan resin dapat dilakukan 1 – 5 menit
sesudah pemasangan.
Waktu pemasangan satu baut batuan dengan resin, dengan panjang 2 m pada umumnya
adalah 75 detik, tidak termasuk waktu pemboran.
Gambar 3.14.
11 - 25
Prinsip Pemasangan Dan Penegangan Baut Batuan
Dengan Pengikatan Sepenuhnya
3.6.2.3. Pemasangan baut kabel dengan pengikatan yang menggunakan zat kimia.
Baut kabel dengan panjang kurang dari 6 m dapat menggantikan baut batuan “rebar” atau
batang ulir (threaded bar) didalam sistem penguatan batuan. Prosedur pemasangan untuk
baut kabel ini sama dengan prosedur pemasangan baut kabel dengan pengikatan mekanis,
kecuali pemakaian resin yang jarang dipakai untuk baut kabel ini.
Waktu pemasangan untuk baut kabel dengan panjang 2 m pada umumnya adalah 110 detik.
Untuk baut kabel yang panjangnya lebih dari 6 m, semen selalu digunakan sebagai zat
pengikat. Prosedur pemasangannya untuk lubang horizontal atau lubang bor ke arah bawah
atau kemiringan yang kecil sebagai berikut :
Selang semen dimasukkan dalam lobang bor bersama-sama dengan baut kabel dan setelah
lubang bor terisi, selang ini ditarik kembali. Kabel ditekan masuk ke lubang bor sampai
mencapai dasar lubang bor. Untuk memperlancar pemasangan baut kabel yang panjang,
suatu “pointer” yang dibuat dari besi baja atau plastik diikatkan pada ujung baut kabel
(lihat gambar 3.15 ).
Perbandingan air/semen adalah 0,4 dan waktu pemasangan satu baut kabel dengan panjang
20 m (tidak termasuk waktu pemboran dan waktu “curing”) dengan bantuan suatu alat
pemasang kabel, pada umumnya adalah 30 menit.
11 - 26
Gambar 3.15.
Pemasangan Baut Kabel Yang Panjang Pada Lubang Bor
Yang Sedikit Miring Keatas
Waktu pemasangan satu split set yang panjangnya 1,8 m, tidak termasuk waktu pemboran
pada umumnya adalah 40 detik.
11 - 27
Gambar 3.16. Pemasangan Split Set
b. Swellex
Pemasangan swellex dapat dilakukan secara manual dengan suatu pompa bertekanan tinggi
untuk mengembangkan baut batuan di dalam lubang bor (gambar 3.17). pompa ini akan
berhenti secara otomatis bila tekanan yang telah ditentukan dicapai. Gaya inflasi (inflation
force) dari besi baja ke lubang bor yang permukaanannya tidak teratur memberikan
ketahanan geser, disamping itu pengembangan dari baut batuan menyebabkan kontraksi
disepanjang baut batuan yang menegangkan “face flate” secara effektif melawan
permukaanan batuan. Diameter lubang bor bukan merupakan suatu faktor yang kritis untuk
pemasangan swellex.
11 - 28
Tekanan ini akan dikurangi menjadi 24 Mpa bila diapplikasikan pada kondisi batuan yang
mempunyai deformasi yang cukup besar. Hal ini berarti pengikatan dikurangi dan swellex
ikut bergeser (MORLAND dan THOMPSON, 1985).
Swellex tidak dapat digunakan sebagai penguat batuan permanen bila tidak dilindungi
dengan zat anti korosi, swellex dapat digunakan dalam batuan dengan tekanan air yang
tinggi sekalipun.
Waktu pemasangan satu swellex yang panjangnya 2,4 m, tanpa waktu pemboran pada
umumnya adalah 25 detik.
11 - 29