Anda di halaman 1dari 8

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada pada Quary I PT. Macmahon Site PT. Lafarge Holcim
Indonesia Lhoknga, Aceh Besar. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut berdekatan
dengan pemukiman penduduk. Pengukuran getaran setiap peledakan di Quary I
adalah menggunakan Blastmate. Untuk pengukuran peledakan di Quary I
biasanya dilakukan didekat crusher.

4.1 Lokasi pengukuran getaran

4.2 Pemboran Dan Peledakan


Pada Quary I dan kegiatan pemboran menggunakan alat bor dengan diameter bit
4 inch dan mengunakan prinsip pemboran rotary + botton hammner. Pada
kegiatan pemboran juga dilakukan kontrol kedalaman lubang. Hal ini juga
dilakukan untuk kontrol vibrasi akibat peledakan. Semakin sedikit berat isian
bahan peledak maka vibrasi yang dihasilkan akan semakin kecil, akan tetapi
dengan berat isian yang sedikit dapat menghasilkan fragmentasi yang besar
(boulder).
1. Pola dan arah pemboran
Pola pemboran yang digunakan di Quary I adalah pola stagerred / zig-zag. Pola
ini dipakai untuk mendapatkan distribusi energi ledakan yang optimal pada saat
peledakan. Arah pemboran yang diterapkan adalah pemboran tegak, dengan
perbandingan jarak burden sebesar 3 meter dan spasi sebesar 5 – 5.5 meter.

Gambar 4.2. Pola pemboran di PT.Macmahon

2. Pola rangkaian peledakan


Pola peledakan yang dilakukan dalam peledakan Quary I lebih dominan
menggunakan pola peledakan V-cut. Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi
peledakan yang memiliki dua bidang bebas (free face) arah lemparan hasil
peledakan dengan menggunakan pola peledakan menyerupai huruf V. Pada proses
peledakannya tidak dilakukan sekali peledakan (jika lubang ledak banyak),
melainkan dirangkai menjadi beberapa kali inisiasi. Ini dilakukan untuk
meminimalisir vibrasi yang dihasilkan pada peledakan tersebut. Penentuan
perangkaian ini didasarkan pada arah gelombang hasil peledakan dan bukan
berdasarkan arah lemparan batuan yang pada umumnya diterapkan pada tambang
– tambang lain. Jika arah gelombang menuju ke pemukiman, maka vibrasi yang
dihasilkan pun akan semakin besar. Perangkaian dibuat agar arah gelombang
mejauhi pemukiman dengan melakukan inisiasi dari lokasi dekat pemukiman.
Dengan demikian arah lemparan batuan akan mengarah ke pemukiman karena
arah gelombang bertolak belakang dengan arah lemparan batuan. Salah satu
kontrol vibrasi peledakan yang diterapkan pada peledakan di Quary I dengan
menggunaan system delay pada perangkaiannya. Dengan penggunaan delay, maka
dapat dipastikan jumlah lubang yang meledak perdelay adalah satu lubang. Hal ini
dilakukan agar vibrasi semakin kecil.

Gambar 4.3 Pola Peledakan V-cut

3. Pemakaian Bahan Peledak


Bahan peledak yang digunakan PT. Macmahon ialah campuran Emulsion + AN
karena memiliki daya tahan terhadap air yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ANFO. Namun jika lubang ledak terdapat rongga-rongga sehingga akan membuat
bahan peledak mengisi ke rongga-rongga maka digunakan kantong plastik
sepanjang 2-3 meter untuk membungkus bahan peledak.

Gambar 4.4. Bahan peledak di bungkus dengan kantong plastic

4.3 Geometri Peledakan


Rancangan geometri peledakan harus disesuaikan dengan kondisi material yang
akan diledakan, misalnya seperti karakteristik massa batuan, struktur batuan,
struktur geologi, dan jenis bahan peledak yang digunakan. Hal ini berguna untuk
mengontrol gegaran tanah, fly rock, dan suara hasil peledakan sehingga tujuan
untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan dapat tercapai.
Tabel 4.1. Data Aktual Peledakan
Peledaka Peledakan Peledakan
Nama Simbol
n ke-1 ke-2 ke-3
Quarry Quarry Quarry
Lokasi/Ketinggian mdpl  
1/+150 1/+165 1/+150
Jumlah Lubang   22 27 37
Pola Pemboran   Zig-zag Zig-zag Zig-zag
Diameter (cm) D 10.16 10.16 10.16
Burden B 3 3 3
Spasi S 5 5.5 5
Steaming T 3 3 3
Loading Density (Ld) Ld 1.155 1.157 1.157
Kedalaman lubang rata-rata
H 15 17 15
(H)
Tinggi Jenjang (L) L 15 17 15
Powder Coloum (PC) PC 12 14 12
Jumlah Bahan Peledak (ton)   3203 4858 4421
Batuan Yang Terbongkar (ton)   4950 7573.5 8325
Powder Factor (ton/m3) pf 1.55 1.56 1.88

4.4 Pengukuran Ground Vibration


Pada penelitian di Quary I dan diperoleh data getaran disetiap peledakan. Hampir
setiap peledakan dilakukan pada siang hari pada jam istirahat (12.00-13.00).
Alat ukur getaran yang digunakan adalah Blasmate dan acuan yang digunakan
untuk menetukan jarak pengukuran di Quary I berada didekat pabrik. Sebelum
peledakan dilakukan, PT. Macmahon melakukan perhitungan PPV secara teori
dengan data – data peledakan yang direncanakan. Akan tetapi, hasil prediksi
dengan aktual dilapangan sangat berbeda jauh. Rumus yang digunakan adalah :

D -1.6
PPV = K ( )
√W
Dimana nilai K yang digunakan menurut satuan internasional (persamaan 2.19).
Dengan menggunakan data tanggal 22 Oktober 2018, hasil yang diperoleh dari
perhitungan secara teoritis kemudian dibandingkan dengan hasil secara aktual
terdapat perbedaan yang cukup jauh. Berikut perbandingan perhitungan PPV
antara teoritis dan hasil aktual :

 Perhitungan PPV dengan menggunakan K teoritis :


D -1.6
PPV = K ( )
√W
550
PPV = 1143 ( ) -1.6
√ 12.06
= 2.53 mm/s
 Hasil Pengukuran PPV secara aktual = 1.22 mm/s

Dengan melihat perbandingan perhitungan diatas maka hasilnya dikategorikan


aman untuk kategori baku tingkat getaran peledakan pada kelas III atau bangunan
dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen diikat dengan slope beton.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan PPV Perdiksi

Penggunaan Akurasi
Bahan Berat PPV PPV Prediks
Peledak Isian Jarak prediksi aktual i Powder
Tanggal Holes kg kg meter mm/s mm/s (%) Factor
12.0
22-10-2018 22 3203 6 550 2.53 1.22 48.22 1.55
13.4
23-10-2018 27 4858 1 590 3.49 1.3 37.25 1.56
10.9
26-10-2018 38 4421 3 700 1.47 1.25 85.03 1.88

4.5 Analisa Data


Pada prinsipnya setiap kegiatan peledakan akan menghasilkan efek peledakan
yang dalam hal ini adalah ground vibration. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pengukuran dan perlakuan khusus terhadap efek-efek dari peledakan tersebut.
Pengukuran getaran harus dilakukan setiap kali peledakan dilaksanakan. Hasil
pengukuran yang telah dilakukan akan di analisis berdasarkan Badan
Standardisasi Nasioanal (SNI).

1. Analisis hasil pengukuran ground vibration terhadap geometri yang digunakan


Dari pengukuran yang dilakukan selama di lapangan dengan menggunakan alat
General Texcel Monitor Vibration, didapat bahwa ground vibration akibat
peledakan masih berada pada batas aman terhadap pemukiman / bangunan
berdasarkan SNI. Hal ini berarti geometri peledakan (Tabel 4.1) yang diterapkan
selama kegiatan peledakan di Quary I sudah cukup bagus jika dilihat dari getaran
yang dihasilkan. Getaran peledakan yang didapat selama bulan Oktober 100%
masih berada pada batas aman jika mengacu pada SNI (lampiran I).

2. Analisis hasil pengukuran ground vibration terhadap pola rangkaian peledakan


yang digunakan. Pola rangkaian yang sering digunakan pada Quary I adalah V-
cut. Pola yang digunakan ini cenderung tidak menggunakan control row, karena
pola ini hanya mengunakan 1 macam waktu tunda dan hanya ada 1 lubang yang
meledak secara bersamaan. Peledakannya tidak dilakukan sekali peledakan,
melainkan dirangkai menjadi beberapa kali inisiasi tergantung jumlah lubang
ledak.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan dilapangan, untuk rangkaian V-cut
didapat nilai getaran yang paling besar terjadi pada 23 oktober 2018 yaitu 3.49
mm/s dengan berat isian sebesar 13.41 kg/delay pada jarak 590 meter dan surface
delay yang digunakan adalah 17ms dan 42ms.
Getaran yang dihasilkan relatif kecil dan masih jauh dari ambang batas yang
ditentukan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang kecil sedikitpun pada
bangunan-bangunan yang berada tidak jauh dari lokasi peledakan tersebut.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Pola rangkaian peledakan yang digunakan di Pit B1L3 sangat terbatas yaitu
pola V-cut.
2. Jika mengacu pada vibrasi peledakan, geometri peledakan yang digunakan di
Quary I sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran ground
vibration yang terbesar terjadi pada tanggal 23 Oktober 2018 yaitu 3.49 mm/s
dengan jumlah bahan peledak 13.41 kg/lubang dan lubang yang meledak per
delaynya adalah 1 lubang. Nilai ini masih berada dibawah ambang batas
getaran yang ditentukan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia).

5.2 Saran
1. Penentuan jumlah muatan bahan peledak yang digunakan per delay sebaiknya
ditentukan berdasarkan scaled distance, sehingga getaran peledakan dapat
dikontrol secara berkala.
2. Pada saat melakukan pengukuran getaran sebaiknya jauhkan alat ukur getaran
dari benda-benda yang berpotensi menghasilkan getaran, sehingga getaran
yang dihasilkan dari aktivitas peledakan dapat terekam sempurna
LAMPIRAN

Lampiran I

Baku tingkat getaran peledakan terhadap bangunan (SNI)


Kelas Jenis Bangunan PVS Frekuensi PPV
(mm/s) (mm/s)
1 Bangunan kuno yang dilindungi 2 0-5 2
5-20 3
undang-undang benda cagar budaya.
20-100 5

2 Bangunan dengan pondasi, pasangan 3 0-5 3


bata dan adukan semen saja,
termasuk bangunan dengan pondasi 5-20 5

dari kayu dan lantainya diberi adukan


20-100 7
semen.
3 Bangunan dengan pondasi, pasangan 5 0-5 5
bata dan adukan semen diikat dengan 5-20 7
slope beton. 20-100 12
4 Bangunan dengan pondasi, pasangan 7-20 0-5 7
bata dan adukan semen slope 5-20 12
beton,kolom dan rangka diikat
dengan ring balk. 20-100 20
5 Bangunan dengan pondasi, pasangan 12-40 0-5 12
bata dan adukan semen, slope beton, 5-20 24
kolom dan diikat dengan rangka baja. 20-100 40

Anda mungkin juga menyukai