Abstract: This study aims to: (1) know the description of how to do the group guidance, (2)
know the students social skills, (3) create a group guidance model using role play technique to
increase the students social skills. The methodoogy applied in the study is Research and
Development (R&D). The population of the study is the students of Grade 5 Athirah Primary
School Makasssar which is 62 stduents. The technique sampling used in the study is purposive
sampling which is applied to 8 of the students. The result of the wilcoxon statistic test shows
that group guidance model using role play technique is effective to increase students social
skills. The study suggests the teacher especially guidance and counseling teacher to optimalize
the application of group guidance service using role play technique that function as the tool to
help students to increase their social skills.
Sekolah Dasar kelas 6 di Northern California, bimbingan kelompok belum optimal, hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ditandai dengan penggunaan metode bimbingan
keterampilan sosial lebih mudah diterima oleh kelompok masih berpusat pada guru BK,
lingkungan sosialnya. Mereka memiliki penanganan hanya sekedar pemberian motivasi
karakteristik: mampu bertanggung jawab, tegas, dan pemberian nasehat dan pelaksanaan layanan
populer dan mudah bergaul, bersifat sosial dan bimbingan kelompok masih bersifat umum.
suka menolong, memahami orang lain, tenggang Tidak dikuasainya keterampilan sosial pada
rasa, penuh perhatian, terampil dalam anak akan mempengaruhi proses belajar
menyelesaikan konflik, dan juga pintar dalam mengajar serta iklim yang ada di suatu kelas.
menerapkan strategi untuk menyelesaikan Anak-anak yang kurang memiliki keterampilan
masalah antarpribadi. sosial sangat memungkinkan untuk ditolak oleh
Menurut Moeslichatoen (2001: 4-5), bentuk rekan yang lain, tidak mampu bekerjasama, tidak
keterampilan sosial anak di Taman Kanak-Kanak mampu menyesuaikan diri, tidak mampu
yang harus dikuasai dalam memenuhi tugas- berinteraksi dengan baik, tidak dapat mengontrol
tugas perkembangan berikutnya sehingga dapat emosi diri, tidak mampu berempati, tidak mampu
berkembang secara sehat dan normal, antara lain: mentaati aturan serta tidak mampu menghargai
membina dan menanggapi hubungan antar orang lain. Sebaliknya, terbinanya keterampilan
pribadi dengan anak lain secara memuaskan, sosial pada diri anak akan memunculkan
tidak suka bertengkar, tidak ingin menang penerimaan dari teman sebaya, penerimaan dari
sendiri, berbagai makanan ringan dan mainan, guru dan sukses dalam belajarnya.
dan sering membantu. Akan tetapi tidak semua
Hasil penelitian Rubin, K. H., Bukowski,
anak mampu menguasai bentuk keterampilan
sosial dalam bersosialisasi. Menurut Nurihsan & W. & Parker, J. G.: 1998, menunjukkan bahwa
Agustin (2011: 49) Beberapa masalah sosial anak-anak yang memiliki keterampilan sosial
yang sering dialami anak adalah: anak ingin yang rendah, mereka cenderung menunjukkan
menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau prasangka permusuhan, saat berhadapan dengan
menunggu giliran bila bermain bersama, selalu stimulus sosial yang ambigu mereka sering
ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, mengartikannya sebagai tanda permusuhan
agresif dengan cara menyerang orang atau anak sehingga menghadapinya dengan tindakan
lain, merebut mainan atau barang orang lain, agresif. Mereka juga kurang mampu mengontrol
merusak barang teman lain dan ketidakmampuan emosi, sulit memahami perasaan dan keinginan
menyesuaikan dengan lingkungan baru. orang lain, dan kurang terampil dalam
Mencermati beberapa pendapat ahli yang menyelesaikan masalah-masalah sosial.
dikemukakan di atas, permasalahan terkait Sedangkan hasil penelitian Cartledge,
rendahnya keterampilan sosial pun terjadi di Gwendolyn & Kiarei, Mary W. (2001),
Sekolah Dasar Athirah Makassar. Dari hasil rendahnya ketrampilan sosial ini membuat anak
observasi awal peneliti dan wawancara dengan kurang mampu menjalin interaksi secara efektif
Masnawati S. Pd (selaku guru BK) lakukan di dengan lingkungannya dan memilih tindakan
Sekolah Dasar Athirah Makassar pada awal agresif sebagai strategi coping. Mereka
bulan, 8 Februari 2012. Guru BK mengakui cenderung mengganggap tindakan agresif
dalam kesehariannya di sekolah tersebut masih merupakan cara yang paling tepat utnuk
terdapat siswa yang menunjukkan perilaku-
mengatasi permasalahan sosial dan mendapatkan
perilaku yang terindikasi kesulitan dalam
bersosialisasi dengan teman sebaya, seperti tidak apa yang mereka inginkan. Akibatnya, mereka
ingin bekerja sama dengan teman yang tidak sering ditolak oleh orang tua, teman sebaya, dan
dekat, menyembunyikan barang teman agar lingkungan. Penelitian menyebutkan bahwa
mendapat perhatian, tidak ingin mengajak kecenderungan anak bermasalah dengan
bermain bersama dengan teman yang tidak dekat keterampisan sosialnya dipengaruhi karena
dengan siswa tersebut, persaingan antar siswa faktor lingkungan, keluarga, persahaban,
dalam hal benda-benda yang dimilikinya, solidaritas kelompok dan kemampuan
sehingga sering menimbulkan konflik dan menyesuaikan diri. (Bakhtiar, 2015)
kecemburuan sosial. Hasil wawancara juga Sehubungan dengan pentingnya
menunjukkan bahwa penyelenggaraan layanan keterampilan sosial bagi anak, maka penelitian
ini mengkhususkan untuk meningkatkan
keterampilan sosial pada anak dengan cara
4 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 4
menemukan model penanganan yang tepat. sehingga mampu menciptakan ketertarikan anak
Peneliti akan menggunakan layanan bimbingan dalam mengikuti kegiatan bermain peran. Selain
kelompok dengan teknik bermain peran sebagai hal tersebut, Brown (Setyawati, 2012: 23) juga
model dalam penanganan keterampilan sosial mengungkapkan bahwa bermain peran
yang rendah karena menurut Shertzer dan Stone digunakan untuk membantu individu
(Romlah 2006: 2-3) menyimpulkan bahwa mengembangkan pemahaman yang lebih baik
bimbingan kelompok bertujuan “...agar individu terhadap diri mereka sendiri, orang lain, atau
dapat memahami dirinya dan lingkungannya, untuk latihan perilaku.
dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri Berdasarkan uraian permasalahan, penelitian
dengan lingkungannya, dan dapat sebelumnya dan memperhatikan konsep
mengembangkan dirinya secara optimal untuk bimbingan kelompok dan teknik bermain peran.
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan Peneliti akan mengembangkan sebuah model
masyarakat”. Winkel & Hastuti (2006: 565) bimbingan kelompok dengan menggunakan
mengemukakan manfaat layanan bimbingan teknik bermain peran sebagai alat untuk
kelompok adalah mendapat kesempatan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di
berkontak dengan banyak siswa, memberikan Sekolah Dasar Athirah Makassar.
informasi yang dibutuhkan oleh siswa, siswa Berdasarkan permasalahan yang
dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi, berkembang di atas, maka rumusan masalah
siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
bahwa teman-temannya sering menghadapi pelaksanaan bimbingan kelompok di SD Athirah
persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap Makassar?, (2) Bagaimana tingkat keterampilan
kali sama, dan lebih berani mengemukakan sosial di SD Athirah Makassar?, (3) Bagaimana
pandangannya sendiri bila berada dalam model bimbingan kelompok dengan teknik
kelompok; diberikan kesempatan untuk bermain peran untuk meningkatkan keterampilan
mendiskusikan sesuatu bersama, lebih bersedia sosial siswa di SD Athirah Makassar? (4)
Bagaimana keefektifan model bimbingan
menerima suatu pandangan atau pendapat bila
kelompok dengan teknik bermain peran untuk
dikemukakan oleh seorang teman daripada yang
meningkatkan keterampilan sosial siswa di SD
dikemukakan oleh seorang konselor. Sedangkan Athirah Makassar?
pemilihan teknik bermain peran karena Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui
mempertimbangkan latar belakang sifat siswa gambaran pelaksanaan bimbingan kelompok, (2)
yang dalam usia perkembangan anak sekolah mengetahui keterampilan sosial siswa, (3)
dasar, yaitu senang bermain, dan mudah percaya menghasilkan model bimbingan kelompok
dengan teman dekat. dengan teknik bermain peran untuk
Teknik bermain peran menurut Romlah meningkatkan keterampilan sosial siswa, (4)
(2006: 101), teknik bermain peran adalah suatu mengetahui efektivitas model bimbingan
alat belajar untuk mengembangkan keterampilan- kelompok dengan teknik bermain peran untuk
keterampilan dan pengertian-pengertian meningkatkan keterampilan sosial siswa
mengenai hubungan antar manusia dengan jalan
memerankan situasi-situasi yang paralel dengan
METODE
yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.
Artinya, situasi yang diperankan adalah sesuai
Penelitian ini menggunakan metode
dengan kehidupan yang sebenarnya. Selain itu,
deskriftif dengan pendekatan research and
dalam bermain peran menurut Joyce, B et al
development. Metode penelitian pengembangan
(2012: 328) siswa mengeksplorasi masalah-
merupakan metode yang digunakan untuk
masalah tentang hubungan antar manusia dengan
menghasilkan produk tertentu, dan menguji
cara memainkan peran dalam situasi
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009:
permasalahan kemudian mendiskusikan
407). Dasar pertimbangan penggunaan
peraturan-peraturan secara bersama-sama, siswa
pendekatan ini adalah pendapat Borg and Gall
bisa mengungkapkan perasaan, tingkah laku, (1983: 775) “a process used to develop and
nilai, dan strategi pemecahan masalah. validate educational product” yang artinya
Salah satu keunggulan dari teknik bermain bahwa strategi penelitian dan pengembangan
peran adalah melibatkan pengalaman anak, hal merupakan proses yang efektif untuk
ini membuat anak merasakan hal yang baru
5 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 5
mengembangkan dan menvalidasikan produk Tujuan tahapan ini adalah untuk menyusun
pendidikan. Produk pendidikan yang dapat rancangan model hipotetik pengembangan,
dihasilkan melalui pendekatan riset dan yang sesuai dengan hasil temuan pada studi
pengembangan adalah buku teks, film pendahuluan. Model hipotetik
instruksional, program komputer, metode pengembangan dalam penelitian ini adalah
mengajar, dan berbagi program. bimbingan kelompok dengan teknik bermain
Produk yang dimaksud dalam penelitian peran untuk meningkatkan keterampilan
ini adalah sebuah model bimbingan kelompok sosial siswa.
dengan teknik bermain peran untuk 3. Tahap ketiga, uji kelayakan model hipotetik.
meningkatkan keterampilan sosial di Sekolah Tujuan tahapan ini adalah untuk memperoleh
Dasar Athira Makassar. Kerangka isi dan penilaian terhadap model hipotetik yang
komponen model disusun berdasarkan kajian telah dirumuskan sehingga diperoleh
konsep bimbingan kelompok, kajian konsep informasi mengenai kelemahan dan kekuatan
bermain peran, kajian konsep keterampilan sosial dari model hipotetik tersebut. Kegiatan yang
serta kajian empiris tentang kondisi aktual dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:
layanan bimbingan dan konseling khususnya a. Melaksanakan uji rasional model
layanan bimbingan kelompok di Sekolah Dasar hipotetik yang melibatkan pakar layanan
Athira Makassar. bimbingan kelompok.
b. Melaksanakan uji kepraktisan model
Pengembangan model bimbingan kelompok
hipotetik yang melibatkan praktisi
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di layanan bimbingan kelompok.
Sekolah Dasar ini dibagi dalam 6 tahap. Hal ini 4. Tahap keempat, perbaikan model hipotetik.
dilakukan dengan alasan disesuaikan dengan Tujuan tahapan ini adalah menyempurnakan
kebutuhan penelitian. Enam tahapan tersebut model hipotetik berdasarkan pendapat dan
adalah sebagai berikut: (1) tahap studi masukan yang diperoleh dari pakar dan
pendahuluan; (2) tahap merumuskan model praktisi pada saat pelaksanaan uji rasional
hipotetik; (3) tahap uji kelayakan model dan uji kepraktisan model hipotetik.
hipotetik; (4) tahap perbaikan model hipotetik; Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap
(5) tahap uji coba terbatas; (6) tahap tersusunnya ini antara lain:
model akhir. Ke enam tahapan pokok dalam a. Mengevaluasi hasil uji-kelayakan model
pengembangan model bimbingan kelompok hipotetik.
dengan menggunakan teknik bermain peran b. Memperbaiki model hipotetik secara
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kolaboratif.
dapat dijelaskan sebagai berikut: c. Tersusun model hipotetik bimbingan
1. Tahap pertama, studi pendahuluan. kelompok dengan teknik bermain peran
Tujuan tahapan ini adalah mengumpulkan 5. Tahap kelima, uji coba terbatas (Uji
berbagai informasi yang akan digunakan empirik).
sebagai acuan dalam menciptakan sebuah Tujuan tahapan ini adalah dilaksanakannya
produk pengembangan. Kegiatan yang model hipotetik bimbingan kelompok
dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain: dengan teknik bermain peran, yang
a. Melaksanakan studi lapangan untuk dilakukan bersama dengan guru bimbingan
mengetahui kondisi obyektif di lokasi dan konseling sekolah. Kegiatan yang
penelitian terkait dengan permasalahan dilakukan peneliti bersama guru bimbingan
yang dialami siswa dan juga pelaksanaan dan konseling pada tahap ini antara lain:
layanan bimbingan konseling, khususnya a. Menyusun rencana kegiatan uji
layanan bimbingan kelompok. lapangan.
b. Mengkaji secara konseptual model b. Melaksanakan uji lapangan.
bimbingan kelompok (kajian pustaka) c. Mendsikripsikan hasil pelaksanaan uji
c. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang lapangan.
relevan dengan pengembangan model 6. Tahap keenam, menyusun model akhir
bimbingan kelompok yang hendak bimbingan kelompok dengan teknik bermain
dilakukan. peran.
2. Tahap kedua, merumuskan model hipotetik.
6 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 6
Tujuan dalam tahapan ini adalah tersusunnya dalam pelaksanaannya nanti. Dalam uji praktisi,
model akhir bimbingan kelompok dengan model bimbingan kelompok dengan teknik
teknik bermain peran yang mampu bermain peran di validasi oleh dua praktisi
meningkatkan keterampilan sosial siswa. layanan bimbingan kelompok.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap Data hasil validasi praktisi ini, berupa
ini antara lain: pendapat, kritik dan saran akan dianalisis secara
a. Mengevaluasi hasil uji-lapangan model deskripsi dan dijadikan acuan dalam membuat
bimbingan kelompok dengan teknik revisi model pengembangan, sehingga model
bermain peran untuk meningkatkan bimbingan kelompok dengan teknik bermain
keterampilan sosial siswa peran untuk meningkatkan keterampilan sosial
b. Memperbaiki/menyempurnakan model siswa menjadi lebih baik.
bimbingan kelompok denga teknik Uji Keefektifan penelitian. Tujuan dari
bermain peran untuk meningkatkan pelaksanaan uji keefektifan adalah untuk melihat
apakah model pengembangan, yakni model
keterampilan sosial siswa
bimbingan kelompok dengan teknik bermain
c. Tersusun model akhir bimbingan
peran efektif dalam meningkatkan keterampilan
kelompok dengan teknik bermain peran
sosial siswa. Uji efektifitas dalam penelitian ini
meningkatkan keterampilan sosial siswa.
menggunakan desain one group pretest-posttest
Uji Coba produk penelitian. Produk yang
design.
diuji dalam penelitian pengembangan ini adalah
Menurut Sugiyono (2009:111), uji
model bimbingan kelompok dengan teknik
keefektifan dalam desain one group pretest-
bermain peran untuk meningkatkan keterampilan
posttest design adalah dengan membandingkan
sosial siswa. Uji coba produk dilakukan untuk hasil pretest dan posttest satu kelompok subyek
menguji/menimbang apakah model bimbingan penelitian saja tanpa ada kelompok pembanding.
kelompok dengan teknik bermain peran tersebut Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan
memenuhi kriteria sebagai model layanan maka desain uji efektifitas one group pretest
bimbingan kelompok yang efektif digunakan posttest design yang digunakan dapat
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. digambarkan sebagai berikut:
Desain uji coba dalam penelitian ini
terdiri dari uji ahli atau uji pakar bimbingan Skema One Group Pretest Posttest Design
kelompok, uji praktisi bimbingan kelompok serta
uji coba terbatas atau uji efektifitas model
bimbingan kelompok dengan teknik bermain Pretest Variabel bebas Pascatest
peran.
Uji ahli penelitian. Tujuan dari Y1 X Y2
pelaksanaan uji ahli adalah untuk memvalidasi
model bimbingan kelompok dengan teknik
bermain peran agar menjadi sebuah model yang Keterangan:
secara rasional mampu meningkatkan Pretest Y1 : tes sebelum perlakuan
keterampilan sosial siswa. Dalam uji ahli, model (treatment)
bimbingan kelompok di validasi oleh dua ahli X : perlakukan (treatment)
layanan bimbingan kelompok. Pascatest Y2 : tes setelah mendapat
Data hasil validasi ahli ini, berupa perlakuan (treatment)
pendapat, kritik dan saran akan dianalisis secara
deskripsi dan dijadikan acuan dalam membuat Dalam desain uji efektifitas model
revisi model pengembangan dengan teknik pengembangan ini, peneliti memberikan pretest
bermain peran, sehingga model bimbingan untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial
kelompok dengan teknik bermain peran untuk siswa, kemudian diberikan bimbingan kelompok
meningkatkan keterampilan sosial siswa menjadi dengan teknik bermain peran untuk
lebih baik. meningkatkan keterampilan sosial siswa, dan
Tujuan dari pelaksanaan uji praktisi
pada akhirnya diberikan posttest untuk mengukur
adalah untuk memvalidasi model bimbingan
keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik
kelompok dengan teknik bermain peran agar
bermain peran dalam meningkatkan keterampilan
menjadi sebuah model yang praktis/mudah
sosial siswa.
7 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 7
Subjek uji ahli model pengembangan pada psikologis keterampilan sosial yang digunakan
penelitian ini adalah dua orang ahli/ pakar dikembangkan berdasarkan pada skala Likert,
bimbingan kelompok. skala tersebut digunakan untuk mengetahui
Subjek uji praktisi model pengembangan pada tingkat keterampilan sosial siswa yang dilakukan
penelitian ini adalah dua orang praktisi layanan sebelum diberikan treatment (melalui pre-test)
bimbingan kelompok, yakni guru bimbingan dan dan setelah diberikan treatment (post-tes).
konseling di sekolah yang menjadi lokasi pada Format yang digunakan terdiri dari 4 pilihan
penelitian ini. jawaban sebagai berikut : SS (Sangat Sesuai), S
Subjek uji coba dalam penelitian ini (Sesuai), KS (Kurang Sesuai) dan TS (Tidak
adalah siswa di Sekolah Dasar Athira Makassar. Sesuai)..
Dalam penelitian ini, jenis sampel yang Validitas dan reliabilitas instrumen
digunakan adalah purposive sampling (pengam- penelitian. Sugiyono (2011:168) menjelaskan
bilan sampel berdasarkan tujuan). Sampel bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang digunakan untuk mendapatkan data
yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
keterampilan sosial siswa. subjek penelitian ini tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
ditetapkan pada siswa-siswi Di Sekolah Dasar yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen
Athira Makassar. Dasar penetapannya adalah yang reliabel adalah instrumen yang bila
berdasarkan informasi dari guru BK bahwa di digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
Sekolah tersebut memiliki keterampilan sosial yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
yang rendah. Jadi instrumen yang valid dan reliabel
Subyek yang menjadi peserta penelitian merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
berjumlah 10 siswa. Subyek penelitian ini dipilih hasil penelitian yang valid dan reliabel.
berdasarkan skala tingkat keterampilan sosial Validitas instrumen penelitian. Menurut
yang dikembangkan oleh peneliti dengan Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu
melibatkan subtek-subyek yang memiliki tingkat ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan
keterampilan sosial yang rendah, sedang dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang
tinggi. Karena tidak dimaksudkan untuk valid atau sahih mempunyai validitas yang
generalisasi maka peneliti tidak melibatkan tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid
perbandingan. berarti memiliki validitas yang rendah. Suatu
Jenis data yang digali dalam penelitian
instrumen dikatakan valid apabila dapat
pengembangan ini adalah mengenai kalayakan
mengungkap data dari variabel yang diteliti
dan keefektifan model layanan bimbingan
kelompok dengan teknik bermain peran untuk secara tepat. Tinggi rendahnya instrument
meningkatkan keterampilan sosial siswa di menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
Sekolah Dasar Athira Makassar. tidak menyimpang dari gambaran tentang
Ada dua jenis yang akan digunakan validitas yang dimaksud.
dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data Untuk menguji validitas dalam penelitian
sekunder. Data primer dalam penelitian digali ini, penulis menggunakan validitas internal yang
dan diperoleh dari sumber pertama, yaitu dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara
pedoman wawancara dan observasi serta skala bagian-bagian instrumen atau butir-butir
psikologis sebagai instrumen utama untuk pernyataan dengan instrumen secara
mengetahui tingkat keterampilan sosial siswa. keseluruhan. Pengujian validitas dilakukan
Dan instrumen validasi. Yang kedua adalah Data dengan analisis butir (anabut) rumus yang
Sekunder, Jenis data sekunder digali dan digunakan dalam pengujian validitas dengan
diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, hasil menggunakan rumus product moment dari
penelitian, yang ditulis para pakar pendidikan Pearson (Arikunto, 2006: 170) Rumus:
khususnya pakar bimbingan konseling, guna
N XY - X Y
rxy
menganalisis keterampilan sosial.
Instrumen pengumpulan data yang N X X N Y Y
2 2 2 2
Tabel 4.23 Perbandingan skor pre test dan post test secara keseluruhan
6 DW 83 Rendah 98 Rendah
7 HD 112 Tinggi 122 Tinggi
8 ID 159 Sangat tinggi 166 Sangat tinggi
Jumlah 855 959
Dari data diatas, terlihat bahwa terjadi kenaikan peran mengalami kenaikan 104 poin pada skor
skor keterampilan sosial siswa sebelum (pre test) keterampilan sosial siswa atau sebesar 12.16%.
diberikan layanan bimbingan kelompok dengan Untuk memperoleh gambaran yang lebih
teknik bermain peran dibandingkan dengan skor jelas tentang perbandingan keterampilan sosial
keterampilan sosial setelah (post test) diberikan sebelum (pre test) dan setelah (post test) di
layanan bimbingan kelompok dengan teknik Sekolah Dasar Athirah Makassar, peneliti
bermain peran. memaparkan ke dalam bentuk diagram batang,
Secara keseluruhan, dari 8 siswa yang diberi sebagaimana tertera pada grafik di bawah ini:
bimbingan kelompok dengan teknik bermain