Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling

Volume 2 Nomor 1 Juni 2016. Hal 1-11


p-ISSN: 2443-2202 e-ISSN: 2477-2518

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL

Muhammad Junaedi Mahyuddin


Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Enrekang
Email: tommuanemandar@gmail.com

(Diterima: 5-April-2016; di revisi: 13-Juni-2016; dipublikasikan: 28-Juni-2016)

Abstract: This study aims to: (1) know the description of how to do the group guidance, (2)
know the students social skills, (3) create a group guidance model using role play technique to
increase the students social skills. The methodoogy applied in the study is Research and
Development (R&D). The population of the study is the students of Grade 5 Athirah Primary
School Makasssar which is 62 stduents. The technique sampling used in the study is purposive
sampling which is applied to 8 of the students. The result of the wilcoxon statistic test shows
that group guidance model using role play technique is effective to increase students social
skills. The study suggests the teacher especially guidance and counseling teacher to optimalize
the application of group guidance service using role play technique that function as the tool to
help students to increase their social skills.

Keywords: Group guidance, role play, social skills.


Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui gambaran pelaksanaan
bimbingan kelompok, (2) mengetahui keterampilan sosial siswa, (3) menghasilkan model
bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan
sosial siswa, (4) mengetahui efektivitas model bimbingan kelompok dengan teknik
bermain peran untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Athirah Makassar yang berjumlah 62 siswa. Teknik
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan diujicobakan kepada 8 orang
siswa. Hasil uji statistic wilcoxon menunjukkan, bimbingan kelompok dengan teknik
bermain peran efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Disarankan bagi
guru khususnya guru bimbingan dan konseling untuk mengoptimalkan pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran sebagai sarana untuk
membantu siswa khususnya dalam meningkatkan keterampilan siswa.

Kata Kunci: bimbingan kelompok, bermain peran, keterampilan sosial.

PENDAHULUHAN dikembangkan sejak dini untuk mencegah


kegagalan dan kesulitan di masa sekolah dan
Keterampilan sosial harus dikembangkan masa dewasa kelak”. Sejalan dengan pendapat
sejak dini (Sekolah Dasar) karena anak yang Cartledge & Kiarei, menurut Rusmana (2012)
dapat melakukan hubungan sosial secara baik dalam penelitiannya berpendapat bahwa
dengan lingkungannya akan memiliki dasar dan “keterampilan sosial siswa yang dimiliki
mempunyai kemampuan untuk meraih individu berfungsi untuk mengatasi
keberhasilan di masa yang akan datang, seperti permasalahan-permasalahan yang timbul akibat
yang dikemukakan oleh Cartledge & Kiarei dari berinteraksi”.
(2001: 40) “Social incompetence can lead to Penelitian Schamps (Goleman, 1997: 432)
failure cycles and eventual poor school and adult yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak hingga
outcomes”,“Keterampilan sosial perlu
3 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 3

Sekolah Dasar kelas 6 di Northern California, bimbingan kelompok belum optimal, hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ditandai dengan penggunaan metode bimbingan
keterampilan sosial lebih mudah diterima oleh kelompok masih berpusat pada guru BK,
lingkungan sosialnya. Mereka memiliki penanganan hanya sekedar pemberian motivasi
karakteristik: mampu bertanggung jawab, tegas, dan pemberian nasehat dan pelaksanaan layanan
populer dan mudah bergaul, bersifat sosial dan bimbingan kelompok masih bersifat umum.
suka menolong, memahami orang lain, tenggang Tidak dikuasainya keterampilan sosial pada
rasa, penuh perhatian, terampil dalam anak akan mempengaruhi proses belajar
menyelesaikan konflik, dan juga pintar dalam mengajar serta iklim yang ada di suatu kelas.
menerapkan strategi untuk menyelesaikan Anak-anak yang kurang memiliki keterampilan
masalah antarpribadi. sosial sangat memungkinkan untuk ditolak oleh
Menurut Moeslichatoen (2001: 4-5), bentuk rekan yang lain, tidak mampu bekerjasama, tidak
keterampilan sosial anak di Taman Kanak-Kanak mampu menyesuaikan diri, tidak mampu
yang harus dikuasai dalam memenuhi tugas- berinteraksi dengan baik, tidak dapat mengontrol
tugas perkembangan berikutnya sehingga dapat emosi diri, tidak mampu berempati, tidak mampu
berkembang secara sehat dan normal, antara lain: mentaati aturan serta tidak mampu menghargai
membina dan menanggapi hubungan antar orang lain. Sebaliknya, terbinanya keterampilan
pribadi dengan anak lain secara memuaskan, sosial pada diri anak akan memunculkan
tidak suka bertengkar, tidak ingin menang penerimaan dari teman sebaya, penerimaan dari
sendiri, berbagai makanan ringan dan mainan, guru dan sukses dalam belajarnya.
dan sering membantu. Akan tetapi tidak semua
Hasil penelitian Rubin, K. H., Bukowski,
anak mampu menguasai bentuk keterampilan
sosial dalam bersosialisasi. Menurut Nurihsan & W. & Parker, J. G.: 1998, menunjukkan bahwa
Agustin (2011: 49) Beberapa masalah sosial anak-anak yang memiliki keterampilan sosial
yang sering dialami anak adalah: anak ingin yang rendah, mereka cenderung menunjukkan
menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau prasangka permusuhan, saat berhadapan dengan
menunggu giliran bila bermain bersama, selalu stimulus sosial yang ambigu mereka sering
ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, mengartikannya sebagai tanda permusuhan
agresif dengan cara menyerang orang atau anak sehingga menghadapinya dengan tindakan
lain, merebut mainan atau barang orang lain, agresif. Mereka juga kurang mampu mengontrol
merusak barang teman lain dan ketidakmampuan emosi, sulit memahami perasaan dan keinginan
menyesuaikan dengan lingkungan baru. orang lain, dan kurang terampil dalam
Mencermati beberapa pendapat ahli yang menyelesaikan masalah-masalah sosial.
dikemukakan di atas, permasalahan terkait Sedangkan hasil penelitian Cartledge,
rendahnya keterampilan sosial pun terjadi di Gwendolyn & Kiarei, Mary W. (2001),
Sekolah Dasar Athirah Makassar. Dari hasil rendahnya ketrampilan sosial ini membuat anak
observasi awal peneliti dan wawancara dengan kurang mampu menjalin interaksi secara efektif
Masnawati S. Pd (selaku guru BK) lakukan di dengan lingkungannya dan memilih tindakan
Sekolah Dasar Athirah Makassar pada awal agresif sebagai strategi coping. Mereka
bulan, 8 Februari 2012. Guru BK mengakui cenderung mengganggap tindakan agresif
dalam kesehariannya di sekolah tersebut masih merupakan cara yang paling tepat utnuk
terdapat siswa yang menunjukkan perilaku-
mengatasi permasalahan sosial dan mendapatkan
perilaku yang terindikasi kesulitan dalam
bersosialisasi dengan teman sebaya, seperti tidak apa yang mereka inginkan. Akibatnya, mereka
ingin bekerja sama dengan teman yang tidak sering ditolak oleh orang tua, teman sebaya, dan
dekat, menyembunyikan barang teman agar lingkungan. Penelitian menyebutkan bahwa
mendapat perhatian, tidak ingin mengajak kecenderungan anak bermasalah dengan
bermain bersama dengan teman yang tidak dekat keterampisan sosialnya dipengaruhi karena
dengan siswa tersebut, persaingan antar siswa faktor lingkungan, keluarga, persahaban,
dalam hal benda-benda yang dimilikinya, solidaritas kelompok dan kemampuan
sehingga sering menimbulkan konflik dan menyesuaikan diri. (Bakhtiar, 2015)
kecemburuan sosial. Hasil wawancara juga Sehubungan dengan pentingnya
menunjukkan bahwa penyelenggaraan layanan keterampilan sosial bagi anak, maka penelitian
ini mengkhususkan untuk meningkatkan
keterampilan sosial pada anak dengan cara
4 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 4

menemukan model penanganan yang tepat. sehingga mampu menciptakan ketertarikan anak
Peneliti akan menggunakan layanan bimbingan dalam mengikuti kegiatan bermain peran. Selain
kelompok dengan teknik bermain peran sebagai hal tersebut, Brown (Setyawati, 2012: 23) juga
model dalam penanganan keterampilan sosial mengungkapkan bahwa bermain peran
yang rendah karena menurut Shertzer dan Stone digunakan untuk membantu individu
(Romlah 2006: 2-3) menyimpulkan bahwa mengembangkan pemahaman yang lebih baik
bimbingan kelompok bertujuan “...agar individu terhadap diri mereka sendiri, orang lain, atau
dapat memahami dirinya dan lingkungannya, untuk latihan perilaku.
dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri Berdasarkan uraian permasalahan, penelitian
dengan lingkungannya, dan dapat sebelumnya dan memperhatikan konsep
mengembangkan dirinya secara optimal untuk bimbingan kelompok dan teknik bermain peran.
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan Peneliti akan mengembangkan sebuah model
masyarakat”. Winkel & Hastuti (2006: 565) bimbingan kelompok dengan menggunakan
mengemukakan manfaat layanan bimbingan teknik bermain peran sebagai alat untuk
kelompok adalah mendapat kesempatan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di
berkontak dengan banyak siswa, memberikan Sekolah Dasar Athirah Makassar.
informasi yang dibutuhkan oleh siswa, siswa Berdasarkan permasalahan yang
dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi, berkembang di atas, maka rumusan masalah
siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
bahwa teman-temannya sering menghadapi pelaksanaan bimbingan kelompok di SD Athirah
persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap Makassar?, (2) Bagaimana tingkat keterampilan
kali sama, dan lebih berani mengemukakan sosial di SD Athirah Makassar?, (3) Bagaimana
pandangannya sendiri bila berada dalam model bimbingan kelompok dengan teknik
kelompok; diberikan kesempatan untuk bermain peran untuk meningkatkan keterampilan
mendiskusikan sesuatu bersama, lebih bersedia sosial siswa di SD Athirah Makassar? (4)
Bagaimana keefektifan model bimbingan
menerima suatu pandangan atau pendapat bila
kelompok dengan teknik bermain peran untuk
dikemukakan oleh seorang teman daripada yang
meningkatkan keterampilan sosial siswa di SD
dikemukakan oleh seorang konselor. Sedangkan Athirah Makassar?
pemilihan teknik bermain peran karena Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui
mempertimbangkan latar belakang sifat siswa gambaran pelaksanaan bimbingan kelompok, (2)
yang dalam usia perkembangan anak sekolah mengetahui keterampilan sosial siswa, (3)
dasar, yaitu senang bermain, dan mudah percaya menghasilkan model bimbingan kelompok
dengan teman dekat. dengan teknik bermain peran untuk
Teknik bermain peran menurut Romlah meningkatkan keterampilan sosial siswa, (4)
(2006: 101), teknik bermain peran adalah suatu mengetahui efektivitas model bimbingan
alat belajar untuk mengembangkan keterampilan- kelompok dengan teknik bermain peran untuk
keterampilan dan pengertian-pengertian meningkatkan keterampilan sosial siswa
mengenai hubungan antar manusia dengan jalan
memerankan situasi-situasi yang paralel dengan
METODE
yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.
Artinya, situasi yang diperankan adalah sesuai
Penelitian ini menggunakan metode
dengan kehidupan yang sebenarnya. Selain itu,
deskriftif dengan pendekatan research and
dalam bermain peran menurut Joyce, B et al
development. Metode penelitian pengembangan
(2012: 328) siswa mengeksplorasi masalah-
merupakan metode yang digunakan untuk
masalah tentang hubungan antar manusia dengan
menghasilkan produk tertentu, dan menguji
cara memainkan peran dalam situasi
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009:
permasalahan kemudian mendiskusikan
407). Dasar pertimbangan penggunaan
peraturan-peraturan secara bersama-sama, siswa
pendekatan ini adalah pendapat Borg and Gall
bisa mengungkapkan perasaan, tingkah laku, (1983: 775) “a process used to develop and
nilai, dan strategi pemecahan masalah. validate educational product” yang artinya
Salah satu keunggulan dari teknik bermain bahwa strategi penelitian dan pengembangan
peran adalah melibatkan pengalaman anak, hal merupakan proses yang efektif untuk
ini membuat anak merasakan hal yang baru
5 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 5

mengembangkan dan menvalidasikan produk Tujuan tahapan ini adalah untuk menyusun
pendidikan. Produk pendidikan yang dapat rancangan model hipotetik pengembangan,
dihasilkan melalui pendekatan riset dan yang sesuai dengan hasil temuan pada studi
pengembangan adalah buku teks, film pendahuluan. Model hipotetik
instruksional, program komputer, metode pengembangan dalam penelitian ini adalah
mengajar, dan berbagi program. bimbingan kelompok dengan teknik bermain
Produk yang dimaksud dalam penelitian peran untuk meningkatkan keterampilan
ini adalah sebuah model bimbingan kelompok sosial siswa.
dengan teknik bermain peran untuk 3. Tahap ketiga, uji kelayakan model hipotetik.
meningkatkan keterampilan sosial di Sekolah Tujuan tahapan ini adalah untuk memperoleh
Dasar Athira Makassar. Kerangka isi dan penilaian terhadap model hipotetik yang
komponen model disusun berdasarkan kajian telah dirumuskan sehingga diperoleh
konsep bimbingan kelompok, kajian konsep informasi mengenai kelemahan dan kekuatan
bermain peran, kajian konsep keterampilan sosial dari model hipotetik tersebut. Kegiatan yang
serta kajian empiris tentang kondisi aktual dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:
layanan bimbingan dan konseling khususnya a. Melaksanakan uji rasional model
layanan bimbingan kelompok di Sekolah Dasar hipotetik yang melibatkan pakar layanan
Athira Makassar. bimbingan kelompok.
b. Melaksanakan uji kepraktisan model
Pengembangan model bimbingan kelompok
hipotetik yang melibatkan praktisi
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di layanan bimbingan kelompok.
Sekolah Dasar ini dibagi dalam 6 tahap. Hal ini 4. Tahap keempat, perbaikan model hipotetik.
dilakukan dengan alasan disesuaikan dengan Tujuan tahapan ini adalah menyempurnakan
kebutuhan penelitian. Enam tahapan tersebut model hipotetik berdasarkan pendapat dan
adalah sebagai berikut: (1) tahap studi masukan yang diperoleh dari pakar dan
pendahuluan; (2) tahap merumuskan model praktisi pada saat pelaksanaan uji rasional
hipotetik; (3) tahap uji kelayakan model dan uji kepraktisan model hipotetik.
hipotetik; (4) tahap perbaikan model hipotetik; Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap
(5) tahap uji coba terbatas; (6) tahap tersusunnya ini antara lain:
model akhir. Ke enam tahapan pokok dalam a. Mengevaluasi hasil uji-kelayakan model
pengembangan model bimbingan kelompok hipotetik.
dengan menggunakan teknik bermain peran b. Memperbaiki model hipotetik secara
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kolaboratif.
dapat dijelaskan sebagai berikut: c. Tersusun model hipotetik bimbingan
1. Tahap pertama, studi pendahuluan. kelompok dengan teknik bermain peran
Tujuan tahapan ini adalah mengumpulkan 5. Tahap kelima, uji coba terbatas (Uji
berbagai informasi yang akan digunakan empirik).
sebagai acuan dalam menciptakan sebuah Tujuan tahapan ini adalah dilaksanakannya
produk pengembangan. Kegiatan yang model hipotetik bimbingan kelompok
dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain: dengan teknik bermain peran, yang
a. Melaksanakan studi lapangan untuk dilakukan bersama dengan guru bimbingan
mengetahui kondisi obyektif di lokasi dan konseling sekolah. Kegiatan yang
penelitian terkait dengan permasalahan dilakukan peneliti bersama guru bimbingan
yang dialami siswa dan juga pelaksanaan dan konseling pada tahap ini antara lain:
layanan bimbingan konseling, khususnya a. Menyusun rencana kegiatan uji
layanan bimbingan kelompok. lapangan.
b. Mengkaji secara konseptual model b. Melaksanakan uji lapangan.
bimbingan kelompok (kajian pustaka) c. Mendsikripsikan hasil pelaksanaan uji
c. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang lapangan.
relevan dengan pengembangan model 6. Tahap keenam, menyusun model akhir
bimbingan kelompok yang hendak bimbingan kelompok dengan teknik bermain
dilakukan. peran.
2. Tahap kedua, merumuskan model hipotetik.
6 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 6

Tujuan dalam tahapan ini adalah tersusunnya dalam pelaksanaannya nanti. Dalam uji praktisi,
model akhir bimbingan kelompok dengan model bimbingan kelompok dengan teknik
teknik bermain peran yang mampu bermain peran di validasi oleh dua praktisi
meningkatkan keterampilan sosial siswa. layanan bimbingan kelompok.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap Data hasil validasi praktisi ini, berupa
ini antara lain: pendapat, kritik dan saran akan dianalisis secara
a. Mengevaluasi hasil uji-lapangan model deskripsi dan dijadikan acuan dalam membuat
bimbingan kelompok dengan teknik revisi model pengembangan, sehingga model
bermain peran untuk meningkatkan bimbingan kelompok dengan teknik bermain
keterampilan sosial siswa peran untuk meningkatkan keterampilan sosial
b. Memperbaiki/menyempurnakan model siswa menjadi lebih baik.
bimbingan kelompok denga teknik Uji Keefektifan penelitian. Tujuan dari
bermain peran untuk meningkatkan pelaksanaan uji keefektifan adalah untuk melihat
apakah model pengembangan, yakni model
keterampilan sosial siswa
bimbingan kelompok dengan teknik bermain
c. Tersusun model akhir bimbingan
peran efektif dalam meningkatkan keterampilan
kelompok dengan teknik bermain peran
sosial siswa. Uji efektifitas dalam penelitian ini
meningkatkan keterampilan sosial siswa.
menggunakan desain one group pretest-posttest
Uji Coba produk penelitian. Produk yang
design.
diuji dalam penelitian pengembangan ini adalah
Menurut Sugiyono (2009:111), uji
model bimbingan kelompok dengan teknik
keefektifan dalam desain one group pretest-
bermain peran untuk meningkatkan keterampilan
posttest design adalah dengan membandingkan
sosial siswa. Uji coba produk dilakukan untuk hasil pretest dan posttest satu kelompok subyek
menguji/menimbang apakah model bimbingan penelitian saja tanpa ada kelompok pembanding.
kelompok dengan teknik bermain peran tersebut Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan
memenuhi kriteria sebagai model layanan maka desain uji efektifitas one group pretest
bimbingan kelompok yang efektif digunakan posttest design yang digunakan dapat
untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. digambarkan sebagai berikut:
Desain uji coba dalam penelitian ini
terdiri dari uji ahli atau uji pakar bimbingan Skema One Group Pretest Posttest Design
kelompok, uji praktisi bimbingan kelompok serta
uji coba terbatas atau uji efektifitas model
bimbingan kelompok dengan teknik bermain Pretest Variabel bebas Pascatest
peran.
Uji ahli penelitian. Tujuan dari Y1 X Y2
pelaksanaan uji ahli adalah untuk memvalidasi
model bimbingan kelompok dengan teknik
bermain peran agar menjadi sebuah model yang Keterangan:
secara rasional mampu meningkatkan Pretest Y1 : tes sebelum perlakuan
keterampilan sosial siswa. Dalam uji ahli, model (treatment)
bimbingan kelompok di validasi oleh dua ahli X : perlakukan (treatment)
layanan bimbingan kelompok. Pascatest Y2 : tes setelah mendapat
Data hasil validasi ahli ini, berupa perlakuan (treatment)
pendapat, kritik dan saran akan dianalisis secara
deskripsi dan dijadikan acuan dalam membuat Dalam desain uji efektifitas model
revisi model pengembangan dengan teknik pengembangan ini, peneliti memberikan pretest
bermain peran, sehingga model bimbingan untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial
kelompok dengan teknik bermain peran untuk siswa, kemudian diberikan bimbingan kelompok
meningkatkan keterampilan sosial siswa menjadi dengan teknik bermain peran untuk
lebih baik. meningkatkan keterampilan sosial siswa, dan
Tujuan dari pelaksanaan uji praktisi
pada akhirnya diberikan posttest untuk mengukur
adalah untuk memvalidasi model bimbingan
keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik
kelompok dengan teknik bermain peran agar
bermain peran dalam meningkatkan keterampilan
menjadi sebuah model yang praktis/mudah
sosial siswa.
7 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 7

Subjek uji ahli model pengembangan pada psikologis keterampilan sosial yang digunakan
penelitian ini adalah dua orang ahli/ pakar dikembangkan berdasarkan pada skala Likert,
bimbingan kelompok. skala tersebut digunakan untuk mengetahui
Subjek uji praktisi model pengembangan pada tingkat keterampilan sosial siswa yang dilakukan
penelitian ini adalah dua orang praktisi layanan sebelum diberikan treatment (melalui pre-test)
bimbingan kelompok, yakni guru bimbingan dan dan setelah diberikan treatment (post-tes).
konseling di sekolah yang menjadi lokasi pada Format yang digunakan terdiri dari 4 pilihan
penelitian ini. jawaban sebagai berikut : SS (Sangat Sesuai), S
Subjek uji coba dalam penelitian ini (Sesuai), KS (Kurang Sesuai) dan TS (Tidak
adalah siswa di Sekolah Dasar Athira Makassar. Sesuai)..
Dalam penelitian ini, jenis sampel yang Validitas dan reliabilitas instrumen
digunakan adalah purposive sampling (pengam- penelitian. Sugiyono (2011:168) menjelaskan
bilan sampel berdasarkan tujuan). Sampel bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang digunakan untuk mendapatkan data
yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
keterampilan sosial siswa. subjek penelitian ini tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
ditetapkan pada siswa-siswi Di Sekolah Dasar yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen
Athira Makassar. Dasar penetapannya adalah yang reliabel adalah instrumen yang bila
berdasarkan informasi dari guru BK bahwa di digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
Sekolah tersebut memiliki keterampilan sosial yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
yang rendah. Jadi instrumen yang valid dan reliabel
Subyek yang menjadi peserta penelitian merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
berjumlah 10 siswa. Subyek penelitian ini dipilih hasil penelitian yang valid dan reliabel.
berdasarkan skala tingkat keterampilan sosial Validitas instrumen penelitian. Menurut
yang dikembangkan oleh peneliti dengan Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu
melibatkan subtek-subyek yang memiliki tingkat ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan
keterampilan sosial yang rendah, sedang dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang
tinggi. Karena tidak dimaksudkan untuk valid atau sahih mempunyai validitas yang
generalisasi maka peneliti tidak melibatkan tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid
perbandingan. berarti memiliki validitas yang rendah. Suatu
Jenis data yang digali dalam penelitian
instrumen dikatakan valid apabila dapat
pengembangan ini adalah mengenai kalayakan
mengungkap data dari variabel yang diteliti
dan keefektifan model layanan bimbingan
kelompok dengan teknik bermain peran untuk secara tepat. Tinggi rendahnya instrument
meningkatkan keterampilan sosial siswa di menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
Sekolah Dasar Athira Makassar. tidak menyimpang dari gambaran tentang
Ada dua jenis yang akan digunakan validitas yang dimaksud.
dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data Untuk menguji validitas dalam penelitian
sekunder. Data primer dalam penelitian digali ini, penulis menggunakan validitas internal yang
dan diperoleh dari sumber pertama, yaitu dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara
pedoman wawancara dan observasi serta skala bagian-bagian instrumen atau butir-butir
psikologis sebagai instrumen utama untuk pernyataan dengan instrumen secara
mengetahui tingkat keterampilan sosial siswa. keseluruhan. Pengujian validitas dilakukan
Dan instrumen validasi. Yang kedua adalah Data dengan analisis butir (anabut) rumus yang
Sekunder, Jenis data sekunder digali dan digunakan dalam pengujian validitas dengan
diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, hasil menggunakan rumus product moment dari
penelitian, yang ditulis para pakar pendidikan Pearson (Arikunto, 2006: 170) Rumus:
khususnya pakar bimbingan konseling, guna
N XY - X Y 
rxy 
menganalisis keterampilan sosial.
Instrumen pengumpulan data yang N  X   X N  Y   Y 
2 2 2 2

digunakan dalam penelitian ini antara lain:


Pedoman wawancara, Observasi, dan Skala
psikologis keterampilan sosial . Instrumen skala
8 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 8

Keterangan: sar.Teknik analisis data adalah suatu cara untuk


r xy = koefisien korelasi antara skor butir mengolah data yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Jadi, data yang diperoleh dari
dengan skor total
penelitian ini tidak begitu saja disimpulkan,
∑X = jumlah skor butir
∑Y = jumlah skor total tetapi harus diolah terlebih dahulu, diatur dan
∑XY = jumlah hasil perkalian skor butir diringkas serta dianalisis agar dapat diambil
dengan skor total kesimpulan dari hasil penelitian.
Alasan penggunaan analisis statistik
∑Y 2 = jumlah kuadrat skor total
sebagai berikut:
keterbukaan diri
a. Data yang diperoleh berupa angka
∑X 2 = jumlah kuadrat skor butir b. Data statistik berarti menarik kesimpulan
N = banyaknya
keterbukaan diri subyek ilmiah, prosedur
melalui bersifatyang
universal dan secara
dapat diterima dapat
dipertanggung jawabkan. Penggunaan
Uji validitas digunakan untuk melihat analisis data statistik pada penelitian ini
apakah butir-butir soal tersebut sahih atau valid. adalah rumus t-test.
Harga r xy dibandingkan dengan r tabel pada Menurut Arikunto (2006: 86)
tingkat kepercayaaan 5%. perbedaan O1 dan O2 yakni O2-O1 diasumsikan
178) reliabilitas
Realibitas.adalah suatu Arikunto
Menurut instrumen (2006:
dapat Arikunto (2006:
merupakan 306)
efek dari menambahkan
treatment apabila
atau eksperimen.
dipercaya untuk digunakan sebagai alat akan membandingkan kedua hasil dengan
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah membandingkan mean. Arikunto (2006: 306)
baik. Sebuah alat ukur dikatakan reliable apabila juga menambahkan untuk menganalisis hasil
alat ukur digunakan dua kali atau lebih untuk eksperimen yang menggunakan Pre-test dan
mengukur sejumlah subyek yang sama dan Post-test One Group Design. Rumus:
waktu yang berbeda dan hasil yang diperoleh Md
relative sama. Untuk mengukur reliabilitas pada
t=
penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach  x 2 d
yaitu: N (N -1 )
 
r11=  k  1   b 
2 Keterangan:
k  1   2t  Md = mean dari perbedaan/deviasi
(d) antara post-test dan pre-test.
Keterangan: Xd = deviasi dengan masing-masing
r11 = Reliabilitas instrument. subyek (d-Md).
k = Banyaknya butir soal atau N = banyaknya subyek.
butir pertanyaan ∑x d = jumlah kuadrat deviasi
  b 2 = Jumlah varians butir Df = atau d.b. ditentukan dengan N-
 2t = Varians total 1.
Menurut Sugiyono (2011: 307) untuk
Menurut Arikunto (2006:196) rumus
mengetahui efektifitas atau untuk membuktikan
Alpha Cronbach digunakan untuk mencari
signifikansi model bimbingan kelompok dengan
reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan
0 misalnya bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan teknik bermain peran (role playing) untuk
seterusnya. Dalam penelitian ini skor angket meningkatkaan keterampilan sosial siswa
berbentuk skala 1-4. Maka Analisis reliabilitas digunakan uji beda rata-rata (uji-t) antara hasil
pada pada penelitian ini yaitu instrument pretest dan posttest. Uji t dilaksanakan untuk
keterbukaan diri menggunakan rumus Alpha menguji perubahan yang terjadi akibat suatu
Cronbach. Perhitungan reliabilitas dilakukan perlakuan peneliti terhadap sampel dan
dengan menggunakan bantuan komputer membandingkan skor pretest dan posttest.
program SPSS (Statistical Package For Social
Sciens) For Windows versi 15,0. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data pelaksanaan bimbingan
kelompok di Sekolah Dasar Athira Makas- Berdasar hasil penelitian, yang
dilaksanakan pada studi pendahuluan tentang
9 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol.
Mahyuddin.Model
2 No. 1 Juni 2016
Bimbingan Kelompok... | 9

pelaksanaan bimbingan kelompok di Sekolah bimbingan kelompok di SD Athirah


Dasar Athirah kemudian hasil studi pendahuluan Makassar, hal ini disebabkan karena guru BK
tersebut dijadikan bahan pertimbangan dalam atau konselor belum mempersiapkan secara
membuat model bimbingan kelompok dengan khusus tentang pembahasan dalam menangani
teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa tertentu.
keterampilan sosial siswa Sekolah Dasar Athirah c. Tingkat kemandirian siswa pada kategori
Makassar. Isi paparan yang disajikan meliputi: tinggi sebanyak 63 siswa atau 17,8%,
(1) pelaksanaan bimbingan kelompok, (2) hasil kategori sedang sebanyak 230 siswa atau
model bimbingan model bimbingan kelompok 65,3%, kategori rendah sebanyak 57 atau
dengan teknik bermain peran, dan (3) efektivitas 16,4%, dan kategori kurang sebanyak 2 siswa
model bimbingan kelompok dengan teknik atau 0,45%.
bermain peran. Hasil Pengembangan. Bimbingan kelompok
Kondisi Objektif Pelaksanaan Layanan dengan teknik bermain peran ini dikembangkan
Bimbingan kelompok di Sekolah Dasar Athirah berdasarkan analisis panduan antara temuan
Makassar. Hasil studi pendahuluan untuk empirik dilapangan yakni kondisi objektif
mengetahui implementasi aktual pelaksanaan lapangan dengan kaidah-kaidah bimbingan
bimbingan kelompok dilakukan dengan kelompok yang bersifat konseptual yakni kajian
melakukan observasi dan wawancara terhadap 2 teoritik dan hasil-hasil penelitian, dan ketentuan
(dua) orang guru BK di Sekolah Dasar Athirah formal pelaksanaan layanan bimbingan
Makassar. Hasil wawancara tersebut dapat kelompok. Langkah-langkah pengembangan
dianalisis dalam beberapa aspek, yaitu: 1) dapat diuraikan pada tahap-tahap sebagi berikut:
penyusunan program bimbingan dan konseling a. Studi lapangan dengan tujuan untuk
yang terdiri dari need assesment dan pihak yang mengetahui kondisi objektif pelaksanaan
bimbingan kelompok disekolah dan
dilibatkan dalam penyusunan program BK, 2)
kemandirian belajar siswa dengan cara
pelaksanaan program yang terdiri dari pelaksana
penyebaran skala psikologis.
program, rasio guru BK dengan jumlah siswa,
b. Hasil studi lapangan, kajian teoritis dan kajian
kompetensi guru BK, keterlaksanaan bimbingan hasil penelitian terdahulu, maka selanjutnya
kelompok, tujuan pelaksanaan bimbingan peneliti merumuskan model hipotetik
kelompok, komponen bimbingan kelompok, dan bimbingan kelompok dengan teknik bermain
tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok, peran.
3) fasilitas bimbingan dan konseling, 4) faktor c. Setelah model hipotetik dirumuskan, maka
penunjang dan penghambat pelaksanaan dilakukan validasi ahli dan validasi pratisi
bimbingan kelompok, 5) evaluasi dan tindak untuk mendapatkan masukan dan saran. Dari
lanjut, 6) dukungan sistem. hasil validasi ahli dan praktisi, selanjutnya
Hasil Studi Pendahuluan Untuk Merancang deilakukan revisi model.
Hipotetik Model. Berdasarkan kajian empirik d. Hasil revisi model yang telah dilakukan,
pada studi lapangan dapat dideskripsikan selanjutnya dilakukan uji coba terbatas untuk
mengenai beberapa hasil yaitu: mengetahui tingkat keefektifan model yang
a. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok telah dikembangkan.
bersifat insidental hal ini berdampak pada e. Hasil uji coba terbatas model awal dijadikan
pelaksanaan bimbingan kelompok yang landasan untuk menyusun model akhir
kurang persiapan, sehingga hasil yang bimbingan kelompok dengan teknik bermain
diperoleh dari pelaksanaan tersebut kurang peran.
maksimal. Hasil Uji Efektifitas Model: Untuk
b. Dari keterampilan sosial yang dialami siswa, meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa.
guru BK belum pernah memberikan
Mahyuddin.Model Bimbingan Kelompok... | 1

Tabel 4.23 Perbandingan skor pre test dan post test secara keseluruhan

No Siswa Skor pre Kategori Skor Kategori


test post test
1 AB 77 Sangat rendah 96 Rendah
2 AT 111 Rendah 122 Tinggi
3 AR 131 Tinggi 144 Tinggi
4 NA 106 Rendah 118 Tinggi
5 FD 76 Sangat rendah 93 Rendah

6 DW 83 Rendah 98 Rendah
7 HD 112 Tinggi 122 Tinggi
8 ID 159 Sangat tinggi 166 Sangat tinggi
Jumlah 855 959

Dari data diatas, terlihat bahwa terjadi kenaikan peran mengalami kenaikan 104 poin pada skor
skor keterampilan sosial siswa sebelum (pre test) keterampilan sosial siswa atau sebesar 12.16%.
diberikan layanan bimbingan kelompok dengan Untuk memperoleh gambaran yang lebih
teknik bermain peran dibandingkan dengan skor jelas tentang perbandingan keterampilan sosial
keterampilan sosial setelah (post test) diberikan sebelum (pre test) dan setelah (post test) di
layanan bimbingan kelompok dengan teknik Sekolah Dasar Athirah Makassar, peneliti
bermain peran. memaparkan ke dalam bentuk diagram batang,
Secara keseluruhan, dari 8 siswa yang diberi sebagaimana tertera pada grafik di bawah ini:
bimbingan kelompok dengan teknik bermain

Grafik 4.6 Peningkatan keterampilan sosial siswa pada skor total

Perubahan tingkat keterampilan sosial sehingga diperoleh kesimpulan bahwa model


siswa antara sebelum (pre test) dan sesudah bimbingan kelompok dengan teknik bermain
(post test) menunjukkan perubahan yang peran
signifikan, ditandai dengan adanya peningkatan Pembahasan Hasil Penelitian dan Produk
skor skala keterampilan sosial siswa, baik pada Akhir. Pembahasan yang dimaksud pada bagian
skor total maupun skor setiap indikator. ini berdasarkan pada hasil penelitian yang telah
Kaidah yang digunakan adalah menguji di kemukakan diatas yaitu, tentang gambaran
hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi model proses pelaksanaan bimbingan kelompok dan
bimbingan kelompok dengan teknik problem efektifitas layanan bimbingan kelompok dengan
based learning untuk meningkatkan teknik bermain peran. Langkah awal dalam
kemandirian belajar siswa. Berdasarkan hasil struktur dan komponen model layanan
pengujian tersebut, diperoleh nilai signifikansi bimbingan kelompok dengan teknik bermain
hitung (Sig.2-tailed) 0,05 pada taraf signifikansi peran ini adalah mengkaji tentang aktualitas
5% (0,05). Hasil uji wilcolxon diperoleh -2.809 bimbingan kelompok dan keterampilan sosial
< 0,05 sehingga hipotesis nihil (Ho) ditolak siswa di Sekolah Dasar Athirah Makassar
sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima,
10 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 2 No. 1 Juni 2016

melalui metode wawancara, observasi dan ditingkatkan perlu adanya pengembangan


penyebaran skala psikologis. model bimbingan kelompok dengan teknik
Hasil uji lapangan model bimbingan bermain peran.
kelompok teknik bermain peran menunjukkan c. Telah dikembangkan model bimbingan
bahwa: (1) guru BK memiliki wawasan baru kelompok dengan teknik bermain peran
tentang model bimbingan kelompok yang untuk meningkatkan keterampilan sosial
belum ada di sekolah, guru BK dalam siswa yang telah melewati proses validasi
merencanakan bimbingan kelompok lebih secara akademik atau ahli bimbingan dan
memperhatikan aspek perkembangan, konseling serta validasi oleh praktisi.
kebutuhan siswa, masalah siswa, kelayakan Komponen model bimbingan kelompok
tempat dan waktu pelaksanaan, (2) model dengan teknik bermain peran untuk
bimbingan kelompok dengan teknik bermain meningkatkan keterampilan sosial siswa,
peran dapat diimplementasikan dengan baik yang terdiri dari 13 komponen sebagai
pada Sekolah Dasar Athirah Makassar (3) berikut: (1) rasional, (2) visi misi, (3)
Setelah pelaksanaan layanan bimbingan konsep kunci yang terdiri dari: a)
kelompok dengan teknik bermain peran pengertian bimbingan kelompok, b)
dilaksanakan, memberikan dampak positif bagi pengertian teknik bermain peran, c)
siswa, siswa merasa senang, menambah pengertian keterampilan sosial, d)
pemahaman yang belum ia peroleh di kelas, pengertian bimbingan kelompok dengan
lebih menghargai orang lain, berani teknik bermain peran, (4) tujuan model
bertanggung jawab dan menjadikan motivasi bimbingan kelompok dengan teknik
diri untuk lebih baik dari sebelumnya, (4) bermain peran, (5) isi model, (6) dukungan
Adanya kerja sama antar komponen lainya di sistem yang terdiri dari:a) pengembangan
lingkungan sekolah untuk tentang pemahaman program, b) pengembangan staf, c)
layanan bimbingan kelompok. kebijaksanaan dan teknis pelaksanaan, (7)
prosedur kerja, (8) anggota kelompok, (9)
SIMPULAN DAN SARAN topik/materi, (10) suasana interaksi , (11)
tahap-tahap pelaksanaan, (12) media, (13)
Berdasarkan hasil analisis data, mulai dari tahap evaluasi.
penelitian pendahuluan hingga tahap uji coba d. Hasil uji model bimbingan kelompok
model, dapat disimpulkan bahwa: dengan teknik bermain peran terbukti
a. Pelaksanaan bimbingan kelompok di efektif untuk meningkatkan keterampilan
Sekolah Dasar Athirah Makassar telah sosial siswa. Uji keefektifan model
dilaksanakan oleh konselor akan tetapi dibuktikan dengan statistik non-parametrik
belum maksimal, bimbingan kelompok berupa uji wilcoxon. Hasil uji skala
yang dilaksanakan masih bersifat umum, keterampilan sosial pada skor total
yaitu hanya diskusi umum belum diperoleh nilai probabilitas dibawah 0,05
menggunakan pendekatan ataupun teknik- (0,006<0,05), artinya ada perubahan
teknik khusus, materi/topik yang dibahas peningkatan antara sebelum dan sesudah
tidak terfokus pada keterampilan sosial diberikan layanan bimbingan kelompok
secara spesifik, sehingga proses pemecahan dengan teknik bermain peran, sehingga
masalah menjadi tidak fokus. dapat dikatakan bahwa bimbingan
b. Berdasarkan hasil penyebaran instrumen kelompok dengan teknik bermain peran
skala psikologis keterampilan sosial, efektif untuk meningkatkan keterampilan
diketahui bahwa keterampilan sosial dari 62 sosial diri siswa.
siswa kelas V Sekolah Dasar Athirah Berdasar pada kesimpulan penelitian
Makassar, 8.06% siswa tergolong kategori sebagaimana yang telah dikemukakan di atas,
sangat rendah, 40.32% kategori rendah dan maka dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu:
38.71 % kategori tinggi, sedangkan 12.90% Pihak Sekolah, Sekolah dapat memberikan
untuk kategori sangat tinggi. Agar perhatian dan dukungan dengan menjadikan
keterampilan sosial siswa dapat bimbingan kelompok dengan teknik bermain
peran sebagai salah satu kegiatan yang penting
Mahyuddin.Model Bimbingan Kelompok... | 11

untuk dikembangkan berbagai aspek, Goleman, Daniel. 1997. Kecerdasan


khususnya perkembangan keterampilan sosial Emosional. Jakarta : PT Gramedia
siswa. Guru Sekolah, Menerapkan bimbingan Pustaka
kelompok dengan teknik bermain peran sebagai Utama.
metode bimbingan kelompok untuk mengatasi Joyce, B et al. 2012. Models of Teaching.
rendahnya keterampilan sosial siswa. Peneliti Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moeslichatoen.
selanjutnya, Hasil penelitian model bimbingan 2004. Metode Pengajaran di
kelompok dengan teknik bermain peran ini, Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT.
secara konseptual memberi kontribusi secara Rineka Cipta.
teoretis yaitu sebagai perluasan khasanah Nurihsan, A. J. 2006. Bimbingan dan Konseling
keilmuan tentang konsep dan praktik bimbingan dalam Berbagai Latar
dan konseling khususnya dalam layanan Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
bimbingan kelompok, yang dapat dijadikan Nurihsan, A.J & Agustin 2011. Dinamika
sebagai salah satu referensi oleh peneliti di perkembangan anak dan remaja
(tinjauan Psikologi Pendidikan dan
masa mendatang dan tidak menutup
bimbingan). Bandung. Rafika
kemungkinan dapat dikembangkan untuk
Aditama.
mengangkaji pada aspek perkembangan yang Romlah, T. 2006.Teori dan Praktik Bimbingan
lain yang ada pada diri siswa. Kelompok. Malang: UM Press.
Rubin, K. H., Bukowski, W. & Parker, J. G.
DAFTAR RUJUKAN 1998. Peer interactions,
relationship & groups. Damon, W.
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian & Eisenberg, N., Handbook of child
suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: psychology Volume 3 : Social,
Rineka Cipta emotional and personality
Borg, W.R dan Gall, M.D. 1983. Educational development (5 Th ed., hal. 619 -
Research, an Introduction Fourth 700). New York : John Wiley and
Edition. New York: Logman. Inc. Sons, Inc.
Bakhtiar, M. I. (2015). Pengembangan Video Setyawati. 2012. Program Bimbingan Melalui
Ice Breaking Sebagai Media Bimbingan Teknik Role Playing Untuk
Konseling. Jurnal Psikologi Pendidikan Meningkatkan Self-Efcacy Karir
Dan Konseling, 1(2), 150–163. Peserta Didik. Tesis. Repository UPI.
Retrieved from Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan,
http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK/arti pendekatan Kuantitatif , kualitatif dan
cle/view/1816 R &D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi
Cartledge. G. & Milburn, J. F. 1993. Teaching (Mixed Method). Bandung: Alfabeta.
social skill to children innovative Sukmadinata, N.S. 2007. Bimbingan dan
approach. Pergamon press. New york. Konseling dalam Praktik
Cartledge, G & Kiarei, Mary W. 2001. Mengembangkan Potensi dan
“Learning Social Skills Through Kepribadian Siswa. Bandung:
Literature For Children and Maestro.
Adolescent”. Teaching Exceptional Winkel & Hastuti. S. 2006. Bimbingan dan
Children Journal. 34, (2), 40-47. Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.

Anda mungkin juga menyukai