Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi
faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia
sepanjang zaman.

Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19)


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun
2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis karakter dan kompetensi.


Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh
karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL.

Kurikulm 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Tingkat Satuan


Pembelajaran (KTSP) yang sebelumnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK atau (Competency Based
Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelanksanaan pendidikan dalam
mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

1
Oleh karena kurikulum pendidkan itu sangat penting maka kurikulum
harus mempunyai pijakan atau landasan yang kuat sehingga pendidikann itu tidak
akan mudah terombang-ambing oleh keadaan zaman karena yang pertaruhkanya
adalah manusia yang dihasilkan oleh pendidkan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa saja komponen utama kurikulum IPA/Fisika sekolah menengah
dalam kurikulum 2013?
3. Apa saja prinsip pengembangan kurikulum sekolah dalam kurikulum
2013?
4. Apa saja prinsip pelaksanaan kurikulum sekolah dalam kurikulum
2013?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen utama kurikulum IPA/Fisika
sekolah menengah dalam kurikulum 2013.
3. Untuk mengetahui prinsip pengembangan kurikulum sekolah dalam
kurikulum 2013.
4. Untuk mengetahui prinsip pelaksanaan kurikulum sekolah dalam
kurikulum 2013.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini yaitu :
1. Agar dapat mengetahui pengertian kurikulum.
2. Agar dapat mengetahui komponen-komponen utama kurikulum
IPA/Fisika sekolah menengah dalam kurikulum 2013.
3. Agar dapat mengetahui prinsip pengembangan kurikulum sekolah
dalam kurikulum 2013.
4. Agar dapat mengetahui prinsip pelaksanaan kurikulum sekolah dalam
kurikulum 2013.

2
BAB II

KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode pustaka.


Dimana metode pustaka yang dimaksud adalah metode yang menggunakan
sumber – sumber pustaka berupa buku, jurnal, artikel atau yang lainnya.

B. Ruang lingkup kajian dan pembahasaan


Ruang lingkup kajian dan pembahasaan didalam makalah ini yaitu
diantaranya pengertian kurikulum, komponen utama kurikulum
sekolah(kurikulum 2013), prinsip pengembangan kurikulum sekolah (kurikulum
2013 ), serta prinsip pelaksanaan kurikulum sekolah (kurikulum 2013 ).

C. Sumber data dan Informasi


Sumber data dan informasi diperoleh dalam Buku,,Media social/Internet,
dan Artikel atau yang lainnya. Terkait dengan Topik pembahasaannya mengenai
Kurikulum IPA/FISIKA Sekolah Menengah ( kurikulum 2013 ).

D. Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi


Teknik pengumpulan data dan penyajian data dan informasi dalam
makalah ini yaitu internet dan disajikan dalam bentuk makalah dan power point
(ppt).

3
E. Peta Konsep Kajian Dan Pembahasan

Kurikulum IPA /
Fisika Sekolah
Menengah
(Kurikulum 2013)

pengertian
kurikulum

prinsip
prinsip pelaksanaan
komponen utama pengembangan
kurikulum sekolah
kurikulum (kur-13) kurikulum sekolah
menengah (kur-13)
menengah (kur-13)

4
BAB III

KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.

Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir


yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Kosa kata kurikulum
telah masuk ke dalam kosa kata bahasa Indonesia, dengan arti susunan rencana
pengajaran. Kosa kata tersebut menurut sebagian ahli berasal dari bahasa Latin,
curriculum yang berarti bahan pengajaran, dan ada pula yang mengatakan berasal
dari bahasa Perancis, courier yang berarti berlari. Dalam bahasa Arab, ada yang
menggunakan kosakata al-manhaj untuk kosa kata kurikulum. Kata-kata “manhaj”
(kurikulum) yang bermakna jalan terang atau jalan terang yang dilalui manusia
pada berbagai bidang kehidupan. Sekalipun pengertian tersebut diatas di
katagorikaan kedalam pengertian tradisional, namun setidaknya ada manusia yang
pertama kali mengenal kurikulum.

Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang


atletik terutama pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Kurikulum berarti suatu
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut
kemudian diubah oleh program sekolah dan semua orang yang terlibat di
dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
pesserta didik selama kurun waktu tertentu. Secara terminologis istilah kurikulum

5
(dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan oleh peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.

Menurut pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional,


merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh peserta didik untuk memperoleh ijazah, dan mempunyai sistem
penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).
Akibatnya, dalam proses belajar mengajar gurulah yang lebih banyak bersikap
aktif, sedangkan peserta didik hanya bersifat pasif belaka serta adanya aspek
keharusan bagi setiap peserta didik untuk mempelajari mata pelajaran yang sama.

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan


pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang
terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun diluar sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu
semua kegiatan dan pengalaman belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian peserta didik baik di sekolah maupun di luar
sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dari pengertian kurikulum dari segi bahasa dapat diartikan, bahwa


kurikulum adalah rencana atau bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan
pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling
menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran yang akan
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan.

Banyak tokoh mengeluarkan pendapat mereka tentang pengertian


pendidikan diantaranya adalah Oemar Hamalik, pengertian kurikulum dapat
ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan
pandangan baru. Pengertian kurikulum dari pandangan lama atau juga sering
disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Sedangkan
dalam pandangan baru, kurikulum bersifat luas karena kurikulum bukan hanya

6
terdiri atas mata pelajaran (courses), tetapi meliputi semua kegiatan dan
pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah.

Berkaitan dengan keterangan di atas, menurut pengamatan Syaiful Sagala,


kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih
mengembangkan pikiran, menambah wawasan, serta mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya.Sejalan dengan pendangan tersebut kurikulum
menurut Sanjaya bukan hanya berkaitan dengan bahan ajar, aktivitas peserta didik
mempelajari bahan ajar, dan lain sebagainya. Tetapi kurikulum berkaitan dengan
berbagai persoalan yang lebih luas dari itu sebagai arah dan tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Mimin Haryati kurikulum adalah seperangkat terencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

Jadi semua tokoh berpendapat dalam mengartikan kurikulum adalah untuk


menambah pemikiran, wawasan dan pola pikir peserta didik yang bersifat kearah
yang membangun yang akan melahirkan manusia yang memiliki pendidikan yang
memadai dan berpikiran maju. Sehingga seiring berjalannya waktu maka
bertambah pula pengetahuan manusia sehingga dari masa kemasa maka berubah
pula kurikulum pembelajaran yang sebelumnya di sebut dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) kembali berubah seiring dengan berkembangnya
pengetahuan maka berubah pula kurikulum yang sekarang dikenal dengan
kurikulum 2013. Meski banyak kritikan, pemerintah tetap memeberlakukan
kurikulum 2013 (K 13) mulai Juli 2013 disekolah yang ditentukan.

7
B. Komponen Utama Kurikulum Sekolah Menengah (Kurikulum 2013)

Bagan diatas ini menggambarkan bahwa system kurikulum terbentuk oleh


4 komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi,
pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu system,setiap komponen
harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang
terbentuk sister kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen
lainnya maka system kurikulum juga akan terganggu.
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.
Dalam sekala macro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau
system nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan
suatu masyarakat yang dicita-citakan. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi,
dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik
dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :
a. Tujuan Pendidikan Nasional ( TPN)
b. Tujuan Institusional ( TI )
c. Tujuan Kurikuler ( TK )
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran ( TP )
1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk
perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu

8
bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undan-undang.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari system nilai
pancasila dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehudupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2) Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setip lembaga
pendidikan. Tujuan institusional merupan tujuan antara untuk mencapai
tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap
jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar,
menengah, kejuruan, dan jejnjang pendidikan tinggi.
3) Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
setudi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.
Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan
diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
4) Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran yang merupakn bagian dari tujuan kurikuler,dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik
setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi
lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran
adalah tugas guru.

9
Menurut Bloom, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus
dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 klasifikasi atau 3 domain ( bidang ),
yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat
dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri
dari 6 tingkatan yaitu :
a) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan
mengingkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya ( recall ).
Kemapuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling rendah.
Kemampuan dalam bidang kemampuan ini dapat berupa : Pertama, pengetahuan
tentang sesuatu yang khusus ; pengetahuan tentang fakta. Pengetahuan mengingat
fakta smacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih
tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/ prosedur atau cara suatu proses tertentu.
b) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek
pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala
didahului oleh sejumlak pengetahuan ( knowledge ). Oleh sebab itu, pemahaman
lebih tinggi ditingkatkanya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar
mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan,
menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan mengankap makna atau arti suatu
konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan
menerjemahkan, menafsirkan ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan
menjelaskan yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung
dalam sesuatu, pemahaman menafsirkan sesuatu, dan pemahaman ekstrapolasi.
c) Penerapan (application)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif
yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan

10
pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengamplikasikan
suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil,
hokum,konsep, ide dan lain sebagainya kedalam sesuatu yang lebih konkrit.
d) Analisi
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungn antar bagian
bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang komplek yang hanya
mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai
kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan
kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis diperuntukan bagi pencapaian
tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas.
e) Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam
suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau
meliaht hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis
merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu menguraikan menjadi
bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsure atau bagian-
bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis,
merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan
inovasi dan kreasi baru.
f) Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam doain kognitif tujuan ini
berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan
maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan
untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagi pertimbangan dan ukuran-
ukuran tertentu. Untik dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian
dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya.

Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan,


pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah ;
sedangkan tiga tingkatan selanjutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi
dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi.

11
b. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain
ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya,
seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah
memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dan kawan-
kawan ( 1964 ), dalam bukunya Taxonomi of Educational Objectives : Affective
Domain, Domain afektif memiliki tingkatan yaitu :
1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap
gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang
positif terhadap gejala-gejala tertentu manakal mereka memiliki kesadaran tentang
gejala, kondisi atau kondisi yang ada. Kemudian mereka juga menunjukan
kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang
diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala
perhatiannya terhadap objek itu.
2) Merspon
Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan
tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu
orang lain dan sebagainya. Respon biasanya diawali dengan diam-diam, kemudian
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran, setelah itu baru dilakukan
dengan penuh kegembiraan dan kepuasan.
3) Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari
penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu seperti menerima adanya keasan
atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai
seperti memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta komitmen
akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas.
4) Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan
pengembangan nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk hubungan antar

12
nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari
mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami insur-unsur abstrak dari suatu
nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta
mengorganisasi suatu system nilai, yaitu nengembangkan suatu system nilai
yang saling berhubungan yang konsisten dan bulat dan termasuk nilai-nilai yang
lepas-lepas.
5) Karakterisasi Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai
dengan pengkajian secara mendalam , sehingga nilai-nilai yang dibangunkannya
itu dijadikan pandangan ( falsafah ) hidup serta dijadikan pedoman dalam
bertindak dan berperilaku.
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam
domain ini :
1) Persepsi ( Perception )
2) Kesiapan ( Set )
3) Meniru ( Imitation )
4) Membiasakan ( habitual )
5) Menyesuaikan ( Adaptation )
6) Menciptakan ( Organization )
Persepsi merupanan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu
yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh
seseorang sesuai dengan sikapnya. Kesiapan berhubungan dengan kesediaan
seseorng untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan
dengan perilaku-perilaku khusus.
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam
gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru
tidak selamanya diikuti oleh pemahaman tentang pentingnya serta makna gerakan
yang dilakukannya. Kemampuan habitual sudah merupakan kemampuan yang
didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang dilakukannya masih
seperti pola yang ada. Baru dalam tahapan berikutnya, yaitu kemampuan yang

13
berhadaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan
situasi dan kondisi yang ada. Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap
mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta
sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan
kemampuan, yang tergambardari kemampuanya menghasilkan sesuatu yang baru.

2. Komponen Isi /Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut
semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri pelajaran
yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

3. Komponen Metode/Strategi
Strategi dan metode merupakan komponenketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang
sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Begitu
pula dengan pendapat T. Rakjoni yang mengartikan strategi pembelajaran sebagai
pla dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
1) Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2) Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam satu strategi
pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan metode.
Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan
metode adalah a way in achieving something.

14
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan ( approach ). Sebenarnya pendekatn berbeda dengan strategimaupun
metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudutpandangterhadapp proses pembelajaran.
Roy Killer (1998), ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
1) Pendekatan yang berpusat pada guru (tescher centered approaches)
2) Pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach)
Rowntree (1974), straregi pembelajaran dibagi atas:
1) Strategi Exposition dan Strategi Discovery Learning
2) Strategi Groups dan Individual Learning

4. Komponen Evaluasi
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni
diemnsi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses-produk) dan dimensi iii ( operasi
keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa). Dengan adanya tiga
dimensi itu, maka dapat diga,mbarkan sebagai kubus. Selain itu dapat lagi
kurikulum ditinjau dari segi historis, yakni bagaimanakah kurikulum sebelumnya
yang dipandang oleh anteseden.
Oleh sebab ketiga dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen,
maka keseluruhan evaluasi terdiri dari enam komponen yang bertkaitan satu sama
lainnya.
i. Dimensi I
a. Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang oelaksanaan kurikulum. Data
dikumpilkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta
mengadakan perbaikan sedini mungkin.
b. Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu,
misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun
untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan menggunakan semua
data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses
implementasi kurikulum

15
ii. Dimensi II
a. Proses : yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan
kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui metode dan proses yang
digunakan dalam implementasi kurikulum. Metode apakah yang
digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah berhasil baik atau
tidak? Kesulitan apa yang dihadapi?
b. Produk : yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat
dilihat dari silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang
dihasilkan oleh guru dan hasil-hasil siswaberupa hasil test, karangan,
termasuk tesis, makalah, dan sebagainya.
iii. Dimensi III
a. Operasi : disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan
kurikulum termasuk perencanaan , disain, implementasi, administrasi,
pengawasan, pemantauan dan penilaiannya. Juga biaya, staf pengajar,
penerimaan siswa,pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu
b. Hasil belajar siswa : disini yang dievaluasi ialah hasil belajar
siswaberkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai, dinilai
berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan
determinan kurikulum, misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari
pihak konsumen luar.
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Olivia, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.
Fungsi evaluasi menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fingsi sumatif
dan evaluasi sebagai fungsi formatif.
Evaluasi sebagai alat untuk meliahat keberhasilan pencpaian tujuan dapt
dikelompokan kedalam du jenis, yaitu tes dan non tes.
1) Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif
atau tingkat penguasai materi pmbelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara
kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir

16
pembahasan satu pokok bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu
semester.
a) Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi
Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria,
yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan
memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Tidak
dikatakan tes memiliki tingkat validitas seandainya yang hendak diukur
kemahiran mengoprasikan sesuatu, tetapi yang digunakan adalah te tertulis yang
mengukur keterpahaman suatu konsep.
Tes memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat
menghasilkan informasi yang konsisten. Ada beberapa teknik untuk menetukan
tingkat reliabilitas tes, yaitu :
1. Pertama, dengan tes-retes, yaitu dengn mengkorelasikan hasil testing yang
pertama dengan hasil testing yang kedua.
2. Kedua, dengan mengkorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan
item genap (idd-even method)
3. Ketiga, dengan memecah hsil testing menjadi dua bagian, Kemudian
keduannya dikorelasikan.
b) Jenis-jenis Tes
Tes hasil belajar dapat dibedkan atas beberapa jenis.
1. Berdasarkan jumlah peserta
 Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara
bersama-sama
 Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada seorang sisw secara
perorangan
2. Berdasarkan cara penyusunannya
 Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan
oleh guru bersangkutan. Tes buatan guru biasanya tidak terlalu
memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitas.
 Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes standar dapat
memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan dating.

17
3. Dilihat dari pelaksanaannya
 Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara menjawab sejumlah
item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang termasuk kedalam
tes tertulis ini, yaitu tes esai dan tes objektif.
 Tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui
kalimat yang disusunnya sendiri.
 Tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban
yang sudah ditentukan
 Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes ini
bagus untuk menilai kemampuan nalar siswa. Tes lisan hanya mungkin
dapat dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit, srta
menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam.
 Tes perbuatan adalah tes dalambentuk peragaan.tes ini cocok manakala
kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai
sesuatu.
2) Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes
sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala
penilaian.
1. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkal laku
pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif
dan non partisipatif.
a. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan
menempatkan observer sebagai bagian dimana observasi itu dilkukan.
b. Observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara
observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan
pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari itu, akan tetapi ia berperan
smata-mata hanya sebagai pengamat saja.

18
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan
yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancra, yaitu wawancara langsung
dan wawancara tidak langsung.
a. Wawancara langsung dimna pewawancara melakukan komunikasi dengan
subjek yang ingin dievaluasi.
b. Wawancara tidak langsung dilakukan dimana pewawancara ingin
mengumpulkan data subjek melalui perantara.
3. Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus-menerus.
4. Skala Penilaian
Skala penilaian atau biasa disebut rating scale merupakan salah satu alat
penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negatif
sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut penilaian
tinggal member tanda cek ( V )

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah (Kurikulum


2013)
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian
terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi
belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah
kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode
waktu tertentu.
Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangan
kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang
menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan
evaluasi. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan

19
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang
digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Latar belakang pengembangan kurikulum 2013 yaitu :
1. Tantangan Internal, antara lain yaitu :
 Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8(delapan) antara lain Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tanaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
 Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk
usia produktif. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.oleh
sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan
agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat
ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban
(Kemendikbud, 2013).
2. Tantangan Eksternal,
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan,
persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai
fenomena negatif yang mengemuka.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat
terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu
meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:
i. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
ii. Dari satu arah menuju interaktif.

20
iii. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
iv. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
v. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
vi. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
vii. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
viii. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
ix. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
x. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
xi. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
xii. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
xiii. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
xiv. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
xv. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
xvi. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

Pengembangan kurikulum2013 didasarkan pada prinsip-prinsip dibawah ini :


1. Kurikulum bukan merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena
mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai
rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki
oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu
satuanatau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah
totalitas pengalaman belajar di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk
menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan dan program pendidikan.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 tahun
maka standar kompetensi lulusan yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain sesuai dengan fungsi
dan tujuan jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan

21
pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3. Kurikulum didasarkan pada model berbasis kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa
sikap,pengetahuan, keterampilan berpikir dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam stu mata pelajaran. Kompetensi
yang termasuk sikap dan keterampilan bersifat lintas mata pelajaran dan
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan dan
keberlanjutan sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.
4. Kurikulum didasrkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi
Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning)
sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki
tingkat penguasaan diatas standar yang telah ditentukan (dalam sikap,
keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan
pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal
peserta didik.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan
aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya , teknologi dan seni
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus
selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi dan
seni, membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk

22
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak
boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan
kurikulum didasarkan pada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan
dan lingkungan hidup. Artinya kurikulum memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mempelajari lingkungan masyarakatnya sebagai
konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari
dikelas dalam kehidupan di masyarakat.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Pemberdayaan peserta didik yang berlangsung untuk belajar sepanjang
hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang
dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dikembangan melalui penentuan struktur
kurikulum , Standar Kemampuan/SK DAN Kemampuan Dasar/KD serta
silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia
yang tidak tercabut dariakar budayanya dan mampu terkontribusi langsung
kepada masyarakat disekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi
dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam
Bhineka Tunggal Ika untuk membangun NKRI.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk
mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau
sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti
dengan perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang
dimiliki peserta didik.
Selain itu, kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.

23
 Aspek pengetahuan merupakan aspek yang ada di dalam materi
pembelajaran untuk menambah wawasan siswa di suatu bidang. Di
dalam struktur kurikulum ini, jenjang SD memiliki bobot pengetahuan
sebanyak 20% dan 80% aspek karakter, jenjang SMP memiliki bobot
pengetahuan 40% dan 60% aspek karakter, dan jenjang SMA memiliki
bobot pengetahuan 80% dan 20% aspek karakter. Kurikulum 2013
memang diintegrasikan dengan pendidikan karakter yang sebelumnya
telah dicanangkan pemerintah sebelum terbentuknya kurikulum ini.
 Aspek keterampilan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam membuat, melaksanakan, dan mengerjakan suatu soal atau
proyek sehingga siswa dapat terlatih sifat ilmiah dan karakter yang
merujuk pada aspek keterampilan. Aspek keterampilan dapat berupa
keterampilan pengerjaan soal, keterampilan pengerjaan dan
pelaksanaan proyek, keterampilan membuat teks, dan keterampilan
dalam menjawab soal lisan.
 Aspek penilaian sikap dan perilaku merupakan aspek penilaian
dengan menilai sikap dan perilaku peserta didik selama proses
pembelajaran. Aspek penilaian ini dinilai oleh guru dalam jurnal
harian, teman sejawat dalam sebuah lembaran nilai, dan oleh diri
sendiri.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadipembelajaran berpusat
pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap
materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/ media lainnya).
3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet).

24
4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains).
5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik.
8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak(multidisciplines).
9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis

D. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Sekolah Menengah (Kurikulum


2013)
Kerangka Dasar Kurikulum disusun berdasarkan Kelompok Mata
Pelajaran, Prinsip Pengembangan Kurikulum, dan Prinsip Pelaksanaan
Kurikulum.
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan 7
prinsip sebagai berikut :
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b)
belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.

25
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan
yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang
berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing
ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah
membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan
teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip
(semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber
belajar, contoh dan teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai
antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki


karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum 2006. Berdasarkan hasil
analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14 prinsip
utama pembelajaran yang perlu guru terapkan. Ada pun 14 prinsip itu adalah:
1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu
Pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal
pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberitahu siswa karena itu materi

26
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru
membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu
mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya
kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai
sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai
dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu
memulai dengan menyajikan alat bantu pembelajaran untuk mengembangkan rasa
ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru membangkitkan rasa ingin tahu
siswa dengan bertanya.
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber
Pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran
membuka peluang kepada siswa sumber belajar seperti informasi dari buku
siswa, internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan.
Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan
sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa
memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan
pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam
kelas.
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah
Pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar
tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya
dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, desain
program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya,
geraknya, atau karyanya.
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi
Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas
dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan,
dan keterampilannya.

27
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata
pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem
yang terpadu.
Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk
menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta
menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban
belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak,
serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang
kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
Dalam hal ini, siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa
melihat awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari
tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam
yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya berbeda-beda,
semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
Pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu
diungkapkan dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi
verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya,
teksnya yang membuat siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya.
Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar, namun dengan menggunakan panca
indra lainnya.
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills).
Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk
pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangku perkembangan
sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan

28
membaca, menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan
berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan
karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan
menghargai pendapat dan yang lainnya.
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Hal ini, memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini
untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat,
dalam ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan
berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk
menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global.
Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun
merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun
bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran.
Di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi
teladan, meberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan
agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi
teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh
mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
Karena itu pembelajaran dalam kurikulum 2013 memerlukan waktu yang
lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara integratif. Pembelajaran
tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi
dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar
untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal

29
untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran
hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk
memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa
dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai
TIK sebabab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap
akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah
tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada siswa
yang memeroleh pelajaran menggunakannya.

14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.
Cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah,
cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh
karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang
potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur
keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa
tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi kelompoknya.

30
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Kurikulumadalah suatu program pendidikan yang di rencanakan, di
programkan, dan di rancang sedemikian rupa secara sistematis yang berisi
bahan ajar serta pengalaman belajar sehingga dalam program pendidikan
memiliki arah dan tujuan yang akan di capai dan dari hasil yang di capai
kita dapat merevisi ulang dan mengembangkan program pendidikan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya sehingga suatu
kurikulum pembelajaran dapat di katakan selalu berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan.
2. Komponen utama kurikulum sekolah menengah (Kurikulum 2013) yaitu :
 Komponen tujuan
Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum
yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang
diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat
tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses
pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam
pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
 Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut.
 Komponen Metode
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup
penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum
tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang
diharapkan dapat tercapai atau tidak.

31
 Komponen evaluasi
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai
kriteria.
3. Pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip :
 Kurikulum bukan merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena
mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.
 Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang
ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan dan
program pendidikan.
 Kurikulum didasarkan pada model berbasis kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap,pengetahuan, keterampilan berpikir dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran.
 Kurikulum didasrkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk
Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik
(mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis
kompetensi.
 Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan
dan minat.
 Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
 Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi dan seni.
 Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.

32
 Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat.
 Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
 Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi.
4. Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan
7 prinsip sebagai berikut :
 Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya.
 Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
 Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta
didik.
 Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat.
 Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.

33
 Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
 Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
B. Saran
Sebaiknya dosen mata kuliah ini benar-benar menjelaskan materi ini sedetil-
detilnya agar semua mahasiswa mata kuliah ini dapat mengerti.

34

Anda mungkin juga menyukai