1
Pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika nilainnya tidak
materian, penyajian bisa digabung dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan
atau disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas asset dan liabilitas atau pendapatan
dan beban kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh PSAK.
6. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara tahunan.
7. Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif digunakan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk
seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali
dinyatakan lain oleh PSAK/ISAK.
8. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klalsifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antara periode dilakukan
secara konsisten.
2
1) Alasan Perlunya Standar Akuntansi Internasional
a) Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang
berkualitas di pasar modal internasional
b) Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan.
c) Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya
untuk analisis keuangan bagi para analis.
d) Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
2) Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
a) Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
b) Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
c) Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS
secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK
secara komprehensif.
3) Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Implementasi dan Adopsi IFRS
a. Translasi Standar Internasional
Terdapat kesulitan dalam penerjemahan IFRS (bahasa Inggris) ke bahasa
masing-masing negara , hal ini disebabkan : Penggunaan kalimat bahasa Inggris
yang panjang, Ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah, Penggunaan istilah
yang sama untuk menerapkan konsep yang berbeda, Penggunaan istilah yang tidak
terdapat padanan dalam terjemahannya dan Keterbatasan pendanaan untuk
penterjemahan
b. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
1. Pada beberapa negara, standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional
dan ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional
tidak ditulis dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar
masing-masing Negara
2. Terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang
diatur standar internasional. Misal: transaksi ekuitas untuk perusahaan di
Indonesia berbeda perlakuan untuk PT, Koperasi atau badan hukum lainnya.
3
c. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
1. Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks
dan rules-based approach. Standar mengatur secara detil setiap transaksi
sehingga penyusun Laporan Keuangan harus mengikuti setiap langkah
pencatatan.
2. Penerapan standar sebaiknya menggunakan principles-based approach.
Standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu
transaksi
d. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional
1. Standar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas sebelum
diterapkan. Tentunya butuh cukup waktu bagi penyusun laporan keuangan,
auditor, dan pengguna laporan keuangan untuk memahami suatu standar
akuntansi.
2. Bila standar akuntansi sering berubah-ubah maka akan sangat sulit dipahami
apalagi diterapkan.
4) Tujuan IFRS 1
IFRS 1 memerikan suatu prosedur yang harus diikuti oleh entitas yang baru pertama-kali
mengadopsi IFRS (keseluruhan) sebagai basis dalam penyajian Laporan Keuangannya,
sehingga mengandung informasi yang:
5) Ruang Lingkup
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang
pertama kali berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan
tertentu) menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan
dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan.
Entitas mengaplikasikan IFRS 1 pada:
1. Laporan keuangan bertujuan umum yang pertama-kali berbasis IFRS
2. Laporan keuangan interim pada periode yang sama ketika pertama kali penerapan
IFRS dan disajikan berdasarkan IAS 34 Interim Financial Reporting.
4
Sebuah entitas harus membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka pada tanggal
transisi IFRS. Dalam laporan posisi keuangan IFRS pembuka tersebut, IFRS 1 menyatakan
bahwa sebuah entitas diharuskan:
1. Mengakui semua aset dan liabilitas yang diakui berdasarkan IFRS
2. Tidak mengakui intem-item sebagai aset dan liabilitas jika IFRS tidak
mengizinkannya
3. Reklasifikasi item-item yang telah diakui berdasarkan GAAP sebelumnya sebagai
satu jenis aset, liabilitas, atau komponen ekuitas tapi berbeda jenis aset, liabilitas, atau
komponen ekuitas berdasarkan IFRS
4. Menggunakan IFRS dalam mengukur semua aset dan liablitas yang diakui
Maksud dari entitas yang pertama-kali mengadopsi (First-time adoption) adalah entitas
yang untuk pertama-kalinya menyatakan secara tegas dan yakin bahwa laporan keuangan
entitas tersebut mematuhi seluruh IFRS.
Entitas dapat disebut sebagai entitas yang pertama-kali mengadopsi IFRS jika :
1. Laporan keuangan pada periode sebelumnya
2. Laporan keuangan pada periode sebelumnya yang berbasis IFRS disajikan hanya
untuk kalangan internal entitas tersebut.
3. Paket laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi tanpa menyiapkan set laporan
keuangan lengkap sesuai dengan IAS 1 Presentation of Financial Statements.
4. Tidak menyiapkan Laporan keuangan sama sekali.
PSAK 1 Penyajian laporan keuangan pada dasarnya telah mengadopsi seluruh peraturan
dalam IAS 1 Presentatiton of Financial Statements (IAS 1), kecuali beberapa hal berkaitan
dengan kondisi lokal yang tak terhindarkan, antara lain tentang : Laporan keuangan syariah,
entitas sektor publik, koperasi, peraturan regulator pasar modal.
PSAK 1 juga menambahkan ketentuan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas
penyajian laporan keuangan, yang hal ini tidak disebutkan dalam IAS 1.
Dalam IAS 1 terdapat peraturan yang memperkenakan manajemen entitas, dalam hal
yang sangat jarang terjadi, tidak mengikuti peraturan dalam SAK, memberikan pemahaman
yang salah dan yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam
kerangka dasar. Pengaturan ini tidak diadopsi dalam PSAK 1 karena tidak sesuai dengan
konteks Indonesia.