Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

Nama : Devie Maudy Safitri (08031181520023)


Rany Astuti (08031181520020)
Rizky Anugrah (08031181520003)

Kelompok : IV (Empat)

PERCOBAAN IV
TITRASI ASAM BASA : VOLUMETRI

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I

I. NOMOR PERCOBAAN : IV
II. NAMA PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa : Volumetri
III. TUJUAN PERCOBAAN :
3.1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh
yang mengandung asam.
3.2. Menstandarisasi larutan penitrasi.
IV. DASAR TEORI
Asam dapat didefinisikan dari rasanya yang masam, kemampuannya bereaksi
dengan berbagai logam, mineral karbonat, dan pengaruhnya pada warna zat yang
dinamakan indikator asam-basa. Dari pandangan kimiawan, asam (acid) dapat
didefinisikan sebagai zat yang memberikan ion hidrogen (H+) dalam larutan
berair. Bila hidrogen klorida dilarutkan dalam air, terjadi ionisasi sempurna
menjadi H+ dan Cl- (HCl adalah elektrolit kuat). Asam Kuat (strong acid) adalah
senyawa molekul yang nyaris mengion sempurna menjadi H+(aq) dan anion yang
menyertainya bila berada dalam larutan berair. Asam yang tidak mengion
sempurna dalam larutan berair disebut asam lemah (weak acid). Seperti halnya
asam asetat, sebagian besar asam adalah asam lemah. Dari sudut pandang praktis
kita dapat mengidentifikasi basa melalui rasanya yang pahit, kesan licin, dan
pengaruhnya pada warna indikator asam - basa. Definisi Arrhenius tentang basa
(base) adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam larutan berair.
Basa yang berdiososiasi sempurna atau nyaris sempurna dalam larutan berair
adalah basa kuat (strong base). Basa yang mengion tidak sempurna dalam larutan
berair adalah basa lemah (weak base). Sebagian besar zat yang bersifat basa
adalah basa lemah. Mungkin sifat paling nyata dari asam basa adalah
kemampuannya saling meniadakan atau menetralkan sifat masing - masing.
Dalam reaksi netralisasi (neutralization reaction), asam dan basa bereaksi
membentuk air dan larutan berair dari senyawa ionik yang dinamakan garam (salt)
(Petrucci, 2008). Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu
larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum diketahui
konsentrasinya). Prosedur analisis yang melibatkan titrasi dengan larutan - larutan
yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.
Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi
yaitu:1) Ttitrasi asam-basa prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi
penetralan H+ + OH- H2O Yang terdiri dari H+ (asam), OH- (basa) dan menjadi
H2O (netral). 2) Titrasi redoks (Oksidimetri) prinsip dasar dari metode titrasi ini
adalah reaksi reduksi dan oksidasi. O + R hasil yang terdiri dari O (Oksidator)
dan R (Reduktor). 3) Titrasi pengendapan prinsip dasar dari metode titrasi ini
adalah proses pengendapan. L+(aq) + X-(aq) LX(s) yang terdiri dari kation dan ion
sehingga membentuk endapan. 4) Titrasi pengompleksan prinsip dasar dari
metode titrasi ini adalah reaksi akseptor - donor pasangan elektron. Mn+ + :L
[M : L]n+ yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion
kompleks.
Prinsip dari titrasi asam basa ini adalah melibatkan asam maupun basa
sebagai penitran/titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa begitu juga sebaliknya kadar larutan basa ditentukan
dengan menggunakan larutan asam.
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila
dilarutkan di dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya
adalah sebagai berikut:

HCl H+ + Cl-
Asam klorida ion klorida
CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam asetat ion asetat

Basa didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air


mengalami disosiasi dengan pembentukan ion – ion hidroksil sebagai satu -
satunya ion negatif. Hidroksida - hidroksida yang larut seperti Natrium
Hidroksida atau Kalium Hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan
air yang encer. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa – senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif senyawa-
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Asidimetri
dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion Hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai
reaksi antara donor proton dengan akseptor proton (Affandi, 2012).
Titrasi asam - basa memerlukan indikator untuk menunjukkan perubahan
warna pada setiap interval derajat keasaman (pH). Indikator sintetis yang
digunakan selama ini mempunyai beberapa kelemahan seperti polusi kimia,
ketersediaan dan biaya produksi mahal. Upaya penelitian sudah dilakukan untuk
menggantikan indikator sintetis dengan indikator dari ekstrak mahkota bunga
sepatu. Indikator herbal tersebut dibuat dengan cara mengekstrak mahkota bunga
Hibiscus.
Rosa sinensis L dengan mengunakan pelarut methanol - asam asetat.
Kemudian dievaluasi dengan indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye
(produksi E merck) untuk titrasi asam-basa yaitu asam kuat - basa kuat, basa
lemah – asam kuat dan asam lemah - basa kuat. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa indikator dari mahkota bunga sepatu untuk menunjukkan titik ekivalen
dalam titrasi tersebut memberikan hasil yang setara dengan indikator
pembandingnya. Hasil penelitian menunjukkan, indikator dari mahkota bunga
sepatu dapat sebagai pengganti indikator sintetis (metiloranye dan fenolftalein)
yang selama ini digunakan. Tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L),
mudah dibudidayakan di daerah beriklim tropis dengan stek batang, mulai
berbunga umur 3-4 bulan (Nuryanti, 2012).
Natrium Hidroksida adalah salah satu basa yang umum digunakan di
laboratorium. Namun demikian, karena padatan natrium hidroksida sulit diperoleh
dalam keadaan murni, larutan Natrium Hidroksida harus distandarisasi terlebih
dahulu sebelum digunakan dalam kerja analisis yang memerlukan keakuratan.
Kita dapat menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan menitrasinya
menggunakan larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Asam yang sering digunakan untuk analisis itu adalah suatu asam monoprotik
yang disebut dengan kalium hidrogen flatat (KHP), yang memiliki rumus molekul
KHC8H4O4. KHP adalah zat padat berwarna putih yang dapat larut yang secara
komersial tersedia dalam keadaan sangat murni (Chang, 2004).
Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa
dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau
basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam
diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa
diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah ekivalen
asam sama dengan basa disebut titik ekivalen, pH larutan mengalami perubahan
selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai. Metode
titik akhir potensiometri sering kali digunakan, meski pun pada umumnya
perilaku elektroda dalam pelarut tanpa air tidak dipahami dengan baik. Metode
yang baik digunakan adalah dengan mengacu metode yang telah dilakukan oleh
peneliti lain dalam situasi yang serupa. Penentuan titrimetri kebanyakan
didasarkan pada reaksi – reaksi asam - basa, pengendapan, pembentukan
kompleks, oksidasi - reduksi yang dianggap berlangsung sempurna. Persamaan
reaksi kimia dari reaksi – reaksi tersebut memberikan hubungan antara jumlah
mol spesi esreaktan dan jumlah mol spesi esproduk yang terjadi. Konsentrasi
larutan standar yang digunakan dalam titrimetri biasanya dinyatakan dalam
molaritas. Molalitas dan persen berat lebih jarang digunakan dalam analisis kimia.
Titrasi asam – basa memanfaatkan perubahan besar pH, untuk menetapkan
kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan basa organik lemah
yang bentuk ion dan bentuk tak – terdisosiasinya menunjukkan warna yang
berlainan. Bentuk ion dan bentuk tak – terdisosiasinya tersebut dapat digunakan
untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan disebutin dikator
tampak (visual indicator). Bentuk takter disosiasinya tak berwarna, namun
anionnya, yang mempunyai sistem ikatan rangkap – tunggal selang - seling
(sistem konjugasi), berwarna kuning. Molekul atau ion yang memiliki sistem
konjugasi semacam itu menyerap cahaya yang lebih panjang, panjang
gelombangnya dari pada molekul yang tidak memiliki sistem konjugasi (Yosi,
2013).
V. ALAT DAN BAHAN
5.1. Alat
1. Gelas Ukur
2. Gelas Beker
3. Tabung Erlenmeyer
4. Statif
5. Pipet Tetes
6. Biuret
7. Corong

5.2. Bahan
1. Larutan NaOH
2. Asam Asetat
3. Air Suling
4. Indikator fenolftalein
5. HCl
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M
2 mL HCl + 10 mL akuades

ditambahkan
3 tetes Fenoftalein

dititrasi
NaOH

Hitung konsentrasi,
lihat perubahan warna
B. Menentukan Presentase Asam Asetat dalam Cuka
1 mL Asam Cuka + 10 mL akuades

ditambahkan

3 tetes Fenoftalein

dititrasi

NaOH

Hitung konsentrasi,
lihat perubahan warna
VII. PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1. Apa yang dimaksud dengan
A. Asam B. Basa C. Titik ekivalen D. Indikator
Jawab: A. Asam adalah zat atau senyawa yang ketika larut dalam
airmenghasilkan ion H+.
B. Basa adalah zat atau senyawa yang ketika larut dalam
airmenghasilkan ion hidroksida OH-.
C. Titik ekivalen adalah titik dimana asam telah bereaksi
sempurnaatau telah tenetralkan oleh basa yang ditandai dengan
perubahanwarna indikator yang tajam, dan yamg
telahditambahkansebelumnyakedalam larutan asam.
D. Indikator adalah zat yang memiliki percobaan warna yang
mencolok dalam medium asam dan basa.

2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekivalen?


Jawab: Titik akhir titrasi merupakan titik pada saat indikator berubah warna,
sedangkan titik ekivalen merupakan titik dimana asam telah bereaksi
sempurna atau telah di tetrakan oleh basa yang ditandai dengan peru-
bahan warna indikator yang tajam dan yang telah ditambahkan sebel-
umnya kedalam larutan asam.

3. Sebanyak 0,7742 g kalium hidrogen sitrat dimasukan kedalam elenmeyer


dandilarutkan dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH,
berupa molaritas larutan tersebut?
Jawab: Diketahui : massa Kalium Hidrogen Sitrat = 0,7742 g
Volume NaOH = 33,6 mL
Ditanya: molaritas NaOH ?
g 1000
Penyelesaian: MNaOH= x
Mr v
0,7742 g 1000
= x
40 33,6 mL

MNaOH = 0,576 M
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
A. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M
Hasil Pengamatan
No Nama Warna sebelum Warna sesudah V NaOH
titrasi titrasi (mL)
1. Percobaan 1 Bening Ungu Pekat 2
2. Percobaan 2 Bening Merah Muda 1,6
3. Percobaan 3 Bening Ungu 1,7

B. Menentukan Presentase Asam Asetat dalam Cuka


Hasil Pengamatan
No Nama Warna sebelum Warna sesudah V NaOH
titrasi titrasi (mL)
1. Percobaan 1 Bening Tidak Berubah 13,3
2. Percobaan 2 Bening Merah Muda 13,4
3. Percobaan 3 Bening Tidak Berubah 13,5
IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
9.1. Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
HCl + NaOH NaCl +H2O
9.2. Perhitungan
- HCl
V1+V2+V3 2mL+1,6mL+1,7mL 5,3mL
V NaOH = = = = 1,7667 mL
3mL 3mL 3mL
VNaOH x MNaOH = VHCl x MHCl
VNaOH x MNaOH
MHCl =
VHCl
5,3mL x 0,1M
MHCl = = 0,265 M
2mL
g 1000
MHCl = x
Mr V
g 1000
0,265 M = x
36g/mol 2mL
g HCl = 0,0191 g
g 0,0191 g
% HCl = x 100%= x 100%= 0,95 %
V 2mL

- Asam Cuka
V1+V2+V3 13,3mL+13,4mL+13,5mL
VNaOH = = = 13,4 mL
3mL 3mL
VNaOH x MNaOH= VCH3 COOH xMCH3 COOH
(VNaOH x MNaOH )
MCH3 COOH =
VCH3 COOH

13,4mL x 0,1M
= = 0,67 M
2mL
g 1000
MCH3 COOH = x
Mr V
g 1000
0,67 M = x
60g/mol 2mL

g CH3COOH = 0,0804 g
g 0,0804g
% CH3COOH = x 100% = x 100% = 4,02 %
V 2mL
X. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini membahas tentang titrasi asam basa. Titrasi dikenal
sebagai cara untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa dengan menggunakan
senyawa yang sudah diketahui konsentrasinya. Bahan - bahan yang digunakan
dalam percobaan titrasi asam basa ini antara lain natrium hidroksida (basa kuat)
sebagai titran, asam asetat (asam lemah) dan asam klorida (asam kuat) sebagai
titernya. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada titer sampai terjadi
perubahan warna pada indikator. Saat terjadi perubahan warna pada indikator
maka titrasi harus dihentikan. Hal ini dinamakan dengan titik akhir titrasi, karena
terjadi perubahan warna yang konstan pada indikator. Namun apabila terjadi
perubahan warna pada indikator tetapi perubahan warna yang terjadi itu tidak
konstan maka titrasi tetap dilanjutkan. Perubahan warna pada indikator yang tidak
konstan tersebut dinamakan titik ekivalen.
Dari penggunaan asam asetat dan asam klorida pada percobaan ini,
didapatkan hasil titrasi yang berbeda. Asam asetat yang tergolong kedalam asam
lemah menyebabkan asam asetat mendapatkan hasil yang kurang baik dan
membutuhkan waktu lama dalam proses titrasi serta membutuhkan volume yang
banyak dari natrium hidroksida. Sedangkan asam klorida yang tergolong kedalam
asam kuat sehingga mendapatkan hasil yang baik dalam titrasi dan waktu yang
dibutuhkan juga lebih cepat. Dalam titrasi asam basa terdapat proses kalibrasi
yang bertujuan untuk menstandarisasi alat yang akan digunakan atau untuk
mensterilisasi alat.
Ada dua analisa yang digunakan dalam percobaan titrasi asam basa,
analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif dapat diketahui dengan
perubahan warna saat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Sedangkan analisa
kuantitatif dapat diketahui dengan adanya perhitungan dalam mencari nilai
konsentrasi. Ada juga dua larutan standar dalam percobaan titrasi asam basa yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan, larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer yang diartikan sebagai larutan
yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti dengan menstandarkan suatu
larutan sedangkan larutan standar sekunder konsentrasinya belum diketahui
dengan pasti konsentrasi dari larutan tersebut.
XI. KESIMPULAN
1. Titrasi dikenal sebagai cara untuk menentukan konsentrasi sutau larutan yang
belum diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya.
2. Asam klorida tergolong asam kuat sehingga lebih cepat dititrasi dibandingkan
Asam Asetat yang tergolong asam lemah.
3. Proses titrasi harus dihentikan apabila warna larutan telah berubah warna
menjadi merah muda atau mencapai titik akhir .
4. Dalam percobaan titrasi asam basa ini menggunakan dua analisa, analisa
kualitatif dan analisa kuantitatif.
5. Dalam percobaaan ini juga menggunakan dua larutan standar yang berfungsi
untuk menentukan konsentrasi larutan, dua larutan standar itu larutan standar
primer dan larutan standar sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, A., 2012. Titrasi Asam Basa. (https://www.academia.edu/10135224/ti-


trasiasambasa). Diakses pada tanggal 15 November 2015 Pukul 20:15 WIB.
Chang, R., 2004. Kimia dasar 1. Erlangga : Jakarta.
Nuryanti, S., 2012. Indikator Titrasi Asam Basa. Agritech, 3(30): 179-181.
Petrucci, 2008. Kimia dasar 1. Erlangga : Jakarta.
Yosi, P., 2013. Pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai indikator titrasi asam basa.
Skripsi. FMIPA, Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai