Anda di halaman 1dari 15

FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

STUDI SIMULASI PENGALIRAN GAS KONDENSAT UNTUK


PERENCANAAN PIPELINE PADA OFFSHORE PLATFORM
LINGKUNGAN NERITIK

Muhammad Ridwan Ansyori *)

ABSTRAK

Selama dialirkan Gas Kondensat dapat terkondensasi sehingga di dalam pipa


akan terbentuk fasa cair yang dapat mengurangi keefisienan penyaluran gas. Untuk
meminimalisir hal tersebut maka perlu untuk menganalisa pipeline dan laju alir yang
akan digunakan. Analisa dilakukan dengan melihat perubahan tekanan, temperatur,
pertambahan fasa cair dan kecepatan superficial gas yang dialirkan. Setelah analisa
dilakukan maka akan didapatkan rekomendasi laju alir dan ukuran pipa yang harus
digunakan untuk mengalirkan Gas Kondensat sehingga pembentukan fasa cair
selama gas dialirkan di dalam pipa menjadi seminimal mungkin.

I. PENDAHULUAN yang telah digunakan. Sehingga


Dalam industri migas dimana kevalidan simulator akan diuji terlebih
sumur-sumur produksi seringkali dahulu terhadap data lapangan dan
berada di daerah offshore maka simulator pembanding.
penyaluran minyak dan atau gas harus Simulator yang digunakan adalah
melalui pipa yang terpasang di dasar Pipesim dari Baker Jardin, simulator
laut. Secara khusus untuk gas dimana pembanding adalah Simulator dari
memiliki sifat kompresi dan kondensasi GPA.
maka perubahan fasa akan menjadi Studi terbatas pada offshore Platform
penting untuk diperhatikan karena yang berada di perairan neritik.
berpengaruh terhadap efesiensi
penyaluran gas. Ukuran pipa sebagai II. KEHILANGAN TEKANAN
media penyalur ternyata sangat FLUIDA DUA FASA DALAM PIPA
berpengaruh terhadap terbentuknya Beggs dan Brill
fasa cair akibat penurunan tekanan mengembangkan metode perhitungan
temperatur selama pengaliran. kehilangan tekanan antara fluida dua
Studi ini ditujukan untuk mengetahui fasa dalam pipa, berdasarkan
kehilangan tekanan dan temperatur pengukuran di laboratorium.
sepanjang pipa, perubahan fasa fluida Pengukuran kehilangan tekanan
yang mengalir termasuk volume fasa dilakukan di dalam pipa acrylic yang
cair yang mungkin terbentuk di dalam dapat diubah-ubah sudut
pipa, sehingga dapat dijadikan dasar kemiringannya.
analisa penggunaan diameter pipa
pada kondisi yang serupa. a. Penentuan Pola Aliran
Studi ini dilakukan dengan Pola aliran merupakan suatu
menggunakan simulator dimana data parameter korelasi dan tidak
pembanding adalah data hasil menyatakan tentang pola aliran
observasi lapangan dan simulator lain sebenarnya, kecuali apabila pipa pada

1
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

kedudukan horisontal. Pola-pola aliran dimana :


yang dipertimbangkan dalam L3  N FR
perhitungan ini, yaitu : segregated, A
L3  L2
transisi, intermitent dan distributed.
Parameter-parameter yang diperlukan B  1 A
untuk menentukan pola aliran adalah Tabel II-1. Konstanta untuk Penentuan
sebagai berikut : Liquid Hold-up 5)

NFR = (vm)2/(gd) ……………….(2-1) Flow


a b c
Patttern
L = vsL/vm …………….…(2-2)
0,302 Segregated 0,98 0,4846 0,0868
L1 = 316(L) ……….(2-3)
-2,4684 Intermittent 0,845 0,5351 0,0173
L2 = 0,0009252(L) ..........(2-4)
Distributed 1,065 0,5824 0,0609
L3 = 0,1(L)4,4516 ……….(2-5)
L4 = 0,5(L)-6,738 ……….(2-6) Harga liquid hold-up pada sudut
kemiringan tertentu merupakan koreksi
Dari variabel-variabel di atas, dari harga pada pipa horisontal, yaitu :
batasan untuk tiap pola aliran adalah
sebagai berikut :
H L ( )  H L (o) ................. (2-9)
1. Pola aliran segregated :
L<0.01 dan NFR<L1
dimana :
atau L>0,01 dan NFR<L2
HL() = liquid-hold up pada sudut
2. Pola aliran transisi :
kemiringan pipa sebesar 
L>0.01 dan L2<NFR<L3
HL(o) = Liquid hold-up pipa
3. Pola aliran intermitent :
horisontal.
0.01<L<0.4 dan L3<NFR<L1
 = faktor koreksi terhadap
4. Pola aliran distributed :
pengaruh kemiringan pipa
L<0.4 dan NFR>L1
= 1 - C(Sin(1,8 ) - 0,333 sin3
(1,8 )
b. Penentuan Liquid Hold-up
Secara umum persamaan hold- = sudut kemiringan pipa
up cairan pada pipa horisontal, sebenarnya terhadap bidang
sebagai berikut : horisontal
C = (1-L)ln(d(L)e(NFR)f(NFR)g
HL (o)  a b NFR
c
……………(2-7)
Dimana d, e, f, g merupakan
konstanta yang besarnya tergantung
dimana konstanta a, b dan c berbeda dari pola aliran seperti tercantum pada
untuk setiap kondisi aliran, seperti Tabel II-2 berikut :
terlihat pada Tabel II-1.
Untuk mencari liquid hold-up
pada pola aliran transisi digunakan
interpolasi dari liquid hold-up aliran
segregated dengan aliran intermittent,
dengan persamaan :

HL(transisi) = A HL(segregated) + B
HL(intermittent) ...................... (2-8)

2
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Tabel II-2. Konstanta untuk untuk harga 1<Y<1,2 parameter S


menghitung harga C 5) dihitung dengan persamaan :
Pola Aliran d e F g
Segregated 0.011 -3.7680 3.5390 -1.6140 S = ln(2,2Y-1,2)
flow up-hill
Intermittent 2.965 0.3050 -0.4473 0.0978 Sehingga persamaan untuk faktor
flow gesekan dua fasa adalah :
Semua pola 4.700 -0.3692 0.1244 -0.5056 f tp
f tp  f n ...................... (2-13)
aliran fn
Gradien tekanan sebagai akibat
Harga liquid hold-up pada sudut gesekan dihitung dengan
kemiringan pipa tertentu digunakan menggunakan persamaan berikut :
untuk menghitung densitas campuran
yang diperlukan untuk menentukan f tpn ( v n )2
gradien tekanan sebagai akibat dP / dZf  ............. (2-14)
perbedaan elevasi. 2gc d
n  L L  gg .................... (2-15)
c. Korelasi Faktor Gesekan Sudut kemiringan pipa pada
Beggs dan Brill juga percobaan dari Beggs dan Brill diukur
mendefinisikan faktor gesekan dua sesuai dengan arah aliran dan diukur
fasa (ftp) dengan menggunakan dari bidang horisontal berlawanan
diagram Moody untuk pipa halus, atau dengan arah jarum jam.
dengan menggunakan persamaan
berikut : d. Penyelesaian Persamaan
Kehilangan Tekanan dan
  N Re n  Temperatur Secara Simultan
f n  2 log   2 Dengan anggapan bahwa aliran
  4,5223 log( N Re n )  3,8215  fluida di dalam pipa adalah steady
......................................... (2-10) state, perhitungan profil tekanan
sepanjang pipa didasarkan pada
dimana : persamaan kesetimbangan energi,
m v m d yang secara eksplicit dapat ditulis
NRen = 1488
n sebagai berikut :
n  L L  g g
0.0188 L  g Pavg sin  fw 2 T z L
Po  Pi   6.5  10 5 0
Tz d5gP
Harga ftp/fn dihitung dengan
persamaan : .................................................(2-16)
f tp dimana :
 e S ............................... (2-11) Po = Tekanan keluar, psi
fn Pi = Tekanan masuk, psi
dimana : L = Panjang pipa, ft
S
ln(Y ) g = Specific gravity gas
 0,0523  3,182 ln(Y )  0,8725(ln(Y )) 2  0,01853(ln(Y )) 4 P = Tekanan, psi
......................................... (2-12) Pavg = Tekanan rata-rata, psi
L T = Temperatur, oR
Y
H L ()2 d = diameter dalam pipa, in
z = faktor kompresibilitas

3
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Untuk perhitungan profil temperatur J (P,T) =representasi dari Matrix


sepanjang pipa dapat dirumuskan Jacobian
sebagai berikut :  E E 
 dP  
To  Ti e a L  (1  e al L )(Ts   ao sin  )  0 =  P T  ................. (2-20)
i

ai dL G G
 
................................................(2-17)  P T 

Persamaan (2-17) merupakan Komponen dari Matrix Jacobian pada


modifikasi persamaan Caulter- persamaan (2-20) adalah turunan dari
Bourdeon dengan memasukkan efek persamaan (2-16) dan (2-17) dengan
gaya gravitasi. Persamaan (2-16) dan perhatian pada tekanan dan
(2-17) membentuk sebuah sistem temperatur.
persamaan dengan tekanan dan Persamaan (2-19) dapat dirubah
temperatur sebagai variabel utama. kebentuk persamaan :
Secara umum dapat disederhanakan  E ( P, T ) 
  (2-21)
G (P, T) 
n 1
menjadi : P P
n

    
T  T   E E 
 E(P, T)   
F(P, T)  (E, G) T    …...(2-18)  P T 
 G G 
 G(P, T)  
 P T 

1
dimana E(P,T) adalah representasi  E E 
 P   P 
n 1
 E(P, T)  (2-22)
n
P T 
persamaan (2-16) yang merupakan      
T  T   G G 
  G (P, T) 
bentuk eksplicit dari persamaan profil
 P T 
tekanan dan G(P,T) adalah
representasi persamaan (2-17) yang
Persamaan (2-22) adalah persamaan
merupakan bentuk implicit dari
iterasi Newton-Raphson yang
persamaan profil temperatur.
digunakan untuk menghitung tekanan
Karena persamaan (2-16) dan
dan temperatur secara simultan.
(2-17) adalah non linear maka untuk
menghitung tekanan dan temperatur
III. PEMODELAN PIPELINE DAN
secara simultan digunakan suatu
PROSES MATCHING
teknik iterasi.
Pemodelan pipeline dan
Metode iterasi Newton-Raphson
matching (matching) antara data aktual
dapat digunakan untuk menyelesaikan
dengan hasil perhitungan simulator.
persamaan (2-18). Dengan teknik ini
Pemodelan ini meliputi beberapa
penyelesaian persamaan dapat ditulis
tahapan, yaitu : persiapan data,
dalam bentuk umum :
pembuatan model, input data, eksekusi
program dan proses matching.
F(P, T)
U n 1  U n  ................. (2-19)
J(P, T)

dimana :
F(P,T) = bentuk implicit dari sistem
persamaan yang akan diselesaikan
U = variabel vektor untuk tekanan
dan temperatur
n = indikator level iterasi

4
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

a. Penentuan Section dan


Segment Tabel. III-1. Komposisi Gas 1 4)
Untuk melakukan perhitungan- Komponen Persen Mol
perhitungan tersebut maka suatu N2 0.89
rangkaian pipa yang memiliki panjang CO2 2.18
tertentu akan dibagi ke dalam suatu H2S 1.35
section berdasarkan data input dan H2O 0.48
tiap-tiap section akan dibagi menjadi C1 79.8
beberapa segment, dimana panjang C2 8.51
segment ditentukan berikutnya. C3 3.95
Pembagian section akan dibuat iC4 0.53
berdasarkan perubahan elevasi dari nC4 1.29
rangkaian pipa, yaitu rangkaian pipa
iC5 0.32
dengan kemiringan tertentu akan
nC5 0.38
dibuat dalam satu section. Setelah itu
tiap-tiap section yang ada akan dibagi nC6 0.22
lagi dalam beberapa segment yang nC9 0.10
panjangnya dapat ditentukan oleh
user. Data tekanan dan temperatur awal,
temperatur lingkungan dan laju alir gas
b. Pemodelan Pipeline dapat ditabulasikan sebagai berikut :
Pemodelan yang dilakukan di
sini adalah pembuatan model pipeline Tabel III-2. Data PTQ 4)
dengan data yang ada sehingga Variabel Kondisi
kondisinya menyerupai pipeline aktual Pipeline 1 2
di lapangan. Tekanan masuk (Psi) 265 265
i. Persiapan Data Tekanan keluar minimum (Psi) 225 225
Data yang akan digunakan Laju alir (MMScf/d) 160 235
meliputi komposisi gas yang dialirkan, 120 176
tekanan, temperatur, laju alir gas, dan 80 118
data fisik pipeline Temperatur masuk (oF) 110 110
Komposisi gas yang dialirkan Temperatur lingkungan udara 80 80
terdiri dari beberapa komponen, (oF)
seperti yang terlihat pada Tabel III-1 Temperatur lingkungan air (oF) 73 73
berikut :
Data fisik pipeline meliputi : panjang
pipa, diameter, ketebalan dan
konduktivitas panas bahan pipa,
perubahan elevasi dan sudut inklinasi
dari pipeline sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel III-3, III-4 dan III-5 berikut :

5
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Tabel III-3. Data Pipeline 1 4)


Perubahan Elevasi Panjang Sudut Inklinasi U
Lingkungan
(ft) (ft) (deg.) (BTU/hr-ft2-oF)
Udara 0.0 250 0.000 0.45
Udara 0.0 325 0.000 0.45
Udara -50.0 50 -90.000 0.45
Air -157.0 157 -90.000 4.11
Air -9.5 3230 -0.170 1.60
Air 8.5 9023 0.054 1.60
Air -1.0 2461 -0.023 1.60
Air 3.0 2871 0.060 1.60
Air 0.0 6562 0.000 1.60
Air -3.0 1641 -0.105 1.60
Air 4.0 1641 0.140 1.60
Air -11.0 5742 -0.110 1.60
Air 19.0 3281 0.332 1.60
Air -10.0 4512 -0.127 1.60
Air 157.0 157 90.000 4.11
Udara 50.0 50 90.000 0.45
Udara 0.0 862 0.000 0.45

Tabel III-4. Data Pipeline 2 4)


Perubahan Elevasi Panjang Sudut Inklinasi U
Lingkungan
(ft) (ft) (deg.) (BTU/hr-ft2-oF)
Udara 0.0 1012 0.000 0.45
Udara 0.0 50 -90.000 0.45
Air -50.0 144 -90.000 4.11
Air -144.0 1641 0.000 1.60
Air 0.0 1641 -0.105 1.60
Air -3.0 5332 0.398 1.60
Air 37.0 1642 -0.960 1.60
Air -27.5 2462 0.663 1.60
Air 28.5 3281 -0.768 1.60
Air -44.0 7793 0.184 1.60
Air 25.0 3282 -0.576 1.60
Air -33.0 3282 0.297 1.60
Air 17.0 4922 -0.140 1.60
Air -12.0 3281 0.210 1.60
Air -16.0 3281 -0.279 1.60
Air 6.0 1231 0.279 1.60
Air 154.0 154 90.000 1.60
Udara 50.0 50 90.000 4.11
Udara 0.0 862 0.000 0.45

6
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Tabel III-5. Data Umum Pipeline 1 dan 2 4)


Pipeline 1 Pipeline 2
Diameter Luar (in) Ketebalan Pipa (in) Diameter Luar (in) Ketebalan Pipa (in)
30 0.625 36 0.812
32 0.625 40 0.812
36 0.812

Dari data yang telah Langkah pertama yang


dipersiapkan maka model Pipeline 1 dilakukan adalah memilih satuan
dan 2 akan dibangun dengan Pipesim lapangan yang akan digunakan untuk
pada Pipeline and Facilities File (single satuan data yang akan di-input-kan
branch model) yang memungkinkan dengan memilih menu Unit pada
setiap sensitivitas laju alir gas dan struktur Setup data. Kemudian
diameter yang dibuat dapat dianalisa membuat model pipeline 2 dimensi,
secara bersamaan. dilakukan dengan memilih mode
Pipeline & Facilities pada menu File.
ii. Input Data Pada bagian Compositional
Data yang telah dipersiapkan pada menu Setup dimasukkan data
akan di-input-kan melalui struktur komponen penyusun fluida
setup data yang terbagi menjadi hidrokarbon dan persentase molnya
beberapa bagian utama, yaitu : data untuk tiap komponen.
input fluida, data input flowline, data Pada bagian Flowline Properties
input tekanan dan temperatur. dimasukkan data fisik pipa dan
letaknya pada permukaan termasuk
Data input fluida adalah data konduktivitas bahan pipa dan
sifat fisik atau komposisi fluida yang temperatur lingkungan dimana pipa
diimasukkan dengan memilih model berada.
fluida yang akan digunakan black oil Pada box dialog data source
atau compositional. dimasukkan data tekanan awal dan
Data input pipeline adalah temperatur fluida saat masuk ke
semua data fisik pipa dan letaknya dalam sistem pipeline.
pada permukaan termasuk Untuk melakukan eksekusi
konduktivitas bahan pipa dan program setelah data utama
temperatur lingkungan dimana pipa dimasukkan, maka dapat dipilih
berada. operasi yang diinginkan pada menu
Data input tekanan dan Operations dengan sebelumnya
temperatur inlet adalah data tekanan memilih korelasi yang akan digunakan
dan temperatur saat fluida masuk ke untuk proses perhitungan.
dalam sistem pipeline melalui bagian Hasil eksekusi atau running
data Source. program dapat dilihat pada menu
report dengan memilih System Plot,
iii. Pengaturan dan Pelaksanaan Profil Plot, Output File dan Summary
Pemodelan File. Laporan hasil yang diinginkan
Untuk lebih menjelaskan proses juga dapat diatur dengan memasukkan
input data dan pelaksanaan pilihan pada bagian Define output pada
Pemodelan, pada bagian ini akan struktur Setup data.
dijelaskan secara sekilas proses
pemrograman pada Simulator Pipesim.
7
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Gambar 1. Bentuk Model Pipeline dalam Model Jaringan dan Model Tunggal

c. Proses Matching sebagai data input adalah data yang


Matching ini dibuat sebagai sama dengan data lapangan. Hasil
dasar untuk melakukan simulasi proses matching diperlihatkan pada
dengan data yang berbeda. Data gambar 2 sampai dengan 4
komposisi gas yang dimasukkan

Gambar 2. Matching Hasil Perhitungan Tekanan keluaran dengan


Simulator terhadap Data Aktual Untuk Pipeline 1

8
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Penyelarasan Temperatur Keluaran Pipa Salur 1


80

75
Temperatur, F

70

30 in (Simulasi)
30 in (Aktual)
32 in (Simulasi)
32 in (Aktual)
36 in (Simulasi)
36 in (Aktual)

65
60 80 100 120 140 160 180
Laju Alir Gas, MMscf/d

Gambar 3. Matching Hasil Perhitungan Temperatur Keluaran dengan


Simulator terhadap Data Aktual untuk Pipeline 1

Pipaline 2
280
40 in (Simulasi)

275 40 in (Data)
36 in (Simulasi)
270 36 in (Data)
Tekanan Keluaran, Psia

265

260

255

250

245

240
100 120 140 160 180 200 220 240 260
Laju Alir Gas, MMSCF/D

Gambar 4. Matching Hasil Perhitungan Tekanan Keluaran


Dengan Simulator terhadap Data Aktual Pipeline 2

9
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Penyelarasan Temperatur Keluaran Pipa Salur 2


80

75
Temperatur, F

70

36 in (Simulasi)
36 in (Aktual)
40 in (Simulasi)
40 in (Aktual)
65
100 120 140 160 180 200 220 240 260
Laju Alir Gas, MMscf/d

Gambar 5. Matching Hasil Perhitungan Temperatur Keluaran dengan


Simulator terhadap Data Aktual Pipeline 2

Karena hasil perhitungan melakukan perubahan komposisi fluida


dengan simulator dan data aktual tidak yang dialirkan.
akan menemukan hasil yang sama,
maka hasil yang diperoleh dapat IV. UJI SENSITIVITAS
dianggap selaras (match) bila tren Sebagaimana yang telah
harga yang diperoleh relatif sama dan diuraikan sebelumnya bahwa proses
kesalahan yang terjadi relatif kecil. simulasi dengan pembuatan
Dalam hal ini hasil matching tersebut sensitivitas dapat dilakukan setelah
terlihat persentase kesalahan rata-rata proses matching, yaitu pembuatan
untuk perhitungan tekanan keluaran sensitivitas akan berdasar pada hasil
adalah 0.2021% untuk Pipeline 1 dan proses matching. Dalam Studi ini,
0.0955% untuk Pipeline 2. Sedangkan skenario simulasi yang akan dilakukan
untuk perhitungan temperatur keluaran tanpa merubah model pipeline yang
kesalahan rata-rata adalah 0,915% telah dibuat dan metode perhitungan
untuk Pipeline 1 dan 0,7069% untuk yang telah digunakan dalam proses
Pipeline 2. Selain itu hasil yang didapat matching.
dalam perhitungan tekanan keluaran Pembuatan sensitivitas terhadap
untuk kedua Pipeline juga berada di komposisi fluida yang dialirkan ini
atas harga minimal yang diinginkan dilakukan untuk mengetahui berbagai
(yaitu di atas 225 psi). Sehingga dari kondisi dan perubahan yang terjadi
dua hal tersebut dapat dikatakan pada fluida hidrokarbon yang memiliki
bahwa perhitungan dengan simulator komposisi tertentu bila dialirkan di
sesuai (match) dengan data aktual. dalam suatu pipeline.
Dengan dasar hasil matching tersebut Skenario yang dibuat adalah
kemudian dapat dibuat skenario dengan mengalirkan Gas Komposisi 2
simulasi, dalam hal ini dengan (Tabel IV-1) dengan laju alir 80
MMscf/d, 120 MMscf/d dan 160

10
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

MMscf/d melalui Pipeline 1 yang diameter (36 in dan 40 in). Tekanan


memiliki sensitivitas terhadap diameter dan temperatur awal yang digunakan
(30 in, 32 in dan 36 in) dan dengan laju untuk kedua pipa adalah sama, yaitu
alir 118 MMscf/d, 176 MMscf/d dan 265 psi dan 110oF.
235 MMscf/d melalui Pipeline 2 yang
juga memiliki sensitivitas terhadap

Tabel IV-1. Gas Komposisi 2


Komponen Persen Mol
N2 0.89
CO2 2.18
H2S 1.35
H2O 0.48
C1 3.95
C2 8.51
C3 79.8
iC4 0.53
nC4 1.29
iC5 0.32
nC5 0.38
nC6 0.22
nC9 0.10

Tabel IV-2. Data Skenario Simulasi


Laju Alir Diameter Luar Ketebalan
Pipeline Jenis Gas
(MMscf/d) (in) (in)
30 0.625
80 32 0.625
36 0.812
30 0.625
1 Komposisi 2 120 32 0.625
36 0.812
30 0.625
160 32 0.625
36 0.812
118 36 0.812
40 0.812
2 Komposisi 2 176 36 0.812
40 0.812
235 36 0.812
40 0.812

a. Uji Sensitivitas Terhadap pipeline, profil tekanan sepanjang pipa,


Komposisi Gas Pada Pipeline 1 volume fasa cair yang terbentuk di
Dengan simulasi pengaliran dalam pipa, profil temperatur
Gas Komposisi 2 melalui Pipeline 1 sepanjang pipa dan superficial gas
didapat hasil perhitungan tekanan velocity.
keluaran (Outlet Pressure) dari

11
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Gambar 6. Tekanan Keluaran dari Pipa untuk Tiap Komposisi

Komposisi 1 ini disertakan dapat diketahui dari profil tekanan


sebagai pembanding untuk Komposisi sebagaimana yang terlihat pada
2, dimana keduanya dapat diplot Gambar 7 berikut :
seperti pada Gambar 6. Penurunan
tekanan yang terjadi di sepanjang pipa

Profil Tekanan pada 80 MMscf/d


270

265

260

255
Tekanan, Psia

250

245

240

235

30 in (Komp.1)
230 32 in (Komp.1)

36 in (Komp.1)

30 in (Komp.2)
225
32 in (Komp.2)

36 in (Komp.2)

220

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000

Panjang Pipa, ft

Gambar 7. Profil Tekanan Sepanjang Pipeline 1 Pada 80 MMscf/d

12
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

Gambar 8. Profil Tekanan Sepanjang Pipeline 1 Pada 120MMscf/d

Gambar 9. Profil Tekanan Sepanjang Pipeline 1 Pada 160MMscf/d

Dari hasil-hasil yang telah didapatkan relatif sama untuk


diperlihatkan di atas, untuk fluida penurunan tekanan yang terjadi di
komposisi 1 dan komposisi 2 yang sepanjang pipa atau tekanan keluaran
dialirkan di dalam pipeline 1, hasil yang dari dalam pipa. Penurunan tekanan

13
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

akan semakin kecil atau tekanan besar dengan semakin besarnya


keluaran dari dalam pipa akan semakin diameter pipa dan semakin kecilnya
besar dengan semakin kecilnya laju laju alir yang digunakan, walaupun
alir dan semakin besarnya diameter perubahan yang terjadi relatif kecil
pipa yang digunakan. Dalam hal ini antara ketiga diamater (30, 32 dan 36
yang menghasilkan penurunan inch) dan ketiga laju alir (80, 120 dan
tekanan terkecil atau yang 160 MMscf/d) yang digunakan. Yang
memberikan tekanan keluaran terbesar menghasilkan penurunan tekanan
bila gas dialirkan melalui pipa salur 1 terkecil atau tekanan keluaran terbesar
adalah laju alir gas 80 MMSCF/D dan adalah bila gas dialirkan dengan laju
diameter pipa 36 inch. Sedangkan alir 160 MMSCF/D di dalam pipa
untuk Komposisi 2 terjadi sebaliknya, diameter 30 inch.
penurunan tekanan akan semakin

1500 25000
Volume Caira n dari Gas Komposis 1, Bbl

1400

Volume Cairan dari Gas Komposisi 2, Bbl


1300
1200 20000
1100
1000
900 15000
800
700
600 10000
500
400
300 5000
200
30 in (Komp.1) 32 in (Komp.1) 36 in (Komp.1)
100 30 in (Komp.2) 32 in (Komp.2) 36 in (Komp.2)

0 0
80 120 160

Laju Alir Gas, MMscf/d

Gambar 10. Volume fasa cair yang terbentuk di dalam pipeline

V. KESIMPULAN aliran gas kondensat dimana


Dari studi ini dapat disimpulkan: terbentuknya fasa cair ini sangat
1. Pemilihan ukuran pipeline yang dipengaruhi oleh ukuran pipa yang
tepat sangat penting dalam digunakan.
mengalirkan gas kondensat dalam
jarak yang jauh.
2. Variasi aliran yang terjadi di dalam
pipeline sangat dipengaruhi oleh
terbentuknya fasa cair di dalam

14
[Type text]
FORUM TEKNOLOGI Vol 02 No 3

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tarek, “Hydrocarbon Phase Behavior”, Gulf Publishing Company, Houston,


Texas, 1989.
Arnold, K., Steward, M., “Surface Production Optimation – Volume 2”, Gulf Publishing
Company, Houston, Texas, 1989.
Beggs, H. D., “ Gas Production Operations”, OGCI Publications, Oil and Gas
Consultans Int. Inc, Tulsa, 1984.
Brill, J. P., Sifferman, T.R., Samarco, B., Arirachakaran, S., “Simulation of a Major
Oilfield Gas-Gathering Pipeline System”, Society of Petroleum Engineering
Paper No.11461, 1983.
Brown, Kermit E, “The Technology of Artificial Lift Method-Volume I”, Penn Well
Publishing Company, Tulsa, 1975.
Cheremisinoff, N.P., “Fluid Flow, Pumps, Pipes and Channel”, Ann Arbor Science
Publishers Inc., Michigan, 1981.
Kumar, Sanjay, “Gas Production Engineering”, Gulf Publishing Company, Houston
Texas,1987.
Mucharam, L., Andhy, A., Hasan, S., “Application of the Newton-Raphson Iteration
Method For Predicting Gas Flow Performance in a Pipeline”, Indonesian
Petroleum Association, Twenty First Annual Convention, October, 1992.
Payne, G.A., Palmer, C.M., “Evaluation of Inclined-Pipe, Two-Phase Liquid Holdup
and Pressure-Loss Correlations Using Experimental Data”, Journal Petroleum
Engineering, September, 1979.
Szilas, A.P., “Production and Transport of Oil and Gas”, Elsevier Scientific Publishing
Company, New York, 1975.
Baker Jardine Petroleum Engineering & Software, ”Modul PIPESIM”.

*)
Penulis adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Pusdiklat Migas.

15

Anda mungkin juga menyukai