(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas)
Dosen Pembimbing :
Nina Gartika., S.Kp., M.Kep
Disusun oleh :
Dadra Salman
Dendi Ramdani
Fenny Permata
Puji Maudya
Rena Haurisena
Siti Nurjannah
Tri Handayani
STIKES ‘AISYIYAH BANDUNG PRODI D3 KEPERAWATAN
2016-2017
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker
yang di derita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100
ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang sudah
masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit di
temukan dalam keadaan stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia
penderita antara 30 - 60 tahun, terbanyak antara 45 - 50 tahun. Periode laten dari
fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9%
dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat
di diagnosis, sedangkan 53% dari kanker insitu terdapat pada wanita di bawah
usia 35 tahun.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Ca serviks
2. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari Ca serviks
3. Untuk mengetahui etiologi dari ca serviks
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan
patofisiologi dari ca serviks
5. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dan intervensi dari Ca serviks
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI) kanker serviks adalah keganasan
dari serviks yang ditandai dengan adanya perdarahan lewat jalan lahir atau vagina,
tetapi gejala tersebut tidak muncul sampai tingkat lanjut, dimana tanda dan
diagnosa pasti bisa ditegakkan dengan menggunakan pap smear (Zhukmana,
2009)
Umur
Merokok
3
4
Menikah muda
5
Pemakaian pil KB
Virus Herpes Simpleks tipe 2 di duga sebagai faktor pemicu kanker. Atau
di anggap sama dengan karsinogen kimia atau fisik (Sukaca,2009). Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun. Infeksi virus herpes
simplek (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata di
duga sebagai faktor penyebab kanker serviks
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi penelitian menemukan bahkan 99,7 % kanker serviks disebabkan oleh HPV
(Human Papillomavirus). HPV adalah satu golongan virus dimana terdapat lebih
dari 100 jenis HPV.
Virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual, dimana terjadi
kontak langsung antara kulit dan kelamin, membran mukosa, atau pertukaran
cairan tubuh, dan melalui seks oral.
7
Human Papilloma virus (HPV) atau Virus Papiloma Humanus adalah virus
yang kecil, HPV berdiameter sekitar 55 nm dengan panjang genom 8 kbp, dengan
delapan ORFs (Open Reading Frames) pada satu untai. HPV tidak dapat diisolasi,
maka klasifikasinya berdasarkan derajat homologi DNAnya (seberapa dekat
kecocokan sekuens dari nukleotidanya). Infeksi HPV pada wanita terjadi pada
daerah vulva, dinding vagina, serviks, perianal dan perineum.
HPV tipe 16 merupakan tipe yang paling banyak ditemukan dan dianggap
sebagai penyebab 40 – 60% kanker invasif di seluruh dunia. Diperkirakan, pada
infeksi HPV tipe multiple yang bersifat menetap dan wanita muda yang diketahui
terinfeksi HPV 2 tipe atau lebih. Secara umum diperkirakan bahwa masa inkubasi,
sejak virus pertama kali masuk ke dalam tubuh sampai dengan terjadinya
carcinoma in situ, membutuhkan waktu antara 7 sampai 12 tahun.
mm
Stadium 1B Lesi yang tampak terbatas pada
serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih luas stadium 1A2
I B1 Lesi yang tampak tidak lebih
dari 4 cm dari dimensi terbesar
I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm
dari dimensi terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi diluar
uterus, tetapi belum mengenai
dinding panggul atau sepertiga
distal/ bawah vagina
II A Tanpa invasi ke parametrium
II B Sudah menginvasi parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding
panggul dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
III A Tumor telah meluas kesepertiga
bawah vagina dan tidak invasi
ke perimetrium tidak sampai
kedinding panggul
III B Tumor telah meluas kedinding
panggul dan/atau meneyebabkan
hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ
reproduksi
IV A Tumor menginvasi ke mukosa
kandung kemih atau rectum
10
2.6 Penatalaksanaan
Terapi kanker serviks dilakukan bila didiagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggup merehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim onkologi). Pengobatan
kanker serviks dapat dilakukan dengan cara :
Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki
anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana
untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan
merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif
adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
13
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah
menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu
sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari atau minggu
selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat
radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 - 3 hari dan selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1
- 2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti
berfungsi
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
14
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit
metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan
pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain.
2.7 Patofisiologi
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor
usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium
uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar
ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan
displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas.
Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ
asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru
dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah
transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
15
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat
dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
2.8 Diagnosa
Pre op & pre Radiasi :
Dx.1 Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Post operasi dan post Radiasi :
Dx.2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan
muntah
Dx.3 Risiko Infeksi
2.9 Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Perubahan TTV
asuhan 2. Lakukan pengkajian menunjukan
keperawatan 3x24 nyeri secara adanya
jam nyeri dapat komprehensif (lokasi, inflamasi
berkurang dengan karakteristik, durasi, 2. Sebagai data
kriteria hasil : frekuensi,kualitas dan dasar untuk
1) -Mengungkapkan factor presipitasi) mengevaluasi
rasa nyeri 3. Ajarkan tehnik kefektifan
berkurang relaksasi tindakan
2) -Mampu 4. Kolaborasikan mengurangi
mengidentifikasi pemberian obat nyeri
nyeri (penyebab, analgetik 3. Mengurangi
lokasi) ketegangan otot
3) -Mampu otot,
16
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumbuhnya jaringan yang abnormal dalam leher rahim
atau tumor ganas dan dapat merusak jaringan disekitarnya serta dapat dideteksi
dengan melakukan tes papsmear. Penyebab utamanya yaitu virus HPV atau
Human papiloma virus. Kanker serviks ditandai dengan Cairan pervaginam yang
berbau busuk, Nyeri Punggung, Nyeri Pinggang dan pinggul ,Sering berkemih,
Buang air kecil atau buang air besar yang sakit, Gejala penyakit yang redidif
(nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi ureter, Anemi akibat
perdarahan berulang, Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
3.2 Saran
Agar terhindar dari kanker serviks yaitu harus melakukan pencegahan dengan
cara tes papsmear untuk wanita yang sudah aktif dalam seksualnya dan menjaga
agar faktor pencetus dari kanker serviks tersebut tidak terjadi. Yang paling utama
yaitu menjaga kebersihan area vagina dan tidak melakukan hubungan seksual
yang menyimpang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakrata : EGC
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8. Volume 2.Jakarta: ECG.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol2.no1.Januari2010/PENGERTIA
N%20DAN%20PEMAHAMAN%20RESIKO%20CA%20CERVIX%20PADA.p
df