Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH CA SERVIKS

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas)

Dosen Pembimbing :
Nina Gartika., S.Kp., M.Kep
Disusun oleh :
Dadra Salman
Dendi Ramdani
Fenny Permata
Puji Maudya
Rena Haurisena
Siti Nurjannah
Tri Handayani
STIKES ‘AISYIYAH BANDUNG PRODI D3 KEPERAWATAN

JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung

Phone 022 7312423/fax 022 7305269

2016-2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
CA SERVIKS. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, mengingat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Kami
juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semangat ,
agar kedepan kami bias membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami
berharap makalah ini akan bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan
pihak yang memerlukan pada umumnya
Semoga Alloh memberikan rahmat serta karunian-Nya kepada
semua pihak yang telah turut membantu penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarahkatuh.

Bandung, Maret 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ISI ............................................................................................................... 3
2.1 Definisi .......................................................................................................... 3
2.2 Faktor predisposisi ........................................................................................ 3
2.3 Etiologi .......................................................................................................... 6
2.4 Manifestasi klinis .......................................................................................... 7
2.5 Pemeriksaan penunjang ............................................................................... 10
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................................... 12
2.7 Patofisiologi................................................................................................. 14
2.8 Diagnosa ...................................................................................................... 15
2.9 Intervensi ..................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
3.2 Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55
tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks
dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal
yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah
bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan
setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus
yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks.
Kanker leher rahim (Ca Cervix) merupakan penyakit kanker kedua
terbanyak yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International
Agency for Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang
berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara
berkembang, dan Indonesia merupakan mempunyai jumlah pengidap kanker
serviks kedua terbesar setelah Cina.
Di seluruh dunia, di perkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru dan
250.000 kematian setiap tahunnya yang kurang lebih 80% terjadi di negara sedang
berkembang. Di Indonesia, insidens kanker serviks di perkirakan kurang lebih
40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang tersering. Dari
jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara - negara berkembang. Hal itu terjadi
karena pasien datang dalam stadium lanjut. Menurut data Departemen Kesehatan

1
2

RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker
yang di derita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100
ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang sudah
masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit di
temukan dalam keadaan stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia
penderita antara 30 - 60 tahun, terbanyak antara 45 - 50 tahun. Periode laten dari
fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9%
dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat
di diagnosis, sedangkan 53% dari kanker insitu terdapat pada wanita di bawah
usia 35 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Ca serviks ?
2. Apa saja faktor predisposisinya ?
3. Apa saja etiologi dari Ca serviks ?
4. Bagaimana Manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan patofisiologi
dari Ca serviks ?
5. Apa saja diagnosa dan intervensi dari Ca serviks ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Ca serviks
2. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari Ca serviks
3. Untuk mengetahui etiologi dari ca serviks
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan
patofisiologi dari ca serviks
5. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dan intervensi dari Ca serviks
BAB II
ISI

2.1 Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI) kanker serviks adalah keganasan
dari serviks yang ditandai dengan adanya perdarahan lewat jalan lahir atau vagina,
tetapi gejala tersebut tidak muncul sampai tingkat lanjut, dimana tanda dan
diagnosa pasti bisa ditegakkan dengan menggunakan pap smear (Zhukmana,
2009)

Kesimpulan kelompok : kanker serviks adalah tumbuhnya jaringan yang


abnormal dalam leher rahim atau tumor ganas dan dapat merusak jaringan
disekitarnya serta dapat dideteksi dengan melakukan tes papsmear

2.2 Faktor predisposisi


Terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks :

 Umur

Pada masa menopause sering terjadi perubahan selsel abnormal pada


mulut rahim. Semkin tua umur seseorang akan mengalami proses
kemunduran. Sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu
alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Sehingga pada usia lanjut lebih
banyak kemungkinan jatuh sakit, atau mudah mengalami infeksi. Kanker
sereviks paling sering terjadi pada perempuan yang berumur lebih dari 40
tahun. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada usia
reproduktif, yakni 35-40 tahun.

 Merokok

3
4

Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita merokok mengandung


nikotin dan zat-zat tersebut 15 akan menurunkan daya tahan serviks di
samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Tembakau mengandung
bahan-bahan karsinogen baik yang di hisap sebagai rokok maupun yang di
kunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatik hydrocarbons
heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan muntagen , sedang bila di
kunyah ia menghasilkan netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau
yang di hisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat
menjadi ko karsinogen infeksi virus, bahkan bahan-bahan tersebut dapat
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga dapat menyebabkan
neoplasma serviks. Merokok meningkatkan tingkat reproduksi virus
human papilloma (HPV). Merokok juga dapat mempercepat
pengembangan sel yang di sebut sel squamous intraepithelial Lesions
(SIL). Sel yang dapat menyebabkan kanker serviks

 Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

Hubungan atau kontak seksual pada usia di bawah 17 tahun merangsang


tumbuhnya sel kanker pada alat kandungan perempuan, karena pada
rentang usia 12 hingga 17 tahun, perubahan sel dalam mulut rahim sedang
aktif sekali. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan 18 pada usia
muda. Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai
risiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah pada usia lebih dari 20
tahun. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
usia dewasa , maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18
tahun akan beresiko terkena kanker serviks lima kali lipat.

 Menikah muda
5

Menikah muda dapat meningkatkan beberapa resiko. Selain kurang


kesiapan mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan
sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada usia muda. Sel-sel rahim masih
belum matang. Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang
dibawa oleh sperma dan segala macam perubahannya. Jika belum matang,
bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan
sel yang mati. Dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat
menjadi sel kanker

 Berganti-ganti pasangan seksual

Telah berbagai penelitian epidemiologi kanker leher rahim berhubungan


kuat dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks dan usia saat
melakukan hubungan seksual yang pertama. Resiko meningkat lebih dari
10 x bila bermitra seks 6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila
berhubungan dengan pria beresiko tinggi. Pria yang melakukan hubungan
seksual dengan multiple mitra seks yang mengidap kondiloma
akuminanta. Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan
seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat
meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena
kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih. Disamping itu, virus herpes simpleks tipe-2
dapat menjadi factor pendamping . Golongan wanita yang mempunyai
pasangan seksual yang berganti-ganti lebih beresiko untuk menderita
kanker serviks. Sebab, wanita yang bergontaganti pasangan akan rentan
terkena virus HPV.

 Pemasangan DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah


keguguran sehingga dapat mempertinggi resiko terjadinya kanker serviks
 Gangguan sistem kekebalan
6

Wanita yang terkena gangguan kekebalan tubuh atau imunosupresi


(penurunan sistem kekebalan tubuh) dapat terjadi peningkatan terjadinya
kanker leher rahim. Pada wanita yang mengalami penurunan kekebalan
tubuh seperti HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel
kanker dan non-invasif menjadi invasif ( dari tidak ganas menjadi tidak
ganas).

 Pemakaian pil KB

Penggunaan kontrasepsi pil dalam waktu lama (5 tahun atau lebih)


meningkatkan resiko kanker sebanyak 2 kali. Karena tugas pil KB adalah
mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga
kekentalan lendir serviks sehingga tidak dilalui sperma.

 Herpes Simpleks Virus (HVS)

Virus Herpes Simpleks tipe 2 di duga sebagai faktor pemicu kanker. Atau
di anggap sama dengan karsinogen kimia atau fisik (Sukaca,2009). Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun. Infeksi virus herpes
simplek (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata di
duga sebagai faktor penyebab kanker serviks

 Golongan ekonomi lemah (karena tudak mampu melakukan papsmear


secara rutin

2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi penelitian menemukan bahkan 99,7 % kanker serviks disebabkan oleh HPV
(Human Papillomavirus). HPV adalah satu golongan virus dimana terdapat lebih
dari 100 jenis HPV.

Virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual, dimana terjadi
kontak langsung antara kulit dan kelamin, membran mukosa, atau pertukaran
cairan tubuh, dan melalui seks oral.
7

Human Papilloma virus (HPV) atau Virus Papiloma Humanus adalah virus
yang kecil, HPV berdiameter sekitar 55 nm dengan panjang genom 8 kbp, dengan
delapan ORFs (Open Reading Frames) pada satu untai. HPV tidak dapat diisolasi,
maka klasifikasinya berdasarkan derajat homologi DNAnya (seberapa dekat
kecocokan sekuens dari nukleotidanya). Infeksi HPV pada wanita terjadi pada
daerah vulva, dinding vagina, serviks, perianal dan perineum.

HPV tipe 16 merupakan tipe yang paling banyak ditemukan dan dianggap
sebagai penyebab 40 – 60% kanker invasif di seluruh dunia. Diperkirakan, pada
infeksi HPV tipe multiple yang bersifat menetap dan wanita muda yang diketahui
terinfeksi HPV 2 tipe atau lebih. Secara umum diperkirakan bahwa masa inkubasi,
sejak virus pertama kali masuk ke dalam tubuh sampai dengan terjadinya
carcinoma in situ, membutuhkan waktu antara 7 sampai 12 tahun.

Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks. Hal ini terdeteksi


menggunakan penelitian molecular. Pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel
skuamosa karena infeksi HPV merupakan penyebab mutasi neoplasma (perubahan
sel normal menjadi sel ganas). Dari sekian tipe HPV yang menyerang dubur dan
alat kelamin, ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia.
Seperti 2 subtipe HPV dengan resiko tinggi keganasan. Yaitu tipe 16 dan 18 yang
ditemukan pada 70% kanker leher rahim.

2.4 Manifestasi klinis


Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan
tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti :
 Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
 Perdarahan yang terjadi diluar senggama
 Perdarahan yang dialami segera setelah senggama
 Perdarahan spontan saat defekasi
 Perdarahan spontan pervaginam

Pada tahap lanjut keluhan berupa :


8

 Cairan pervaginam yang berbau busuk


 Nyeri Punggung
 Nyeri Pinggang dan pinggul
 Sering berkemih
 Buang air kecil atau buang air besar yang sakit
 Gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki
unilateral, dan obstruksi ureter
 Anemi akibat perdarahan berulang
 Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf
Stadium kanker serviks menurut FIGO (Internasional Federation of
Gynecologi and Obstetrics ) 2000
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma
intraephial
Stadium 1 Karsinoma masih terbatas
diserviks (penyebaran ke korpus
uteri diabaikan)
Stadium 1A Invasi kanker ke stroma hanya
dapat didiagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat
dilihat secara makroskopik
walau dengan invasi yang
superficial dikelompokkan pada
stadium IB
IA1 Invasi ke stroma dengan
kedalaman tidak lebih 3,0 mm
dan lebar horizontal lesi tidak
lebih dari 7 mm
IA2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm
tetapi kurang dari 5 mm dan
perluasan horizontal tidak lebih 7
9

mm
Stadium 1B Lesi yang tampak terbatas pada
serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih luas stadium 1A2
I B1 Lesi yang tampak tidak lebih
dari 4 cm dari dimensi terbesar
I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm
dari dimensi terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi diluar
uterus, tetapi belum mengenai
dinding panggul atau sepertiga
distal/ bawah vagina
II A Tanpa invasi ke parametrium
II B Sudah menginvasi parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding
panggul dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
III A Tumor telah meluas kesepertiga
bawah vagina dan tidak invasi
ke perimetrium tidak sampai
kedinding panggul
III B Tumor telah meluas kedinding
panggul dan/atau meneyebabkan
hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ
reproduksi
IV A Tumor menginvasi ke mukosa
kandung kemih atau rectum
10

dan/atau keluar dari panggul


minor
IV B Metastasis jauh penyakit
mikroinvasif : invasi stroma
dengan kedalaman 3mm atau
kurang dari membrane basalis
epitel tanpa invasi ke rongga
pembuluh limfe/darah atau
melekat dengan lesi kanker
serviks.

2.5 Pemeriksaan penunjang


 Sitologi/papsmear
Pap smear merupakan sebuah tes yang dapat memeriksa keadaan sel-sel
pada serviks (leher rahim) dan vagina. Dengan pemeriksaan rutin,
perubahan sel-sel yang mungkin bisa berkembang menjadi kanker atau
sudah menjadi kanker bisa terdeteksi.
 Schillen test
Cara kerja pemeriksaan ini adalah:
Serviks diolesi dengan larutan yodium. Sel yang sehat warnanya akan
berubah menjadi coklat. Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi
putih atau kuning.Jika terkena karsinoma tidak berwarna
 Koloskopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal.
Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan
pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah
pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada
11

serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan


pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi
untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan Menurut
statistik, biopsi dengan bantuan dari kolposkopi, akurasi diagnostik untuk
kanker serviks dini dapat dicapai sekitar 98%.
 Kolpomikroskopi
Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan pap smear.
Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan
pembesaran sampai 200 kali.
 Biopsi
Biopsi merupakan tindakan ginekologi untuk mengambil sampel
jaringan dari serviks atau leher rahim. Kemudian, sampel akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mencari kelainan dan tanda
penyakit. Tes ini paling sering digunakan untuk mendiagnosis kanker
atau menilai risiko kanker serviks pada perempuan. Selain untuk
diagnosis, biopsi serviks juga dapat dilakukan untuk mengangkat
jaringan abnormal dari serviks serta memberikan pengobatan untuk sel
pra-kanker.
 Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput sendir serviks ,epitel
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan para
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
 IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam
asetat 2 %) dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan
warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya adalah untuk
melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode
skrining kanker mulut rahim
12

2.6 Penatalaksanaan
Terapi kanker serviks dilakukan bila didiagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggup merehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim onkologi). Pengobatan
kanker serviks dapat dilakukan dengan cara :

 Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki
anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana
untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan
merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif
adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
 Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
13

Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah
menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu
sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari atau minggu
selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat
radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 - 3 hari dan selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1
- 2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti
berfungsi
 Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
14

sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit
metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan
pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain.

2.7 Patofisiologi
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor
usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium
uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar
ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan
displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas.
Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ
asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru
dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah
transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
15

nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat
dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.

2.8 Diagnosa
Pre op & pre Radiasi :
Dx.1 Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Post operasi dan post Radiasi :
Dx.2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan
muntah
Dx.3 Risiko Infeksi

2.9 Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Perubahan TTV
asuhan 2. Lakukan pengkajian menunjukan
keperawatan 3x24 nyeri secara adanya
jam nyeri dapat komprehensif (lokasi, inflamasi
berkurang dengan karakteristik, durasi, 2. Sebagai data
kriteria hasil : frekuensi,kualitas dan dasar untuk
1) -Mengungkapkan factor presipitasi) mengevaluasi
rasa nyeri 3. Ajarkan tehnik kefektifan
berkurang relaksasi tindakan
2) -Mampu 4. Kolaborasikan mengurangi
mengidentifikasi pemberian obat nyeri
nyeri (penyebab, analgetik 3. Mengurangi
lokasi) ketegangan otot
3) -Mampu otot,
16

mengenali nyeri menciptakan


(skala, intensitas, perasaan rileks
frekuensi dan 4. Obat-obat
tanda nyeri) analgetik dapat
4) -Mengungkapkan mengurangi
rasa nyaman nyeri
5) -Tanda tanda vital
dalamrentang
normal
TD : 120/80
mmHg
RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5
Nadi : 60-
100x/menit
2 Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengetahui
tindakan kecenderungan BB adanya
keperawatan pasien penurunan atau
selama jam 2x24 2. Kaji adanya alergi kenaikan BB
jam kebutuhan makanan pada pasien
nutrisi 3. Menyarankan 2. Mengetahui
pasien dapat kebiasaan untuk makanan yg
terpenuhi oralhygine tidak disukai
dengan kriteria sebelum dan pasien dan
hasil : sesudah makan membantu
1.Tidak ada tanda 4. Berikan makanan memenuhi
tanda mal nutrisi sedikit tapi sering nutrisi yang
2.Mempertahankan 5. Kolaborasi dengan dibutuhkan
berat badan dalam ahli gizi untuk 3. Keadaan mulut
batas normal. menentukan jumlah yang bersih
3.Klien mampu kalori dan nutrisi dapat
17

menghabiskan ½ yang dibutuhkan meningkatkan


porsi makanan pasien nafsu makan
yang disediakan 4. Untuk
4.Klien mengalami memudahkan
peningkatan nafsu proses makan
makan 5. Menentukan
makanan yang
tepat untuk
meningkatkan
kebutuhan
nutrisi pada
pasien

3 Setelah dilakukan 1. Demonstrasikan 1. Mencegah


tindakan mencuci tangan kontaminasi
keperawatan yang tepat dan silang /
selama 2x24 jam teknik perawatan penyebaran
tidak ada resiko diri. Tinjau ulang organinisme
infeksi dengan cara yang tepat infeksious.
kriteria hasil : untuk menangani 2. Gejala-gejala
1.Klien terhindar dan membuang ini menandakan
dari tanda dan material yang keterlibatan
gejala infeksi terkontaminasi sistemik,
2.Menunjukan misalnya pembalut, kemungkinan
bahkan mampu tissue, dan balutan. menimbulkan
untuk berprilaku 2. Perhatikan gejala bakterimia,
hidup sehat malaise, mengigil, shock, dan
3.Mampu anoreksia, nyeri kematian bila
berprilaku untuk tekan uterus atau tidak teratasi.
mencegah nyeri pelvis. 3. Diagnosa
terjadinya infeksi 3. Selidiki sumber banding adalah
18

potensial lain dari penting untuk


infeksi, seperti pengobatan
pernapasan yang efektif.
(perubahan pada 4. Klien dan
bunyi napas, batuk keluarga
produktif, sputum mampu
purulent), mastitis mengenali
(bengkak, eritema, tanda dan gejala
nyeri), atau infeksi infeksi
saluran kemih 5. Anemia sering
(urine keruh, bau menyertai
busuk, dorongan, infeksi,
frekuensi, nyeri). memperlambat
4. Berikan edukasi pemulihan dan
klien dan keluarga merusak sistem
terhadap tanda dan imun.
gejala infeksi
5. Kaji keadaan Hb
atau Ht. Berikan
suplemen zat besi
sesuai indikasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumbuhnya jaringan yang abnormal dalam leher rahim
atau tumor ganas dan dapat merusak jaringan disekitarnya serta dapat dideteksi
dengan melakukan tes papsmear. Penyebab utamanya yaitu virus HPV atau
Human papiloma virus. Kanker serviks ditandai dengan Cairan pervaginam yang
berbau busuk, Nyeri Punggung, Nyeri Pinggang dan pinggul ,Sering berkemih,
Buang air kecil atau buang air besar yang sakit, Gejala penyakit yang redidif
(nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi ureter, Anemi akibat
perdarahan berulang, Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.

3.2 Saran
Agar terhindar dari kanker serviks yaitu harus melakukan pencegahan dengan
cara tes papsmear untuk wanita yang sudah aktif dalam seksualnya dan menjaga
agar faktor pencetus dari kanker serviks tersebut tidak terjadi. Yang paling utama
yaitu menjaga kebersihan area vagina dan tidak melakukan hubungan seksual
yang menyimpang.

19
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakrata : EGC
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8. Volume 2.Jakarta: ECG.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol2.no1.Januari2010/PENGERTIA
N%20DAN%20PEMAHAMAN%20RESIKO%20CA%20CERVIX%20PADA.p
df

Anda mungkin juga menyukai