Anda di halaman 1dari 2

Hawa Nafsu ; Ibarat Satu Keping Mata Uang

Hawa (nafs) atau jiwa yang tunduk kepada roh suci (guru sejati) akan menghasilkan hawa
(nafs) yang disebut nafsu positif –meminjam istilah Arab— sebagai an-nafs al-
muthmainah.. Sebaliknya jiwa atau hawa yang tunduk pada keinginan jasad disebut sebagai nafsu
negatif. Nafsu negatif terdiri tiga macam; nafsu lauwamah (kepuasan biologis; makan, minum,
tidur dst), nafsu amarah(amarah/angkara murka), dan nafsu sufiyah (mengejar kenikmatan psikis;
contohnya seks, sombong, narsism, gemar dipuji-puji). Hawa memiliki dua kutub nafsu yang
bertentangan ibarat satu keping mata uang yang memiliki dua sisi. Akan tetapi kedua sisi tidak
dapat dipisahkan atau dilihat secara berbarengan. Apabila kita ingin menampilkan gambar angka,
maka letakkan nilai nominal di sisi atas, sebaliknya jika kita berkehendak melihat gambar burung
kita letakkan gambar angka di bawah. Apabila seseorang mengaku bisa melihat kedua sisi satu
keping mata uang dalam waktu yang sama, maka seseorang dikatakan berjiwa munafik alias
kehidupan yang palsu hanya berdasarkan pengaku-akuan bohong.

Manusia Bebas Mencoblos Memilih

Pada setiap bayi lahir, Tuhan telah menciptakan hawa dalam keadaan putih/suci. Manusia
memiliki kebebasan menentukan apakah hawa nafsunya akan berkiblat kepada kesucian
yang bersumber pada roh suci (ruhul kuddus), atau sebaliknya ingin berkiblat kepada
kemungkaran jasad/raga (unsur duniawi). Apabila seseorang berkiblat pada kemungkaran akan
menjadi seteru Tuhan dan memiliki konsekuensi (dosa/karma/hukuman) yang akan dirasakan
kelak setelah menemui ajal (akhirat), bisa juga dirasakan sewaktu masih hidup di dunia.
Maka peranan semua agama yang ada di muka bumi adalah pendidikan yang ditujukan kepada
hawa/nafs/jiwa manusia agar selalu berkiblat kepada rumus Tuhan atau qodratullah. Sumber dari
ilmu dan “rumus Tuhan” (qodratullah) bisa kita temukan dalam “perpustakaan” atau gudang ilmu
yang terdekat dengan diri kita, yakni roh suci (Ruhul-Kuddus/Guru-Sejati/Sukma-Sejati/Rahsa-
Sejati).
Kadang kala Tuhan Maha Pemurah menganugerahkan seseorang untuk mendapat “bocoran
soal” akan rahasia “ilmu Tuhan” melalui pintu hati (qalb) yang di sinari oleh cahyo
sejati (nurullah). Yang lazim disebut sebagai ungkapan dari (hati) nurani. Petunjuk dari Tuhan ini
diartikan sebagai wirayat, wahyu, risalah, sasmita gaib, ilham, wisik dan sebagainya. Dalam
posting ini kami tidak membahas model dan macam petunjuk Tuhan tersebut.

Laku Prihatin adalah Jihad Sejati

“Penundukan” roh terhadap hawa nafsu negatif adalah penundukkan terhadap segala yang
berhubungan dengan material (syahwat) atau kenikmatan ragawi. Dengan kata lain yakni
penundukan unsur “Tuhan” terhadap unsur bumi. Dalam ilmu Jawa dikatakan sebagai jiwa yang
tunduk pada kareping rahsa / rasa sejati (kehendak Guru Sejati/kehendak Tuhan), serta
meredamrahsaning karep (kemauan hawa nafsu negatif). Segenap upaya yang mendukung proses

Anda mungkin juga menyukai