23FEB
>
اَهلل.… اَهلل: الَ تَقُ ْو ُم السا َعةُ َحتى الَ يُقَا َل فى اْالَ ْرض
Hari kiamat tidak akan terjadi sampai di atas bumi ini tidak ada lagi orang yang menyebut Allah,… Allah.
(HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
Seorang yang berzikir lafal Allah Allah mesti disertai dengan ‘wukuf qalbi’ yakni waktu mengucapkan
ismu dzat tersebut di hatinya, seseorang memperhatikan mengalirnya lafal itu dari hati. Wukuf
qalbi adalah hadirnya Mursyid pada hati seseorang, sehingga tidak ada yang diingat kecuali lafal Allah
Allah itu pada wajah sang Mursyid. Hal ini andaikata bisa diumpamakan maka keadaannya Mursyid dan
Allah itu seperti air dan teh yang menyatu dan bercampur. Mana airnya mana tehnya susah dibedakan,
keduanya serupa. Tetapi air tidak akan menjadi teh dan teh pun tidak akan menjadi air. Itulah perbedaan
Tuhan dan hamba.
Hamba dan Tuhan diumpamakan pula sebagai kawat dan listrik. Keduanya tidak bisa dibedakan. Kawat
itu menyerupai listrik dan listrik pun menyerupai kawat. Akan tetapi kawat tidak akan menjadi listrik dan
listrik pun tidak akan menjadi kawat.
Dzikir yang disertai wukuf qalbi atau hadir mursyid adalah dzikir yang berada di maqam fana, yang
disebut dengan fana pada mursyid yakni murid meleburkan diri pada ruhani mursyid. Dzikir fana pada
mursyid merupakan pendahuluan fana kepada Allah. Dzikir yang tidak disertai wukuf qalbi atau dzikir
yang tidak disertai mengingat maknanya adalah dzikir yang lupa. Hal ini serupa dengan jasad tanpa ruh.
Dzikir yang demikian itu tidak mengandung pahala dan khasiat apapun.