89-96
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar dan tingkat
berpikir kritis siswa kelas XI IPA semester genap di MAN Klaten melalui penerapan model
pembelajaran Project Based Learning pada materi pokok sistem koloid. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yang terdiri dari dua siklus.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan)
dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA-2 MAN Klaten tahun pelajaran
2013/2014. Sumber data berasal dari guru dan siswa yang diperoleh melalui observasi,
wawancara, tes, angket dan kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar dan tingkat
berpikir kritis siswa kelas XI IPA-2 MAN Klaten pada materi sistem koloid. Pada siklus I
persentase siswa yang tuntas adalah 38,09% dan meningkat menjadi 76,19% pada siklus II.
Aspek afektif menunjukkan ketercapaian sebesar 78,31%. Sedangkan untuk aspek tingkat
berpikir kritis, pada siklus I siswa yang mencapai tingkat berpikir kritis tinggi sebanyak 57,14%
dan meningkat menjadi 66,67% pada siklus II.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Project Based Learning, Prestasi Belajar, Tingkat
berpikir kritis siswa, Sistem koloid
Berdasarkan observasi, guru juga memahami materi koloid liofil dan liofob.
menerapkan metode konstruktivistik di Dalam hal ini guru memberikan sedikit
mana siswa diberi kebebasan untuk penjelasan untuk mengulang kembali
mengkonstruksi pengetahuannya. Guru materi koloid liofil dan liofob kemudian
telah mampu memberi pertanyaan guru kembali memberi kesempatan
essensial kepada siswa. Sebagai pada mereka untuk menyelesaikan teka-
fasilitator, guru mampu memberikan teki silang yang diajukan sebagai proyek
penguatan dan umpan balik hasil siklus II lalu meminta kelompok lain
diskusi, selalu memberikan penekanan untuk mengerjakan TTS tersebut.
pada hal-hal yang penting selama Kemudian setelah proyek selesai maka
pelajaran, serta memberikan dilakukan presentasi produk tiap-tiap
penghargaan kepada kelompok maupun kelompok. Di sini perwakilan kelompok
individu. mempersentasikan jawaban sekaligus
2. Siklus II menerangkan benar tidaknya jawaban
Tindakan pada siklus II lebih yang telah diisi oleh kelompok lain,
difokuskan untuk penyempurnaan dan dengan harapan penjelasan dari
perbaikan terhadap masalah yang masih sesama siswa akan cenderung lebih
ditemukan pada siklus I. Adapun memberikan kebebasan pada mereka
tindakan yang dimaksud adalah sebagai untuk bertanya dan memiliki rasa
berikut: Pertama, guru lebih menghargai teman. Terjadi diskusi
memperhatikan siswa-siswa yang antusias di dalam kelas. Di sini peran
mengalami kesulitan dalam guru sebagai fasilitator dan pembimbing
pembelajaran. Kedua, mendorong siswa diskusi sangat diperlukan. Guru lalu
untuk berani mengemukakan menyampaikan jawaban yang benar dan
pendapatnya, bertanya maupun menyamakan persepsi antar kelompok.
menjawab. Ketiga, guru menegaskan Di akhir pembelajaran guru memberikan
kembali bahwa harus ada kerjasama reward bagi kelompok yang
antar anggota kelompok agar siswa presentasinya paling bagus sesuai
saling membantu jika ada kesulitan dengan lembar penilaian proyek yang
dalam penyelesaian proyek, sehingga telah dibuat.
pembelajaran akan lebih terkondisikan.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus B. Ketercapaian Hasil Belajar
II terdiri dari 2 kali pertemuan yaitu 1 x Siswa
90 menit untuk mengulang materi dan 1. Siklus I
presentasi produk, 2 x 45 menit untuk Data yang diperoleh dalam
tes siklus II. penelitian ini adalah prestasi belajar
Guru menyampaikan tentang (kognitif dan afektif) dan tingkat berpikir
proyek yang akan diangkat dalam kritis siswa. Ketercapaian tiga aspek
pembelajaran siklus II yaitu pembuatan yang dinilai dari kegiatan pembelajaran
teka-teki silang (TTS) oleh tiap-tiap selama siklus I dirangkum pada Tabel 2.
kelompok. Guru telah meninjau bahwa
harus dilakukan penekanan pada Tabel 2. Ketercapaian Target Siklus I
indikator yang belum tercapai yaitu Aspek
Siklus I
Keterca- Kriteria
menjelaskan koloid liofil dan liofob yang Target
paian Keberhasilan
Dinilai (%)
sehingga TTS yang dibuat haruslah (%)
lebih banyak menekankan pada Kognitif 50 38,09 Belum Berhasil
Afektif 50 78,31 Berhasil
penjelasan tentang koloid liofil dan Tingkat
liofob. Guru kembali membentuk berpikir kritis 40 57,14 Berhasil
kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.
Guru kembali menyampaikan Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
pertanyaan essensial sesuai dengan pada siklus I persentase ketuntasan
indikator yang belum tercapai kelas sebesar 38,09%. Hal ini
(eksploration). Lalu siswa berdiskusi menunjukkan bahwa hasil belajar dari
dalam kelompoknya, dari hasil observasi penilaian aspek kognitif belum
ternyata kebanyakan siswa belum memenuhi target secara klasikal.
Sedangkan, aspek afektif dan tingkat
berpikir kritis
telah memenuhi target yang
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 93
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96
kooperatif Project Based Learning pada divergen siswa pada sistem koloid
sistem koloid mendorong siswa untuk melewati 6 sub tes yang mewakili setiap
terlibat aktif dalam proses pembelajaran aspek tingkat berpikir kritis. Observasi di
melalui kerja proyek. Berdasarkan hasil saat pembelajaran juga menunjukkan
observasi, siswa aktif bertanya, bahwa pembelajaran Project Based
menjawab dan berdiskusi dalam Learning pada sistem koloid menuntut
kelompok untuk memecahkan masalah. siswa berpikir kritis dan kreatif. Hal ini
Pembelajaran menggunakan Project ditunjukkan dengan semakin banyak
Based Learning menjadi pengalaman siswa yang bertanya, mengemukakan
bermakna karena memungkinkan siswa pendapat dan menjawab pertanyaan
menguasai suatu konsep, memecahkan guru. Dalam pembelajaran Project
suatu masalah melalui penyelesaian Based Learning ini siswa tak hanya
proyek dan memberi kesempatan dituntut untuk mampu mengungkapkan
berpikir kritis dan kreatif. Penggunaan gagasannya, namun siswa juga dituntut
model tersebut membuat siswa lebih untuk mampu memecahkan masalah
paham dengan materi yang diajarkan melalui pemberian proyek sehingga
guru sehingga prestasi belajarnya tingkat berpikir kritis siswa dalam
menjadi lebih baik. Hal ini sejalan berpikir meningkat.
dengan penelitian sebelumnya yang Dilihat dari hasil belajar siswa
menyatakan bahwa penerapan Project yang mencakup aspek ketuntasan
Based Learning mampu meningkatkan belajar secara kognitif, afektif siswa, dan
kemampuan berpikir kritis dan prestasi tingkat berpikir kritis siswa dapat
belajar siswa [7]. dinyatakan bahwa penerapan model
Aspek afektif siswa mengalami pembelajaran kooperatif Project Based
peningkatan dan telah mencapai target Learning pada materi koloid dapat
yaitu 78,31%. Sikap afektif siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
terlihat pada angket dan saat kegiatan Setelah model pembelajaran kooperatif
belajar mengajar. Berdasarkan hasil Project Based Learning diterapkan pada
observasi, pembelajaran dengan model materi sistem koloid ketuntasan siswa
pembelajaran Project Based Learning dapat mencapai 38,09% pada siklus I
pada sistem koloid mendorong siswa dan 76,19% pada siklus II. Sedangkan
untuk aktif, mengerjakan tugas tepat bila dilihat dari aspek afektif siswa,
waktu, kehadiran tinggi dalam ketercapaian afektif sebesar 78,31%.
pembelajaran, berinteraksi sosial, Penerapan model pembelajaran Project
memiliki toleransi yang tinggi terhadap Based Learning pada sistem koloid juga
teman sekelompok maupun teman yang dapat meningkatkan tingkat berpikir
lainnya, mampu mengajukan kritis siswa, siswa dengan tingkat
pertanyaan-pertanyaan dan menjawab berpikir kritis tinggi adalah 57,14% pada
pertanyaan dari guru atau teman. Hal ini siklus I dan 66,67% pada siklus II.
menunjukkan mereka antusias dalam
belajar kimia. Pembelajaran yang KESIMPULAN
tergolong baru ini direspon positif oleh Dari hasil penelitian, maka dapat
siswa. Hal ini sesuai dengan peneltian diambil kesimpulan bahwa penerapan
sebelumnya yang menyatakan bahwa model pembelajaran Project Based
Pembelajaran menggunakan model Learning dapat meningkatkan prestasi
Project Based Learning mampu belajar dan tingkat berpikir kritis siswa
membentuk sikap positif dan pada materi pokok sistem koloid kelas
keterampilan siswa [5]. XI IPA-2 semester genap di MAN
Aspek tingkat berpikir kritis siswa Klaten.
pada siklus I sebesar 57,14% dan
meningkat menjadi 66,67% pada siklus UCAPAN TERIMAKASIH
II. Aspek tingkat berpikir kritis diukur Bapak Drs. H. Muslih, M.Pd
menggunakan tes selaku Kepala MAN Klaten yang telah
tingkat berpikir kritis verbal yang memberikan izin penelitian, serta ibu
telah Dra. Setyasih Parwati selaku guru mata
distandarisasi. Tes ini mampu pelajaran kimia kelas XI IPA MAN
menunjukkan kemampuan berpikir
DAFTAR RUJUKAN
[1] Kemendikbud. (2013). Kurikulum
2013. Jakarta. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
[2] Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: CV Pustaka
Setia
[3] Slameto. (2010). Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta
[4] Munandar, Utami. (2012).
Pengembangan Tingkat berpikir kritis Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
[5] Brown, J.S., A. Collins, & P. Duguid.
(1989). Situated Cognition and the
Culture of Learning. Champaign:
University of Illinois at Urbana
[6] Yalcin, A.S., Turgut, U., &
Buyukkasap, E. (2009). The Effect
of Project Based Learning on
Science Undergraduates’ Learning
of Electricity, Attitude towards
Physics and Scientific Process
Skills. International Online Journal
of Educational Sciences, 1 (1), 81-
105
[7] Muderawan, I.W., Sastrika, I.A.K., &
Sadia, I.W. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Pemahaman Konsep
Kimia Dan Keterampilan Berpikir
Kritis. Journal Program
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi
IPA, 3, 1-13
[8] Johnson, Cynthia S., & Shannon
Delawsky. (2013). Project Based
Learning and Student Engagement.
Academic Research International, 4
(4), 560-570
[9] Muriithi, E.M., Odundo, P.A., Origa,
J.O., & Gatumu, J.C. (2013). Project
Method and Learner Achievement
in Physics in Kenyan Secondary
School. International Journal of
Education and Research, 1 (7), 1-
12
[10] Lucas, George. (2005). Instructional
Module Project Based Learning.
http://www.edutopia. org/modules/
PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal
06 Februari 2014