Anda di halaman 1dari 14

Silaen, Sofar dan Widiyono. 2013.

Metodologi Penelitian Sosial untuk Penulisan Skripsi


dan Tesis. Jakarta : In Media.

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian adalah kegiatan pencarian atas suatu permasalahan yang dilakukan
secara sistematis yang bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, baik berupa ilmu
yang baru maupun penerapan ilmu yang udah diketahui dan hasilnya dapat disajikan
dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan dan dapat diuji ulang dengan hasil yang sama.
Untuk dapat menghasilkan penelitian yang baik maka diperlukan suatu desain penelitian,
lazimnya disebut Proposal Skripsi/Tesis, yang sesuai dengan kondisi dan seimbang
dengan keluasan atau kedalaman penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,
sebelum melaksanakan penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu harus membuat
rancangan penelitian yang diberi nama desain penelitian (research design). Mengenai
penulisan yang benar antara desain dan disain, berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), penyesuaian ejaan bagi unsure serapan awal suku kata de tetap menjadi suku kata
de. Jadi penulisan yang benar adalah desain penelitian, bukan disain penelitian.
Jika jenis penelitian berdasarkan tujuannya (eksploratif, deskriptif, atau
eksplanatori) sudah ditentukan dengan jelas yang tercermin di dalam perumusan
masalahnya, maka langkah selanjutnya adalah penyusunan desain penelitian. Jadi
penyusunan desain penelitian (proposal skripsi/ tesis) disesuaikan dengan jenis
penelitiannya. Desain penelitian tidak pernah diklasifikasikan sebagai desain yang ilmiah
maupun nonilmiah, tetapi ditinjau dari sudut baik atau tidak baik saja. Desain penelitian
tergantung dari derajat akurasi yang diinginkan peneliti dan tingkat pembuktian dari
perkembangan bidag ilmu yang diteliti.
Dalam pengertian luas, desain penelitian adalah desain mengenai keseluruhan
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Sedangkan dalam
pengertian sempit, desain penelitian hanya desain mengenai pengumpulan dan analisis
data saja (Silaen, Sofar dan Widiyono, 2013 : 23).

1. Desain untuk Perencanaan Penelitian


Pemilihan desain umumnya dimulai saat peneliti telah merumuskan hipotesis-
hipotesisnya. Hipotesis yang dirumuskan tersebut berkenaan dengan jenis
penelitian yang akan dipilih dan akan dapat menjamin diperolehnya data yang
diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Juga telah dapat
dipertimbangkan mengenai biaya, waktu, jumlah dan keterampilan tenaga
yang akan terlibat dalam pelaksanaan penelitian.
Desain untuk perencanaan penelitian bertujuan melaksanakan penelitian
sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun
dalam pembuatan kesimpulan. Desain untuk perencanaan penelitian yang baik
akan dapat menerjemahkan model-model ilmiah ke dalam pelaksanaan atau
operasional penelitian secara praktis (Silaen, Sofar dan Widiyono, 2013 : 23-
24).
2. Desain untuk Pelaksanaan Penelitian
Desain untuk pelaksanaan penelitian mencakup desain pengumpulan dan
analisis data yang terdiri atas: (1) Desain sampel: (2) Desain alat
pengumpulan data, dan (3) Desain analisis.
a. Desain Sampel
Dalam perencanaan pengumpulan data diperlukan desain sampel untuk
menentukan jumlah sampel dan untuk memperoleh sampel yang
representative sesuai dengan tujuan penelitian dan kesimpulan yang akan
diambil. Mengenai pemilihan metode penarikan sampel yang akan
digunakan, apakah akan menggunakan probability sampling atau
nonprobability sampling maupun kombinasi keduanya, disesuaikan
dnegan kesimpulan yang akan diambil dan tidak inferensi statistik yng
akan digunakan.
b. Desain Alat Pengumpulan Data
Desain alat pengumpulan data atau desain instrumen sangat menentukan
sekali dalam pemecahan masalah atau pengujian hipotesis. Pemilihan alat
perlu dievaluasi sebaik mungkin sehingga cocok dengan informasi yang
diinginkan untuk memperoleh data yang cukup reliabel. Alat yang
digunakan dapat saja berbentuk kuesioner, wawancara, pengamatan,
pengukuran, dokumentasi atau kombinasinya, tetapi harus dievaluasi
sebelum digunakan untuk dapat menjamin efisiensi dalam pengumpulan
keterangan-keterangan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan atau untuk menguji hipotesis.
c. Desain Analisis
Secara ideal, jika formulasi hipotesis sudah cukup baik, maka desain
analisis secara parallel dapat dikembangkan berdasarkan rumusan
hipotesis tersebut. Jadi, hipotesis dikatakan baik jika konsisten dengan
analisis yang akan dibuat. Hipotesis merupakan titik tolak analisis,
sehingga dalam analisis, peneliti akan menyesuaikan hipotesis dan data,
yakni menambah yang kurang atau mengurangi yang lebih. Dengan
demikian hasil analisis menyerupai gambaran yang dilukiskan hipotesis.
Dalam desain analisis sangat diperlukan alat-alat analisis, seperti
penggunaan statistik yang tepat dan sesuai dengan keperluan analisis,
harus dipilih sbaik-baiknya. Penggunaan statistik sebagai alat analisis
sudah sangat berkembang, tetapi jangan diabaikan asumsi-asumsi dasar
yang berada pada statistik tersebut, serta dibuat ke arah mana
inferensialnya.

Berdasarkan uraian di atas, kelengkapan dan sistematika penulisan desain


penelitian (proposal skripsi/tesis) yang dikutip dari hasil Tim Penyusunan Pedoman
Penulisan Skripsi dan Tesis Tahun 2013 yang diketuai oleh Prof. Dr. safri Nurmantu,
M.Si. sebagai berikut:

Sistematika Penulisan Proposal Skripsi Pendekatan Kuantitatif:

1. Sampul Proposal Skripsi, sesuai dengan format yang ditentukan masing-


masing perguruan tinggi.
2. Lembar Persetujuan Proposal Skripsi, yang disetujui oleh Dosen Pembimbing
Materi Skripsi.
3. Judul Penelitian
4. Latar Belakang Penelitian, minimal 5 halaman
5. Identifikasi Masalah, minimal 7 butir
6. Pembatasan Masalah
7. Perumusan Masalah
8. Tujuan Penelitian
9. Manfaat Penelitian
10. Kajian Literatur
11. Kerangka Pemikiran, mencakup Model Penelitian
12. Hipotesis
13. Jenis Penelitian
14. Operasionalisasi Variabel mencakup Definisi Operasional dan Kisi-kisi
variabel
15. Teknik Pengumpulan Data
16. Teknik Sampling mencakup Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel
17. Teknik Analisis Data
18. Lokasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian.
19. Daftar Pustaka Sementara, minimal 5 pustaka
20. Kuesioner
21. Lampiran, bila ada.

Sistematika Penulisan Proposal Skripsi Pendekatan Kualitatif:

1. Sampul Proposal Skripsi, sesuai dengan format yang ditentukan masing-


masing perguruan tinggi.
2. Lembar Persetujuan Proposal Skripsi, yang disetujui oleh Dosen Pembimbing
Materi Skripsi.
3. Judul Penelitian
4. Latar Belakang Penelitian, minimal 5 halaman
5. Identifikasi Masalah, minimal 7 butir
6. Fokus Penelitian
7. Pertanyaan Penelitian
8. Tujuan Penelitian
9. Manfaat Penelitian
10. Kajian Literatur
11. Kerangka Pemikiran
12. Model Penelitian
13. Pendekatan Penelitian
14. Dimensi-Dimensi Penelitian
15. Paradigma Penelitian
16. Penentuan Informan
17. Teknik Pengumpulan Data
18. Rencana Analisis Data
19. Rencana Uji Keabsahan Data
20. Lokasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian.
21. Daftar Pustaka Sementara, minimal 5 pustaka
22. Rencana Pedoman Wawancara
23. Lampiran, bila ada.

Sistematika Penulisan Proposal Tesis Pendekatan Kuantitatif:

1. Sampul Proposal Tesis, sesuai dengan format yang ditentukan masing-masing


perguruan tinggi.
2. Lembar Persetujuan Proposal Tesis, yang disetujui oleh Dosen Pembimbing
Materi Tesis.
3. Judul Penelitian
4. Latar Belakang Penelitian, minimal 7 halaman
5. Identifikasi Masalah, minimal 15 butir
6. Pembatasan Masalah
7. Perumusan Masalah
8. Tujuan Penelitian
9. Manfaat Penelitian
10. Kajian Literatur
11. Kerangka Pemikiran
12. Model Penelitian
13. Hipotesis
14. Pendekatan Penelitian
15. Dimensi-Dimensi Penelitian
16. Operasionalisasi Variabel
17. Jenis Data dan Teknik Pengunpulan Data
18. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
19. Teknik Analisis Data
20. Lokasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian.
21. Daftar Pustaka Sementara, minimal 10 pustaka
22. Kuesioner
23. Lampiran, bila ada.

Sistematika Penulisan Proposal Tesis Pendekatan Kualitatif:

1. Sampul Proposal Tesis, sesuai dengan format yang ditentukan masing-masing


perguruan tinggi.
2. Lembar Persetujuan Proposal Tesis, yang disetujui oleh Dosen Pembimbing
Materi Tesis.
3. Judul Penelitian
4. Latar Belakang Penelitian, minimal 7 halaman
5. Identifikasi Masalah, minimal 15 butir
6. Fokus Penelitian
7. Pertanyaan Penelitian
8. Tujuan Penelitian
9. Manfaat Penelitian
10. Kajian Literatur
11. Kerangka Pemikiran
12. Model Penelitian
13. Pendekatan Penelitian
14. Dimensi-Dimensi Penelitian
15. Paradigma Penelitian
16. Penentuan Informan
17. Teknik Pengumpulan Data
18. Rencana Analisis Data
19. Rencana Uji Keabsahan Data
20. Lokasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian.
21. Daftar Pustaka Sementara, minimal 10 pustaka
22. Rencana Pedoman Wawancara.
23. Lampiran, bila ada.

Dalam penyusunan desain penelitian ini, tidak perlu dicantumkan Hasil dan
Analisis Data, karena penelitian belum dilaksanakan dan hasil penelitian belum diketahui
(Silaen, Sofar dan Widiyono, 2013 : 24-27).

B. PROPOSAL PENELITIAN
Desain penelitian adalah suatu rancangan penelitian yang dibuat peneliti, sebagai
landasan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Sedangkan proposal atau usulan
penelitian disusun oleh peneliti apabila dalam pelaksanaan penelitian itu membutuhkan
bantuan dana. Dengan demikian, agar pihak penyandang dana atau sponsor memahami
betul mengenai kegiatan yang akan dilakukan peneliti, dan berapa besar manfaat hasil
penelitian yang diharapkan, terutama hasil penelitian yang bermanfaat bagi pihak
sponsor, maka peneliti harus membuat proposal atau usulan secara lengkap. Di dalam
proposal, di samping desain penelitian, dicantumkan juga perincian dana yang
dibutuhkan, dan personalia peneliti yang terdiri atas: Ketua peneliti dan anggota-anggota
peneliti. Oleh karena pada umumnya suatu penelitian disponsori oleh pihak penyandang
dana, maka sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu membuat proposal. Hal
itulah mungkin yang menyebabkan pengertian desain dan proposal agak rancu atau
cenderung disamakan.
Sistematika penyusunan proposal penelitian atau usulan penelitian yang dikutip
dari Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan (Dit Ketenagaan, Ditjen Dikti,
Kemendiknas, 2006, sebagai berikut:
1. Sampul Proposal Penelitian, sesuai dengan frmat yang ditentukan pihak
sponsor atau format dari peneliti/perguruan tinggi dengan penampilan yang
diharapkan dapat menarik pihak yang akan memberikan bantuan dana.
2. Lembaran Pengesahan Proposal Penelitian, yang ditandatangani oleh ketua
peneliti, diketahui Dekan Fakultas/Ketua Sekolah Tinggi, dan disetujui oleh
Ketua Lembaga Penelitian.
3. Judul Penelitian
4. Bidang Ilmu
5. Bidang Kajian
6. Latar Belakang Penelitian
7. Perumusan Masalah
8. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9. Kajian Pustaka atau Penelaahan Kepustakaan
10. Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, desain sampel atau teknik
penarikan sampel, desain instrumen atau teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
11. Lokasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian.
12. Personalia Penelitian. Peran dan intensitas setiap personalia dalam setiap
komponen kegiatan penelitian (perencanaan, pelaksanaan, analisis data, dan
penyusunan laporan) yang dilakukan, harus tertulis dengan jelas. Data lengkap
setiap personalia ditampilkan dalam curriculum vitae.
13. Biaya Penelitian, mencakup biaya penelitian dan alokasi penggunaannya.
14. Daftar Pustaka Sementara.
15. Lampiran, yang mencakup Surat Keterangan Ketua Lembaga Penelitian, Surat
Keterangan Dekan Fakultas/ Ketua Sekolah Tinggi, dan Berita Acara yang
ditandatangani Ketua Lembaga Penelitian (Silaen, Sofar dan Widiyono,
2013 : 27-29).

C. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian adalah rangkaian kegiatan-kegiatan yang berurut yang
dilakukan secara terencana dan sistematis dalam rangka penyelesaian sesuatu penelitian,
guna memperoleh pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan dari rumusan masalah, serta untuk membuktikan seluruh hipotesis yang telah
diajukan. Atau dengan perkataan lain, prosedur penelitian adalah suatu rangkaian
langkah-langkah yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukkan adanya suatu
urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian
sesuatu penelitian.
Jenis penelitian apa pun yang akan dipilih dalam suatu penelitian, hal itu
merupakan serangkaian dari beberapa kegiatan yang bersistem untuk mendapatkan
jawaban secara ilmiah terhadap masalah yang telah dirumuskan. Pertemuan antara aspek
objektif (permasalahan) dengan aspek subjektif (dorongan mencari jawaban) merupakan
titik awal dari semua penelitian.
Hal yang penting bagi peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui masalah.
Selama manusia masih ada, pasti selalu ada masalah, baik merupakan masalah kecil
maupun masalah besar. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan (fakta di lapangan), atau adanya
perbedaan antara haraan dn kenyataan. Kemudian dikembangkan dengan minat mencari
jawaban dengan cara menelaah khasanah pustaka untuk mencari teori-teori dan konsep-
konsep yang relevan dengan permasalahannya. Berdasarkan telaah pustaka ini, peneliti
menemukan sejumlah alternatif jawaban yang mempunyai tingkat kebenaran yang paling
tinggi secara teoritis. Jawaban ini dipandang sebagai konklusi sementara yang
diperlakukan sebagai hipotesis yng masih harus dibuktikan kebenarannya melalui
penelitian empiris di lapangan. Kemudian, hipotesis ini dirumuskan melalui anggapan
(asumsi) dasar dari peneliti yang sesuai dengan teori dan konsep yang diperoleh dari
telaah pustaka.
Dalam rumusan hipotesis ini terdapat hubungan beberapa variabel, dan variabel-
variabel ini dinyatakan dengan definisi operasional agar dapat diukur atau dapat diamati.
Kemudian, peneliti mencari sumber-sumber informasi atau data melalui sampel dengan
menggunakan instrument pengumpulan data. Oeh karena itu, perlu disusun desain
instrumen untuk memilih instrumen agar cocok dengan informasi yang diinginkan untuk
memperoleh data yang cukup reliable, dan juga menyusun desain sampel untuk
menentukan jumlah sampel dan untuk memperoleh sampel yang representatif sesuai
dengan tujuan penelitian dan kesimpulan yang akan diambil. Kemudian, melalui
penarikan sampel, dilakukan pengumpulan data yang bersumber dari lapangan, dan
selanjutnya, dilakukan pengolahan dan analisis data yang hasilnya merupakan hasil
penelitian. Hasil dari pengolahan dan analisis data ini dibandingkan dengan hipotesisnya.
Perbandingan tersebut bisa memperkuat/menerima ataupun mengingkari/menolak
hipotesis. Bila terjadi penolakan hipotesis, perlu ditelusuri kembali, apakah hipotesis itu
betul-betul ditolak sehingga menjadi teori baru yang menghapus/menolak teori lama, atau
adanya kesalahan-kesalahan dalam kegiatan sebelumnya, misalnya pemilihan instrumen
yang tidak valid atau penarikan sampel yang tidak representatif.
Kesimpulan atas perbandingan antara hasil penelitian dengan hipotesis tersebut
merupakan jawaban final terhadap permasalahan yang diajukan dan kemudian dari hasil
tersebut dilakukan pembahasan dan interpretasi (penafsiran) yang merupakan temuan
dari pelaksanaan penelitian. Selanjutnya, hasil penelitian itu perlu dipublikasikan melalui
penyusunan laporan dan laporan hasil penelitian ini menjadi teori yang akan ditelaah oleh
penelitian lainnya untuk melakukan penelitian lanjutan atau penelitian ulang untuk
pengujian dan penelitian lain yang ada hubungannya dengan topik permasalahannya.
Hal-hal yang penting dalam prosedur penelitian atau langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan adalah harus serasi dan saling mendukung satu sama ain, agar penelitian
yang dilakukan mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-
kesimpulan yang tidak meragukan. Berdasarkan uraian prosedur penelitian diatas,
langkah-langkah penelitian itu pada umumnya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
2. Penelaahan kepustakaan.
3. Perumusan hipotesis.
4. Identifikasi, klasifikasi, dan definisi operasional variabel-variabel.
5. Pemilihan atau pengembangan alat (instrumen) pengambilan data melalui
penyusunan desain instrumen.
6. Penentuan sampel melalui penyusunan desain sampel.
7. Pengumpulan data.
8. Pengolahan dan analisis data
9. Interpretasi hasil analisis
10. Penyusunan laporan penelitian.

Prosedur penelitian yang panjang itu dapat disederhanakan dalam gambar flow
chart prosedur penelitian di bawah ini (Silaen, Sofar dan Widiyono, 2013 : 29-31).
GAMBAR

D. PERUMUSAN JUDUL
Antara topik penelitian dan judul penelitian sekilas tampak seperti sinonim. Hal
ini bisa dipahami karena topi penelitian tercermin dalam judul penelitian. Topik
penelitian adalah pokok permasalahan yang diproyeksikan dalam variabel-variabel
sebagai objek penelitian, sedangkan dalam judul sudah mencakup topik, objek, dan
subjek penelitian dan lebih daripada itu, dalam judul yang lengkap telah tercermin yang
mencakup, antara lain :
1. Jenis penelitian
2. Topik penelitian
3. Objek yang diteliti
4. Subjek penelitian
5. Lokasi penelitian
6. Waktu penelitian

Contoh judul penelitian : Studi Komparasi antara Metode Ceramah dan Metode
Visualisasi untuk Memahami Pelajaran Kimia di SMAN 1 Jakarta Tahun Ajaran 2008-
2009.

Dalam judul tersebut telah tercermin :

1. Jenis penelitian, yaitu studi komparasi.


2. Topik penelitian, yaitu masalah mengenai metode pembelajaran untuk peningkatan
pemahaman siswa dalam pelajaran kimia.
3. Objek yang diteliti, yaitu metode ceramah dan visualisasi.
4. Subjek penelitian, yaitu siswa SMAN 1.
5. Lokasi penelitian di SMAN 1 Jakarta.
6. Waktu penelitian pada tahun ajaran 2008-2009.
Ada orang berpendapat bahwa judul penelitian sebaiknya ditulis selengkap mungkin
sehingga dengan membaca judul dapat diketahui secara garis besar seluruh isi laporan
penelitiannya. Sebaliknya ada yang berpendapat bahwa judul penelitian sesingkat
mungkin. Jika pembaca ingin mengetahui lebih dalam, harus membaca di bagian isi
laporan.

Sebagai jawaban dari perbedaan pendapat diatas, ada beberapa hal yang perlu
dipahami untuk perumusan judul penelitian, yaitu :

1. Secara eksplisit, topik penelitian tercantum dalam judul.


2. Adanya hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti yang mencakup
variabel bebas dan variabel terikat.
3. Judul penelitian dirumuskan dengan kalimat sederhana, mudah dimengerti, dan
tidak menimbulkan salah tafsir.
4. Kalimat judul penelitian ditulis singkat. Usahakan kalimat judul tidak terlampau
panjang, sepanjang tidak terjadi salah tafsir.
5. Jumlah kata dalam kalimat judul upayakan tidak melebihi sepuluh kata.
Dengan catatan :
a. Nama instansi/badan/organisasi dianggap/dihitung “satu kata”.
b. Kata sambung atau penghubung, kata depan, kata sandang, tidak dianggap
atau tidak dihitung sebagai “kata”, seperti “yang”, “dan”, “dengan”, “maka”,
“untuk”, “di”, “daripada”, dan lain-lain.
c. Kata majemuk dihitung satu kata.
6. Jika judul memerlukan keterangan yang panjang, dapat dibuat subjudul yang
dituliskan dalam tanda kurung atau setelah titik dua pada akhir kalimat judul.
7. Judul penelitian dituliskan dalam satu kalimat.
8. Kalimat judul dituliskan dengan huruf kapital/ besar pada lembaran judul.
9. Kalimat judul jangan dibubuhi tanda baca pada akhir kalimat.
10. Sedapat mungkin hindari mempergunakan sigkatan (akronim), terkecuali akronim
tersebut sudah baku dan dapat dimengerti membaca. Perhatikan jika misalnya ada
judul penelitian : Peranan PT dalam Menyediakan Beasiswa. Yang diteliti disini,
peranan perguruan tinggi ataukah peranan perseroan terbatas? Kedua-duanya
mempunyai singkatan yang sama.
11. Judul skripsi atau tesis tidak boleh puitis (bersastra). Contoh : Di Balik Tirai
Kenikmatan Terdapat Kematian yang Mencekam. Judul ini lebih cocok untuk
judul artikel atau cerpen.
12. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam pengalaman penulis
sebagai pembimbing teknis penulisan skripsi dan tesis, mahasiswa banyak yang
salah menempatkan “kata” dalam penyusunan kalimat, dan belum familier dengan
pemakaian kata baku, belum lagi kesalahan pengetikan yang maknanya sangat
berlainan. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penulisan kata yang digunakan dalam skripsi atau tesis adalah kata baku
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Oleh karena itu, dianjurkan
mahasiswa sering membuka KBBI ketika penulisan skripsi atau tesis.
b. Kata orang pertama tunggal maupun jamak tidak diperkenankan untuk
penulisan skripsi atau tesis dalam Bagian Inti (Bab I-V), misalnya : saya, aku,
kita, atau kami. Untuk mengatasinya, kalimat disusun dalam bentuk pasif.
Contoh :
1) Oleh karena itu, saya memilih topik penelitian sebagai berikut : . . . .
Kalimat diganti menjadi : Oleh karena itu, topik yang dipilih adalah: . . .
2) Peristiwa itu terjadi di negara kita. Kalimat ini diganti menjadi:
Peristiwa itu terjadi di Negara Indonesia.
3) Seperti kita ketahui bersama, … Kalimat ini diganti menjadi: Pada
umumnya, …

Penulisan kata ganti orang pertama diperkenankan hanya dalam Kata


Pengantar dan Moto/Persembahan.

c. Awalan di- harus digabungkan dengan kata yang mengikutinya, sedangkan


kata depan di harus dipisahkan dengan kata yang mengikuti berikutnya.
Contoh: dihadapkan (awalan); di hadapan (kata depan)
d. Kata di mana hanya digunakan untuk kata tanya menerangkan tempat atau
untuk menunjukkan tempat yang tidak tentu.
e. Kata depan daripada digunakan untuk membandingkan sesuatu benda atau
hal dengan benda atau hal lainnya.
f. Kata depan ke harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Contoh :
Ucapan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT. Kalimat ini diperbaiki
menjadi: Ucapan syukur disampaikan Allah SWT.
g. Dalam skripsi atau tesis, tidak diperkenankan penulisan kata hiponimnya.
Contoh :
1) Pengumpulan data dilakukan hari Senin lalu. Kalimat ini diperbaiki
dengan menghilangkan kata hari, karena Senin sudah mengandung makna
kelompok hari. Demikian juga kata Desember sudah bermakna bulan; atau
15 April 2008 sudah bermakna tanggal.
2) Mereka turun ke bawah melalui tangga. Kalimat ini diperbaiki dengan
menghilangkan kata ke bawah, karena ke bawah sudah mengandung
makna turun; atau sebaliknya dengan menghilangkan kata turun, karena
turun sudah mengandung makna ke bawah (Silaen, Sofar dan Widiyono,
2013 : 31-34).

Anda mungkin juga menyukai