Anda di halaman 1dari 3

BIOIMPERIALISME

Indonesia bersama-sama Negara-negara tropic lainnya merupakan Negara yang


sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Hutan tropic yang hanya menempati 7%
permukaan bumi didalamnya terdapat sekurang-kurangnya setengah dari seluruh
spesies yang ada dibumi. Potensi plasma nutfah yang sangat besar dari Negara-negara
yang terutama Negara berkembang ini, hanya sebagian kecil saja yang sudah
dimanfaatkan, hal yang memperihatinkan justru ketika Negara-negara berkembang
belum memanfaatkan kekayaan plasma nutfah yang dipatenkan dan dijual kembali ke
Negara-negara bekembang dengan harga yang mahal.

Mempertanyakan penyebab krisis keanekaragaman hayati Menurut Shiva (1994),


bagi masyarakat berat ataupun Negara-negara utara krisis keanekaragaman hayati
semata-mata merupakan persoalan dunia ketiga dan daerah tropic, sementara
penanganan, pengendalian dan lembaga yang memecahkan krisis harus ada dinegara-
negara industry diutara.

Ancaman Bio-Imperialisme saat ini kekerasan fisik tidak lagi digunakan oleh Negara-
negara utara untuk mrndapatka pengendalian dan penguasaan atas keanekaragaman
hayati Negara-negara selatan, namun pengendalian dan penguasaan keanekaragamam
hayati dunia ketiga untuk mendapatkan laba masih merupakan logika utama dalam
hubungan utara selatan. Di fhilipina benih IBRI memperoleh sebutan “benih
imperialism”. Presiden Asosiasi pembangunan ekonomi dan pertanian fhilipina
meneliti bahwa praktek IBRI telah menciptakan suatu ketergantungan baru pada
bahan kimia, benih dan hutang (Shiva,1994). Ketika era bioteknologi baru akan
dimulai, Negara-negara maju telah menciptakan mekanisme guna memperbesar laba
dan kendali mereka atas keanekaragaman hayati Negara-negara berkembang.
Beberapa yang perlu disikapi berkaitan dengan pemberdaya plasma nutfah
Indonesia:

Pertama, terorientasi asumsi-asumsi dasar pembangunan. Kedua, mengkritis prioritas


ekonomi dan efisiensi yang ditawarkan. Ketiga, mengkritis pemuliaan dari sudut
pandang riset pertanian, kehutanan dan industry barat yang terbukti sering merugikan
Negara berkembang. Keempat, menginventarisir sedini mungkin dan selengkap
mungkin kekayaan plasma nutfah dan pengetahuan pemanfaatannya. Kelima,
mengembangkan ristek yang dapat meningkatkan nilai jual dari plasma nutfah yang
kita miliki. Keenam, mengenali kembali nilai-nilai tradisional yang terbukti
bersahabat dengan lingkungan baik dari adat istiadat maupun dari agama dianut
masyarakat kita.

Pertanyaan :

a. Coba amati dilingkungan sekitar kalian, apakah ada kegiatan pertanian yang
tidak sejalan dengan prinsip-prinsip pelestarian kehati, kalau ada apa
contohnya dan berikan alasan mengapa cara pertanian tersebut tidak (kurang)
sejalan dengan prinsip-prinsip pelestarian kehati?
Jawaban :
Ada, contohnya didesa air hitam laut tepatnya di kecamatan sadu kabupaten
tanjung jabung timur, jambi. Disana ada lahan pertanian berupa lahan
pertanian sawit, dulu didaerah itu sangat dipenuhi dengan flora mauppun
fauna , tapi sekarang masyarakat sekitar menebang pohon-pohon tersebut dan
menjadikannya sebuah lahan pertanian, hampir keseluruhan didaerah itu
dijadikan masyarakat sebagi lahan pertanian tanpa memikirkan keterancaman
flora maupun fauna yang berada pada daerah tersebut. padahal pohon
merupakan sumber oksigen dan bisa mencegah terjadinya banjir. Oleh karna
itu cara pertanian tersebut kurang bahkan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip
pelestarian kehati. Hal ini dikarnakan masyarakat sekitar kurang memahami
dan tidak mengerti arti penting dari pelestarian keanekaragaman hayati,
sehingga mereka bisa melakukan semua itu.
b. Apakah ada kegiatan-kegiatan seperti peragangan dan sebagainya yang terkait
dengan luar negri yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencurian atau
pengrusakan sumberdaya kehati. Kalau ada berikan contohnya dan berikan
penjelasan mengapa kegiatan tersebut berpotensi mengganggu kelestarian
kehati?
Jawaban :
Ada, contohnya seperti pembangunan infrastruktur perhubungan seperti jalan,
lapangan udara, pelabuhan kapal, dan lain-lain. Sebagai jalur keluar masuk
nya transportasi dari dalam maupun luar negri.
Kita kenal juga bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah
pulau lebih dari 17.500 pulau besar maupun kecil. Pembangunan infrastruktur
perhubungan merupakan hal yang perlu dilakukan sebagai keluar masuknya
sumberdaya alam dari luar negri, tetapi pembangunan tersebut dapat
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan. Seperti pembangunan
infrastruktur jalan, adakalanya harus memotong hutan atau pohon bahkan
merusak terumbu karang pada kawasan lindung maupun konservasi.
Kerusakan hutan lain juga terjadi pada saat pembangunan lapangan udara
yang begitu luasnya serta pelabuhan kapal. Pembangunan pelabuhan kapal
yang dilakukan dipesisir pantai yang memliki hutan pantai atau hutan
mangrove merusak habitat hutan-hutan tersebut, dan kerusakan terumbu
karang jika dibuat pelabuhan kapal sebagai jalur perdagangan keluar negri,
Dan banyak sekali contoh lain yang bisa kita lihat mengenai kerusakan dan
keterancaman sumberdaya kehati. Oleh karna itu menyebabkan terjadinya
pengrusakan sumberdaya kehati.

Anda mungkin juga menyukai