Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KONSEP TEKNOLOGI DAN DESAIN

“Perkembangan Teknologi Kimia”.


Disusun Oleh:

Milian Asha Bio (1215041031)

Ria Putri Hermiyati (1215041039)

Rio Elry Ardriansyah (1215041041)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya kami dapat

menyelesaikan penyusunan Artikel Teknologi Membran berjudul “ Perkembangan

teknologi Kimia”

Makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana aplikasi membran dalam

bidang dialisis dan pada bidang kesehetan lainnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak kami tercinta

Edwin Azwar, S.T.,PGD,.M.T.A.,PhD selaku dosen pengajar yang telah

mengajarkan dan membimbing kami pada mata kuliah Konsep Teknologi dan

Desain.

Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penyusunan ataupun materi. Mengingat akan

kemampuan yang kami miliki, untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat

kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi pembacanya dan sebagai referensi untuk belajar mahasiswa

khususnya.

Bandar lampung, 20 Desember 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................6

2.1 Teknologi Proses....................................................................................6

2.2 Industri Sebagai Pencemaran ................................................................7

2.3 Industri Versus Lingkungan...................................................................7

2.4 Alat Untuk Membuang Logam pada Air ...............................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi kimia telah berkembang sejak manusia mengetahui cara

pembuatan garam dari air laut beribu-ribu tahun lalu. Makalah ini berisi tentang

perkembangan teknologi kimia dari zaman pra sejarah, peradaban Yunani, Cina,

Islam, Eropa hingga zaman modern dan kontemporer.

Teknologi kimia modern besar-besaran berlomba dengan pengembangan

proses tanpa pengetahuan tentang teori untuk pembuatan. Bahan soda dan asid

4
sulfurik yang sangat diperlukan dalam jumlah besar dalam revolusi industri abad

19. Pada penghujung abad 19 ini, barulah teknologi kimia dijadikan suatu disiplin

ilmu dengan adanya jurusan kimia yang pertama kali di Massachusetts Institute of

Technology, Amerika. Dengan penggunaan proteum yang meluas sebagai bahan

materi baru yang menggantikan arang batu, selain untuk meluaskan industri bahan

api, barulah muncul bahan-bahan baru seperti polimer, getah sintetik.

Dengan berkembangnya teknologi kimia dengan pesat sebelum dan sesudah

Perang Dunia II, muncul masalah pencemaran alam sekitar dan keselamatan para

pekerja dan penduduk di sekitar kawasan industri kimia harus diberi perhatian,

terutama sesudah terjadinya pencemaran bahan kimia dan kebakaran di beberapa

kawasan kimia termasuk Malaysia. Munculnya bioteknologi sebagai penyeimbang

teknologi kimia mengakibatkan gerakan alam sekitar karena bahan-bahan kimia

seperti polimer, sabun sekarang menjadi bahan penelitian untuk penghasil utama

bioteknologi.

Atas dasar itulah, penulis mencoba untuk mengulasnya dalam makalah yang

berjudul “Perkembangan Teknologi Kimia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

paper ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah perkembangan teknologi kimia ?

2. Bagaimana cara kerja alat pembuangan logam berat?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penulisan paper ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi bagaimana perkembangan teknologi kimia.

5
2. Agar kita mengetahui tentang penanggulangan untuk mencegah

pencemaran logam berat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknologi Proses

Kata teknologi mempunyai arti aplikasi dari ilmu pengetahuan (scientific)

yang digunakan dalam rangka untuk memepermudah kehidupan manusia. Dengan

teknologi, maka manusia akan dapat melakukan sesuatu menjadi lebih mudah.

Sedangkan proses secara umum merupakan perubahan dari masukkan (input)

dalam hal ini bahan baku setelah melalui proses maka akan menjadi keluaran

(output) dalam bentuk produk. Ada tiga kata kunci dalam mengartikan proses,

yaitu input, perubahan, dan output.

Dengan demikian “teknologi proses” merupakan aplikasi dari ilmu

pengetahuan untuk merubah bahan baku menjadi produk atau bahan yang

mempunyai nilai lebih (added value), dimana perubahan dapat berupa perubahan

yang bersifat fisik maupun perubahan yang bersifat kimia dalam skala besar atau

disebut dengan skala industri. Perubahan yang bersifat fisik disebut dengan satuan

operasi (unit operation), sedangkan yang bersifat perubahan kimia disebut dengan

satuan proses (unit process). Untuk bisa memahami suatu proses yang terjadi di

6
industri kimia maka terlebih dahulu harus bisa membaca diagram alir proses serta

mengenal simbol dan jenis-jenis peralatan yang digunakan pada industry kimia.

2.2 Industri sebagai Sumber Pencemaran

Fungsi industri mengolah input menjadi output Sebagai input meliputi

bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja mesin dan tenaga ahli dan lain-lain.

Pilihan klasifikasi industri tergantung pada jenis bahan baku sehingga

pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah suatu industri itu

termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder ataupun tertier. Untuk

beberapa hal industri primer dapat diidentifikasi sebagai industri hulu karena pada

dasarnya industri itu mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi, seperti

pengolahan hasil pertanian, perkebunan, pertambangan dan obat-obatan. Sebagai

output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat

diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan nonekonomis. Penyelidikan

sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-

nya dengan melihat jenis dan spesifikasi limbah yang diproduksi.

2.3 Industri Versus Lingkungan

Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas

masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber bahan

beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan, yaitu :

1. industri kimia organik maupun anorganik,

7
2. penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan

penolong dan,

3. peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik.

Lingkungan sebagai badan penerima akan menyerap bahan tersebut sesuai

dengan kemampuan. Sebagai badan penerima adalah udara, permukaan tanah, air

sungai, danau dan lautan yang masing-masing mempunyai karakteristik berbeda.

Air di suatu waktu dan tempat tertentu berbeda karakteristiknya dengan air pada

tempat yang sama dengan waktu yang berbeda. Air berbeda karakteristiknya

akibat peristiwa alami serta pengaruh faktor lain. Kemampuan lingkungan untuk

memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar disebut daya dukung

lingkungan. Daya dukung lingkungan antara tempat satu dengan tempat yang lain

berbeda. Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut

menetapkan nilai daya dukung.

Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi dengan

satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara

fisika, kimia dan biologis sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa

perubahan nilai lingkungan yangdisebut perobahan kualitas. Limbah yang

mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila lingkungan

tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang

ada padanya. Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan

pencemar yang terkandung. Pada beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan

nilai kualitas limbah air dan udara. Namun baru sebagian kecil. Sedangkan

kualitas lingkungan belum ditetapkan. Perlunya penetapan kualitas lingkungan

8
mengingat program industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memerankan

andil besar terhadap perekonomlan dan kemakmuran bagi suatu bangsa.

Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum

memenuhi syarat, karyawan yang tidak terampil, adalah faktor yang harus

dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemar. Produk akhir,

seperti pembungkusan, pengamanan tabung dan kotak, sistem pengangkutan,

penyimpanan, pemakaian dengan aturan dan persyaratan yang tidak memenuhi

ketentuan merupakan sumber pencemar juga. Bagan berikut menunjukkan

sistimatika identifikasi pencemar pada pabrik.

2.4 Alat untuk membuang logam berat pada air

Sebuah konsekuensi buruk dari banyak praktek industry dan manufaktur,

dari pabrik tekstil hingga operasi kerja logam, adalah pelepasan logam berat ke

jalan air. Logam tersebut dapat bertahan selama berpuluh tahun, bahkan abad,

dalam konsentrasi rendah namun tetap berbahaya. Membuang logam jejak dari air

"sangat sulit dilakukan", kata Joseph Calo, professor emeritus teknik yang

merawat sebuah laboratorium aktif di Brown. Ia mencatat biaya, inefisiensi, dan

waktu yang dibutuhkan untuk usaha tersebut. "Seperti mengembalikan jin ke

botolnya".Itu menantang.

Calo dan insinyur lain di Brown menemukan sebuah metode baru yang

menyaring logam berat jejak di air dengan meningkatkan konsentrasi mereka

sehingga teknik pembuangan logam yang terbukti dapat mengambil alih. Dalam

sederetan eksperimen, para insinyur melaporkan metode yang mereka sebut

9
system presipitasi elektrowinning siklis – cyclic electrowinning/precipitation

(CEP), mampu membuang 99 persen tembaga, cadmium, dan nikel, menyisakan

air yang tercemar berada di standar kebersihan yang diterima. System CEP

otomatis dapat diperluas pula, kata Calo, sehingga dapat memiliki potensi

komersil, khususnya dalam remediasi lingkungan dan bidang pemulihan logam.

Mekanika dan hasil dari system tersebut dijelaskan dalam sebuah paper yang

diterbitkan dalam "Chemical Engineering Journal".

Sebuah teknik yang telah terbukti membuang logam berat dari air lewat

reduksi ion logam berat dari sebuah elektrolit. Sementara teknik tersebut punya

banyak nama, seperti elektrowinning, pemulihan/pembuangan elektrolit atau

elektroekstraksi, semuanya bekerja sama, dengan menggunakan arus listrik untuk

mengubah ion logam bermuatan positif (kation) menjadi stabil dalam keadaan

padat sehingga mereka dengan mudah dapat dipisahkan dari air. Masalah utama

dalam teknik ini adalah kation logam yang ada harus dalam konsentrasi tinggi di

air agar dapat efektif; jika konsentrasi kation terlalu rendah – kurang dari 100

bagian per juta – efisiensi menjadi begitu rendah dan arus bekerja pada lebih dari

sekedar ion logam berat.

Cara lain untuk membuang logam adalah lewat kimia sederhana. Teknik

ini melibatkan pemakaian hidroksida dan sulfide untuk menyublimkan ion logam

dari air, sehingga membentuk padatan. Padatan ini, walau begitu, memiliki

lumpur beracun, dan karenanya tidak ada cara baik untuk menanganinya.

Penguburan di tanah pada umumnya tidak akan menghilangkannya, dan hanya

membiarkannya diam dalam tangki penenang juga memberi potensi racun dan

10
berbahaya secara lingkungan. "Tidak ada yang mau seperti itu, karena

liabilitasnya tinggi," kata Calo.

Dilemanya sekarang adalah bagaimana membuang logam secara efisien tanpa

menciptakan limbah berbahaya. Calo dan rekan-rekannya, peneliti pasca doctoral

Pengpeng Grimshaw dan George Hradil, yang meraih gelar doctor di Brown dan

sekarang ajung professor, menggabungkan kedua teknik untuk membentuk system

loop tertutup. "Kami mengatakan 'mari gunakan tampilan menarik dari kedua

metode dengan menggabungkannya dalam sebuah proses siklis' ", kata Calo. Perlu

beberapa tahun untuk membangun dan mengembangkan sistemnya. Dalam

makalah ini, para pengarang menjelaskan bagaimana ia bekerja. System CEP

melibatkan dua unit utama, satu untuk mengkonsentrasi kation dan lainnya untuk

mengubahnya menjadi logam padat stabil dan membuangnya.

11
Dalam tahap pertama, air berbeban logam dimasukkan dalam sebuah tangki

dengan asam (asam sulfat) atau basa (natrium hidroksida) ditambahkan untuk

mengubah pH air, secara efektif memisahkan molekul air dari subliman logam,

yang tenang di dasar. Air "jernih" ditarik, dan lebih banyak air tercemar

dimasukkan. Pengayunan pH dilakukan lagi, pertama dengan menguraikan

subliman dan kemudian kembali menyublimkan semua logam, meningkatkan

konsentrasi logam setiap siklus. Proses ini terus berulang hingga konsentrasi

kation logam dalam larutan mencapai titik dimana elektrowinning dapat

diterapkan secara efisien.

12
Ketika titik tersebut tercapai, larutan dikirim ke alat kedua, yang disebut elektroda

partikulat semburan (spouted particulate electrode – SPE). Disinilah dimana

elektrowinning terjadi, dan kation logam secara kimia diubah menjadi padatan

logam stabil sehingga dapat dibuang dengan mudah. Para insinyur menggunakan

SPE yang dikembangkan oleh Hradil, seorang insinyur penelitian senior di

Technic Inc., berlokasi di Cranston, R.I. Air bersih dikembalikan ke tangki

penyubliman, dimana ion logam dapat disublimkan sekali lagi. Setelah

pembersihan lanjutan, air supernatant dikirim ke reservoir lain, dimana proses

tambahan dilakukan untuk menurunkan tingkat konsentrasi ion logam. Proses ini

dapat diulang secara otomatis dan siklis sejumlah yang dibutuhkan untuk

mencapai hasil yang diinginkan, seperti standar air minum Negara.

Dalam eksperimen, para insinyur menguji system CEP dengan cadmium,

tembaga, dan nikel secara individual dan dengan air yang mengandung ketiga

logam. Hasilnya menunjukkan kalau cadmium, tembaga, dan nikel direndahkan

hingga 1,50;0,23; dan 0,37 bagian per juta (bpj) – dekat atau dibawah ambang

cemar maksimum yang dibolehkan Dinas Perlindungan Lingkungan AS. Lumpur

terus terbentuk dan terurai dalam system sehingga tidak ada yang tersisa sebagai

pencemar lingkungan.

"Pendekatan ini menghasilkan reduksi volume sangat besar dari air tercemar

awalnya dengan reduksi elektrokimia ion menuju logam nol-valen pada

permukaan partikel katodik", tulis para pengarang. "Untuk konsentrasi ion awal

10 bpj, reduksi volumenya berada dalam ordo satu juta".

Calo mengatakan kalau pendekatan ini dapat dipakai untuk logam berat lain

seperti timbal, raksa, dan timah. Para peneliti saat ini mencobakan system dengan

13
sampel yang tercemar logam berat dan zat lain, seperti endapan, untuk

mengkonfirmasi operasinya.

14

Anda mungkin juga menyukai