Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1

ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

Persepsi, Sikap, & Perilaku Ibu Dalam Merawat Balita Dengan Diare

Mothers’ Perceptions, Attitudes & Behaviors On Caring Children With


Diarrhea

Masdiana1, Teuku Tahlil1, Imran2


1
Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala
3
Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala.

Abstrak

Pengetahuan, persepsi, dan pengelolaan keterampilan ibu memiliki peran penting dalam meminimalkan
morbiditas dan mortalitas penyakit diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam
tentang persepsi, sikap, & perilaku ibu dalam merawat balita dengan diare. Sebuah studi kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi deskriptif dilakukan dengan wawancara mendalam pada 20 orang partisipan yang
didapatkan dengan purposive sampling. Transkripsi dianalisis dengan menggunakan content analisis untuk
mengidentifikasi kategori dan tema. Berdasarkan hasil penelitian sikap ibu terhadap kejadian diare antara lain
cemas, panik, tenang dan tidak peduli. Penyebab diare yang dipersepsikan adalah kesalahan mengkonsumsi
makanan/minuman, malabsorbsi, defisensi imun, virus, parasit, personal hygiene & sanitasi yang buruk, dan
proses tumbuh kembang. Klasifikasi diare meliputi diare ringan dan diare berat. Perilaku ibu dalam
perawatan/pengobatan diare berupa mencari fasilitas kesehatan, pengobatan tradisional, merawat sendiri
balita dengan diare di rumah, dan tidak melakukan apa-apa, sedangkan pencegahan diare yang dilakukan
adalah menjaga makan dan minum anak, menjaga agar anak tidak terpapar dari anak lain yang sedang
mengalami diare, menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Dibutuhkan strategi komunikasi interaktif
untuk ibu dan petugas kesehatan dalam memfasilitasi perubahan positif yang berkelanjutan dalam merawat
balita dengan diare dengan mempertimbangkan budaya dan sumber daya yang ada.

Kata Kunci: pengalaman ibu (persepsi, sikap, perilaku)

Abstract

Knowledge, perceptions, and the management skills of mother were an important role in minimizing the
morbidity and mortality of diarrheal disease. This study aimed to explore the perceptions, attitudes, behaviors
of mothers on caring children with diarrhea. A qualitative study with descriptive phenomenology approach, in-
depth interviews conducted on 20 participants who were selected by purposive sampling technique.
Transcription was analyzed using content analysis to identify the categories and themes. The results showed
the attitudes of mothers towards the incidence of diarrhea were anxiety, panic, calm and unconcerned. The
causes of diarrhea as perceived by mothers were consumption of wrong food/beverage, malabsorption,
immune deficiency, contaminations of food by viruses and parasites, poor sanitation and personal hygiene, and
the growth process. Classification of diarrhea include mild diarrhea and severe diarrhea. Mothers’ behavior in
caring/treating diarrhea were looking for health facilities, traditional treatments, treating the children with
diarrhe by themselves at home, and did not provide any treatment. The prevention of diarrhea were keeping
food and drinks children, do not let the children exposed to other children with diarrhea, maintaining personal
hygiene and sanitation. Interactive communication strategy for mothers and health workers is needed in
facilitating sustainable positive changes in caring children with diarrhea by considering the culture and
available resources.

Key Words: mothers’ experiences (perceptions, attitudes, behaviors)

Korespondensi:
* Masdiana, Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh, Email : dianyeppo@gmail.com
100
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

Latar Belakang disebabkan oleh penyakit diare (WHO &


UNICEF, 2009).
Diare merupakan penyebab kedua
kematian balita di dunia setelah
Provinsi Aceh menempati urutan tertinggi
Pneumonia dan penyebab pertama gizi
prevalensi diare pada balita di Indonesia
buruk pada balita (WHO, 2015). CDC
yaitur 10,2% diikuti oleh Papua (9,6 %),
(2012) menyebutkan 1 dari 9 kematian
DKI jakarta 8,9 % , dan Sulawesi Selatan
pada balita disebabkan oleh diare. Diare
8,1 %. (Riskesdas, 2013). Data Riskesdas
menjadi penyebab utama kematian pada
memperlihatkan bahwa insidensi diare
balita di Indonesia (KEMENKES, 2011).
tertinggi ditemukan di Kabupaten Pidie
WHO (2015) memperkirakan 1,7 milyar
Jaya (17,9%), Aceh Tenggara (17,3%),
kasus diare terjadi setiap tahun dan
Aceh Timur (16,9%), Kota Subulussalam
membunuh sekitar 760.000 balita, sebuah
(16,4%), Kabupaten Aceh Utara (14,5%),
proporsi yang signifikan padahal penyakit
dan Banda aceh (5,2%). Puskesmas Batoh
diare dapat dicegah melalui air minum
Kecamatan Lueng Bata memiliki angka
yang aman dan sanitasi yang bersih serta
kejadian diare tertinggi di Kota Banda
memadai.
aceh sebanyak 225 kasus pada tahun
2014 (Dinkes Kota Banda Aceh, 2015).
Salah satu tujuan MDG’s (Millenium
Development Goals) yaitu penurunan
Tatalaksana penderita diare yang tepat
angka kematian anak menjadi 2/3 bagian
dan efektif merupakan bagian penting
dengan menjadikan 97 per kelahiran
dalam pemberantasan penyakit diare
hidup di tahun 2015 (UNFPA, 2003). Hal
khsususnya dalam upaya menurunkan
ini tidak mudah dilakukan mengingat m
angka kematian diare dan mengurangi
asih tingginya angka kematian pada balita.
komplikasi akibat diare (Arvero,
Data menunjukkan 8.790.000 anak
Degollado, & Alvarez, 2013).
dibawah usia 5 tahun meninggal di
seluruh dunia setiap tahun dan 15 % atau
Carusso, Stephenson, & Leon (2011)
1,5 juta dari kematian tersebut
menyatakan bahwa pengalaman ibu
memberikan dampak positif pada

101
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

kesehatan anak dengan diare, karena


dunia anak sebagian besar dikendalikan Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
oleh pengalaman ibu. Kemampuan ibu tertarik melakukan suatu penelitian
dalam merawat anak dipengaruhi oleh dengan metode fenomenologi deskriptif
berbagai faktor termasuk faktor keluarga, untuk mengeksplorasi pengalaman ibu
sosial, dan budaya. Peran ini semakin dalam merawat pada balita dengan diare
penting karena mengingat diare adalah di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
penyakit yang dapat dicegah. Ibu perlu Lueng Bata.
mengidentifikasikan dan memahami
faktor-faktor tertentu dalam melindungi Metode
atau menghindari anaknya dari risiko
Penelitian ini menggunakan desain
morbiditas dan mortalitas akibat diare.
penelitian kualitatif dengan melakukan
pendekatan fenomenolgi deskriptif.
Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
Wawancara mendalam dilakukan pada 20
Yalew, E (2014) di wilayah Barat Ethiopia
orang partisipan yang pernah merawat
tentang persepsi penyebab dan
balita dengan diare yang dilakukan pada
manajemen ibu dalam merawat diare
tanggal 16 Agustus sampai 19 September
pada anak menyebutkan pemahaman
2015. Transkripsi dianalisis dengan
persepsi diare oleh pengasuh sangat
menggunakan content analisis untuk
penting dalam merawat balita dengan
mengidentifikasi kategori, sub tema, dan
diare dan pengobatan tradisional
tema.
merupakan pertolongan pertama yang
dapat dilakukan sebelum anak mereka Hasil
dibawa ke rumah sakit/klinik. Penelitian
Penelitian ini melibatkan 20 orang ibu
kualitatif juga dilakukan Ansari M, et al
yang pernah merawat balita dengan diare.
(2012) di wilayah Nepal yang
Karakteristik partisipan dalam penelitian
menyebutkan ada keyakinan yang
ini adalah semua responden (100%)
berbeda terhadap jenis, penyebab dan
berasal dari suku Aceh, dengan proporsi
tingkat keparahan diare, klasifikasi
terbesar adalah individu yang berusia
makanan/cairan dalam mencegah atau
antara 25-29 tahun (50%), berpendidikan
mengobati diare pada balita.
terakhir SMA (60%) bekerja sebagai IRT

102
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

(55%). Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa Menanggapi pertanyaan “Bagaimana


kebanyakan anak yang mengalami diare persepsi itu terhadap diare pada balita”
adalah pada usia 1-2 tahun (70%) dan sebagian partisipan menunjukkan sikap
merupakan anak pertama (45%). Deskripsi yang berbeda terhadap kejadian diare.
karakteristik partisipan diringkas dalam sebanyak (45%) partisipan menunjukkan
Tabel 1 sebagai berikut: sikap tenang, (20%) cemas dan tidak
peduli, dan (15%) menunjukkan sikap
Tabel 1. Distribusi frekuensi partisipan berdasarkan
panik seperti yang disampaikan oleh salah
karakteristik demografi (n=20)
No. Kategori Frekuensi (%) satu partisipan berikut:
1. Usia ibu (tahun)
a. 20 - 24 1 5 “gimana yaa.. dibilang bahaya gak juga,,
b. 25 – 29 10 50
c. 30 – 34 5 25
kan biasa diare tu,, bisa dibilang semua
d. 35 – 39 3 15 anak-anak pasti pernah mengalami diare
e. ≥ 40 1 5 gak mungkin ada anak yang gak pernah
2. Usia anak diare.. “ (P15)
(tahun)
a. 1 – 2 14 70
b. 3 – 4 6 30 Persepsi ibu tentang penyebab diare
3. Urutan anak
a. Pertama 9 45
b. Kedua 7 35
Penyebab diare yang dipersepsikan
c. Ketiga 3 15 partisipan menunjukkan sebagian besar
d. ≥ keempat 1 5
4. Suku (70%) diare disebabkan oleh personal
a. Aceh 20 100
5. Pendidikan hygiene & sanitasi yang buruk, (50%)
Terakhir
a. Sekolah Dasar kesalahan mengkonsumsi
(SD) 1 5
b. Sekolah
makanan/minuman, (20%) proses
Menengah tumbuh kembang, (10%) malabsorbsi, dan
Pertama (SMP) 1 5
c. Sekolah (5%) disebabkan oleh virus,
Menengah 12 60
Atas (SMA) defisensiimun, dan parasit, seperti yang
d. Perguruan 6 30
tinggi disampaikan oleh partisipan berikut
6. Pekerjaan
a. Ibu Rumah
Tangga (IRT) 11 55 “...hehehe pakek sabun kalo mandi aja,,
b. Pegawai Negeri kalo gak mandi gak pakek sabun hahaha,,
Sipil (PNS) 4 20 hahaha kadang ada kadang gak ada..
c. Wiraswasta karena kalo minta susu harus langsung
5 25
ada.. mana teringat lagi cuci-cuci
Sikap ibu terhadap kejadian diare
tangan..”(P5)

103
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

“...makan yang pedas atau makan yang “waktu itu terparah laa dia kena
asam-asam kali,, kek kemaren gara-gara diarenya,, harus dirawat di rumah sakit
makan rujak.. kan lagi musim mangga.. untuk diinfus... sampe 4 hari kalo gak
adek kakak buat rujak dari mangga jadi salah,, BABnya enceer,, enceeerr kali,,
minta juga anak kakak.. gak banyak cuma berlendir,, BABnya udah warna putih
sekitar 3 potong dia makan,, itupun bukan kuning lagi dek,, hari pertama tu
mangganya dipotong kecil-kecil.. mencret emang sampe berdarah juga,, sehari ada
pulaa..” (P20) sampe 10 kali sehari mungkin sebentar-
sebentar harus ganti popok,, paraaah kalii
pokoknya.. anak kakak pun model diam
“menular dari anak tetangga,, kan anak kalo sakit gak cengeng dia,, jadi diaam
tetangga kakak diare hari itu,, emang lagi aja,,gak tidur jugaa,, lemaaas gitu aja
musim diare laa.. kakak jenguk laa bawa mungkin karena demam juga dek..” (P19)
anak kakak pula,, jadi pas besoknya anak
kakak juga kenak diare..” (P19)
Perilaku dalam perawatan/pengobatan

Persepsi ibu terhadap klasifikasi diare diare

Partisipan membedakan diare menjadi Pengobatan yang dilakukan partisipan

diare ringan dan diare berat. Diare ringan ketika anak mengalami diare

ditandai dengan tinja cair yang berwarna menunjukkan sebanyak (75%) merawat

kuning dengan frekuensi BAB kurang dari sendiri diare di rumah, (65%) mencari

4 kali sehari seperti yang disampai oleh fasilitas kesehatan, (15%) tidak

partisipan berikut ini. melakukan pengobatan/perawatan


apapun dan (10%) mencari pengobatan
“...mencret biasa laa dek gak kenapa-
tradisional seperti yang disampaikan oleh
kenapa,, yang seringnya 2 sampe 3 kali
sehari,, BABnya warna kuning agak pucat partisipan berikut:
gitu,,kadang kuning aja gitu lengket di
pampers..” (P17) “...tergantung sih dek,,, tapi biasanya
kakak gak pernah langsung bawa anak ke
Sedangkan diare berat ditandai dengan
rumah sakit,, pasti kakak rawat dulu
tinja berwarna putih berlendir dengan sendiri,, kalo gak sembuh baru bawa ke
rumah sakit.. kan gak bagus juga obat
frekuensi diatas 4 kali sehari, tinja
yang dikasi dokter itu, banyak
berdarah, muntah, demam, lemas, mengandung bahan kimia,, walaupun
obat tapi bahaya juga kalo banyak-banyak
gangguan integritas kulit dan dehidrasi
kali diminum,,,bagus kita kasih obat
seperti yang disampaikan oleh partisipan kampung yang gak banyak efek
sampingnya.. kecuali kalo udah gak
berikut ini.
mempan baru kita kasih obat rumah
sakit...” (P8)

104
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

Partisipan juga menyebutkan mengurangi (35%), menjaga agar anak tidak terpapar
asupan makanan dan minuman seperti dari anak lain yang sedang mengalami
menghentikan pemberian ASI atau diare (10%).
makanan lainnya, ibu meyakini jika
“...jaga makannya laa yang penting,,
mengurangi makanan dan minuman anak
nyesal kali ibu duluu kok bisa ibuk kasih
dapat menghentikan diare seperti yang
nasi keras untuk dia..” (P2)
disampaikan oleh partisipan berikut ini:
“kalo lagi musim diare atau kalo ada anak
“... tulaa,, kami dari dulu kalo anak tetangga lagi diare kakak batasin kontak
mencret emang jangan kasih apa-apa dulu mereka,, kayak gak kakak biarin dulu dia
jadi kalo gak ada makanan masuk jadi main di luar,, (P19)
keras BABnya..” (P19)

Pembahasan
Sedangkan partisipan yang tidak
melakukan apa-apa ditunjukkan karena Ibu yang sudah memiliki pengalaman

menganggap diare adalah penyakit yang merawat anak dengan diare seharusnya

tidak berbahaya atau sembuh sendiri telah memiliki ketrampilan dalam

sehingga tidak perlu melakukan memberikan perawatan diare selama di

pengobatan/perawatan seperti rumah. Penelitian yang dilakukan oleh

disampaikan oleh partisipan berikut ini: Mwambete & Joseph (2010) menyatakan
dasar pengetahuan ibu dalam merawat
“karena kan cuma diare jadi gak kakak anak diare dipengaruhi oleh status
peduliin kali kayak sakit lain,, emang
selalu gitu asal diare sembuuh sendiri.. pendidikan, pengalaman sebelumnya
hehehe” (P5) mengelola penyakit dan etnis.

Persepsi ibu terkait diare memiliki


implikasi serius yang berhubungan dengan
Perilaku dalam pencegahan diare
sikap ibu terhadap pengelolaan diare
Pencegahan yang dipersepsikan ibu untuk (Usfaret et al., 2010). Sikap ibu
mencegah anak mengalami diare sebagian mempengaruhi keputusan dalam memilih
besar (45%) ditunjukkan dengan menjaga perawatan/pengobatan balita dengan
makan dan minum anak, menjaga diare. Amare dan Mullu (2015)
kebersihan diri dan sanitasi lingkungan menyebutkan sikap ibu yang baik

105
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

memberi keuntungan terhadap seperti memberikan makanan padat,


penanganan diare pada anak. Studi lain pedas atau terlalu asam, makanan yang
juga menemukan penanganan diare pada banyak mengandung penyedap, minuman
balita sangat dipengaruhi oleh bagaimana manis. Nielsen et al. (2001) menyebutkan
sikap ibu dalam mempersepsikan diare jenis makanan atau kombinasi makanan
(Ansari, Ibrahim, & shankar, 2012). tertentu memiliki pengaruh buruk pada
lambung anak sehingga menyebabkan
Personal hygiene sanitasi yang tidak
diare. Ibu menyebutkan ASI juga
memadai dapat dilihat dari kebiasaan ibu
menyebabkan diare pada balita
yang jarang mencuci tangan dengan sabun
dikarenakan kesalahan ibu yang
dan merebus botol susu. Khanal,
mengkonsumsi makanan seperti makan
Bhandari, & Karkee (2013) menyebutkan
pedas atau terlalu asam. Temuan serupa
44% dari total kasus kejadian diare di
juga ditemukan di Tangerang yang
Nepal disebabkan oleh perilaku ibu tidak
menyebutkan bahwa ketika ibu
mencuci tangan dengan benar. Mencuci
mengkonsumsi makanan yang pedas atau
tangan dapat mengurangi episode diare
terlalu asam akan menyebabkan ASI dari
sekitar 30% (Ejemot., et al 2012) dan
payudara buruk sehingga dapat
mencuci tangan dengan sabun
menyebabkan diare pada anak (Usfar,
mengurangi risiko penyakit diare hingga
Iswarawanti, Davelyna, & Dillon, 2010).
42-47% (Curtis & Cairncross, 2003). Sebuh
studi yang dilakukan oleh Mumtaz, Zafar, Meskipun ibu menyadari kebersihan
& Mumtaz (2014) di Karachi, Pakistan makanan dan minuman adalah tindakan

menemukan sebagian besar kasus diare yang tepat sebagai pencegahan penyakit

berasal dari botol susu. Penelitian di Sa-o diare namun ditemukan sebagaian ibu

Paulo, Brasil menyebutkan merebus botol mengkonsumsi air yang tidak dimasak.

susu efektif melindungi balita dari Othero et al. (2008) menyebutkan

penyakit diare (Sobel et al., 2004). penyebab diare yang paling umum terjadi
adalah air yang terkontaminasi (58,2%)
Diare yang disebabkan oleh kesalahan
diikuti oleh makanan yang buruk (52,9%).
mengkonsumsi makanan/minuman
Penelitian serupa juga di ditemukan oleh
dipersepsikan sebagai kesalahan dalam
File & McLaws (2015) di Pedesaan Ni
memberikan jenis makanan/minuman
Vanuatu yang menyebutkan air yang

106
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

terkontaminasi sebagian besar berasal anak bermain di tanah juga diyakini ibu
dari air yang tidak dimasak, dan malas mengalami infeksi cacing yang
menjadi alasan sebagian besar ibu tidak mengakibatkan diare. Beberapa partisipan
memasak air. di Negerian juga percaya infeksi cacing
dapat menyebabkan diare pada anak
Diare yang disebabkan oleh tumbuh gigi
(Olakunle et al., 2012).
diyakini ibu sebagai proses tumbuh
kembang yang dianggap normal. Temuan Pengelompokan diare dijadikan ibu
ini juga banyak ditemukan di berbagai sebagai landasan dalam mengambil
belahan dunia lain seperti di Negeria, tindakan ketika anak mengalami diare.
Ethiopia, Pakistan, Iran, Kenya, Nepal, Diare ringan dipersepsikan sebagai sakit
Jamaika, dan Bangladesh yang biasa yang dialami anak sehingga tidak
menyebutkan diare pada balita memerlukan tindakan pengobatan atau
disebabkan oleh tumbuh gigi. Hasil sakit yang bisa dirawat sendiri di rumah.
penelitian menyebutkan bahwa alergi Sedangkan diare berat yaitu penyakit yang
susu sapi penyebab diare yang biasa memerlukan tindakan pengobatan seperti
dialami. Diare pada balita akibat menjumpai tenaga kesehatan profesional
intoleransi laktosa harus mendapat ataupun non tenaga kesehatan
perhatian khusus karena penyebab diare profesional. Memiliki pengetahuan yang
yang cukup sering terjadi (Gaffey et al., baik tentang tanda-tanda bahaya penyakit
2013). diare penting diketahui ibu sebagai
rujukan awal dalam mengambil tindakan
Hasil penelitian disebutkan balita di
pengobatan yang tepat untuk mengindari
tempat penelitian mengalami diare
komplikasi atau kematian anak akibat
setelah sakit sebelumnya seperti demam,
diare (Merga & Alemayehu, 2015).
ataupun batuk dan menular dari anak
lainnya yang sudah mengalami diare Mayoritas ibu mencari bantuan dari
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan fasilitas kesehatan jika pengobatan di
oleh Amare & Mullu di Ethiopia (2015) rumah atau tradisional tidak berhasil.
menunjukkan bahwa ibu percaya 6,6% Namun ada juga ibu yang langsung
diare disebabkan oleh virus dan 2,3% mengunjungi fasilitas kesehatan tanpa
dapat disebabkan oleh bakteri. Kebiasaan mempertimbangkan obat tradisional dan

107
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

perawatan di rumah. Alasan utama ibu Banyak ibu dilaporkan menggunakan


mengunjungi fasilitas kesehatan adalah pengobatan sendiri untuk anak mereka
karena keyakinan atau sikap ibu yang sebagai pilihan pertama ketika anak jatuh
percaya bahwa diare merupakan penyakit sakit, jika anak tidak sembuh mereka akan
yang harus segera ditangani. Penelitian ini mencari perawatan di fasilitas kesehatan
sejalan dengan temuan Goldman, Pebley, masyarakat (Le Hoan et al., 2011). Etea
& Gragnolaty (2002) yang menyebutkan (2014) menyebutkan (16,2%) pengobatan
perawatan fasilitas kesehatan memainkan di rumah diikuti oleh pengobatan
peran utama dalam pengobatan penyakit tradisional, (25,1%) pengobatan
menular di kalangan anak-anak di tradisional diikuti oleh kunjungan ke
pedesaan Guatemala. fasilitas kesehatan, (16,2%) pengobatan
pertama di rumah langsung diikuti oleh
Pengobatan tradisional dengan membawa
kunjungan ke fasilitas kesehatan, (7,8%)
anak ke tabib atau dukun meskipun telah
kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan
membawa anak ke sarana kesehatan
diikuti oleh pengobatan tradisional, dan
seperti Rumah Sakit dan Puskesmas.
(25,1%) ibu meminta bantuan ke semua
Memilih pengobatan tradisional
tempat pengobatan. Pengobatan kasus
dikarenakan ketidaksabaran ibu atau
diare selalu berdampingan dengan
kondisi anak yang belum stabil. Ibu yang
pengobatan tradisional, fasilitas
memilih merawat sendiri balita dengan
kesehatan, dan perawatan sendiri di
diare di rumah biasanya dilakukan pada
rumah (Merga & Alemayehu,
kasus diare ringan. Alasan lain juga
2015).Intervensi perawatan diare di
dikarena untuk menghindari efek samping
rumah dengan benar dapat mengurangi
dari obat yang diresepkan, ibu meyakini
kematian anak hingga 40% (Othero et al.,
bahwa tidak baik terlalu sering
2008).
mengkonsumsi obat jika anak sakit, serta
budaya atau ibu yang biasa menunggu Pemberian ORS adalah tindakan pertama
satu atau dua hari sebelum mengunjungi yang dilakukan ibu dalam perawatan diare
fasilitas kesehatan, ketersediaan obat di rumah untuk mencegah timbulnya
tradisional (obat kampung) yang sudah dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah
biasa digunakan secara turun temurun. terjadi dehidrasi (Goldman, Pebley,
Gragnolati, 2002). Diare tanpa komplikasi

108
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

dapat dikelola di rumah dengan terus pemberian dari tetangga. Ibu meyakini
memberi makan anak, memberikan lebih anaknya akan langsung sembuh bila diberi
banyak cairan dan pemberian Oral obat tersebut. Penyalahgunaan dan
Rehidrasi Solution (ORS) dengan benar kesalahpahaman tentang penggunaan
(Othero et al., 2008). Cairan rehidrasi oral obat menimbulkan masalah yang cukup
yang biasa digunakan ibu yaitu air tajin, besar (Omotade et al., 2000). Menurut
sop dan larutan gula garam (LGG). CDC obat-obat anti diare yang dijual bebas
Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan tidak direkomendasikan untuk diberikan
pada pencegahan timbulnya dehidrasi. kepada balita dengan d iare tanpa resep
Namun bila anak banyak mengeluarkan dari dokter (Le Hoan et al., 2011).
cairan dianjurkan untuk memberi oralit
Hasil penelitian juga menemukan
pada anak. Sedangkan obat tradisional
kesalahpahaman ibu dalam merawat
yang biasa digunakan oleh ibu antara lain
balita dengan diare seperti mengurangi
pisang ayam (mengkal/masak), jambu biji
asupan makanan/minuman dan
(daun/buah), daun merak, daun tahi ayam
menghentikan pemberian ASI saat anak
(lantana camara), serei, buah pala,
mengalami diare. Hal ini mungkin
gambir, bubuk kopi, dan madu. Ibu lebih
disebabkan karena perbedaan di tingkat
menyukai menggunakan obat tradisional
pendidikan ibu, kurangnya pengalaman
dengan alasan mudah didapat dan tidak
dan sifat ikut-ikutan ibu melihat orang lain
memiliki efek samping. Meskipun
atau faktor orang tua di rumah yang lebih
demikian pada kasus diare metode
dominan mengambil keputusan.
tradisional jarang mengelola dehidrasi
Penelitian ini sejalan dengan temuan
dengan baik sehingga penggunaan paket
Papikyan (2009) di Armenia yang
oralit lebih disarankan karena konsentrasi
menyebutkan 46,3% dari ibu-ibu sepakat
yang tepat sehingga dapat memenuhi
jika ASI dapat menyebabkan diare.
tujuan untuk menghindari anak dari
Penelitian lain juga menjelaskan bahwa
dehidrasi (Arvelo et al., 2013).
73% dari ibu percaya penurunan frekuensi
Obat anti diare juga biasa digunakan ibu makanan / minuman pada saat diare
ketika merawat anak dengan diare di bermanfaat bagi anak (Ogbo, Aina, &
rumah. Ibu mendapatkan obat anti diare Aderemi, 2014).
dari depot obat dekat rumah atau

109
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

Tindakan pencegahan yang dipersepsikan Anak dengan diare dianggap sebagai


ibu untuk menghindari anak mengalami penyakit yang umum terjadi di
diare adalah menjaga makan & minum masyarakat. Oleh karena itu terdapat
anak seperti kesalahan memberi makanan berbagai persepsi ibu terkait dengan
pada anak dapat menyebabkan anak diare penyebab dan penatalaksaan diare pada
sehingga pemberian makanan sesuai balita. Dibutuhkan strategi komunikasi
dengan usia anak harus diperhatikan. interaktif untuk ibu dan petugas
Menjaga anak agar tidak terpapar dengan kesehatan dalam memfasilitasi
anak lain yang sedang mengalami diare perubahan positif yang berkelanjutan
juga dilakukan ibu agar anak tidak dalam merawat balita dengan diare
mengalami diare. Menjaga kebersihan diri dengan mempertimbangkan budaya dan
dan sanitasi lingkungan adalah tindakan sumber daya yang ada.
yang paling penting dilakukan ibu untuk
Referensi
mencegah terjadinya diare seperti
mencuci tangan dengan sabun, merebus Amare, D., & Mullu, G. (2015). Mothers’
attitude towards childhood diarrhea
botol susu, merebus air serta menjaga management and prevention in
anak agar tidak bermain di lingkungan under five children in Fenote Selam
Town, West Gojjam, Amhara,
yang kotor. Northwest Ethiopia. Science Journal
of Public Health, 3 (3), 398-403. doi:
Khanal, Bhandari, & Karkee (2013) 10.11648/j.sjph.20150303.25
menyatakan intervensi non medis paling Ansari, M., Ibrahim, M.I.M, Hassali, M.A.,
Shankar, P., Koirala, A., & Thapa, N.
efektif untuk mencegah dan (2012).Mothers’ beliefs and barriers
mengendalikan penyakit diare pada anak- about childhood diarrhea and its
management in Morang district,
anak yaitu menerapkan program saniya Nepal. BMC Research Notes, 5, 576.
(kebersihan), mencuci tangan secara Arvelo, W., Degollado, J., Reyes, L.,
intensif di tempat yang berisiko tinggi Álvarez, A. (2013). Perceptions
regarding oral rehydration solutions
terjadinya diare pada anak, menciptakan for the management of diarrhea in
sanitasi lingkungan yang baik, dan Guatemalan children: implications
for diarrheal management in the
mempromosikan cuci tangan Americas. Rev Panam Salud Publica,
menggunakan sabun. 34(2), 121– 6.
Caruso, B., Stephenson, R., & Leon, J.
Kesimpulan (2010). Maternal behavior and
experience, careaccess, and agency

110
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

as determinants of child diarrhea in with respiratory illness or diarrhea


Bolivia. Revista Panamericana De in a rural district in Vietnam: a
Salud Publica, 28(6), 429-439. qualitative study. Journal of
Multidisciplinary Healthcare, 4,329–
Curtis, V., & Cairncross, S. (2003). Effect of
336
washing hands with soap on
diarrhoea risk in the community: a Millennium Development Goals (MDGs).
systematic review. Pubmeb Lancet (2003). Population and development
Infect Dis, 3(5):275-81. strategis, UNFPA
Ejemot, N.R.I., Ehiri, J.E.,Meremikwu, Merga, N., & Alemayehu, T. (2015).
M.M., & Critchley, J.A. Hand Knowledge, perception, and
washing for preventing diarrhoea. management skills of mothers with
Cochrane Database of Systematic Under-five children about diarrhoeal
Reviews, 2,4265. doi: disease in Indigenous and
10.1002/14651858. Resettlement Communities in
Assosa District, Western Ethiopia. J
File, K., & McLaws, M.L. (2015). Ni-
Health Popul Nutr, 33(1),20-30.
Vanuatu health-seeking practices for
general health and childhood Mumtaz, Y., Zafar, M., & Mumtaz, Z.
diarrheal illness: results from a (2014). Knowledge attitude and
qualitative methods study. File and practices of mothers about diarrhea
McLaws BMC Research Notes, 8,189. in children under 5 years. Journal of
doi 10.1186/s13104-015-1151-7 the Dow University of Health
Sciences, 8(1), 3-6.

Gaffey, M.F., Wazny, K., Bassani, D.G., &


Bhutta, Z.A. (2013). Dietary Mwambete, K.D., & Joseph, R. (2010).
management of childhood diarrhea Knowledge and perception of
in low- and middle-income mothers and caregivers on
countries: a systematic review. BMC childhood diarrhoea and its
Public Health, 13(3),17. management in Temeke
municipality, Tanzania. Tanzan J
Goldman, N., Pebley, A.R.,Gragnolati, M.
Health Res, 12(1), 47-54.
(2002).Choices about treatment for
ARI and diarrhea in rural Guatemala. Neilsen, M., Hoogvorst, A., Konradsen, F.,
Soc Sci Med, 55(10),1693-712. Mudasser, M., & Van der Hoek, W.
(2001). Childhood diarrhea and
KEMENKES, RI (2011). Situasi diare di
hygiene: Mothers’ perceptions and
Indonesia. Jakarta, Kementrian
practices in the Punjab, Pakistan:
Kesehatah Republik Indonesia.
Working Paper 25. Colombo, Sri
Khanal, V., Bhandari, R., & Karkee, Lanka: International Water
R.(2013). Non medical interventions Management Institute. ISBN: 92-
for childhood diarrhoea control: way 9090-451-8
forward in Nepal. Kathmandu Univ
Njume, C., & Goduka, N.L. (2012).
Med J, 11(43), 256-261.
Treatment of diarrhoea in Rural
Le, T.H., Ottosson, E., Nguyen, T.K.C., Kim, African Communities: An overview
B.G., & Allebeck, P. (2011). Drug use of measures to maximise the
and self-medication among children medicinal potentials of indigenous

111
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN: 2338-6371 Masdiana, Tahlil, Imran

plants, Int. J. Environ. Res. Public kesehatan. Kementrian Kesehatan


Health, 9, 3911-3933. RI.
doi:10.3390/ijerph9113911 Sobel et al. (2004). Pathogen-specific risk
Ogbo, P.U., Aina, B.A., & Aderemi, R.I. factors and protective factors for
(2014). Management of acute acute diarrheal illness in children
diarrhea in children by community aged 12–59 months in Sa˜o Paulo,
pharmacists in Lagos, Nigeria. Brazil. Oxford Journals Clinical
Pharmacy practice, 12, 376. Infectious Diseases, 38, 1545–51.
Olakunle, J.M., Valentine, O.U., Usfar, Iswarawanti, Davelyna, & Dillon,
Kamaldeen, A., & Abusaeed, M.A. 2010. Food and Personal Hygiene
(2012). Assessment of mothers’ Perceptions and Practices among
knowledge of home management of Caregivers Whose Children Have
chilhood diarrhea in a Nigerian Diarrhea: AQualitative Study of
setting. International Journal Of UrbanMothers in Tangerang,
Pharmaceutical Research And Bio Indonesia, Journal of Nutrition
Science, 1(4), 168-184. Education and Behavior, 42(1), 33-
40. doi:10.1016/j.jneb.2009.03.003
Omotade, O.O., Adeyemo, A.A., Kayode,
C.M., & Oladepo, O. (2000). WHO & UNICEF. (2009, January 1).
Treatment of childhood diarrhoea in Diarrhoea:Why children are still
Nigeria:Need for adaptation of dying and what can be done.
health policy and programmes to Retrieved January 8, from
ultural norms. J Health Popul Nutr, http://www.who.int/maternal_child
18(3),139-144. _adolescent/documents/978924159
8415/en/
Othero, D.M., Orago, A.S., Groenewegen,
T., Kaseje, D.O., & Otengah, P.A. Yalew, E. (2014). A qualitative study of
(2008). Home management of community perceptions about
diarrhea among underfives in a rural childhood diarrhea and its
community in Kenya: household management in Assosa District,
perceptions and practices. East West Ethiopia. College of Medicine
African Journal Of Public Health, and Health sciences BMC Public
5(3), 142-146. Health, 14, 975.
Papikyan, S. (2009). The association of
maternal knowledge and
management with prevalence and
duration of childhood diarrheal
disease in Yerevan. Master of Public
Health Integrating Experience
Project, College of Health Sciences
American University of Armenia.
Retrieved from
http://aua.am/chsr/PDF/MPH/2009
/Papikyan,%20Satenik.pdf
Riskesdas Provinsi Aceh. (2013). Badan
penelitian & pengembangan

112

Anda mungkin juga menyukai