isiKes
JURNAL KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
Jurnal Kesehatan
Volume 13, Nomor 2, September 2014
Ketua Penyunting
M.G. Catur Yuantari, SKM, MKes
Penyunting Pelaksana
Eti Rimawati, SKM, MKes
Supriyono Asfawi, SE, MKes
Penelaah
dr. Onny Setiani, PhD (Universitas Diponegoro)
dr. Massudi Suwandi, MKes (Udinus)
Pelaksana TU
Retno Astuti S, SS, MM
Jurnal Kesehatan
Volume 13, Nomor 2, September 2014
DAFTAR ISI
ABSTRACT
In 2012, stroke patients aged 15-44 years as many as 121 cases, in 2013 as many as 168
cases, and 2014 second quarterly as many as 59 cases. The purpose of this study was to
determine the relationship between fat, sodium and fiber dietary, physical activity, smoking
habits, alcohol consumption, and stres levels with the incidence of stroke in young adults
(18-40 years). This research was an analytic observational with case-control design. The
number of samples for this study was 40 cases and 40 controls were taken by purposive
sampling. The result showed that there was associated betwen sodium dietary (p = 0.044;
OR = 2.513), fiber dietary (p = 0.024; OR = 2.852), physical activity (p = 0.007; OR = 3.567),
stres levels (p = 0.010; OR = 4,200) with incidence stroke in young adults. Fat dietary (p =
0.348), smoking habits (p = 0.340), and alcohol consumption (p = 0.531) was not associated
with incident stroke in young adults. For the conclusion, there was associated betwen so-
dium and fiber dietary, physical activity, and stres levels with the incidence of stroke in young
adult (18-40 years) in Semarang.
Keyword : Life style, Stroke, Young Adults
ABSTRAK
Pada tahun 2012, penderita stroke usia 15-44 tahun sebanyak 121 kasus, tahun 2013 sebanyak
168 kasus, dan tahun 2014 tri wulan kedua sebanyak 59 kasus. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara kebiasaan makan yang mengandung lemak, natrium, dan serat,
aktifitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan tingkat stres dengan kejadian stroke
usia dewasa muda (18-40 tahun). Jenis penelitian ini analitik observasional dengan pendekatan
kasus kontrol. Sampel sebesar 40 orang kasus dan 40 orang kontrol yang diambil secara
purposive sampling. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
kejadian stroke usia dewasa muda adalah kebiasaan makan makanan sumber natrium (p=0,044;
OR= 2,513), kebiasaan makan makanan sumber serat (p=0,024; OR=2,852), aktifitas fisik
(p=0,007; OR=3,567), dan tingkat stres (p=0,010; OR=4,200). Kebiasaan makan makanan
sumber lemak (p=0,348), kebiasaan merokok (p=0,340), dan kebiasaan konsumsi alkohol
(p=0,531) tidak berhubungan dengan kejadian stroke usia dewasa muda. Simpulan dari hasil
penelitian ini bahwa kebiasaan makan makanan sumber natrium dan serat, aktifitas fisik, dan
tingkat stres dengan kejadian stroke usia dewasa muda.
Kata Kunci : Gaya Hidup, Stroke, Usia Dewasa Muda
169
JURNAL VISIKES - Vol. 13 / No. 2 / September 2014
170
Hubungan Antara Gaya ... - Indah P, Widya HC
kacang, dan telur juga tidak begitu log-stroke kecuali pada kedua jenis kelamin
berhubungan dengan risiko stroke. Menurut pada kelas usia 45-54 tahun.
Framingham Heart Study yang dilakukan Perbedaan berbagai hasil penelitian ini
Gillman et al (1997)5, asupan lemak, lemak dimungkinkan karena adanya faktor risiko
jenuh, dan lemak tak jenuh tunggal stroke lain yang lebih kuat. Menurut Ka He et
berhubungan dengan turunnya risiko stroke al (2003)4, menunjukkan bahwa jenis lemak
iskemik pada pria. makanan lebih penting daripada total asupan
Hasil yang berbeda didapatkan oleh lemak dalam memprediksi risiko penyakit
sebuah studi di Asia pada tahun 2005 baru- jantung koroner, seperti berbagai jenis lemak
baru ini. Kolesterol tinggi merupakan faktor atau asam lemak dapat memainkan peran
risiko untuk stroke iskemik.6 Studi ini ini yang berbeda atau berlawanan. Asam lemak
menemukan bahwa orang yang termasuk tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda
dalam kategori kolesterol tinggi pada memiliki efek menguntungkan, tetapi asam
kolesterol total dan SBP (yaitu, diukur dengan lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh trans
kolesterol total 6.25 mmol/L dan SBP 160 meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
mm Hg), stroke iskemik berisiko 8 kali lebih tetapi hubungan ini tidak berlaku untuk stroke.
tinggi dari orang yang kolesterolnya rendah Penelitian sebelumnya menyatakan terdapat
pada keduanya (yaitu hasil pengukuran hubungan terbalik antara asupan asam lemak
kolesterol total <4.75 mmol/L dan SBP 130 jenuh atau trans lemak tak jenuh dengan
mmHg, berturut-turut). Konsisten dengan ini, risiko stroke, tetapi mekanisme tetap tidak
efek samping dari asupan lemak pada jelas. Meskipun studi epidemiologi
kematian stroke, dilaporkan oleh Sasaki et al menunjukkan efek menguntungkan dari
(1995)7 yang meneliti asupan populasi dan beberapa asam lemak tertentu seperti asam
data kematian. Tingkat asupan asam lemak lemak tak jenuh ganda omega 3 rantai
jenuh berkorelasi secara independen, panjang, á asam linolenat, dan asam linoleat
signifikan, dan positif dengan tingkat kematian pada stroke iskemik, beberapa studi memiliki
Tabel 1. Hubungan Antara Beberapa Variabel Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Pada
Usia Muda
Kejadian Stroke Usia Dewasa Muda
No Variabel Kategori Stroke Tidak Stroke Jumlah P value OR 95%CI
n % n % n %
Kebiasaan
Sering 12 30,0 16 40,0 28 35,0
1. makan Sumber 0,348 -
Jarang 28 70,0 24 60,0 52 65,0
Lemak
Kebiasaan
Sering 26 65,0 17 42,5 43 53,8
2. makan Sumber 0,044 2,513 (1,019-
Jarang 14 35,0 23 57,5 37 46,2
Natrium 6,198)
Kebiasaan
Jarang 28 70,0 18 45,0 46 57,5
3. makan Sumber 0,024 2,852 (1,137-
Sering 12 30,0 22 55,0 34 42,5
Serat 7,152)
Jarang 29 72,5 17 42,5 46 57,5 3,567 (1,400-
4. Aktifitas Fisik 0,007
Sering 11 27,5 23 57,5 34 42,5 9,088)
Perokok
Kebiasaan 15 37,5 11 27,5 26 32,5
5. Bukan 0,340 -
Merokok 25 62,5 29 72,5 54 67,5
Perokok
Konsumsi Ya 5 12,5 7 17,5 12 15,0
6. 0,531 -
Alkohol Tidak 35 87,5 33 82,5 68 85,0
Stres
35 87,5 25 62,5 60 75,0 4,200
7. Tingkat Stres Tidak 0,010
5 12,5 15 37,5 20 25,0 (1,350-13,065)
Stres
171
JURNAL VISIKES - Vol. 13 / No. 2 / September 2014
hubungan langsung asupan makanan pada orang dengan atau tanpa hipertensi.
berlemak dengan risiko subtipe stroke dan Pengurangan kebiasaan asupan garam 6
hasilnya tidak konsisten. gram per hari akan menurunkan tekanan
Dalam penelitian di lapangan, darah sistolik/diastolik yaitu 7/4 mmHg pada
menunjukkan belum adanya penggolongan orang dengan hipertensi dan 4/2 mmHg pada
lemak secara spesifik, baik asam lemak orang tanpa hipertensi.
jenuh, asam lemak tak jenuh, kolesterol, dll. Kebutuhan garam per hari adalah 1 gram
Selain itu dalam FFQ yang digunakan dalam untuk setiap 1.000 kalori atau 3 gram per
penelitian ini tidak dicantumkan bagaimana 1.000 kalori. Selain terdapat dalam garam
cara mengolah makanan tersebut. Cara dapur (natrium klorida), garam juga terdapat
mengolah makanan seperti digoreng, direbus, dalam penyedap rasa (sodium glutamat),
dipanggang, dll juga berpengaruh terhadap pengawet (sodium benzoat), dan sendawa
kandungan dalam makanan tersebut, (sodium sulfit) yang dipakai dalam pembuatan
terutama untuk makanan yang digoreng. ham, sosis, dan lain-lain. Kadar garam dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang darah yang tinggi dapat meningkatkan
dilakukan, menunjukkan bahwa ada kekentalan (osmolaritas) darah yang
hubungan antara kebiasaan makan makanan menaikkan tekanan darah (Fatimah, 2009).9
sumber natrium dengan kejadian stroke usia Berdasarkan hasil penelitian yang
dewasa muda. Hal ini dibuktikan oleh hasil uji dilakukan, menunjukkan bahwa ada hubungan
chi-square dimana nilai p sebesar 0,001 lebih antara kebiasaan makan makanan sumber
kecil dari 0,05 (0,044<0,05) yang artinya ada serat dengan kejadian stroke usia dewasa
hubungan antara kebiasaan makan makanan muda. Hal ini dibuktikan oleh hasil uji chi-square
sumber natrium dengan kejadian stroke usia dimana nilai p sebesar 0,024 lebih kecil dari 0,05
dewasa muda. Dari hasil analisis diperoleh (0,024<0,05) yang artinya ada hubungan antara
nilai OR=2,513 artinya responden yang kebiasaan makan makanan sumber serat
sering mengkonsumsi makanan sumber dengan kejadian stroke usia dewasa muda.
natrium memiliki risiko 2,513 kali mengalami Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 2,852
stroke usia dewasa muda daripada artinya responden yang jarang mengkonsumsi
responden yang jarang mengkonsumsi makanan sumber serat berisiko 2,852 kali
makanan sumber natrium. mengalami stroke usia dewasa muda daripada
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian responden yang sering mengkonsumsi
yang dilakukan oleh Strazzullo et al (2009)8, makanan sumber serat.
yang dilakukan dengan studi meta-analisis Hasil penelitian ini sejalan dengan
prospektif dan mendapatkan hasil bahwa penelitian yang dilakukan oleh Threapleton et
asupan tinggi garam berhubungan dengan al (2013)10 dengan metode meta-analisis
meningkatnya secara signifikan kejadian terhadap 8 studi kohort dari Amerika, Eropa
stroke dan penyakit kardiovaskuler. Hampir Utara, Australia, dan Jepang. Dari penelitian
semua populasi dewasa di dunia rata-rata tersebut didapatkan hasil bahwa asupan
mengkonsumsi garam harian lebih dari 6 g, makanan berserat yang baik berhubungan
dan untuk banyak wilayah di Eropa Timur dan secara signifikan dengan turunnya risiko
Asia lebih dari 12 g. Rekomendasi tehadap serangan stroke pertama. Total
internasional menyarankan rata-rata asupan makanan berserat behubungan
konsumsi garam harian tiap populasi kurang terbalik dengan risiko stroke hemoragik dan
dari 5-6 g per hari. Kemungkinan terjadi iskemik, dengan beberapa bukti heterogen
penurunan secara signifikan pada tekanan antara studi (RR per 7 g/hari: 0.93; 95% CI:
darah dengan mengurangi asupan garam 0.88–0.98; I2=59%). Asupan serat terlarut, per
172
Hubungan Antara Gaya ... - Indah P, Widya HC
4 g/day, tidak berhubungan dengan penurunan kafein, yang mana mengurangi manfaat
risiko stroke dengan bukti heterogenitas makanan berserat.
rendah antar studi RR : 0.94 (95% CI: 0,88– Berdasarkan hasil penelitian yang
1,01; I2=21%). dilakukan, menunjukkan bahwa ada
Jenis serat yang dapat larut yang hubungan antara aktifitas fisik dengan
berbentuk gel di dalam perut dan usus kecil, kejadian stroke usia dewasa muda. Hal ini
memperlambat laju penyerapan nutrisi, dan dibuktikan oleh hasil uji chi-square dimana
memperlambat pengosongan lambung, nilai p sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05
sehingga meningkatkan rasa kenyang dan (0,007<0,05) yang artinya ada hubungan
pengaruh terhadap jumlah makanan yang antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke
dikonsumsi, sehingga menghasilkan usia dewasa muda. Dari hasil analisis
kelebihan berat badan dalam tingkat rendah. diperoleh nilai OR = 3,567, artinya responden
Bakteri fermentasi yang resisten terhadap zat yang jarang melakukan aktifitas fisik berisiko
pati dan serat yang dapat larut dalam usus 3,567 kali mengalami stroke usia dewasa
besar memproduksi rantai pendek asam muda daripada responden yang sering
lemak yang mana menghalangi sintesa melakukan aktifitas fisik.
kolesterol oleh hati, dan oleh karenanya Penelitian ini sejalan dengan penelitian
menurunkan kadar serum. Penyerapan asam meta analisis Chong Do Lee et al (2003)12,
empedu juga melambat karena secara fisik bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik
melalui molekul serat tidak terlarut dan tingkat sedang dan tinggi terhadap
adanya gel serat terlarut. Asam empedu yang berkurangnya risiko stroke total, stroke
mengandung kolesterol, dan sejak iskemik, dan stroke hemoragik. Penelitian ini
penyerapan melambat, kolesterol darah membuktikan bahwa adanya penurunan risiko
didorong ke dalam produksi asam empedu stroke pada individu yang aktif atau fit
sehingga menurunkan tingkat sirkulasi dibandingkan dengan individu yang tidak aktif
(Threapleton et al, 2013).10 atau tidak fit pada jenis penelitian kohort, kasus
Penelitian ini juga sejalan dengan kontrol, atau kombinasi dari kedua jenis
penelitian meta analisis oleh Chen et al penelitian. Untuk penelitian kohort, aktivitas
(2012)11, bahwa terdapat hubungan terbalik yang tinggi pada individu 25% mengurangi
dosis-respon antara asupan makanan risiko kejadian stroke atau kematian (RR: 0,75;
berserat dengan risiko stroke. RR stroke 95% CI: 0,69-0,82) dibanding individu dengan
tertinggi vs terendah kategori asupan aktivitas rendah. Pada penelitian kasus kontrol,
makanan berserat adalah 0,87 (95% CI: 0,77– individu dengan aktivitas tinggi memiliki 64%
0,99). Perkiraan penurunan risiko sebesar penurunan risiko kejadian stroke (RR: 0,36;
12% dari setiap 10 gram per hari kenaikan 95% CI: 0,25-0,52) daripada individu dengan
asupan makanan berserat. Efek aktivitas rendah. Pada penelitian kombinasi
menguntungkan makanan berserat terhadap kohort dan kasus kontrol, individu dengan
stroke lebih jelas untuk stroke iskemik dan aktivitas tinggi memiliki 27% penurunan risiko
wanita, tetapi analisis subtipe stroke kejadian stroke atau kematian (RR: 0,73; 95%
berdasarkan sejumlah kecil studi. Dan efek CI: 0,67-0,79) daripada individu dengan
protektif dari asupan makanan beserat aktivitas rendah. Untuk aktivitas sedang,
rupanya lebih kuat pada wanita dibandingkan individu aktif dibandingkan dengan individu tidak
pria, meskipun tidak ada perbedaan signifikan aktif didapatkan hasil RR: 0,83(studi kohort),
antara gender. Pria dibandingkan wanita RR: 0,52 (studi kasus-kontrol), dan RR: 0,80
cenderung lebih untuk merokok, (studi kombinasi kohort dan kasus-kontrol).
mengkonsumsi banyak kalori, alkohol, dan Penelitian ini juga sejalan dengan
173
JURNAL VISIKES - Vol. 13 / No. 2 / September 2014
penelitian kohort Willey et al (2009)13, bahwa (0,340>0,05), yang artinya tidak ada
intensitas aktifitas fisik yang sedang hingga hubungan antara kebiasaan merokok dengan
berat, melindungi terhadap risiko stroke kejadian stroke usia dewasa muda.
independen dari faktor risiko stroke lainnya Penelitian ini tidak sejalan dengan
pada pria dalam penelitian ini. Aktifitas fisik penelitian Jasminka et al (2011)14, bahwa
sedang hingga tinggi berhubungan dengan merokok merupakan salah satu faktor risiko
kejadian stroke iskemik (HR: 0,65, 95% CI : dengan frekuensi tersering sebanyak 57,76%
0,44–0,98). Keterlibatan dalam aktivitas fisik dari pasien stroke usia muda yang diteliti.
vs tidak (HR; 1,16, 95% CI: 0,88-1,51) dan Merokok merupakan faktor risiko yang tidak
energi yang dikeluarkan dalam kkal / minggu diragukan lagi sebagai faktor independen
(HR per 500 unit meningkat 1,01, 95% CI: risiko stroke. Salah satu penjelasannya
0,99-1,03) tidak berhubungan dengan risiko adalah mempercepat aterosklerosis. Berhenti
stroke iskemik. Ada interaksi jenis kelamin merokok tidak mengubah dengan segera
dengan intensitas aktivitas fisik (p: 0,04), faktor risiko stroke, tetapi mendekatkan atau
sehingga aktifitas sedang sedang hingga menyetarakan risiko mereka yang tidak
berat merupakan pelindung terhadap stroke merokok setelah berhenti merokok 2-5 tahun.
iskemik pada pria (HR: 0,37, 95% CI: 0,18- Perbedaan hasil penelitian ini
0,78), tapi tidak pada wanita (HR: 0,92, 95% dimungkinkan karena perbedaan jumlah
CI: 0,57-1,50). Aktifitas fisik sedang hingga responden menurut jenis kelamin dan
berat mungkin komponen penting dari strategi perbedaan budaya serta stigma penduduk
pencegahan stroke primer yang bertujuan setempat. Pada penelitian di lapangan
untuk mengurangi risiko stroke. menunjukkan bahwa responden penelitian ini
Hipertensi dan aterosklerosis pada lebih banyak (60%) berjenis kelamin
pembuluh serebral merupakan penyebab perempuan. Proporsi terbanyak perokok aktif
utama stroke. Hipertensi adalah faktor risiko setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar
dari stroke iskemik maupun stroke hemoragik, 33,4% dan umur 35-39 tahun sebanyak
dan terdapat hubungan langsung dosis- 32,2%. Proporsi perokok setiap hari pada laki-
respon antara tekanan darah dan risiko laki (47,5%) lebih banyak daripada
stroke. Aktifitas fisik menurunkan tekanan perempuan (1,1%) .
darah dan meningkatkan riwayat lemak. Menurut Barraclough (1999)15, meskipun
Aktifitas fisik juga meningkatkan fungsi endot- perempuan Indonesia terlihat mencolok
helial, yang mana meningkatkan fungsi dalam pertumbuhan dan pengolahan
vasodilatasi dan vasomotor pada pembuluh. tembakau, angka perokok perempuan Indo-
Selain itu, aktifitas fisik dapat memainkan nesia lebih rendah dibandingkan pria baik di
peran antitrombotik dengan mengurangi Indonesia maupun Internasional. Bukti
kekentalan darah, tingkat fibrinogen, dan anekdot menunjukkan bahwa keengganan
pengumpulan platelet dan meningkatkan fi- mereka merokok umumnya terkait dengan
brinolysis, yang mana mungkin mengurangi nilai budaya, yang mana stigma perokok
kejadian jantung dan cerebral (Chong Do Lee wanita di Indonesia sebagai moral yang cacat,
et al, 2003).12 dan pada waktu yang sama persetujuan
Berdasarkan hasil penelitian yang merokok diberikan untuk laki-laki. Pandangan
dilakukan, menunjukkan bahwa tidak ada budaya terhadap perempuan merokok yang
hubungan antara kebiasaan merokok dengan dianggap diskriminatif dan sebagai sebuah
kejadian stroke usia dewasa muda. Hal ini stigma merupakan sesuatu yang akhirnya
dibuktikan oleh hasil uji chi-square dimana memberi dampak positif terhadap kesehatan
nilai p sebesar 0,340 lebih besar dari 0,05 perempuan, karena pandangan budaya
174
Hubungan Antara Gaya ... - Indah P, Widya HC
tersebut telah membuat angka prevalensi sebanyak 60% responden berjenis kelamin
merokok di kalangan perempuan menjadi wanita. Menurut Bich et al (2009)17 yang
rendah. melakukan penelitian secara cross-sectional
Berdasarkan hasil penelitian yang pada 9 lokasi pada 5 negara berbeda di Indo-
dilakukan, menunjukkan bahwa tidak ada nesia yang meliputi Bangladesh, Thailand,
hubungan antara konsumsi alkohol dengan Vietnam, India, dan Indonesia ditemukan
kejadian stroke usia dewasa muda. Hal ini bahwa terdapat perbedaan prevalensi
dibuktikan oleh hasil uji chi-square dimana konsumsi alkohol. Pada lima lokasi termasuk
nilai p sebesar 0,531 lebih besar dari 0,05 Matlab, Mirsarai, dan Abhoynagar di
(0,531>0,05) yang artinya tidak ada hubungan Bangladesh, Vadu di India dan, Purworejo di
antara konsumsi alkohol dengan kejadian Indonesia ini menggambarkan bahwa
stroke usia dewasa muda. prevalensi orang yang mengkonsumsi alkohol
Berbeda dengan penelitian yang rendah. Pada tiga lokasi lainnya (dua di Viet-
dilakukan oleh Jasminka et al (2011)14, nam, satu di Thailand), prevalensi konsumsi
menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol alkohol pada pria lebih tinggi dibandingkan
merupakan salah satu faktor risiko stroke dengan temuan dari penelitian lain di Asia
sebanyak 13,51% dari pasien stroke usia Tenggara di mana 45% pria dewasa
muda yang diteliti. Biasanya, penyalahgunaan diidentifikasi sebagai peminum alcohol.
alkohol sering berhubungan dengan Perbedaan besar dalam pola minum antara
meningkatnya kejadian stroke. Hal ini dapat sembilan lokasi dalam penelitian ini mungkin
dijelaskan bahwa peminum alkohol berat karena perbedaan dalam tingkat keyakinan
memiliki tekanan darah sistol dan diastol tinggi agama dan praktek budaya dalam populasi
daripada yang bukan peminum atau peminum yang diteliti.
hanya pada saat tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang
Peran alkohol sebagai faktor risiko stroke dilakukan, menunjukkan bahwa ada
masih terdapat pertentangan karena adanya hubungan antara tingkat stres dengan
perbedaan kebiasaan mengkonsumsi kejadian stroke usia dewasa muda. Hal ini
alkohol. Hasil penelitian meta-analisis dibuktikan oleh hasil uji chi-square dimana
Reynolds et al (2003)16, yang menunjukkan nilai p sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05
bahwa konsumsi alkohol berat meningkatkan (0,010<0,05) yang artinya ada hubungan
risiko relatif (RR) stroke, sementara itu antara tingkat stres dengan kejadian stroke
konsumsi alkohol ringan atau sedang mungkin usia dewasa muda. Dari hasil analisis
melindungi terhadap stroke total maupun diperoleh nilai OR=4,200 dengan interval
stroke iskemik dengan cara mengurangi 1,350-13,065, artinya responden yang
kejadian aterotrombosis, tetapi mekanisme mengalami stres berisiko 4,2 kali mengalami
yang mendasari masih belum jelas. stroke usia dewasa muda daripada
Perbedaan hasil penelitian ini responden yang tidak mengalami stres.
disebabkan karena jumlah responden yang Penelitian ini sejalan dengan penelitian
tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 68 Jasminka et al (2011)14, menyatakan bahwa
responden (85%) sehingga tidak terdapat stres merupakan salah satu faktor risiko
perbedaan yang signifikan. Selain itu stroke sebanyak 29,73% dari pasien stroke
perbedaan proporsi responden berdasarkan usia muda yang diteliti. Respons terhadap
jenis kelamin dan perbedaan agama dan stres meningkatkan pengumpulan platelet,
kebudayaan masyarakat mungkin aktifnya sistem renin-angiotensin dan
mempengaruhi perbedaan penelitian ini. Pada produksi angiotensin II, serta menyebabkan
penelitian dilapangan menunjukkan bahwa meningkatnya tekanan darah.
175
JURNAL VISIKES - Vol. 13 / No. 2 / September 2014
176
Hubungan Antara Gaya ... - Indah P, Widya HC
9. Fatimah, DN. 2009. Mencegah dan 17. Bich, Tran Huu, Pham Thi Quynh Nga1,
Mengatasi Stroke. Yogyakarta: Kujang La Ngoc Quang, Hoang Van Minh, Nawi
Press Ng, Sanjay Juvekar, Abdur Razzaque, Ali
10. Threapleton, DE, Darren C Greenwood, Ashraf, Syed Masud Ahmed, Kusol
Charlotte E L Evans, Christine L Cleghorn, Soonthornthada, Uraiwan
Camilla Nykjaer, Charlotte Woodhead, Kanungsukkasem. 2009. Patterns of Al-
Janet E Cade, Christopher P Gale, cohol Consumption in Diverse Rural
Victoria J Burley. 2013. Dietary Fiber In- Populations in The Asian Region. Global
take and Risk of Cardiovascular Disease: Health Action Supplement Journals. Vol-
Systematic Review and Meta-Analysis. ume 1. 2009. hlm 28-34
British Medical Journal. Volume 347 18. Egido, JA, Olga Castillo, Beatriz Roig,
(6879). 2013. hlm 1-12 Isabel Sanz, Maria Rosa Herrero, Maria
11. Chen, GC. 2013. Dietary Fiber Intake and Teresa Garay, Ana Marý´a Garcia, Manuel
Stroke Risk: Meta-Analysis of Prospec- Fuentes, Cristina Fernandez. 2012. Is
tive Cohort Studies. European Journal of Psycho-Physical Stres A Risk Factor For
Clinical Nutrition. Volume 67. 2013. hlm Stroke? A Case-Kontrol Study. Journal
96-100 Neurology Neurosurgery Psychiatry. Vol-
12. Lee, Chong Do, Aaron R Folsom, and ume 10 (1136). 2012. hlm. 1-7
Steven N Blair. 2003. Physical Activty and 19. O’ Dannel, Martin J, Denis Xavier, Lisheng
Stroke Risk: Meta-Analysis. Stroke Liu, Hongye Zhang, Siu Lim Chin,
American Heart Association Journals. Purnima Rao-Melacini, Sumathy
Volume 34. 2003. hlm 2475-2482 Rangarajan, Shofi qul Islam, Prem Pais,
13. Willey, JZ, Y.P. Moon, M.C. Paik, B. Boden- Matthew J McQueen, Charles Mondo,
Albala, R.L. Sacco,V. Elkind. 2009. Physi- Albertino Damasceno, Patricio Lopez-
cal Activity and Risk of Ischemic Stroke Jaramillo, Graeme J Hankey, Antonio L
in the Northern Manhattan Study. Ameri- Dans, Khalid Yusoff , Thomas Truelsen,
can Academy of Neurology Journal. Vol- Hans-Christoph Diener, Ralph L Sacco,
ume 73. 2009. hlm 1774-1779 Danuta Ryglewicz, Anna Czlonkowska,
14. Delilovic-vranic, Jasminka, Azra Christian Weimar, Xingyu Wang, Salim
Alajbegoviæ, Merita Tiriæ-Èampara and Yusuf. 2010. Risk Factors For Ischemic
Ljubica Todoroviæ. 2011. Stroke At A and Intracerebral Haemorrhagic Stroke in
Younger Age. Acta Clin Croat.Volume 50. 22 Countries (the INTERSTROKE
No 2. 2011. hlm 185-191 Study): A Case-Kontrol Study. The Lan-
15. Barraclough, Simon. 1999. Women and cet Journals. Volume 10. 2010. hlm. 112-
Tobacco in Indonesia. Tobacco Control 122
British Medical Journal. Volume 8. 1999. 20. Sigarlaki, Herke J.O. 2006. Karakteristik
hlm. 327-332 dan Faktor Berhubungan dengan
16. K, Reynolds, Lewis B, Nolen JD, Kinney Hipertensi. Makara Kesehatan. Volume
GL, Sathya B, He J. 2003. Alcohol Con- 10. Nomor 2. 2006. hlm 78-88
sumption and Risk of Stroke: a Meta-
analysis. Journal of The American Medi-
cal Association. 2003. hlm 579-588
177
Jurnal Kesehatan “Visikes” terbit dua kali setahun, memuat artikel-artikel yang
diangkat dari hasil-hasil penelitian dan atau kajian analisis-kritis di bidang
kesehatan dari para penulis dan peneliti dari perguruan tinggi seluruh
Indonesia.
Sub-sub bidang yang tercakup dalam bidang kesehatan meliputi.:
- Epidemiologi dan penyakit tropik
- Biostatistik dan kependudukan
- Manajemen Informasi Kesehatan
- Gizi kesehatan masyarakat
- Administrasi dan kebijakan kesehatan
- Kesehatan dan keselamatan kerja
- Kesehatan lingkungan
- Promosi kesehatan
- Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.
- Keperawatan.
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam
media lain, dengan mengikuti format yang tercantum dalam persyaratan
naskah.
PERSYARATAN NASKAH
1. Naskah dalam bahasa Indonesia 10 – 15 halaman HVS kuarto 1,5 spasi,
dilengkapi dengan; abstrak (bhs. Inggris) maksimal 150 kata, biodata
singkat penulis.
2. Naskah hasil penelitian memuat: judul, pendahuluan (meliputi latar
belakang, sedikit tinjauan pustaka, masalah penelitian), metode, hasil,
pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan.
3. Naskah kajian analitis-kritis memuat; judul, pendahuluan, sub-sub judul
(sesuai dengan kebutuhan), Penutup (termasuk kesimpulan dan saran),
serta daftar rujukan.
4. Naskah rangkap 3 dan disketnya (format MS Word, huruf Arial 11)
dikirimkan ke alamat Tata Usaha VisiKes.
5. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara
tertulis. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan, kecuali atas
permintaan penulis.