Anda di halaman 1dari 13

Soal

1. Jelaskan dan hafalkan geologi regional daerah penelitian!


2. Jelaskan anggota-anggota formasi Meluhu, Boepinang, Alangga dan
Alangkowala!
3. Jelaskan pengertian:
A. Satuan
B. Anggota
C. Formasi
D. Kelompok
E. Suit
F. Supersuit
G. Zona
H. Boizona
4. Gambarkan dan jelaskan :
A. Hubungan selaras batuan
B. Ketidak selarasan batuan
5. Jelaskan metode penampang terukur!
6. Jelaskan dan gambarkan langkah-langkah pembuatan peta geologi!
7. Gambar dan sebutkan ciri-ciri sesar di lapangan!
8. Gambar dan jelaskan hukum “V” untuk penentuan batas satuan batuan!

Jawab

1. Geologi regional daerah penelitian yaitu:


A. Geomorfologi Regional
Van bemmelen ( 1945 ) membagi lengan tenggara sulawesi menjadi tiga
bagian ujung utara , bagian tengah, dan ujung selatan. Ada lima satuan morfologi
pada bagian tengah dan ujung selatan lengan tenggara sulawesi, yaitu morfologi
pegunungan, morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan rendah, morfologi
pedataran dan morfologi karst.
a. Morfologi perbukitan
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas dikawasan ini,
terdiri atas pegunungan mekongga, pegunungan tangkelemboke, pegunungan
mendoke dan pegunungan rumbia yang terpisah di ujung selatan lengan tenggara.
Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan mekongga adalah gunung mekongga
yang mempunyai ketinggian 2790 mdpl. Pegunungan tangkelemboke mempunyai
puncak gunung dengan ketinggian 1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai
topografi yang kasar dengan kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam
satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar berarah satuan ini mempunyai pola
yang hampir sejajar berarah barat laut tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur
sesar regional dikawasan ini.
Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat
oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan khas di antara kedua penyusun batuan ini.
Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung dan lurus
dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu,
pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung gunung yang terputus
pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut tajam.
b. Morfologi perbukitan tinggi
Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan lengan tenggara,
terutama diselatan kendari, satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini berupa
batuan sedimen klastika mesozoikum dan tersier.
c. Morfologi perbukitan rendah
Morfologi perbukitan rendah melampar luas di utara kendari dan ujung
selatan lengan tenggara sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan
morfologi yang begelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama batuan sedimen
klastika mesozoikum dan tersier.
d. Morfologi pedataran
Morfologi pedataran rendah dijumpai dibagian tengah ujung selatan lengan
tenggara sulawesi. Tepi selatan dataran wawotobi dan daratan sampara berbatasan
langsung dengan morfologi pegunungan. Penyebaran morfologi ini tampak sangat
dipengaruhi oleh sesar geser mengiri. Kedua sistem ini diduga masih aktif, yang
ditujukan adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua dataran tersebut.
Sehingga sangat mungkin kedua daratan itu terus mengalami penurunan. Akibat dari
penurunan ini tertu berdampak buruk pada dataran tersebut, di antaranya pemukiman
dan pertanian dikedua daratan itu akan mengalami banjir yang makin parah setiap
tahunnya.
Dataran langkowala yang melampar luas di ujung selatan lengan tenggara,
merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan
konglomerat kuarsa formasi langkowala. Dalam dataran ini mengalir sungai-sungai
yang pada musim hujan berair melimpah sedang musim kemarau kering. Hal ini
disebabkan oleh batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas,
sehingga air mudah merembes masuk ke dalam tanah. Sungai tersebut di antarannya
sungai langkowala dan sungai tinanggea. Batas selatan antara dataran langkowala
dan pegunungan rumbiah merupakan tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah
hampir barat timur.
e. Morfologi Karst
Morfologi karst melempar dibeberapa tempat secara terpisah. Satuan ini
dicirikan perbukitan kecil dengan sungai dibawah permukaan tanah. Sebagian besar
batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh batugamping berumur
paleogen dan selebihnya batugamping mesezoikum. Batugamping ini merupkan
bagian dari formasi laonti, formai buara dan bagian atas formasi meluhu. Sebagian
dari batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah berubah menjadi marmer
perubahan ini erat hubungannya dengan pensesar-naikkan ke atas kepingan benua.
B. Statigrafi Regional
Formasi batuan penyusun peta geologi lembar lainea diuraikan dari
termuda sebagai berikut :
a. Aluvium ( Qa ) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil, dan kerakal. Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah
holosen.
b. Formasi alangga ( Qpa ) terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari
formasi ini adalah plistosen dan lingkungan pengendapannya pada daerah darat-
payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang masuk kedalam
kelompok molasa sulawesi.
c. Formasi buara ( Qi ) terdiri atas terumbu koral, konglomerat dan batupasir. Umur
dari deformasi ini adalah plistosen-holosen dan terendapkan pada lingkungan laut
dangkal.
d. Kompleks ultramafik ( Ku ) terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit,
gabro, basalt, dolerit. Satuan ini diperkirakan berumur kapur.
e. Formasi meluhu ( TRJm ) terdiri atas batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau,
dan batulumpur. Dibagian bawah dan persilangan serpih hitam, batupasir, dan
batugamping dibagian atas. Formasi ini mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh
kemiringan perlapisan batuan hingga 80 derajat dan adanya puncak antiklin yang
memanjang utara barat daya-tenggara. Umur dari formasi ini diperkirakan trias.
f. Formasi laonti ( TRJt ) terdiri atas batugamping malih, pualam dan kuarsit.
Kuarsit, putih sampai coklat muda, pejal dan keras, berbutir ( granular ), terdiri atas
mineral granoblas, senoblas, dengan butiran dan halus sampai sedang. Batuan
sebagaian besar terdiri dari kuarsa, jumlahnya sekitar 97 %. Oksida besi bercela di
antara kuarsa, jumlahnya sekitar 3 %. Umur dari formasi ini adalah trias.
g. Kompleks mekongga ( Pzm ) terdir atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss
berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan, bertekstur heteroblas, xenomorf sama
butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang. Jenis batuan ini
terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan gneiss muskovit kurang padat sampai padat.
C. Struktur Geologi Regional
Pada lengan tenggara sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah
tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar
lawanopo, sistem sesar konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesar lainnya serta
laniasi. Sesar dan laniasi menunjukkan sepasang arah utama tenggara- barat laut ( 332
derajat ) dan timur laut barat daya ( 42 derajat ). Arah tenggara barat laut merupakan
arah umum dari sesar geser mengiri dilengan tenggra sulawesi.
Sistem sesar lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari utara malili sampai tanjung toronipa.
Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar matano, sementara ujung
tenggarannya bersambung dengan sesar hamilton yang memotong sesar naik tolo.
Sistem sesar ini diberi nama sesar lawanopo oleh hamilton ( 1979 ) berdasarkan
lawanopo yang ditorehnya. Analisis stereogarfis orientasi bodin, yang diukur pada
tiga lokasi menunjukkan keberagaman azimuth rata-rata.
Adanya mata air panas didesa toreo, sebelah tenggara tinobu serta
pergeseran pada bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar ini menunjukkan
bahwa sistem sesar lawanopo masih aktif sampai sekarang. Lengan sulawesi tenggara
juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni lempeng benua yang bersal dari
australia dan lempeng samudra dari pasifik. Kepingan benua dilengan tenggara
sulawesi dinamai mintakat benua sulawesi tenggara dan mintakat matarombeo.
Kedua lempeng dari jenis yang berbeda ini bertabrakan dan kemudian ditindih oleh
endapan molasa sulawesi.
Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada oligosen akhir-
miosen awal, kompleks ofiolit tersesar- naikkan ke atas mintakat benua. Molasa
sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan selama
akhir dan sesudah tumbukan, sehingga molasa ini menindih tak selaras mintakat
benua sulawesi tenggara dan kompleks ofiolit tersebut. Pada akhir kenozoikum
lengan ini di koyak oleh sesar lawanopo dan beberapa pasangannya termasuk sesar
kolaka.
2. Angota-anggota
A. Anggota Meluhu ( TRJm ) terdiri atas batupasir kuarsa, serpih merah,
batulanau, dan batulumpur. Dibagian bawah dan persilangan serpih hitam,
batupasir, dan batugamping dibagian atas. Formasi ini mengalami tektonik
kuat yang ditandai oleh kemiringan perlapisan batuan hingga 80 derajat dan
adanya puncak antiklin yang memanjang utara barat daya-tenggara. Umur
dari formasi ini diperkirakan trias.
B. Anggota Langkowala terdiri atas konglomerat, batupasir dan batulanau.
C. Anggota alangga ( Qpa ) terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari
formasi ini adalah plistosen dan lingkungan pengendapannya pada daerah
darat-payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang
masuk kedalam kelompok molasa sulawesi.
D. Anggota Boepinang terdiri atas batulempung napal pasiran.
3. Pengertian:
A. Satuan ialah bagian dari suatu Formasi yang secara litologi sama
B. Anggota ialah bagian dari suatu Formasi yang secara litologi berbeda dengan
ciri umum Formasi yang bersangkutan, serta memiliki penyebaran lateral yang
berarti.
C. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostartigrafi
D. Kelompok ialah suatu litostratigrafi resmi setingkat lebih tinggi daripada
Formasi dan karenanya terdiri dari dua Formasi atau lebih yang menunjukkan
keseragaan ciri-ciri litologi.
E. Suit adalah satuan litodemik resmi yang setingkat lebih tinggi dari pada
Litodem, oleh karenanya terdiri dari dua atau lebih asosiasi litodem yang
serumpun.
F. Supersuit adalah satuan Litodemik setingkat lebih tinggi dari pada Suite, oleh
karenanya Supersuite terdiri dari dua Suite atau lebih.
G. Zona ialah satuan dasar biostratigrafi.
H. Boizona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson
fosil atau lebih.
4. Pengertian:

A. Hubungan selaras adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis
batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus), tidak
terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan. Secara umum di
lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan (strike/dip) yang sama atau
hampir sama, dan ditunjang di laboratorium oleh umur yang kontinyu.

B. Ketidak selarasan batuan adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan
lapis batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak
menerus), yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Dalam
geologi dikenal 3 (tiga) jenis ketidak selarasan, yaitu :

 Ketidakselarasan Bersudut (Angular unconformity) adalah salah satu


jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan
(sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan
lainnya), memiliki hubungan/kontak yang membentuk sudut.
 Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan
antara lapisan batuan (sekelompok batuan) dengan lapisan batuan
lainnya (kelompok batuan lainnya) dibatasi oleh satu rumpang waktu
tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi
pengendapan).
 Non-conformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang
hubungan antara lapisan batuan (sekelompok lapisan batuan) dengan
satuan batuan beku atau metamorf.

5. Metode penampang terukur yaitu:


 Jacob Staf
Metode ini bertujuan menggabungkan ketepatan dan kecepatan waktu >sesuai
dengan rumusan yang dikemukakan oleh Fritz & Moore, 1988).
Perangkat Jacob Staf
a.Dilakukan dengan menggunakan tongkat Jacob yang panjangnya1,50 meter,
atau setinggi mata pengamat.

b.Semua ketebalan lapisan batuan atau singkapan batuan diukur dengan tongk
at tersebut. Oleh sebab itu, maka tongkat diberi cat berwarna selang-seling
merah-putih, setiap selang10 cm. Salah satu ujung tongkat dibuat kunci gagar
mudah dalam menancapkan ketanah, dan ujung yang lain untuk menempatkan
clinometer.

c. Clinometer, dipasang dengan posisi tegak pada arah memanjang tongkat.


Besaran kemiringan perlapisan batuan dapat dibaca secara langsung pada
clinometer tersebut. Dalam keadaan terpaksa, clinometerdapat digantikan
dengan sebuah busur derajat yang difungsikan sebagai clinometer,demikian
juga tongkatnya dapat dibuat sendiri baik dengan kayu ataupun dengan pipa
besi.
Prosedur pengukuran
1.Pengukuran dimulai dari bagian bawah suatu jalur, pada awal pengukuran
letakkan ujung tongkat dititik terbawah jalur, beri notasi nomor 1.

2.Clinometer yang tertempel pada tongkat diarahkan sehingga sesuai dengan


arah kemiringan lapisan batuan, dengan cara menggoyangkan tongkat sampai
pada posisi yang diinginkan, yaitu posisi tongkat tegak lurus pada bidang
perlapisan.
3.Tandai arah bidikan clinometerpada singkapan batuan, dan berikan notasi
nomor 2. Tebal singkapan tersebut adalah sama dengan panjang tongkat, yaitu
1,50 meter.

4.Perhatikan, cermati dan catat kenampakan pada singkapan yang


terkhususkan, misal adanya endapanplacer, konsentrasi mineral sekunder,
keberadaan lapisan batubara, tanda-tanda adanya ketidakselarasan.

5.Lakukan hal yang sama untuk urutan berikutnya, sampai sasaran titik akhir
selesai.
6.Ketebalan keseluruhan penyusun kolom lithologi adalah merupakan jumlah
ketebalan masing-masing segmen.

7.Pengukuran dengan tongkat Jacob, dapat dilakukan seorang diri, namun


akan lebih baik dan lebih cepat bila dikerjakan berdua.

Hal yang perlu diperhatikan


•Pendeskripsian di lapangan dengan cermat dan teliti >hindari sampai kembali
ketempat semula

•Membuat sketsa dari masing-masing segmen pengamatan >buku catatan


lapangan

•Deskripsi pada tiap segmen pengamatan >megaskopis >jenis batuan, tebal


(masing-masing lapisan batuan sedimen, tebal singkapan intrusi batuan beku)

•Contoh batuan >bila perlu diambil >penelitian lebih lanjut di laboratorium


 Metode Rentangan Tali
•Metode rentangan tali, sering juga disebut dengan istilah metode Brunton
and tape(Compton, 1985).

•Metode ini mempergunakan alat yang sangat sederhana, hanya dengan seutas
tali yang panjangnya tidak lebih dari 5 meter saja.
•Panjang tali dibagi menjadi segmen-segmen, yang masing-masing segmen
mempunyai ukuran panjang 10 cm.

•Hampir sama dengan metode Jacob Staf


–tongkat diganti dengan tali

–clinometerdiganti oleh kompas geologi.


Prosedur pengukuran
1.Melakukan orientasi lapangan.

2.Memilih jalur lintasan yang arahnya tegak lurus strikeperlapisan batuan


>dengan singkapan yang relatif baik.

3.Pengukuran penampang stratigrafi dapat dimulai dari lokasi yang secara


topografis berada di bagian atas atau dari bagian bawah >cara efisiensi kerja:
dimulai dari lokasi yang secara topografis berada di bagian bawah (sebagai
patok awal )

Hal yang perlu diperhatikan


•Dalam hal yang sifatnya khusus, penyusunan kolom lithologi dari satuan
lithostratigrafi tidak dapat dibuat dengan melakukan stratigrafi terukur langsung
pada singkapan batuan di lapangan.

•Hal khusus tersebut antara lain pada bentang alam atau morfologi yang datar,
tidak ada singkapan batuan yang masih segar (sudah mengalami pelapukan),
tertutup oleh soil yang cukup tebal.
6. Cara pembuatan peta geologi yaitu:
Pada dasarnya tahapan kerja pemetaan geologi lapangan dapat dibagi menjadi 4
(empat) tahap yaitu:
1). Tahap Persiapan;
2). Tahap Penelitian Lapangan;
3). Tahap Kegiatan Studio dan
4). Tahap Pelaporan.
Pada gambar 12-1 diperlihatkan bagan diagram alir dari kegiatan pemetaan
geologi, yaitu dimulai dari kegiatan persiapan yang meliputi penafsiran citra
indraja/potret udara, analisa peta topografi, pola aliran sungai, mempersiapkan
perlengkapan lapangan dan studi literatur. Pada tahap ini akan menghasilkan
Peta Interpretasi Citra Indraja/Potret Udara, Peta Dasar Kerja Lapangan dan
Perlengkapan lapangan yang sesuai dengan kondisi medan. Tahap penelitian
lapangan terdiri dari pengamatan geologi disepanjang sungai atau jalan setapak
dimana singkapan-singkapan batuan tersingkap, melakukan pengumpulan dan
perekaman data geologi, pengambilan contoh dan pengeplotan pada peta dasar.
Pada tahap ini akan dihasilkan Peta Geologi Sementara, Peta Lokasi Data, Peta
Lokasi Contoh dan Contoh Batuan. Tahap kegiatan studio meliputi penelitian
laboratorium terhadap contoh batuan yaitu petrologi, sedimentologi, geokimia,
paleontologi, pentarikhan radiometri, analisa struktur geologi dan verifikasi
hasil penafsiran citra dengan data lapangan. Hasil dari kegiatan studio berupa
database yang sudah diverifikasi. Tahap pelaporan menghasilkan peta geologi
dengan penjelasannya.
7. Ciri-ciri sesar dilapangan yaitu:
 Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong tiba-tiba)
 Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan
 Kenampakan khas pada bidang sesar seperti cermin sesar, gores garis
 Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar,
horses, atau slices, milonit
 Silisifikasi dan mineralisasi sepangjang zona sesar
 Perbedaan fasies sedimen
 Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp),
triangular facet, dan terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan
structural.
8. Hukum “V” adalah hukum yang menjelaskanhubungan antara lapisan
yang mempunyai kemiringan dengan topografi ber-relief dan
kenampakannya dari udara. Hukum V sangatmembantu para geologist
untuk mengetahui penyebaran batuan. Berikut gambar beserta
penjelasan dari aturan hukum V:

a) Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola


garis kontur.

b)Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan


lereng maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola
singkapan membentuk huruf “V” yang sudutnya berlawanan dengan arah
kemiringan lembah.
c)Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus
dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Universitas Halu Oleo
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Jurusan Teknik Geologi

Tugas Pendahuluan
Fieldtrip Stratigrafi

Oleh:
Husni Rahim
R1C116069

Kendari
2018

Anda mungkin juga menyukai