Anda di halaman 1dari 8

Single-blind, Percobaan Acak Terkontrol Untuk Mengevaluasi Perbandingan Terapi

Dermatitis Seboroik Wajah dengan Salep Hidrokortison 1% dan Salep Takrolimus pada
Dewasa

ABSTRAK
Latar Belakang: Tacrolimus adalah kalsineurin inhibitor topikal dengan imunomodulator, anti-
inflamasi, dan sifat fungisida yang bermanfaat dalam pengobatan dermatitis seboroik wajah.
Tujuan: Peneliti berusaha untuk membandingkan efikasi dan keamanan tacrolimus dengan
kortikosteroid standar pengobatan pada orang dewasa dengan dermatitis seboroik wajah dalam fase
II, single-blind, acak, terkontrol.
Metode: Pasien dewasa terdaftar dalam studi 12-minggu. Subyek secara acak diberikan tacrolimus
0,1% salep (n = 16) atau hidrokortison 1% salep (n = 14) diterapkan dua kali sehari untuk daerah
gejala pada wajah. Ukuran efikasi utama adalah tingkat keparahan seboroik wajah pada akhir
pengobatan (hari ke-84) yang diukur dengan Seborrhea Area and Severity Index-Face. Penilaian
efikasi sekunder termasuk penilaian pasien dari seboroik, frekuensi aplikasi obat, dan efek samping.
Hasil: Tingkat keparahan seboroik wajah yang sama membaik pada kedua kelompok perlakuan (P =
0,86). Salep tacrolimus 0,1% digunakan sehari-hari lebih sedikit dari salep hidrokortison 1% (rata-rata
dosis yang terlewatkan per pasien di kunjungan pertama: 15,6 vs 7,6, P < 0,05; pada kunjungan
terakhir: 13,5 vs 7,7, P = 0,08). Mayoritas dosis yang ditinggalkan karena gejala yang berkurang. Efek
samping untuk kedua agen mirip; Namun, ada kejadian efek samping pada kelompok hidrokortison
lebih tinggi.
Keterbatasan: Ini adalah studi kecil label terbuka.
Kesimpulan: Salep tacrolimus 0,1% hanya memerlukan aplikasi yang secara signifikan lebih sedikit
dibandingkan dengan salep hidrokortison 1% untuk mencapai respon klinis yang sebanding pada
orang dewasa dengan dermatitis seboroik wajah. Tacrolimus secara umum ditoleransi dengan baik.
Kata kunci: penghambat kalsineurin; dermatitis seboroik wajah; frekuensi aplikasi; hidrokortison;
topikal tacrolimus
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit kronik yang biasanya memengaruhi
area kulit yang kaya akan sebum seperti kulit kepala, wajah, dada, perut, dan area
intertriginus. Anti jamur topical atau kortikosteroid adalah pengobatan lini pertama
untuk dermatitis seboroik dan terkadang digunakan sebagai terapi kombinasi. Manfaat
klinis dari kortikosteroid topical masih terbatas karena dapat menyebabkan penipisan
kulit dan atropi, dan disfungsi pelindung epidermal. Penghambat kalsineurin topical
sudah digunakan untuk pasien dermatitis seboroik karena memiliki efek fungisidal,
immunomodulator dan anti inflamasi. Setidaknya 2 penelitian kecil, label terbuka,
mendukung efikasi dan keamanan dari takrolimus topical untuk pengobatan dermatitis
seboroik, dan satu penelitian menyebutkan bahwa takrolimus topikal setidaknya sama
efektifnya dengan losion betametason atau sampo zinc pyrithione untuk pengobatan
dermatitis seboroik kulit kepala. Menurut peneliti, saat ini belum ada penelitian yang
langsung membandingkan salep takrolimus dengan kortikosteroid topikal untuk terapi
dermatitis seboroik pada wajah.
Objek primer pada penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi dan
keamanan dari salep takrolimus 0,1% dengan salep hidrokortison 1% pada subjek
dewasa untuk pengobatan dermatitis seboroik pada wajah.

Protokol Penelitian
Subjek yang terdaftar dipilih secara acak untuk menggunakan terapi salep
hidrokortison 1% atau salep takrolimus 0,1% digunakan 2 kali sehari dengan olesan tipis,
digosok secara halus pada bagian wajah yang terkena lesi.
Penelitian ini berdurasi 12 minggu. Setelah subjek dibagi secara acak,
pengambilan hasil dilakukan pada hari ke 28, 56, dan 84. Petugas yang mengambil data
tidak mengetahui terapi masing-masing subjek, obat-obatan terapi langsung diberikan
oleh apoteker kepada subjek dengan label komersial. Subjek diberi instruksi untuk tidak
menyebutkan merk, kemasan, tekstur atau konsistensi dari obat yang diterima.
METODE
Pemilihan Pasien
Fase ke-II, kriteria inklusi subjek adalah berumur 18 tahun ke atas, dengan dermatitis
seboroik wajah, skor eritema 1 atau >1 dan index area 5% atau lebih. Kriteria eksklusi
adalah jika subjek memiliki keadaan klinis yang tidak terkontrol dengan baik, kondisi
apa saja yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengevaluasi dermatitis
seboroik, hipersensitifitas dengan terapi yang digunakan dalam penelitian, infeksi pada
wajah yang belum dirawat, atau malignansi pada wajah yang belum diterapi. Subjek
tidak diperbolehkan untuk menggunakan kortikosteroid sistemik prednisone lebih dari
dosis 10 mg per hari, agen topikal selain emolien pada wajah 2 minggu sebelum
penelitian dimulai atau selama mengikuti penelitian. Penggunaan antibiotic sistemik
juga tidak diperbolehkan selama penelitian.

Penilaian
Hasil akhir efikasi primer adalah evaluasi dari keparahan seboroik wajah setelah diterapi
selama 12 minggu pertama, dinilai dengan gejala klinis dari seboroik yang dibuat
spesifik untuk penelitian ini yaitu, Seborrhea Area and Severity Index-Face (SASI-F).
SASI-F adalah versi modifikasi dari Psoriasis Area Severity Index yang dibuat untuk
psoriasis. Skor SASI-F dihitung dengan relative area wajah yang terkena lesi diberi skor
1 jika memiliki garis rambut yang normal dan berbatas tegas, eritema dan pengelupasan
diberi skor 1-5 poin dengan definisi yang sama pada psoriasis (0 = tidak ada, 1= sedikit,
2= sedang, 3= mencolok, 4= sangat mencolok). Kedua skor kemudian dijumlahkan dan
dikalikan dengan rasio area wajah yang terkena. Skor maksimal adalah 8. Skor SASI-F
diukur dalam setiap kunjungan.
Penilaian efikasi lainnya adalah rata-rata keparahan dari seluruh lesi yang
dievaluasi setiap kunjungan selama pengobatan menggunakan Physician Static Global
Assesment-Face dengan skala 6 poin menilai rata-rata lesi yang ada pada wajah (0=
bersih, 1= hampir bersih, 2= ringan, 3= sedang, 4= berat, 5= sangat berat). Keparahan
dari seboroik pada pasien dinilai menggunakan skala global seboroik bernilai 11 poin
dimana 0= tidak ada seboroik, dan 10= seboroik yang sangat parah. Setiap kunjungan
para penilai merekam frekuensi penggunaan terapi, interval diantara pemakaian dan
jumlah obat yang digunakan. Subjek juga harus melaporkan jika merasakan adanya efek
samping obat seperti iritasi, pruritus, dan kemungkinan efek samping obat lainnya yang
berhubungan dengan terapi.

Metode Statistik
Efikasi dideterminasikan dengan membandingkan rata-rata perbaikan pada skor
SASI-F antara masing masing grup terapi pada akhir minggu ke 12 menggunakan Fisher
test dua sisi. Seluruh hasil statistik menunjukkan signifikan jika nilai P 0,05 atau kurang.

HASIL
Populasi Pasien
Total seluruhnya adalah 33 subjek yang mendaftar mengikuti penelitian ini, 30
orang diacak untuk diberikan terapi. Empat belas orang diberikan salep hidrokortison
1%. Dan 16 orang diberikan salep takrolimus 0.1%.

Khasiat Pengobatan
Kedua kelompok salep hidrokortison 1% dan salep tacrolimus 0,1% menunjukkan
perbaikan signifikan dalam rata rata skor SASI-F dari awal sampai akhir penelitian.
Perbedaan ini diamati saat 4 minggu pertama dan dipertahankan sampai akhir penelitian,
dengan tidak ada perbaikan lebih lanjut di luar setelah minggu ke-4. Tidak ada perbedaan
perlakuan antara kedua kelompok pada akhir penelitian (P = 0,86).
Penilaian global keparahan seboroik menunjukkan perbaikan signifikan dari awal
sampai penelitian berakhir pada kelompok tacrolimus 0,1% (P < 0,001) tetapi tidak untuk
kelompok hidrokortison 1% (P = 0,5). Pada akhir penelitian, rata-rata skor penilaian pasien
secara signifikan lebih rendah pada kelompok takrolimus 0,1% dibandingkan dengan
kelpompok hidrokortison 1% (1,75 vs 3,79, P <0,05), menunjukkan bahwa subyek yang
diobati dengan takrolimus, seboroik wajah mereka kurang parah dari mereka yang diobati
dengan hidrokortison (data tidak ditampilkan).
Penurunan terbesar dalam penggunaan obat juga diteliti saat kunjungan pertama pada
akhir minggu ke 4. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok
perlakuan pada minggu ke 4 (P < 0,05), dan pada akhir penelitian (P = 0,08 ). Secara
keseluruhan, subyek dalam kelompok takrolimus menggunakan obat secara signifikan lebih
sedikit selama penelitian 12-minggu dibandingkan dengan kelompok hidrokortison (711 vs
334 Total dosis yang ditinggalkan, P < .05).

Keamanan dan Toleransi


Kedua kelompok salep hidrokortison 1% dan salep tacrolimus 0,1% umumnya
ditoleransi dengan baik. Hanya 3 kejadian yang dianggap oleh petugas pengambilan data
mungkin terkait dengan efek obat (semua dalam kelompok tacrolimus: dua kasus kemerahan
dan satu kasus iritasi pada tempat aplikasi). Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan.

DISKUSI
Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa takrolimus topikal sama efektifnya untuk
mengobati dermatitis seboroik dengan kortikosteroid topikal standar, tetapi dengan
kelebihan penggunaan lebih sedikit untuk mencapai hasil pengobatan yang sama tanpa efek
samping akibat penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang.
Hasil yang didapatkan oleh peneliti mendukung hasil yang didapatkan dari beberapa
penelitian takrolimus untuk dermatitis seboroik sebelumnya. Meshkipour et al, mengevaluasi
salep takrolimus 0,1% pada 18 pasien dengan dermatitis seboroik. Terapi takrolimus
menunjukkan hasil kesembuhan yang komplit pada 61% pasien, dan sisanya menunjukkan
70%-99% kesembuhan. Penelitian kecil label terbuka lainnya dengan perbandingan langsung
antara takrolimus topikal dengan betamethasone topikal atau sampo zinc pyrithione untuk
terapi dermatitis seboroik kulit kepala pada 83 pasien. Takrolimus memiliki efektifitas yang
sama dengan betamethasone atau zinc pyrithione.
Limitasi pada penelitian ini adalah penggunaan terapi dengan label terbuka dan
jumlah subjek yang sedikit. Waktu kekambuhan tidak diteliti. Diluar dari limitasi yang ada,
penelitian ini menyajikan evaluasi penggunaan salep takrolimus yang rasional.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini mendemonstrasikan bahwa dermatitis seboroik pada wajah dapat
diterapi dengan salep takrolimus 0,1% dan salep hidrokortison 1% dan mendapatkan hasil
akhir yang sama dengan takrolimus 0,1% yang memiliki kelebihan penggunaan yang lebih
sedikit. Hasil ini adalah sesuatu yang penting karena dermatitis seboroik merupakan suatu
keadaan kronik yang membutuhkan penggunaan terapi jangka panjang. Hasil penelitian yang
sudah dilaporkan menyarankan takrolimus topikal sebagai terapi kosmetik yang
menguntungkan bagi pasien dermatitis seboroik wajah.
JOURNAL READING
Single-blind, Percobaan Acak Terkontrol Untuk Mengevaluasi
Perbandingan Terapi Dermatitis Seboroik Wajah dengan Salep
Hidrokortison 1% dan Salep Takrolimus pada Dewasa

Disusun oleh:
Amalia Farahtika Srikandi
1102014016

Pembimbing:
dr. Hapsari Triandayani, M.Kes, Sp.KK
dr. Gayanti Germania, Sp.KK
dr. Christilla Citra Aryani, Sp.KK

Dr. Herawati Isnanijah, Sp.JP

KEPANITERAAN KLINIK KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
PERIODE 13 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2018

Anda mungkin juga menyukai